Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196619 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuni Kusminanti
"ABSTRAK
Pemberian alat pelindung diri adalah salah satu upaya untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja. Berdasarkan beberapa literatur dan pengamatan langsung olch peneliti diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pemberian alat pelindung diri ini seringkali menemui hambatan. Misalnya tingkat kedisiplinan pekerja untuk memakai alat pelindung diri masih belum optimal yang disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran pekerja terhadap pentingnya alat pelindung diri, pola pengawasan dari pimpinan, dan adanya faktor-faktor yang dianggap menghambat untuk memakai alat pelindung diri, Salah satu jenis alat pelindung diri adalah helm, yaitu alat yang ditujukan untuk melindungi kepala dari bahaya di atas kepala, Kebutuhan helm ini sangat besar pada jenis pekerjaan di konstruksi bangunan bertingkat.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku menggunakan helm dengan menggunakan salah satu teori untuk memprediksi perilaku yaitu teori reasoned action dan teori planned behavior. Melalui teori ini perilaku dapat diprediksi melalui tiga determinan perilaku yaitu sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Partisipan penelitian ini adalah pekerja tingkat pelaksana pekerjaan konstruksi bangunan. Jumlah partisipan keseluruhan adalah 135 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang berisi dengan pernyataan tentang variabel penelitian yang disusun dalam skala dengan rentang skor 1-4.
Analisis hasil penelitian ini menggunakan perhitungan regresi berganda, yang kemudian diperoleh R Square sumbangan ketiga variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap variabel intensi untuk menggunakan helm adalah sebesar 8,4 %. Besar sumbangan ini menunjukkan adanya sumbangan variabel lain yang juga berkontribusi terhadap intensi perilaku memakai helm. Sedangkan berdasarkan uji F, diperoleh nilai F adalah 5.114 yaitu di atas 3.94 maka dapat dikatakan bahwa terdapat sumbangan yang signifikan dari ketiga variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap variabel intensi untuk menggunakan helm. Variabel Norma subjektif secara signifikan mempunyai hubungan positif dengan intensi untuk menggunakan helm (sig T.002) serta memberikan sumbangan relatif terhadap intensi sebesar 0.261"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Kusminanti
"Pemberian alat pelindung diri adalah salah satu upaya untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja. Berdasarkan beberapa literatur dan pengamatan langsung oleh peneliti diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pemberian alat pelindung diri ini seringkali menemui hambatan. Misalnya tingkat kedisiplinan pekerja untuk memakai alat pelindung diri masih belum optimal yang disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran pekerja terhadap pentingnya alat pelindung diri, pola pengawasan dari pimpinan, dan adanya faktor-faktor yang dianggap menghambat untuk memakai alat pelindung diri. Salah satu jenis alat pelindung diri adalah helm, yaitu alat yang ditujukan untuk melindungi kepala dari bahaya di atas kepala. Kebutuhan helm ini sangat besar pada jenis pekerjaan di konstruksi bangunan bertingkat.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku menggunakan helm dengan menggunakan salah satu teori untuk memprediksi perilaku yaitu teori reasoned action dan teori planned behavior. Melalui teori ini perilaku dapat diprediksi melalui tiga determinan perilaku yaitu sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Partisipan penelitian ini adalah pekerja tingkat pelaksana pekerjaan konstruksi bangunan. Jumlah partisipan keseluruhan adalah 135 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang berisi dengan pernyataan tentang variabel penelitian yang disusun dalam skala dengan rentang sitar 1-4.
Analisis hasil penelitian ini menggunakan perhitungan regresi berganda, yang kemudian diperoleh R Square sumbangan ketiga variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap variabel intensi untuk menggunakan helm adalah sebesar 8,4 .%. Besar sumbangan ini menunjukkan adanya sumbangan variabel lain yang juga berkontribusi terhadap intensi perilaku memakai helm. Sedangkan berdasarkan uji F, diperoleh nilai F adalah 5.114 yaitu di atas 3.94 maka dapat dikatakan bahwa terdapat sumbangan yang signifikan dari ketiga variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap variabel intensi untuk menggunakan helm. Variabel Norma subjektif secara signifikan mempunyai hubungan positif dengan intensi untuk menggunakan helm (sig T = .002) serta memberikan sumbangan relatif terhadap intensi sebesar 0.261. Variabel Perceived behavioral control secara signifikan mempunyai hubungan yang positif dengan intensi untuk menggunakan helm (sig T = .039) dan memberikan sumbangan relatif terhadap intensi sebesar 0.183.
