Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2668 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Russell, Mark
East Sussex: Roto Vision, 2000
R 781.542 RUS f
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Russell, Mark
Boston: Focal Press, 2000
781.542 RUS f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Goodridge, Mike
East Sussex: Roto Vision, 2002
791.43 GOO s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Elkhaira Zulkifli
"Mempertimbangkan kesuksesan film musikal Disney seperti The Little Mermaid, yang memulai Renaisans mereka dalam musikal animasi, dan musikal panggung terkenal seperti Wicked, yang masih berlangsung sejak dibuka pada tahun 2003, artikel ini menguraikan fungsi lagu dalam narasi musikal, baik di atas panggung maupun di bioskop. Memanfaatkan teori lagu diegetik dan non-diegetik dalam musikal (Plemenitaš, 2016), paradigma naratif, selain menonton musikal, makalah ini akan mempelajari bagaimana musik akan beresonansi dan mendukung alur cerita. Selain itu, artikel ini juga akan membedah adaptasi musikal dari panggung ke film dan bagaimana bentuk seni yang berbeda memiliki tantangan unik dalam menyajikan plotnya. Artikel ini mengeksplorasi mengapa penyertaan musik mengangkat aspek penceritaan, seperti pengulangan melodi dalam sebuah lagu.
Considering the notable success of Disney film musicals such as The Little Mermaid, which started their Renaissance in animated musicals, and acclaimed stage musicals like Wicked, which is been ongoing since its opening in 2003, this article elaborates on the function of songs in the narrative of a musical, both on stage or in cinema. Utilizing the theory of diegetic and non-diegetic songs in musicals (Plemenitaš, 2016) and, the narrative paradigm, alongside watching musicals, this paper will study how music resonates and supports the storyline. Moreover, this article will also dissect the adaptation of musicals from stage to film and how the different art forms have unique challenges in presenting the plot. This article explores why the inclusion of music elevates the storytelling aspect, such as melodic repetition in a song."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Aliya Idaman
"ABSTRAK
Dalam dunia sekarang ini, teknologi dan internet sangat penting untuk kehidupan sehari-hari. Bisa dikatakan bahwa internet menghubungkan orang-orang dari semua bagian dunia. Saat ini, hampir semua konten terutama musik dan film dapat diakses melalui internet. Namun, sebagian besar konten ini dilindungi oleh hukum hak cipta dan distribusi yang tidak sah, atau pembajakan, adalah ilegal, dan telah menjadi isu utama dalam industri ini. Baru-baru ini, layanan media streaming seperti Netflix dan Spotify telah datang dan mengisi celah di pasar. Ini memiliki potensi untuk mengurangi pembajakan dengan cara menjadi alat yang mudah untuk mengakses musik dan film.Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana layanan berlangganan khususnya Netflix dan Spotify akan mengurangi atau menambah pembajakan. Sebagai studi kualitatif, penelitian ini akan menganalisis aktivitas pembajakan sebelum dan sesudah tahun Spotify dan Netflix timbul. Untuk melakukannya, baik data primer dan sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber di internet. Hasilnya, terlihat bahwa pengenalan layanan berlangganan, khususnya Netflix dan Spotify, telah memiliki peranan yang penting dalam penurunan tingkat pembajakan, meskipun tidak memliki efek yang signifikan. Sebagai tambahan, penting untuk tidak hanya meningkatkan penegakan hukum di industri musik dan film, tetapi juga untukmeningkatkan investasi di layanan berlangganan. Kata Kunci: pembajakan, layanan berlangganan, netflix, spotify

ABSTRACT
In today rsquo s world, technology and the Internet are essential to our daily life. It could be said that Internet connects people from every parts of the world. Nowadays, contents especially music and movies can be access via the Internet. However, the majority of this shared content is protected under copyright law and unauthorised distribution of these contents, also knows as piracy, is illegal, and has become a major issue in this industry. Recently, legal media streaming services such as Netflix and Spotify has came along and fill the gap in the market. These have a potential to reduce piracy by way to being convenient tools to access both music and movies.The aim of this paper is therefore to know how the legal subscription services particularly Netflix and Spotify will decrease or increase piracy. As a qualitative study, this research will analysed the activity of piracy before and after the years of Spotify and Netflix arise. In order to do so, both primary and secondary data was collected from various sources in the Internet. As a result, it is apparent that the introduction of subscription service, particularly Netflix and Spotify, has had a role in the reduction of piracy rates, even though the effects are definitely not that drastic. Based on the results, it is important to not only increasing the enforcement law in the industry, but also to encourage and support by increasing investment in legal subscription services. Key words piracy, subscription services, netflix, spotify "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Chatarina Adhelisa
"ABSTRAK
Penelitian ini akan membahas peran ilustrasi musik karya Franz Schubert dalam film La Pianiste karya Michael Haneke. Film dan musik adalah dua hal yang tidak begitu saja diciptakan tanpa nilai dan makna di dalamnya. Film dan musik dalam film La Pianiste diduga memiliki relasi yang kuat karena Michael Haneke dalam berbagai karyanya tidak pernah menggunakan latar suara yang mendominasi seperti dalam film ini. Dalam penelitiannya, peneliti akan menganalisis relasi antara musik klasik yang ditempatkan sutradara dalam beberapa sekuen sebagai latar suara dan peristiwa yang ada pada sekuen. Pada akhir penelitian ditemukan bahwa karya Schubert dalam film ini mempunyai peran sebagai cara lain Haneke menyampaikan cerita selain dari tokoh, latar waktu dan tempat, alur, serta peristiwa.

