Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187754 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alifah Inarah Ghassani
"Tingkat penyalahgunaan narkotika di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Kebiasaan merokok diketahui menjadi gerbang utama menuju pemakaian narkotika dan memicu berbagai penyakit serta kelainan jaringan lunak mulut termasuk stomatitis nikotina.
Tujuan: mengetahui prevalensi dan distribusi stomatitis nikotina pada residen Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido-Jawa Barat, berdasarkan rekam medik, kuesioner, dan pemeriksaan klinis rongga mulut.
Hasil: pada 203 subjek terdapat 69 (34%) subjek dengan stomatitis nikotina, rata-rata usia 30,9 tahun, dan distribusi lebih tinggi pada perokok yang mulai sejak muda dengan durasi >10 tahun.
Kesimpulan: prevalensi stomatitis nikotina menunjukan angka yang cukup tinggi dan lebih banyak ditemukan pada subjek dengan durasi merokok yang lama.

Drug abuse rate in Indonesia is keep increasing every year. Smoking cigarettes as the 'gateway drugs' can cause diseases and abnormality in the oral soft tissue including nicotine stomatitis.
Objectives: to determine nicotine stomatitis prevalence and distribution in residents at Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido-Jawa Barat based on medical records, questionnaires and clinical oral examinaton.
Results: in 203 subjects, 69 (34%) subjects with nicotine stomatitis; average age is 30.9 years old and higher distribution in those who has been smoking since young age for >10 years.
Conclusion: nicotine stomatitis prevalence showed a high rate and found in subjects with long duration of smoking.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carlo Febianto
"Latar Belakang: Penyalahgunaan narkotika di Indonesia yang semakin meningkat tiap tahunnya menyebabkan berbagai masalah baik masalah sosial maupun kesehatan. Masalah kesehatan gigi dan mulut terkait kebiasaan buruk pada rongga mulut (parafungsi) juga dapat dipengaruhi oleh efek penggunaan narkotika jangka panjang terhadap sistem saraf.
Tujuan: Mengetahui prevalensi bruxism dan clenching serta kelainan gigi geligi akibat kebiasaan tersebut pada residen di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido, Jawa Barat.
Metode: Penelitian deskriptif potong lintang ini dilakukan dengan pengisian kuesioner untuk memperoleh data kebiasaan bruxism dan clenching, pengambilan data dari rekam medik yang tersedia, dan pemeriksaan klinis rongga mulut.
Hasil: Penelitian pada 203 subjek dengan rentang usia 17-49 tahun menunjukkan bahwa 32 subjek (15,8%) memiliki kebiasaan bruxism, 27 subjek (13,3%) memiliki kebiasaan clenching, dan 21 subjek (10,3%) kombinasi bruxism dan clenching. Atrisi pada permukaan gigi ditemukan pada 123 subjek (61%), di antaranya 58 subjek (47%) memiliki kebiasaan bruxism dan/atau clenching.
Kesimpulan: Prevalensi kebiasaan bruxism dan clenching yang dijumpai pada subjek cukup tinggi, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Subjek yang mengalami atrisi lebih banyak dibandingkan yang memiliki kebiasaan bruxism dan clenching, menunjukkan bahwa atrisi dapat juga disebabkan oleh kebiasaan buruk lain.

Background: An increasing number of drug abuse in Indonesia has lead to many problems including social and health problems. Oral health problems due to oral bad habits (oral parafunctions) can also be influenced by the effects of long term drug use on nervous system.
Aim: To determine prevalence of bruxism and clenching as well as teeth disorders due to the habit of the residents at “Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido”, West Java.
Methods: This cross-sectional descriptive research was conducted with questionnaires to obtain data of bruxism and clenching habits, data retrieval from medical records, and oral clinical examination.
Results: The study on 203 subjects, aged 17-49 years showed that 53 subjects (26.1%) have bruxism habit, 48 subjects (23.6%) have clenching habit, and 21 subjects have both bruxism and clenching habit. Attrition of the surface of the teeth was found in 123 subjects (61%), and 58 subjects (47%) among them have bruxism and/or clenching habit.