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: pertama, sikap tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap intensi untuk menggunakan helm pada pekerja pelaksana pekerjaan konstruksi, kedua, norma subjektif dan perceived behavioral control memberikan sumbangan yang signifikan terhadap intensi untuk menggunakan helm pada pekerja pelaksana pekerjaan konstruksi, ketiga, variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control secara bersama-sama memberikan sumbangan terhadap variabel intensi untuk menggunakan helm, dan keempat, norma subjektif memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap intensi untuk menggunakan helm pada pekerja konstruksi bangunan bertingkat.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intensi untuk menggunakan helm pada pekerja konstruksi lebih dipengaruhi oleh atasan yaitu: `mandor', petugas K3, dan pimpinan proyek, yang berada di tempat kerja serta kondisi-kondisi yang dipersepsikan sebagai kemudahan dan kesulitan oleh pekerja untuk menggunakan helm. Maka perlu dilakukan sosialisasi penggunaan helm oleh perusahaan melalui peran dari atasan tersebut. Upaya ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman pekerja terhadap pentingnya aspek keselamatan kerja khususnya menggunakan helm pada saat bekerja.

Personal protective equipment (PPE) program is one of the safety programs which aimed to reduce the severity of injury from accident in the workplace. Based on the literatures and the observation, this program almost has some problems, such as, lack of workers discipline for wearing PPE, lack of the awareness of safety, lack of supervision, and the worker's perception about the situation that could obstruction factors in wearing PPE. One of the PPE is helmet, which aimed to protect head from the falling hazard and to reduce its severity of injury. The need for wearing helmet is very important in building construction site area.
Based on the explanation above, researcher interest to sec more details what are the influences factors in wearing helmet of the worker through the theory of behavior prediction, these are reasoned action theory and planned behavior theory. These theories explain that behavior could be predicted by the determinant factors, attitude, subjective norm, and perceived behavioral control. The participants of this study arc the workers at building construction site area, they arc 135 person. This study uses the questionnaire as the instrument which contains statements of the variables. The statement are arrange in range of scale is 1 - 4.
The analysis use multi regression. The result of this study is R Square of the determinant factors, attitude, subjective norm, and perceived behavioral control toward worker's intention for wearing helmet in the building construction area is 8.4 %. The amount of this score means, the worker's intention for wearing helmet is more influenced by the others factors whether these determinant factors. Based on the F test, which score is 5.114 (more 3.94), therefore we can say that the contribution of these variables are significant. Subjective norm have positive relation and give more contribution than others variables (0.261, T=.002, p value=0.05). Perceived behavioral control also have positive relation and contribute to the intention (0.183, T-0.039, p value=0.05).
The study conclusions are as follow. First, attitude has not relation with the intention, means attitude can not be a prediction factors for this intention. Second, subjective norm and perceived behavioral control have positive relation and contribute to the worker intention for wearing helmet in building construction area. Third, all of the determinant factors altogether contribute to worker's intention for wearing helmet in building construction area. Fourth, the biggest contribution factor to its intention is subjective norm variable.
Based on these result of the study, we can see that the worker's intention for wearing helmet is more influenced by their belief about supervisor's suggestion for wearing helmet in the workplace. They are `mandor', safety inspectors, and project officers in the work area. Also, from this study, we know about the facilitation and obstruction factors which influenced the intention. These factors are the perception about conditions or consequences in wearing helmet. This study suggests the worker's intention could be increased through more socialization to increase the worker's awareness for wearing helmet in the work area. This activity could be facilitating by the role of supervisor. Also the company should conduct the need assessment for helmet to decide the more appropriateness equipment for the worker.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18601
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virozza Bianca Jasmine
"ABSTRAK
Perilaku pekerja yang tidak aman dapat menyebabkan tingginya risiko kecelakaan kerja, terutama dalam proyek konstruksi di DKI Jakarta. Perilaku kerja yang aman dapat dipengaruhi oleh faktor organisasi dan faktor psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara faktor organisasi dan faktor psikologis untuk meningkatkan perilaku kerja yang aman. Dengan mengadopsi model kinerja keselamatan dalam penelitian sebelumnya, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model bayesian network (BN) untuk mengetahui hubungan antara variabel prediktor (faktor organisasi dan faktor psikologis) dan variabel respon (perilaku keselamatan pekerja) menggunakan Directed Acyclic Graph (DAG). Metode BN sangat berguna dalam memprediksi efektivitas berbagai strategi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor psikologis memiliki pengaruh langsung yang lebih signifikan daripada faktor organisasi. Berdasarkan simple strategies, faktor yang paling efektif untuk meningkatkan perilaku kerja yang aman adalah sikap keselamatan, komitmen manajemen, dan norma subjektif. Selain itu, ditemukan bahwa joint strategies antara komitmen manajemen, kepemimpinan, niat, dan pengendalian perilaku yang dirasakan mampu memiliki pengaruh terbesar untuk meningkatkan perilaku kerja yang aman.

