Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113745 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leaman, Oliver
Jakarta : Mizan , 2005
297.66 LEA e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Franciscus Xaverius Mudji Sutrisno, 1954-
Yogyakarta: Kanisus, 1994
111.85 SUT e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Franciscus Xaverius Mudji Sutrisno, 1954-
Yogyakarta: Kanisus, 1993
111.85 MUD e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Komala Laksmiwati
"Summary
On sintren, folk dancing in Kabupaten Cirebon, Jawa Barat Province, Indonesia."
Cirebon: Rumah Budaya Nusantara Pesambangan Jati Cirebon ; Yogyakarta : Deepublish, 2013
306.959 DYA s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dharsono Sony Kartika
Surakarta: Institut Seni Indonesia Press, 2007
701.17 DHA e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Rostiyati
"ABSTRAK
Seni bajidoran Ujang Lanay adalah salah satu kesenian rakyat asal Kecamatan Ciranggon Kabupaten Karawang. Meskipun gempuran globalisasi dan kebudayaan asing sangat kuat menerpa dan mempengaruhi kebudayaan tradisional, namun seni ini tetap eksis dan disukai masyarakat Karawang terutama di pedesaan. Secara estetika, seni bajidoran memiliki keindahan tersendiri, dilihat dari wujud, bobot, dan penampilan. Seni bajidoran menjadi identitas Karawang, karena sudah memberi makna dan menjadu salah satu adat masyarakat Karawang. Bajidoran juga menjadi sistem sosial masyarakat Karawang, suatu sistem yang menjadi kolektivitas milik masyarakat dan berperan sebagai struktur relasi dalam masyarakat tersebut. Tujuan dalam kajian ini, ingin mengungkapkan nilai estetika apa yang terdapat dalam seni bajidoran dan bagaimana seni bajidoran menjadi identitas masyarakat Karawang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan bersifat etnografis terbatas, karena seni tari tidak lepas dari konteks sosiologis, psikologis, antropologis yang mendeskripsikan keseluruhan posisi tari di dalamnya. Adapun pengambilan data melalui observasi, wawancara mendalam pada informan dan studi pustaka serta pengambilan gambar melalui fot0"
Denpasar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2017
902 JPSNT 24:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Oktarina
"Manusia sebagai bagian dari alam, dimana alam tempat manusia menjalani kehidupan bersama dengan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan antara manusia dengan makhluk hidup lain di alam ini adalah dekat dan saling membutuhkan. Setiap manusia memiliki Cara yang berbeda dalam mengungkapkan kedekatannya dengan alam. Salah satu cara yaitu dengan kegiatan seni. Berawal dari rasa dekat dan kecintaan manusia pada alam, manusia membawa unsur alam tersebut untuk dijadikan objek dalam kegiatan seni. Bila dikaitkan dengan seni Jepang, hal tersebut diperjelas oleh Yashiro Yukio dalam bukunya yang berjudul Characteristic of Japanese Art yang menerangkan bahwa "semua seni adalah sebuah tujuan untuk meniru alam".
Sehubungan dengan seni dan keinginan meniru alam, maka di Jepang berkembanglah seni yang mampu menciptakan miniatur alam dengan memanfaatkan salah satu elemen alam yaitu tanaman. atau pohon, yang dikenal dengan istilah bonsai. Melalui seni tanaman bonsai, manusia mampu menghadirkan unsur alam yang megah kedalam bentuk yang lebih ringkas atau sederhana. Bonsai merupakan tanaman atau pohon yang ditanam dalam pot yang mengerdil secara alami maupun dengan tehnik khusus hingga memberikan kesan pohon yang tua dan kokob, seperti yang terdapat di alam bebas. Bonsai, sebagai suatu tanaman yang kerdil dapat terjadi karena dua hal, yaitu melalui proses alami dan buatan.
Yang dimaksud dengan proses alami adalah bahwa suatu tanaman mengkerdil dikarenakan oleh pengaruh atau perubahan alam. Perubahan alam tersebut bisa berupa pergantian suhu sepanjang hari, terpaan air hujan, maupun sengatan matahari. Kondisi alam tersebut membuat pertumbuhan pohon menjadi terhambat sehingga bentuk pohon pun mengerdil dengan sendirinya. Pohon yang sudah mengerdil tersebut kemudian dipindahkan ke dalam wadah atau pot. Sedangkan yang dimaksud dengan proses buatan adalah, bahwa bonsai bisa dikembangkan mulai dari menyemai bibit, memangkas dan menggunting cabang pohon, memberi kawat pada batang dan cabang pohon, membuat agar akar dapat tumbuh kuat, memberikan nutrisi, air dan juga sinar matahari. Dengan melalui proses tersebut, suatu tanaman bisa menjadi kerdil. Selain dengan menyemai bibit, bonsai dapat dibuat dengan cara stek ataupun pencangkokan. Namun, inti dari kedua proses tersebut adalah pada tanaman bonsai tetap berusaha memunculkan kealamian tanaman seperti yang terdapat di alam bebas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S13592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagoes P. Wiryomartono
Jakarta: Gramedia Purtaka Utama, 2001
700 BAG p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Yudistira
"Seni adalah salah satu perwujudan ekspresi dari manusia untuk mengungkapkan eksistensinya. Dan berbicara tentang seni maka yang menjadi permasalahan pokoknya adalah keindahan atau yang lebih dikenal dengan istilah estetika. Estetika ini tercipta atas dasar implementasi kreativitas dari cipta, rasa, dan karya dari manusia. Karena itu, estetika atau keindahan berfungsi sebagai jiwa dan seni sekaligus sebagai sistem kebudayaan di dalam berkesenian, yang didalamnya terdapat nilai-nilai, pedoman, gagasan-gagasan vital, dan keyakinan-keyalinan manusia di dalam berkesenian.