Conclusion: A quite high prevalence of bruxism and clenching habits were found on the subject of this study, this finding is similar to the studies conducted by previous researches. Prevalence of attrition which was found higher than bruxism and clenching showed that attrition may also be caused by other oral bad habits.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riris Riany
"Latar Belakang: Penyalahgunaan narkotika dapat mempengaruhi kesehatan secara umum, baik akibat penggunaan narkotika itu sendiri, maupun karena kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan pola makan yang kurang baik. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi hematologi dan kimia darah pengguna narkotika.
Tujuan: Memperoleh data kondisi hematologi dan kimia darah pada pengguna narkotika yang direhabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, Lido, Jawa Barat.
Metode: Studi dengan data sekunder.
Hasil: 38,55% residen memiliki nilai eritrosit dibawah normal; nilai hemoglobin dibawah normal (24,58%); nilai hematokrit dibawah normal (20,11%); nilai LED 1 jam diatas normal (28,49%); nilai leukosit diatas normal (20,67%); nilai segmen diatas normal (12,29%); nilai segmen dibawah normal (7,26%); nilai limfosit diatas normal (16,20%); nilai eosinofil dibawah normal (18,45%); nilai SGOT/AST diatas normal (6,14%); nilai SGPT/ALT diatas normal (12,30%); nilai kreatinin diatas normal (11,17%).
Kesimpulan: Sejumlah residen menunjukkan hasil diluar batas normal pada pemeriksaan hematologi dan kimia darah.

Background: Systemic disorders have been found in most of drug users, as the result of drug abuse and some unhealthy lifestyle habits such as tobacco smoking, alcohol comsumption, and poor dietary habit. Such conditions may bring bad effects not only to the quality, but also the quantity of the hematology and blood chemistry of the users.
Objective: To obtain datas related to the hematology and chemistry blood condition among drug users treated in Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, Lido, West Java.
Method: Study based on secondary data.
Results: Low red blood cell counts (38,55%), low hemoglobin counts (24,58%), low hematocrit levels (20,11%), high erythrocyte sedimentation rate levels (28,49%), high white blood cell counts (20,67%), high neutrophil counts (12,29%), low neutrophil counts (7,26%), high lymphocyte counts (16,20%), low eosinophil counts (18,45%), high AST levels (6,14%), high ALT levels (12,30%), high creatinine levels (11,17%).
Conclusion: A number of residents show abnormalities in hematology and blood chemistry tests.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniarosa Widya Kusuma
"Latar BelakangPrevalensi penyalahguna narkotika di Indonesia mencapai 3,8-4,2 juta jiwa. Derajat keasaman dan kapasitas dapar saliva dapat menjadi parameter kesehatan gigi dan mulut. Masih terbatasnya penelitian yang menggambarkan derajat keasaman dan kapasitas dapar saliva pada penyalahguna narkotika di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui profil derajat keasaman (pH) dan kapasitas dapar saliva pada penyalahguna narkotika.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan desain penelitian deskriptif yang dilakukan melalui studi pada 203 orang residen di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido - Jawa Barat. Analisis saliva dilakukan dengan Saliva-check buffer kit merk GC.
Hasil Penelitian: 69,0% residen memiliki pH saliva tanpa stimulasi normal, 95,6% residen memiliki pH saliva terstimulasi normal, dan 48,3% residen memiliki kapasitas dapar saliva rendah.
Pembahasan: Penelitian ini memperlihatkan nilai pH saliva dengan rerata normal, namun kapasitas dapar saliva cenderung rendah, dimungkinkan karena kapasitas dapar saliva tidak hanya ditentukan oleh pH saliva saja. Berbagai faktor yang turut berperan dalam kinerja kapasitas dapar saliva diantaranya: sistem dapar protein, fosfat, dan karbonat, laju aliran saliva, aktivitas karbonik anhidrase VI, maupun kondisi kelenjar saliva. Hal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Kesimpulan: Residen Balai Besar Rehabilitasi BNN memiliki profil pH saliva tanpa stimulasi dan terstimulasi kategori rerata normal, sedangkan profil kapasitas dapar saliva kategori rerata rendah.