ABSTRACT
Unsafe behavior of workers can cause a high risk of workplace accidents, especially in construction projects in DKI Jakarta. Safe work behavior can be influenced by organizational factors and psychological factors. This research aims to identify the relationship between organizational factors and psychological factors for improving safe work behavior. By adopting a safety performance model in previous studies, the method using in this research is bayesian network (BN) model to represent the relationship between predictor variables (organizational factors and psychological factors) and the response variable (safe work behavior) using Directed Acyclic Graph (DAG). The BN method is very useful in predicting the effectiveness of various strategies. The results of this research indicate that the psychological factors have a more significant direct effect than organizational factors. Based on the simple strategies, the most effective factors for improving safe work behavior are safety attitudes, management commitment, and subjective norms. Furthermore, it was found that the joint strategies between management commitment, leadership, intention, and perceived behavioral control were able to have the greatest influence for improving the safe work behavior."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roro Ratih Ambarwati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rike Permata Sari
"Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai orang yang merokok di sekitar kita,baik di kantor, di pasar, ditempat-tempat umum lainnya atau bahkan dikalangan rumah tangga kita sendiri. Kebiasaan merokok di Indonesia dan diberbagai negara berkembang lainnya memang cukup luas, dan cenderung benambah dari waktu ke waktu. Padahal dibandingkan dengan penyakit mematikan seperti AIDS, asap rokok mengakibatkan kematian dengan korban jauh lebih tinggi.
Merokok memang berbahaya bagi kesehatan, karena tembakau yang ada dalam rokok menambah resiko untuk banyak penyakit, seperti kanker paru-paru,dan jantung. Menurut Aditama (1997) setidaknya ada dua faktor yang membuat orang tidak mudah berhenti merokok. Pertama adalah akibat ketergantungan atau adiksi pada nikotin yang ada dalam asap rokok, dan kedua karena faktor psikologis yang dirasakan adanya kehilangan sesuatu kegiatan tertentu kalau berhenti merokok.
Dengan makin meluasnya informasi tentang pengaruh buruk merokok bagi kesehatan, maka tidak sedikit orang yang berusaha berhenti merokok. Laporan dari WHO 1997, menyebutkan bahwa dalam dua dekade terakhir ini menunjukkan tingginya keinginan untuk berhenti merokok di berbagai negara. Sedangkan departemen Kesehatan dan persatuan kanker Amerika Serikat, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa banyak diantara orang-orang muda yang berkemauan keras untuk berhenti merokok. Tetapi sangat disayangkan karena dengan usaha sendiri tidak berhasil.Karena tidak mudah bagi seorang perokok untuk berhenti merokok. Ada sejumlah perokok sudah berhenti merokok selama beberapa waktu, tetapi sebagian kemudian kambuh lagi dengan kebiasaan merokok dan mulai merokok kembali.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dipakai untuk rnembantu usaha agar dapat berhenti merokok, tetapi, yang terpenting adalah faktor kemauan yang kuat dari si perokok untuk berhenti merokok. Dalam ilmu psikologi, kemauan yang kuat untuk melakukan suatu tingkah laku dapat dilihat dari intensinya untuk melakukan suatu tingkah laku. Intensi untuk melakukan suatu tingkah laku meurut Ajzen (1988) dalam theory of planned behavior dapat digunakan untuk meramalkan seberapa kuat keinginan inqliyidu untuk menampilkan dan seberapa banyak usaha yang direncanakan atau dilakukan individu untuk menampilkan suatu tingkah laku. Lebih lanjut, teori ini menyatakan bahwa intensi ditentukan oleh tiga hal yaitu sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, dan persepsi individu mengenai kontrol yang ia miliki untuk memunculkan tingkah laku (perceived behavioral control).
