Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67972 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qori Syahriana Akbar
"Salah satu ciri bahasa Melayu Klasik adalah penggunaan kosakata yang memiliki makna berbeda dengan makna pada masa sekarang. Tulisan ini menganalisis perubahan makna kata pada naskah Hikayat Bayan Budiman. Kata bahasa Melayu Klasik yang terdapat dalam kalimat pada naskah akan dibandingkan dengan kata bahasa Indonesia dalam konteks kalimat. Perubahan makna kata tersebut dibuktikan dengan menelusuri komponen makna pada tiap-tiap konteks. Setelah dilakukan analisis komponen makna, kata tersebut digolongkan ke dalam jenis perubahan makna. Dalam naskah Hikayat Bayan Budiman, paling banyak ditemukan kata yang mengalami perubahan makna secara menyempit. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan zaman sehingga dibutuhkan kosakata yang lebih spesifik untuk menjelaskan suatu hal.

One of the characteristics of Classical Malay Language is the use of words that have a different meanings to the words used nowadays. This paper analyzes the change of meaning in Hikayat Bayan Budiman manuscript. The Classical Malay Language word in the sentence of that manuscript will be compared with bahasa Indonesia word in the sentence of the present context. The change of meaning is proved by analyzing the meaning compound of that word in each context. Then, it is classified in to the kinds of meaning changing. In Hikayat Bayan Budiman manuscript, there are found the words that change in to the narrower meaning. It shows that there is a changing of the times so that needed the more specific words to explain the things.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Eka Juliarni
"Negasi memiliki peranan penting dalam sebuah bahasa. Bahasa Melayu yang lahir jauh sebelum bahasa Indonesia juga menempatkan negasi sebagai komponen yang penting. Berdasarkan penelitian ini, dalam bahasa Melayu, khususnya naskah Hikayat Bayan Budiman telah menggunakan negasi sebagai alat untuk menyangkal ataupun menolak. Untuk itu, penelitian ini mengangkat negasi sebagai tema. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriftif. Penelitian ini membahas pola urutan negasi dalam Hikayat Bayan Budiman. Penelitian ini juga membahas perilaku-perilaku sintaksis dari tiap penanda negasi dalam Hikayat Bayan Budiman. Hikayat Bayan Budiman sengaja dipakai sebagai salah satu teks dalam bahasa Melayu.

Negation has a crucial role in a language. Malay language who was born long before Indonesian also placed negation as an important component. Base on this research, Malay language in Hikayat Bayan Budiman manuscript negation as a means to deny or reject. Therefore, this study raised negation as its theme. This research is a qualitative descriptive analysis method. This study discusses the pattern of negation sequence in Hikayat Bayan Budiman. It also discusses the syntactic behavior of each negation marker in Hikayat Bayan Budiman. Hikayat Bayan Budiman has been deliberately used as one of the texts in the language of the Malays."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11024
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rindias Helenamartha Fatmasari
"Penelitian ini membahas nomina berafiks pe-, per-, pe--an, dan per--an dalam naskah Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Muhammad Hanafiyyah, dan Hikayat Raja Pasai. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis kepustakaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa perbedaan pola pembentukan nomina berafiks pe-, per-, pe--an, dan per--an. Selain memaparkan pola pembentukan nomina berdasarkan kaidah morfofonemik, penelitian ini juga mencoba menganalisis makna afiks pembentuk nomina pe-, per-, pe--an, dan per--an. Penelitian ini juga membahas perbedaan makna afiks pe-, per-, pe--an, dan per--an pada beberapa nomina yang terdapat dalam naskah Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Muhammad Hanafiyyah, dan Hikayat Raja Pasai.