The prevalence of drug abuse in Indonesia reached 3.8 to 4.2 million people. The salivary pH and buffering are some of oral health parameters. There are limited research describing salivary pH and buffering capacity in drug abusers in Indonesia.
Objective: To determine the salivary pH and buffering capacity in drug abusers.
Methods: It was a cross-sectional study with descriptive research design through a study conducted in 203 residents of Rehabilitation Center of the National Narcotics Agency Lido - West Java. Salivary samples were analyzed using GC saliva-check buffer kit.
Results: 69.0% of residents had normal unstimulated salivary pH, 95.6% of residents had normal stimulated salivary pH, while 48.3% of residents had a relatively low salivary buffering capacity.
Discussion: This study showed that the BNN residents had normal salivary pH values, but tend to had low buffering capacity, possibly because the salivary buffering capacity not solely determined by the salivary pH. There are various factors that contribute to buffering capacity of saliva, including the protein, phosphate, and carbonate buffering system, salivary flow rate, the activity of carbonic anhydrase VI, and salivary gland condition. This still needs further research.
Conclusion: Residents of Rehabilitation Center of the National Narcotics Agency Lido - West Java showed had normal unstimulated and stimulated salivary pH, while having low salivary buffering capacity.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurina Alhayu
"Latar belakang: Meningkatnya jumlah pengguna narkoba di Indonesia, dapat meningkatkan jumlah kasus HIV/AIDS melalui tindakan berisiko. Pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS dapat menurunkan risiko transmisi penyakit tersebut. Terdapat MOinfeksi HIV/AIDS yang dapat menurunkan kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Pengetahuan tentang MO HIV/AIDS dapat meningkatkan kewaspadaan individu terkait infeksi tersebut. Belum diketahui data pengetahuan pencegahan dan MO HIV/AIDS pada klien Badan Narkotika Nasional (BNN), Lido, Jawa Barat. Tujuan: Mengetahui pengetahuan, sikap, tindakan pencegahan HIV/AIDS dan manifestasi oralnya, pada klien yang berada di BNN, Lido, Jawa Barat serta kaitannya dengan sosiodemografi, lama pakai narkoba dan lama di rehabilitasi. Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik potong lintang menggunakan kuesioner yang telah diadaptasi lintas budaya pada klien BNN, Lido, Jawa Barat. Hasil: Terdapat 133 responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan masuk dalam kriteria inklusi. Hampir seluruh responden mengetahui HIV/AIDS dan penggunaan kondom dapat mengurangi risiko penularan HIV/AIDS, termasuk pengguna jarum suntik, namun beberapa faktor risiko lain belum dapat dijawab dengan benar. Hanya 50% responden beranggapan tidak berisiko menularkan HIV/AIDS karena setia pada pasangan. Sebesar 63,2% responden tahu jika jamur di mulut merupakan MO HIV/AIDS dan 48% menilai bau mulut merupakan gangguan yang dapat dialami oleh ODHA. Hanya sedikit responden yang mengetahui MO EC-Clearinghouse dan yang paling sering dijawab adalah kandidiasis dan keilitis angularis. Selanjutnya pendidikan memiliki hubungan dengan pengetahuan pencegahan HIV/AIDS, lama direhabilitasi memiliki hubungan dengan sikap risiko HIV/AIDS, pekerjaan memiliki hubungan dengan pengetahuan MO HIV/AIDS, serta pengetahuan HIV/AIDS memiliki hubungan dengan sikap tentang HIV/AIDS dan MO HIV/AIDS. Kesimpulan: Telah didapatkannya data mengenai karakteristik umum, pengetahuan, sikap, tindakan pencegahan HIV/AIDS serta manifestasi oralnya pada pengguna narkoba. Masih diperlukan edukasi mengenai pencegahan HIV/AIDS serta pengetahuan mengenai MO HIV/AIDS pada klien BNN, Lido, Jawa Barat.