Berdasarkan teori ini akan diteliti mengenai intensi para perokok untuk berhenti merokok. Dengan teknik purposive sampling, sebanyak 185 orang perokok, dilibatkan sebagai sampel penelitian. Data ke-185 orang perokok tersebut diolah dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu untuk mendapatkan deskripsi sampel,mean dan standard deviation serta hasil analisis regresi berganda.
Hasil penelitian diperoleh bahwa intensi responden untuk berhenti merokok baik secara keseluruhan maupun dalam kelompok-kelompok data kontrol berada diatas mean teoretis, berarti secara keseluruhan cukup tinggi. Selain itu dengan menggunakan analisis regresi berganda diketahui bahwa terdapat hubungan linear yang signifikan antara sikap,norma subyektitl dan perceived behavioral control terhadap intensi untuk berhenti merokok.
Dari ketiga hal tersebut, norma subyektif dan perceived behavioral control yang paling berperan terhadap intensi tersebut. Artinya persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk berhenti merokok dan motivasinya untuk mematuhi tekanan sosial tersebut menentukan niat individu tersebut untuk memunculkan tingkah laku yang dimaksud serta individu mempersepsi dirinya memiliki sumber-sumber dan kesempatan yang diperlukan jika ia hendak berhenti merokok, dan sumber-sumber serta kesempatan tersebut memudahkan intensinya untuk berhenti merokok.
Dengan demikian hipotesis penelitian bahwa sikap terhadap tingkah Iaku memiliki sumbangan yang signifikan terhadap tingkah laku ditolak. Hipotesis yang menyatakan bahwa ada sumbangan yang signifikan dari norma subyektif terhadap intensi untuk berhenti merokok diterima. Demikian juga diterima hipotesis yang menyatakan ada sumbangan yang signifikan dari perceived behavioral control terhadap intensi untuk berhenti merokok."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2488
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Fitraza Kosmaya
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perceived organizational support (POS) terhadap komitmen organisasi karyawan di PT XYZ. Tipe penelitian action research dengan responden sebanyak 66 karyawan. Alat ukur dalam penelitian ini adalah adaptasi dari Organizational Commitment Questionnare (Allen dan Meyer, 1997) dan Survey Perceived of Organizational Support (Eisenberger dkk., 1986).
Hasil uji regresi berganda (R2=0,208, p<0,05), menunjukkan bahwa ketiga komponen POS secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi karyawan. Adapun dimensi POS yang memiliki sumbangan terbesar terhadap ketiga komponen komitmen organisasi adalah perceived of supervisor support (PSS). Oleh karena itu, intervensi dirancang untuk meningkatkan PSS melalui pelatihan coaching terhadap atasan dan pendampingan saat atasan memberikan coaching kepada bawahannya.
Dari hasil uji signifikansi perbedaan pre-test dan post-test, diketahui bahwa intervensi yang diberikan berhasil meningkatkan POS (t=-2,899, p<0,05), namun tidak berhasil meningkatkan komitmen organisasi karyawan (t=-1,489, p>0,05). Hal ini disebabkan rendahnya pengalaman kerja responden (dibawah 2 tahun) atau jarak pengukuran pre-test dan post-test yang terlalu singkat. Dengan demikian, perusahaan perlu memberikan bentuk dukungan lain yang dapat meningkatkan komitmen organisasi, misalnya kebijakan, penghargaan, dan kondisi kerja yang dipersepsikan adil oleh karyawan.

The study was conducted to determine the effect of perceived organizational support (POS) to organizational commitment of XYZ employees. Type of action research study with the respondents as many as 66 employees. Measuring tool in the study were adapted from the Organizational Commitment Questionnare (Allen and Meyer, 1997) and the Survey of Perceived Organizational Support (Eisenberger et al., 1986).
The results of multiple regression test (R2=0,208, p<0,05), showed that all three components of POS is jointly significant effect on organizational commitment of employees. The dimensions of POS which has the largest contribution to the three components of organizational commitment is perceived supervisor support (PSS). Therefore, the interventions was designed to improve the PSS through coaching training and supervisory to superordinates.
