Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92908 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panjaitan, Gressy S. Cornelia
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
FX. Albino Prasodjo
"ABSTRAK
Cinta adalah suatu topik dalam hidup yang selalu menarik untuk dibahas. Segala hal yang bertemakan cinta mudah membuat orang terharu karenanya. Cinta kepada pasangan merupakan suatu emosi yang secara alamiah akan tumbuh ketika manusia memasuki suatu tahapan tertentu dalam perkembangannya. Manusia ketika memasuki tahap dewasa muda memiliki berbagai macam tugas perkembangan, salah satunya adalah membangun hubungan intim dengan orang lain (Erikson, dalam Paplía, Olds, & Feldman, 2001). Dalam membangun hubungan intim ini salah satuna diwujudkan dalam bentuk berpacaran. Dalam berpacaran ini kita selalu membayangkan sebagai situasi yang menggembirakan, penuh dengan belaian dan pujian. Namun pada kenyataannya dalam berpacaran tidak selalu diwarnai dengan hal-hal yang diindah seperti yang dibayangkan dan diharapkan. Seringkali terjadi kekerasan dalam bentuk apapun, baik secara fisik dan emosional. Dari kedua bentuk kekerasan tersebut, yang paling banyak ditemui adalah kekerasan emosional. Kekerasan ini memang tidak begitu kasat mata seperti kekerasan fisik, namun dampak yang diakibatkan jauh lebih dasyat dari yang diduga.
Banyak orang yang peduli tentang kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga (Domestic Violence), namun masih sedikit yang peduli pada kekerasan yang terjadi pada remaja, terutama kekerasan yang terjadi saat mereka sedang berpacaran (Kekerasan Dalam Pacaran/KDP) atau Dating Violence). Hal tersebut dapat dipahami sebagai salah satu bentuk ketidaktahuan akibat kurangnya informasi dan data dari laporan korban mengenai kekerasan ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah gambaran cinta pada usia dewasa muda yang mengalami kekerasan emosional dalam berpacaran? Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang cinta romantis pada pasangan tersebut berdasarkan teori segitiga cinta Sternberg. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan wawancara dengan 3 orang perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam berpacaran yang berada pada rentang usia dewasa muda Analisis terhadap hasil penelitian dilakukan dengan cara analisis tematik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua subjek yang mengalami kekerasan emosional tidak merasakan adanya keintiman (intimacy) dan gairah secara fisik (passion) terhadap pacarnya. Namun, para subjek tetap ingin hubungan mereka berlanjut sampai pernikahan. Dengan kata lain, semua subjek hanya mempunyai komitmen terhadap pacarnya. Menurut Strenberg situasi demikian, sering disebut dengan nama empty love. Di mana sebetulnya hubungan tersebut terlalu dipaksakan untuk dijalani meski sudah berlangsung lama."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T38551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Restu Latifah Hanum
"ABSTRAK
Isu putus cinta merupakan isu yang dekat dengan tahapan perkembangan
dewasa muda, yang di dalamnya terdapat isu mengenai intimacy. Intimacy merupakan
isu utama pada usia dewasa muda, yaitu saat seseorang membuat sebuah komitmen
dengan orang lain. Berkaitan hal tersebut, putus cinta merupakan stresor yang
umumnya teijadi pada mahasiswa. Putus cinta lebih banyak dikaitkan dengan efek
negatif, salah satunya dengan grief. Grief adalah respon emosional terhadap
kehilangan yang dialami oleh seseorang.
Grief akibat putus cinta dapat mengganggu fungsi seseorang dalam kehidupan
sehari-hari, seperti kurang konsentrasi dalam belajar maupun penurunan kineija,
kehilangan nafsu makan, marah, benci, kesepian, serta depresi. Oleh sebab itu,
diperlukan sebuah kajian dari sisi psikologis mengenai penghayatan seseorang wanita
dewasa muda terhadap peristiwa putus cinta.
Dari penelitian yang menggunakan metode kualitatif ini, peneliti menemukan
bahwa partisipan tidak melaluinya fase grief secara linier, melainkan dapat kembali
pada fase pertama sebelum bila terjadi hal-hal yang berkaitan dengan mantan pacar.
Peneliti juga menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi grief seseorang
adalah signifikasi hubungan, situasi yang mendukung putusnya hubungan, serta
makna kehilangan. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemulihan
adalah dukungan dari teman, pekeijaan, dan kegiatan di dunia maya."