Background: The increasing number of drug users in Indonesia, can also increase the number of HIV/AIDS cases through risky behaviors. Good knowledge about the prevention of HIV/AIDS can reduce the risk of transmission. The presence of oral manifestations (OM) of HIV/AIDS infection can reduce the quality of life of people living with HIV/AIDS (PLWHA). Knowledge of MO HIV/AIDS can increase awareness regarding the transmission. There was no known data regarding HIV/AIDS and its OM on clients at National Narcotics Agency Rehabilitation Centre (BNN), Lido, West Java. Objective: To know the knowledge, attitudes, and practices for HIV/AIDS and its OM, among drug users at BNN, Lido, West Java and its relation with sociodemography, duration of drug use and length of rehabilitation. Methods: This study was a cross￾sectional analytic descriptive using a cross-culturally adapted questionnaire that consist of 31 questions. The questionnaire was distributed to the clients at Lido, BNN, West Java. Results: One hundred thirty-three respondents who were willing to participate in the study and matched with the inclusion criteria. Almost all respondents had heard about HIV/AIDS and knew that the use of condoms could reduce the risk of HIV/AIDS transmission, including injecting needle users, but they could not answer several other risk factors. Only 50% of the respondents think they were not at risk of transmitting HIV/AIDS because they were loyal to their partners. As many as 63.2% of respondents knew that yeast in the mouth was one of the OM of HIV/AIDS and 48% rate that bad breath was a disorder that could be experienced by PLWHA. Only a few respondents knew about OM EC-Clearinghouse and the most frequently answered OM were candidiasis and angular cheilitis. Furthermore, level of education had an association with knowledge of HIV/AIDS prevention, length of rehabilitation had an association with HIV/AIDS risk attitudes, work status had an association with knowledge of OM of HIV/AIDS, and knowledge of HIV/AIDS had an association with OM of HIV/AIDS and HIV/AIDS’s attitudes. Conclusion: This study provided data about general characteristics, knowledge, attitudes, and practices prevention of HIV/AIDS and its OM among drug users. Education about HIV/AIDS prevention and knowledge about OM HIV/AIDS is still needed at clients of BNN, Lido, West Java."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Octarina
"Penyalahguna narkotika wajib menjalani rehabilitasi untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan agar pulih dari ketergantungannya. Kualitas pelayanan rehabilitasi yang baik dan pelaksanaan metode lsquo;komunitas terapetik dimodifikasi rsquo; yang benar dapat memperpanjang waktu pemulihan mereka. Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido menerapkan program lsquo;komunitas terapetik dimodifikasi rsquo; dengan jangka waktu 4 bulan dan 6 bulan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode lsquo;komunitas terapetik dimodifikasi rsquo; berdasarkan persepsi penyalahguna yang sedang menjalani program 4 bulan dan 6 bulan serta konselor adiksi agar Balai dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan pelaksanaan program rehabilitasi.
Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan deskriptif analitis. Sampel penelitian secara purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah 2 residen laki-laki pada fase older primary program 4 bulan, 3 residen laki-laki pada fase older primary program 6 bulan, dan 2 konselor adiksi.
Hasil penelitian adalah para informan menyatakan bahwa semua kegiatan di program komunitas terapetik dapat mempengaruhi pelaksanaan program dan rasa jenuh residen dapat menghambat pelaksanaan program. Secara umum, penerima dan pelaksana program menganggap program lsquo;komunitas terapetik dimodifikasi rsquo; bermanfaat, tetapi ada hal-hal yang perlu diperbaiki seperti penambahan kegiatan, pelaksanaan 5 pola hidup sehat dan regulasi emosi para residen.