This study discusses nouns affixed with pe-, per-, pe--an, and per--an in the manuscripts Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Muhammad Hanafiyyah, and Hikayat Raja Pasai. This study uses qualitative method, while the data collecting technique used is literature analysis. Based on this study, there are some differences in the forming pattern of nouns affixed with pe-, per-, pe--an, and per--an. In addition to describing the noun-forming pattern based on morphophonemic rules, this study also tries to analyze the meaning of noun forming affixes pe-, per-, pe--an, and per--an. This study also discusses the differences of meaning of affixes pe-, per-, pe--an, dan per--an for several nouns in the manuscripts Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Muhammad Hanafiyyah, and Hikayat Raja Pasai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1993
398.3 HIK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Pustaka, 1986
899.22 HIK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Winstedt, Richard, 1878-1966
Petaling Jaya: Fajar Bakti, 1985
899.22 WIN h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Megawati Cahyani
"Struktur bahasa Melayu Klasik dapat ditemukan pada karya sastra Melayu Klasik abad ke-13 hingga ke-19, seperti Hikayat Indranata. Hikayat Indranata adalah hikayat yang digunakan sebagai sumber data dalam kajian ini. Salah satu struktur bahasa Melayu Klasik yang dapat dikaji adalah klausa verbal. Klausa verbal bahasa Melayu Klasik dapat dikelompokan dalam tiga kelompok, yaitu klausa verbal transitif konstruksi aktif, klausa verbal transitif konstruksi pasif, dan klausa verbal intransitif. Struktur klausa verbal bahasa Melayu Klasik dapat dilihat dari afiks penanda verba dan pola urutan subjek-predikat.
Melalui analisis ini, didapatkan bahwa konstruksi klausa verbal bahasa Melayu Klasik cenderung menggunakan afiks sebagai penanda predikat verba dengan pola urutan klausa subjek-predikat. Ketiga jenis klausa verbal ini juga terdapat pada jenis klausa verbal bahasa Indonesia sehingga keduanya bisa dibandingkan. Hasil perbandingan keduanya menunjukkan bahwa struktur klausa verbal bahasa Melayu Klasik dan bahasa Indonesia tidak jauh berbeda.

Classical Malay Language construction can be found in Classical Malay literature around 13th century until 19th century, such as Hikayat Indranata. Hikayat Indranata will be used as the data of this study. One of Classical Malay Language that can be analyzed is verbal clause. The verbal clause of Classical Malay Language can be grouped into three classes, i.e. active transitive verbal clause, passive transitive verbal clause, and intransitive verbal clause. The structure of verbal clause in Classical Malay Language can be seen from the affixation as sign of verb and the arrangement of subject-predicate.
Through this study, we got that the construction of verbal clause of Classical Malay Language are mostly using the affixation as the sign of verb with subject-predicate arrangement. These three kinds of verbal clause also can be found in bahasa. Therefore, verbal clause from both languages (Malay and bahasa) can be compared. The result of this comparison shows that verbal clause in Classical Malay Language and bahasa Indonesia is not too different.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Suyati Suwarso
"Penelitian ini bertujuan memerikan nomina, pronomina dan numeralia di dalam bahasa Melayu Klasik (BMK) yang diambil dari teks Hikayat Raja Pasai. Dipilihnya topik penelitian ini dikarenakan ketiga si stem tersebut di atas merupakan salah satu sistem dasar yang penting di dalam bahasa alamiah, sehingga juga merupakan salah satu cerminan dari aspek budaya bangsa.
Penelitian ini merupakan telaah awal dan masih perlu dilanjutkan dengan telaah serupa terhadap teks-teks Melayu Klasik lainnya. Apakah sistem nomina, pronomina dan numeralia yang berlaku di dalam teks Hikayat Raja Pasai ini memiliki persamaan atau perbedaan dengan sistem serupa yang berlaku di dalam teks-teks lainnya masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Hasil-hasil penelitian tersebut akan berguna untuk menentukan apakah teks-teks berasal dari daerah sama ataukah dari daerah yang berbeda, Di bawah ini disajikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu.
Dari segi semantis Nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, hal atau pengertian. Dari segi sintaksis, nomina memiliki ciri-ciri tertentu yang dibicarakan di dalam uratan tentang nomina.
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu nomina yang lain.Oleh karena itu pronomina dibedakan antara pronomina persona, pronomina penunjuk dan pronomina penyapa. Masing-masing pronomina ini dibicarakan di dalam bagian yang berisi uraian tentang pronomina.