2010
T37956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiyah Allissah
"Fenomena perceraian orang tua yang semakin meningkat di masyarakat memiliki dampak pada anak khususnya, terutama pada hubungan romantis dewasa muda yang mengalami perceraian orang tua. Skripsi ini disusun karena masih adanya kontradiksi pada literatur-literatur mengenai dampak perceraian orang tua pada anak dewasa muda. Tujuan dari skripsi ini ialah untuk mengetahui gambaran komponen cinta pada hubungan romantis dewasa muda yang mengalami perceraian orang tua.
Hasil penelitian menghasilkan mean kelompok yang dijadikan acuan untuk mengkategorikan mayoritas jenis cinta yang dimiliki oleh dewasa muda yang mengalami perceraian orang tua. Mayoritas dewasa muda yang mengalami perceraian orang tua memiliki jenis cinta consummate love. Hasil ini merupakan hasil yang baik bagi dewasa muda yang mengalami perceraian orang tua karena menurut Sternberg (1986), jenis cinta ini adalah jenis cinta yang paling lengkap karena seluruh komponen ada di dalamnya dan jenis cinta yang ingin diraih oleh seluruh pasangan. Kemudian, sebagian besar partisipan penelitian berada pada norma kelompok sedang pada komponen intimacy dan passion, sedangkan untuk komponen commitment berada pada norma kelompok tinggi. Hasil ini menandakan bahwa komponen cinta pada hubungan romantis dewasa muda yang mengalami perceraian orang tua berada pada kondisi yang cukup baik.

Phenomena about parental divorce that increasing in the society have effect to the children specifically, especially in young adult romantic relationship who experienced parental divorce. This research been compose because there are still contradictive in the literature about the effect of parental divorce to young adult children. The aims of this research is to describe the components of love in romantic relationships of young adults who experienced parental divorce.
The results of the study resulted in mean group made reference to categorize the majority of the type of love that is owned by young adults who experienced parental divorce. The majority of young adults who experienced parental divorce had a type of love, consummate love. This result is a good result for young adults who experienced parental divorce because according to Sternberg (1986), this kind of love is the most complete kind of love because all components are on it and it is kind of love that want to be achieve by all couples. Then, most of the study participants were in the moderate group norms in the intimacy and passion component, meanwhile for commitment component were in the high group norms. This result indicates that the components of love in romantic relationships of young adults who experienced parental divorce are in fairly good condition.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S53531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Una Amanda Priharani
2004
S3324
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Christina
"Setiap orang Iahir dalam suatu budaya dimana terbentuk serangkaian konsep 1 ide mengenai benar atau salah, baik dan buruk, Serta apa yang diinginkan dan tidak diinginkan (Cohen, 1984). Hal ini berkaitan juga dengan pembentukan konsep mengenai citra tubuh. Sekarang sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa figur ideal untuk wanita adalah bertubuh tinggi, langsing, dan berkulit pulih. Penekanan pada bentuk tubuh ideal menjadi bentuk kontrol sosial dan psikologis bagi wanita pada umumnya. Barat tubuh yang tidak sesuai dengan konsep ideal rnempengaruhi rasa percaya diri seorang wanita (Saraiino, 1994).
Lingkungan sosial memiliki pengaruh penting dalam pembentukan penghayatan mengenai citra tubuh seseorang. Pada masyarakat yang sangat memperhatikan berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan mulai knawatir dengan ukuran tubuhnya sejak masa anak-anak dan sering diejek atau disingkirkan dari kelompok sosial. Penghayatan terhadap citra tubuh yang negatif mempengaruhi cara pandang orang tersebut mengenai kejadian-kejadian yang dialaminya. Individu yang berpikir negatif mengenai tubuhnya akan berasumsi bahwa orang lain juga menilainya sedemikian rupa dan menginterpretasi tingkah Iaku orang Iain berdasarkan keyakinannya tersebut.
Selain itu, di masa dewasa muda, salan satu tugas perkembangan individu adalah menjalin hubungan yang bermakna dengan lawan jenis. Sementara dalam masyarakat berkembang pandangan bahwa wanita yang bertubun gemuk akan sulit menemukan pasangan karena tubuhnya tidak menarik. Diskrepansi antara figur ideal dan figur aktual ini dapat menimbulkan masalah pada wanita dewasa muda yang mengalami obesita:-3. Penelitian-penelitian mengenai individu-individu yang mengalami obesitas menunjukkan adanya hubungan antara onset, pola makan binge- eat dan jenis kelamin dengan kepuasan citra tubuh.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif unluk mengetahui gambaran citra tubuh pada wanita yang mengalami obesitas, sedangkan untuk peneiaahan alat ukur Citra tubuh MBSRQ (Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire), pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dan kua|itatif. Kesimpuian mengenai gaminaran Citra tubuh diperoleh melalui analisa pola dari nasil wawancara dan mencocokkannya dengan pola teoritis. Untuk menelaah alat ini, dilakukan pengujian reliabilitas dengan Cronbach alpha dan pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan wawancara sebagai kriterion, yaitu sebagai suatu hal yang dianggap dapat dipercaya untuk mencoba mengukur validitas MBSRQ.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dua responden mengalami hambatan dalam menjalin hubungan dengan Iawan jenis karena ukuran tubun mereka. Kedua responden ini memiliki pembanding sosiai yang superior dan memiliki kedekatan hubungan serta kemiripan latar belakang, yaitu kakak perempuan. Analisa banding menunjukkan bahwa hampir semua responden mengalami obesitas sejak balita, mendapat tanggapan negatif dari lingkungan dalam derajat yang berbeda dan mengestimasi berat badannya sesuai dengan indeks massa tubuh. Penelaahan terhadap MBSRQ menunjukkan bahwa alat ukur ini reliabel untuk mengukur citra tubuh, meskipun perhitungan statistik dengan jumlah subyek yang kecil membuat hasil ini masih dapat diperdebatkan.