The results of pre-test and post-test significance differences that intervention given had been able to improve POS (t=-2,899, p<0,05), but have not been able to improve organizational commitment (t=-1,489, p>0,05). This is due to lack of work experience of respondents (under 2 years) or a distance measurement of pre-test and post-test that is too short. Thus, companies need to provide other forms of support that can improve organizational commitment, such as policies, fair rewards, and working conditions are perceived by employees.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syadzwina Hasyyati Taqwa
"Di negara berketuhanan seperti Indonesia, menjadi ateis, atau orang yang tidak percaya pada Tuhan (Martin, 2007), berisiko mengalami perilaku diskriminatif. Di Amerika diketahui bahwa pada umumnya ateis tidak disukai (Galen, Smith, Knapp, & Wyngarden, 2011; Harper, 2007; Saroglou, Yzerbyt, & Kaschten, 2011). Di sisi lain, toleransi terhadap perbedaan dan kebebasan berekspresi semakin dikembangkan. Hal ini memunculkan pertanyaan bagaimana kecenderungan bertingkah laku masyarakat Indonesia terhadap ateis. Dalam Theory of Planned Behavior (TPB), Ajzen (2005) menjelaskan bahwa intensi lebih akurat dalam memprediksi tingkah laku dibandingkan sikap. Intensi sendiri dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control (PBC). Sejalan dengan itu, penelitian ini meneliti intensi mahasiswa untuk berteman dengan ateis selama berkuliah, dengan menggunakan Theory of Planned Behavior (N = 177). Peneliti mengukur intensi, sikap, norma subjektif, dan PBC melalui alat ukur TPB, dengan pengukuran langsung. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, dan PBC secara bersamaan dapat memprediksi intensi mahasiswa untuk berteman dengan ateis selama berkuliah (R2 = 0,407). Masing-masing prediktor ditemukan signifikan dalam memprediksi intensi. Di antara ketiganya, ditemukan bahwa sikap merupakan prediktor terkuat (β = 0,355) dan norma subjektif adalah prediktor terlemah (β = 0,158). Keterbatasan dan saran untuk penelitian berikutnya didiskusikan lebih lanjut.

In a theistic country like Indonesia, atheist, or someone someone without a belief in God (Martin, 2007), is at risk to experience discriminative behavior. Studies in America show that atheists are generally perceived unfavorably (Galen, Smith, Knapp, & Wyngarden, 2011; Harper, 2007; Saroglou, Yzerbyt, & Kaschten, 2011). In another side, tolerance towards differences and freedom of expression lately have been more encouraged. This brings in the question about how Indonesians? would act towards atheists. In Theory of Planned Behavior (TPB), Ajzen (2005) proposes that intention is more accurate in predicting behavior, and it is determined by attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control (PBC). Thus, this study investigates college students' intention to befriend atheist (N = 177), using TPB framework. College students? intention, attitudes, subjective norms, and PBC are measured through TPB questionnaire, using direct measurement. The result of multiple regression analysis showed that attitudes, subjective norms, and PBC simultaneously predict college students? intention to befriend atheist (R2= .407). All predictors are significant. Among the three, attitude is found to be the strongest predictor (β = .355) and subjective norms is the weakest predictor (β = .158). Limitations and suggestions for future research are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hudawan Satria Jati
"Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan salah satu teori yang tepat digunakan untuk mempreiksi intensi dari suatu tingkah laku. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh dari determinan TPB terhadap intensi untuk melakukan perilaku mencontek pada mahasiswa. Mayoritas dari mahasiswa yang menjadi partisipan (96%) melaporkan pernah melakukan perilaku mencontek. Berdasarkan dari uji regresi linear secara keseluruhan, determinan TPB memprediksi 25,4% variasi di intensi untuk melakukan perilaku mencontek (R2=,254). Namun secara terpisah, kontrol tingkah laku yang dipersepsi (PBC) memiliki pengaruh yang paling signifikan dalam memprediksi variasi dalam intensi untuk tetap mencontek (R2=,272). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kontrol tingkah laku yang dipersepsi menjadi determinan yang paling baik dalam memprediksi intensi mahasiswa untuk melakukan tingkah laku mencontek.