ABSTRACT
This research will examine the role of music illustration from Franz Schubert rsquo s works in Michael Haneke rsquo s film, La Pianiste. Film and music are never made without value and meaning. Film and music in La Pianiste have such a strong bond, because in many of his work, Michael Haneke never incorporate a dominating sounds like he did in this film. In this paper, I analyze the relation between classical music that strategically placed as a backsound by the director in several sequences. In the end of this research, it is found that Schubert rsquo s works in this film act as an alternative way of Haneke to convey the story other than the already established characters, place, time, plot, and events."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sakanti Widyadhani
"Film Our Shining Days《闪光少女 shǎnguāng shàonǚ》adalah film drama musikal karya sutradara Wang Ran yang dirilis pada 20 Juli 2017 di Cina. Film ini menceritakan mengenai rivalitas antara dua kelompok musik, yaitu kelompok musik barat dan kelompok musik rakyat yang ada di sebuah sekolah musik orkestra di Cina. Rivalitas yang terjadi di antara keduanya kemudian memicu adanya upaya yang dilakukan oleh kelompok musik rakyat. Selanjutnya, film ini menceritakan mengenai perjalanan dan upaya dari kelompok musik rakyat yang terdiri dari Chen Jing, salah satu tokoh utama dan beberapa teman lainnya dalam membangkitkan kembali musik rakyat yang sudah mulai tergantikan dengan keberadaan musik barat. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai film ini menitikberatkan pada konflik dari tokoh utama dan nilai moral yang terkandung pada film. Namun, penelitian ini akan fokus membahas mengenai upaya yang dilakukan oleh kelompok musik rakyat dalam membangkitkan kembali musik rakyat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa musik rakyat akhirnya mendapatkan pengakuan serta kembali dikenal oleh masyarakat, dan bahkan membangkitkan minat masyarakat luar sekolah untuk mempelajari musik rakyat.

Our Shining Days《闪光少女 shǎnguāng shàonǚ》 is a musical drama film made by director Wang Ran released on July 20, 2017 in China. The movie tells the story of a rivalry between two music groups, a western music group and a folk music group in an orchestra school in China. The rivalry that occurs between the two then triggers an effort made by the folk music group. Furthermore, the movie tells about the journey and efforts of the folk music group consisting of Chen Jing, one of the main characters and several other friends in reviving folk music that has begun to be replaced by the existence of western music. Previous studies on this movie focused on the conflict of the main character and the moral values contained in the movie. However, this research will focus on discussing the efforts made by folk music groups in reviving folk music. The results of this study show that folk music finally gained recognition and is again recognized by the community, and even aroused the interest of community outside the school to learn folk music."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aulia Savira Eknitananda
"Gisaeng adalah wanita penghibur profesional Korea yang dapat disamakan dengan Geisha dari Jepang dan Chi-nu dari Cina. Budaya ini dipercaya telah ada sejak Zaman Goryeo (Abad ke-9 M). Namun, pada masa penjajahan Jepang (1910-1945), budaya dan identitas Gisaeng mulai terkikis seiring masuknya musik populer ke Korea. Penelitian ini bertujuan mengungkap pengaruh musik populer terhadap identitas Gisaeng yang direpresentasikan dalam film Hae-Eohwa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa besarnya minat masyarakat terhadap musik populer mengakibatkan Gisaeng meninggalkan identitas lamanya untuk menjadi penyanyi musik populer.

Gisaeng is a professional female entertainer in Korea, equals to Geisha of Japan and Chi-nu of China. This culture is believed to be existed since Goryeo Era (9 M). However, during Japan Colonial Period (1910-1945), Gisaeng identity started to deteriorate as the popular music came in and flourished among Koreans. This research uses qualitative descriptive method and aims to expose the impact of popular music to the identity of Gisaeng. This research found that the level of public interest in popular music resulted in Gisaeng leaving their identity to pursue career in popular music business.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Deananda Ayusaputri
"Penelitian ini membahas mengenai tindakan pemutaran musik yang disinkronisasikan dalam film di bioskop berdasarkan UU No. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta UUHC 2014 dengan mempelajari kasus perselisihan hak cipta karya musik yang digunakan dalam film Putusan Mahkamah Agung 2014Da202110 Kasus KOMCA vs. CGV karena Korea Selatan memiliki pasal khusus dalam Undang-Undang Hak Cipta yang mengatur tentang sinematisasi karya. Dengan ini, Penulis mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Apakah lisensi sinkronisasi musik dalam film mencakup izin untuk memutarnya secara publik di bioskop berdasarkan UUHC 2014? 2) Apakah tindakan pemutaran musik yang disinkronkan dalam film di bioskop dapat dianggap sebagai pertunjukan publik karya musik berdasarkan UUHC 2014 dan mengarah pada keputusan yang sama dengan resolusi kasus KOMCA vs CGV? 3) Apakah LMKN dan LMK, yang mewakili pemegang hak, memiliki wewenang untuk mengumpulkan royalti pertunjukkan publik atas musik yang disinkronkan dalam film langsung ke bioskop berdasarkan UUHC 2014.

This research discusses about the act of screening synced music in film in cinemas under Law No. 28 of 2014 on Copyrights UUHC 2014 by studying a case of copyrights dispute of musical works used in films Supreme Court Decision 2014Da202110 KOMCA vs. CGV case since South Korea has a specific article on its Copyright Act which regulates the cinematization of works. Herewith, the author proposes research questions: 1) Does the synchronization license of music in film covers the permission to publicly screen them in cinemas under UUHC 2014? 2) Can the act of screening synced music in film in cinemas be perceived as a separate musical works public performance under UUHC 2014 and lead to the same decision as the resolution of KOMCA vs. CGV case? 3) Do LMKN and CMOs, which represent the rights holders, have the authority to collect public performance royalties of synced music in film directly to cinemas under UUHC 2014.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>