Berdasarkan uji signifikansi dari korelasi antara hasil wawancara dan hasil MBSRQ, teriihat bahwa pada 4 subskala tidak dapat dilakukan pernitungan, 5 subskala tidak ditemukan korelasi dan hanya pada 1 subskala, yaitu Kecemasan terhadap Kegemukan, ditemukan korelasi antara hasil wawanoara dan nasil MBSRQ. Hasil ini didukung juga olen penelaahan secara kuaiitatif dimana hasil MBSRQ kedelapan respon dalam sillnskala Kecemasan terhadap Kegemukan, sesuai dengan hasil wawancara. Sedangkan pada kesembilan subskaia Iainnya, diternukan beberapa ketidaksesuaian dengan jumlah perbandingan yang beragam.
Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa MBSRQ merupakan alat yang baik digunakan untuk penelitian dalam jumlah besar namun kurang sensitif dalam penggunaan untuk keperiuan psikologi klinis karena lidak dapat memberikan protil yang knas individu.
Saran yang diberikan adalah dilakukannya penelitian Iebih lanjut mengenai MBSRQ dengan menggunakan kriterion Iain yang memungkinkan untuk penggunaan pada sampel yang Iebih besar, misalnya alat ukur mengenai konsep diri. Selain itu, Untuk penggunaan MBSRQ seoara lebih luas sebaiknya dibuat norma standar Untuk pria dan wanita Indonesia. Untuk mengetahui édanya perbedaan yang bermakna mengenai gambaran citra tubuh, dapat digunakan kelompok pembanding seperli wanita yang mengalami obesitas dengan onset dewasa atau pria yang mengalami obesitas."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shahnaz Safitri
"Di Indonesia, terdapat pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf. Ta’aruf adalah proses perkenalan berdasarkan nilai agama Islam berupa adanya batasan durasi perkenalan dan interaksi antara laki-laki dan perempuan dengan tidak diperkenankan adanya kontak fisik. Proses ta’aruf juga mensyaratkan adanya mediator bagi calon pasangan untuk berkenalan. Sementara itu diketahui bahwaand religiusitas individu dan durasi mengenal pasangan sebelum menikah berhubungan dengan kepuasan pernikahan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan tipe pasangan pada masyarakat Barat. Berdasarkan studi literatur, belum ada penelitian yang melihat perbandingan kepuasan pernikahan berdasarkan tipe pasangan dalam konteks pernikahan melalui ta’aruf.
Maka penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan kepuasan pernikahan berdasarkan tipe pasangan pada 62 individu yang menikah melalui ta’aruf. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan kepuasan pernikahan yang signifikan antara tipe pasangan tradisional, separated, dan campuran (F = 3,569, p < 0.05, two-tailed.) Analisis data tambahan menunjukkan terdapat perbedaan kepuasan pernikahan yang signifikan antara tipe pasangan tradisional, separated, dan independen (F = 3,807, p < 0.05, two-tailed.) pada pria yang ta’aruf, sementara tidak demikian pada subjek penelitian wanita (F = 2,943, p > 0.05, two-tailed.)

In Indonesia, there are couples who got married through the process of ta'aruf. Ta'aruf is acquaintanceship process based on the value of Islam which limit the duration of introductions and interactions between men women with no physical contact allowed. Ta'aruf also requires a mediator for the prospective couples to get acquainted. It is known that individual religiosity and acquaintance duration before marriage are associated with marital satisfaction. Previous research suggests that there are differences in marital satisfaction by couple types in Western society. However, there are no studies that look at the comparison of marital satisfaction by couple types in the context of marriage through ta'aruf.