Kesenian itu sendiri termasuk ke dalam jenis kebutuhan integratif manusia, yaitu suatu kebutuhan yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan bersifat universal, tanpa mengenal ruang dan waktu. Hal ini mengandung pengertian bahwa manusia selain diharuskan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya untuk bisa bertahan hidup, ia juga harus menghadapi kebutuhan spiritual, salah satunya adalah kebutuhan keindahan.
Macam-macam bentuk kesenian, salah satunya adalah seni pertunjukan yang termasuk di dalamnya drama atau teater. Kabuki termasuk teater tradisional Jepang, merupakan salah satu dari empat seni pertunjukan tradisonal Jepang yang terkenal.
Pada masa-masa sebelumnya, di Jepang, khususnya dalam bidang seni, pertunjukan tidak pernah diciptakan dan kalangan rakyat biasa (shomin).Seperti halnya seni dan sastra telah berkembang di kalangan kaum bangsawan atau samurai (zaman sebelum kinsei). Berkaitan dengan hal tersebut, kabuki diciptakan oleh rakyat biasa (shomin) sebagai sarana komunikasi yang memuat pemikiran, nilai-nilai, serta keyakinan masyarakat Jepang menengah bawah berfungsi sebagai sarana untuk untuk memperkenalkan Jepang kepada dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususny. Dengan demikian untuk dapai mengapresiasi kesenian rakyat Jepang ini perlu mengkaji konsep keindahan dan makna simboliknya.
Salah satu ekspresi keindahan kabuki terdapat dalam tehnik peran atau Enshutsu.. Tehnik peran (enshutsu) di dalam kabuki ini mewujudkankekhasan dari seni pertunjukan tersebut, karena di dalam tehnik peran (enshutsu) ini terdapat gaya atau sytle yang menjadi kekhasan kabuki tersebut. Karena itu tehnik peran ini dipilih oleh penulis untuk mengkaji bentuk ekspresi keindahan di dalam kabuki. Ada 3 konsep keindahan pada kabuki, yaitu youshiki, hikinbi dan hiteibi.
Berkaitan dengan paparan di alas, muncul permasalahan mengenai perwujudan pertunjukan kabuki berdasarkan ketiga konsep diatas, yakni mengkaji tehnik peran dalam kabuki secara estetis dan mencari makna simbolisnya, serta makna yang tersirat maupun tersurat di dalam pertunjukan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau mengidentifikasikan, menjelaskan, dan memahami tentang pertunjukan Kabuki khususnya Yoshitsune Sembonzakura, nilai-nilai estetika youshikibi, hikinbi, dan hiteibi yang diekspresikan dalam pertunjukan Yoshitsune Sembonzakura, serta makna yang terkandung dalam tehnik peran atau enshutsu dalam cerita Yoshitsune Sembonzakura pada seni pertunjukan kabuki. Dengan membatasi pada unsure keindahan kabuki yang terdapat pada tehnik peran (enshutsu) khas kabukiyang muncul pada midokoro dalam pertunjukan Yoshitsune Sembonzakura.
Mengacu kepada permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, diperlukan teori-teori untuk memecahkan permasalahan tersebut diatas, yaitu : teori budaya, kesenian, karya seni, estetika dan estetika seni pertunjukan youshikibi, hikinbi, dan hiteibi. Selain itu digunakan juga teori semiotik sebagai acuan di dalam menganalisis data.
Metode yang dipakai di dalam penulisan ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kepustakaan, dan observasi pertunjukan teater kabuki melalui rekaman pertunjukan untuk memperoleh data."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Andrissa
"Putri Andrissa. Abstrak skrpsi sbb. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang kecintaan masyarakat Jepang terhadap alam yang diimplementasikan kedalam aspek seni, terutama dalam chashitsu dan taman Roji. Untuk mendapatkan tujuan penelitian tersebut, penulis melakukan analisis dengan menggunakan teori naturalisme yang dikemukakan oleh Nakamura Hajime. Selain itu dengan teori konsep keindahan wabi dan sabi yang dikemukakan oleh Terao Ichimu, lalu menurunkannya ke dalam konsep wabicha."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13800
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>