"
1994
LESA-21-Mei1994-84
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kumanireng, Theresia Yosephine
"Bahasa Melayu dipakai dengan berbagai ragam di daerahdaerah pantai Semenanjung Melayu dan di Kalimantan, di bagian selatan dan tenggara Sumatra, dan hampir di semua pusat perdagangan di kepulauan Indonesia, termasuk di kepulauan Indonesia bagian timur (Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, Bali dan Nusa Tenggara). Kenyataan membuktikan bahwa bahasa Melayu sudah menyebar ke seluruh Nusantara sejak masa pemerintahan Sriwiiaya (abad ke 7) dan sudah menjadi lingua franca di banyak tempat di Indonesia Bagian Timur. Sudah pada awal abad ke-16, bahasa Melayu merupakan bahasa perhubungan antaretnis di Maluku Utara, khususnya di daerah di bawah Ternate dan Tidore (Collins, 1983: vii). Di berbagai tempat, bahasa Melayu yang pada awalnya asing itu telah berakar dan menjadi bahasa ibu masyarakat setempat, sudah tersebar di berbagai tempat di Indonesia itu sampai berkembang menjadi bahasa-bahasa Melayu X tadi. Bahasa-bahasa itu agaknya sudah dipengaruhi bahasa daerah setempat dan atau bahasa asing tertentu, baik dalam kosakata maupun sintaksisnya. Walaupun begitu ke-melayu-annya tetap menonial. Namun, sampai sekarang belum diadakan penelitian komparatif untuk menentukan tingkat kesamaan antar variasi bahasa Melayu itu. Perlu ditambahkan pula bahwa tingkat keterpahaman (mutual intelligibility) antar variasi bahasa Melayu di Indonesia setahu saya, belum diteliti.
The Language Atlas of the Pacific Area (Wurm & Hattori, 1983), memperlihatkan pusat-pusat pemakaian bahasa Melayu di bagian timur Indonesia, sebagai berikut:
1. Peta 43: Manado (Melayu Manado).
2. Peta 45: Kota Labuhan di Bacan (Melayu Bacan), bahagian selatan Ambon, Haruku, Saparua, bahagian dari Nusa Laut, areal pantai sepanjang teluk Elpaputih di Seram barat dan kota Hula di Seram utara bagian timur (Melayu Ambon), di pulau-pulau Banda (Melayu Banda).
3. Peta 40: Kupang (Melayu Kupang), Larantuka (Melayu Larantuka), dan suatu permukiman tidak bernama di pantai timur pulau Flores.
4. Tidak diperlihatkan pada pets itu beberapa variasi bahasa Melayu di kota-kota yang lebih besar di Irian (cf. Suharno, 1983). Melayu Maluku utara (cf. Voorhoeve, 1983 dan Taylor, 1983) juga tidak ditunjuk tetapi menurut peta 45, bahasa itu dipakai di daerah Labuhan (tempat Melayu Bacan- juga dipakai), dan di Ternate.
Jika dibandingkan dengan variasi bahasa Melayu yang lain di Indonesia, khususnya di Indonesia Bagian Barat, bahasa-bahasa Melayu di Indonesia Bagian Timur belum banyak diteliti secara linguistis. Asal mula dan perkembangannya masih belum seluruhnya diketahui serta keberagamannya belum banyak diungkap. Penerbitan-penerbitan yang lebih tua (kira-kira 100 tahun yang lalu) tentang bahasa-bahasa Melayu di Indonesia Bagian Timur, pada umumnya, bersifat leksikografis, sedangkan yang dititikberatkan adalah unsur non-Melayunya, jadi kata-kata pungutan?"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
D176
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeri Nurita
"Karya sastra lama yang masih berbentuk naskah perlu segera diselamatkan karena kondisi bahannya yang tidak tahan waktu dan iklim tropis, sehingga mudah rusak. Pene_litian yang mendalam terhadap isi naskah juga perlu dilakukan, karena di dalamnya tersimpan sistem nilai, adat -istiadat, dan alam pikiran leluhur kita pada masa lampau, yang dapat diambil dan diterapkan pada masa sekarang. Syair Bayan Budiman adalah karya sastra yang berben_tuk syair simbolik, karena tokoh-tokohnya adalah binatang (burung-burung). Burung-burung ini bertingkah laku seperti manusia. Setelah dilakukan analisis terhadap isi naskah, dapat disimpulkan bahwa tema Syair Bayan Budiman adalah tentang fikih atau hukum-hukum yang berlaku di dalam kehidupan umat Islam. Berdasarkan tema di atas dapat ditarik amanat berupa ajaran bahwa umat Islam hendaknya selalu mengamalkan ilmu agama dan menjalankan perintah-perintah Allah selagi hidup di dunia, sehingga di akhirat nanti tidak akan mendapat siksa neraka. Oleh karena Syair Bayan Budiman mengandung pelajaran akhlak yang mendidik, maka syair ini disebut syair.simbolik yang didaktis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>