This study aims to compare the marital satisfaction by couple types in 62 individuals who are married through ta'aruf. The results showed there were significant differences in marital satisfaction between traditional, separated, and mixed couples (F= 3.569, P<0.05, two-tailed.) Additional data analysis showed that there were significant differences in marital satisfaction between traditional, separated , and independent (F = 3.807, p <0.05, two-tailed.) among men who did ta'aruf. In contrast, there were no significant differences in marital satisfaction between traditional, separated , and independent among women ( F = 2.943, p> 0.05, two-tailed.)"
2014
S54541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Bilqisthi
"Di Indonesia, terdapat fenomena ta?aruf (perjodohan muslim Indonesia). Hal yang membedakan ta?aruf dengan perjodohan lainnya adalah landasan proses ini berdasarkan keyakinan agama, bukan budaya ataupun alasan ekonomi. Studi mengenai pasangan pernikahan yang melalui perjodohan, termasuk ta?aruf masih sedikit jika dibandingkan pernikahan romantic love. Berdasarkan studi literatur, komitmen dan kepuasan pernikahan merupakan prediktor kesuksesan pernikahan. Namun, belum ada penelitian yang melihat hubungan antara kedua variabel tersebut dalam konteks pernikahan ta?aruf. Maka peneliti melakukan penelitian yang melihat hubungan kepuasan pernikahan dan komitmen pernikahan pada 131 individu yang menikah melalui ta?aruf. Hasil menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan pernikahan dengan komitmen personal (r = 0,423, p < 0.01, one-tailed.) dan juga antara kepuasan pernikahan dengan komitmen moral (r =0.330, ,p < 0.01, one-tailed). Namun, ternyata tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara komitmen struktural dan kepuasan pernikahan (r = 0,074, p > 0.01)

In Indonesia , there are ta'aruf phenomenon ( Indonesian Muslim matchmaking ) . The differences between ta'aruf with other matchmaking is the cornerstone of this process is based on religious beliefs, not cultural or economic reasons. Studies with arranged marriage participant, including ta'aruf, are less when compared to romantic love marriage. Based on the literature study, commitment and marital satisfaction is a predictor of marriage success. However , no studies have looked at the relationship between the two variables in the context of ta'aruf. So the researcher conducted a study to see the relationship between marital satisfaction and commitment in 131 married individuals through ta'aruf. The results show that there is a positive and significant relationship between marital satisfaction with personal commitment ( r = 0.423 , p < 0.01 , one-tailed) And also between marital satisfaction with moral commitment ( r = 0.330 , p < 0.01 , one-tailed). However, it turns out there is no significant relationship between structural commitment and marital satisfaction ( r = 0.074 , p > 0.01)"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sania Gina Andrea
"Di Indonesia, terdapat fenomena ta?aruf di kalangan Muslim sebagai salah satu dari berbagai hasil adaptasi sistem perjodohan yang sedang berkembang saat ini. Ta?aruf adalah proses perkenalan menuju pernikahan berdasarkan nilai agama Islam. Pernikahan melalui ta?aruf tidak didahului dengan proses berpacaran dan ada peran pihak ketiga yang terlibat mengatur proses menuju pernikahan untuk membatasi interaksi antara pria dan wanita. Berdasarkan studi literatur, religiositas telah ditemukan berasosiasi dengan tingginya komitmen pernikahan pada individu. Namun, belum ada penelitian yang melihat hubungan antara kedua variabel tersebut dalam konteks pernikahan melalui ta?aruf. Maka penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara religiositas dan komitmen pernikahan pada 205 individu yang menikah melalui ta?aruf. Hasil menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara religiositas dan komitmen personal (r = 0.245, p < 0.01, one-tailed), antara religiositas dan komitmen moral (0.181, p < 0.01, one-tailed), dan juga antara religiositas dan komitmen struktural (r = 0.204, p < 0.01, one-tailed).

In Indonesia, there is ta?aruf phenomenon in Muslims as one of adaptation of various kinds of arranged marriage system that is currently developing. Ta?aruf is acquaintanceship process based on the values of Islam. Marriage through ta?aruf is not initiated with dating process and there is the third party who in charge to set the process leading towards marriage to limit the interactions between man and woman. Based on the literature study, religiosity was found to be associated with increased marital commitment in individuals. However, there were no studies that examined the relationship between the two variables in the context of ta?aruf. This study aims to examine the relationship between religiosity and marital commitment in 205 individuals who are married through ta?aruf. The results show that there is a positive and significant relationship between religiosity and personal commitment (r = 0.245, p < 0.01, one-tailed), between religiosity and moral commitment (0.181, p < 0.01, one-tailed), and also between religiosity and structural commitment (r = 0.204, p < 0.01, one-tailed)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>