Theory of Planned Behavior (TPB) is one of the right theory to predict the intention of a behavior. The aim of this research is to show the influences from determinants in TPB towards the intention of cheating behavior over college students. Most participants (96%) informed they have cheated before in one year time frame. Result from linear regression test simultaneously showed that determinants in TPB predicted 25,4% of intention variety to perform cheating behavior (R2=,254). Nevertheless, separately the perceived behavioral control has the most significant influence over predicting the variety of intention in cheating behavior (R2=,272). The results shows that perceived behavioral control is the best determinant to predict students intention of cheating behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S57703
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khadidiatou Amirou
"ABSTRAK
Keberadaan sinisme perubahan organisasi diantisipasi sebagai hambatan yang akan muncul dalam menjalankan proses perubahan organisasi. Untuk itu, perlu diketahui apa saja faktor yang mempengaruhi sikap ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sikap percaya pada organisasi terhadap sinisme perubahan organisasi. Sampel penelitian terdiri atas 276 karyawan yang diambil dari dua lembaga keuangan BUMN dan dua lembaga keuangan perusahaan swasta. Sikap percaya pada organisasi diukur dengan Organizational Trust Index (OTI) dan sinisme perubahan organisasi diukur dengan Cynicism About Organizational Change Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sikap percaya pada organisasi terhadap sinisme perubahan organisasi, dengan dimensi keandalan sebagai dimensi yang memiliki efek terbesar.

ABSTRACT
The existence of cynicism about organizational change was predicted to be an obstacle during organizational change process. Thus, it was crucial to know what factors affected this attitude. The purpose of the current research was to investigate the effect of organizational trust on cynicism about organizational change. The research sample consisted of 276 employees obtained from two public and two private financial institutions. Organizational trust was measured with Organizational Trust Index (OTI), while cynicism about organizational change was measured with Cynicism About Organizational Change Scale. Results from the research showed that organizational trust predicted cynicism about organizational change, with the reliability dimension showing the biggest effect size.;"
2016
S65066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Novascotia Saripudin
"[ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan dalam perilaku social loafing antara mahasiswa dari berbagai negara di Asia dengan mahasiswa dari Australia. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa University of Queensland, yang dibagi menjadi dua kelompok kondisi yaitu kondisi kerja kelompok koaktif atau kerja kelompok kolektif. Masing-masing kondisi terdiri dari antara mahasiswa Asia atau mahasiswa Australia. Partisipan diberikan mental task dan kemudian performanya diukur untuk menunjukkan tendensi perilaku social loafing. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok koaktif dan kolektif, mahasiwa Australia pada kelompok koaktif bekerja lebih baik dibanding mahasiswa Asia pada kelompok koaktif. Hasil dari penelitian ini mengindikasi bahwa budaya individualistik barat menunjukkan performa kerja lebih baik dibanding budaya kolektivis timur ketika ditempatkan pada kondisi kelompok kerja koaktifABSTRACTThis research is done to investigate the differences in social loafing between Asians students from various Asian countries and Australian students. Participants were university students who were divided into either a coactive or collective work condition. Each work condition consisted of either Asians or Australians. Participants were given a mental task and the performance on this task was measured to represent social loafing. The results revealed that although there was no significant difference between coactive and collective groups, Australians in a coactive setting performed better than Asians in a coactive setting. The results of this study indicate that western individualistic cultures perform better than eastern collectivistic cultures on a task if they are put in a coactive work setting;This research is done to investigate the differences in social loafing between Asians students from various Asian countries and Australian students. Participants were university students who were divided into either a coactive or collective work condition. Each work condition consisted of either Asians or Australians. Participants were given a mental task and the performance on this task was measured to represent social loafing. The results revealed that although there was no significant difference between coactive and collective groups, Australians in a coactive setting performed better than Asians in a coactive setting. The results of this study indicate that western individualistic cultures perform better than eastern collectivistic cultures on a task if they are put in a coactive work setting, This research is done to investigate the differences in social loafing between Asians students from various Asian countries and Australian students. Participants were university students who were divided into either a coactive or collective work condition. Each work condition consisted of either Asians or Australians. Participants were given a mental task and the performance on this task was measured to represent social loafing. The results revealed that although there was no significant difference between coactive and collective groups, Australians in a coactive setting performed better than Asians in a coactive setting. The results of this study indicate that western individualistic cultures perform better than eastern collectivistic cultures on a task if they are put in a coactive work setting]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>