Narcotics abusers are required to undergo rehabilitation to get treatment and care in order to recover from their dependence. The quality of good rehabilitation services and the correct implementation of 39 correct therapeutic communities 39 methods can extend their recovery time. Center for Rehabilitation of the National Narcotics Agency Lido implements a 39 modified therapeutic community 39 program with a period of 4 months and 6 months.
The purpose of this study is to find out how the implementation of 39 therapeutic community modified 39 method based on perception of abusers who are undergoing 4 months and 6 months program and addiction counselor to improve the service quality and implementation of rehabilitation program.
This research method is qualitative with analytical descriptive. The sample of research is purposive sampling. The number of samples used were 2 male residents in the older primary program phase of 4 months, 3 male residents in the 6 month primary primary program, and 2 addiction counselors.
The results of the research are informants stated that all activities in the therapeutic community program can affect the implementation of the program and the resident saturation of the resident can hinder the implementation of the program. In general, beneficiaries and program implementers consider the 39 therapeutic community modified 39 program useful, but there are things that need to be improved such as the addition of activities, the implementation of 5 healthy lifestyles and emotional regulation of the residents.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Priadamtama
"Pelaksanaan Metode Rehabilitasi Therapeutic Community Dan Kambuhnya Relapse bagi Penyalahgunaan Narkotika oleh BNN di Balai Besar Rehabilitasi BNNOleh Bayu PriadamtamaProgram Studi KriminologiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas IndonesiaABSTRAKBalai Besar rehabilitasi menjadi salah satu program dan wadah yang memberikan pelayanan dalam menanggulangi ancaman bahaya dari penyalahgunaan narkotika, Balai Rehabilitasi bertugas untuk memberikan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental bagi para penyalahguna narkotika. Adapun metode rehabilitasi sosial yang bertujuan untuk memulihkan penyalahguna narkotika agar tidak kembali menggunakan narkotika atau relapse adalah dengan menggunakan metode Therapeutic Community. Metode ini dipilih oleh Balai Besar Rehabilitasi karena diprediksi dapat mengurangi Relapse hingga 80 dan tentunyanya harus mengikuti tahapan durasi waktu tidak sedikit. Untuk metode ini minimal dilakukan selama 3 bulan dan mendapatkan hasil maksimal metode Therapeuric Community membutuhkan waktu 5-7 tahun bagi penyalahguna narkotika. Hanya saja Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor hanya menetapkan jangka waktu 6 bulan untuk proses pemulihan dan perbaikan terhadap penyalhguna narkotika. Maka dengan demikian, penulisan TKA ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan metode Therapeutic Community , dengan mempertimbangkan profile Relapse di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor.

The Implementation Method of Rehbilitation Therapeutic Community and Relapse for Drug Abuse by National Anti Narcotics Agency In Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor by Bayu PriadamtamaSarjana Reguler CriminologyUnivercity of IndonesianThe Panti Rehabilitation Program and became one of the containers that provide service in tacking the dangers of drugs abuse. As a Unit of execution in serving the drugs abuse, the Balai Besar Rehabilitasi served to restore and Improe the physical and menthal condition for the drugs abuse. As for Social rehabilitation methods that aim to restore the drugs abuse to all of people are not to back use the drugs or relapse is to use methods 'Teharapeutic Community'. This methods was chosen by the Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor because can reduce up to 80 relapse and certainly should follow the stages of the duration time. For the methods at least peformed 3 month and get maximum results methods of ' Therapeutic Community' takes 5 until 7 years for drugs abuse. Its just the Balai Besar Rehabilitasi Lido Bogor just settled a period of 6 months to the process of recovery and repair against the drugs abuse. At the end the papper of this TKA implementation methods of rehabilitation 'Therapeutic Community', taking into the profile to the Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erlang Samoedro
"Latar belakang penelitian : Prevalens penyalahgunaan obat semakin tinggi di Indonesia dan menimbulkan pengaruh pada bidang kesehatan. Konsumsi zat dan obat ? obatan terlarang memiliki pengaruh pada kesehatan paru. Pemeriksaan fungsi paru pada pecandu menunjukkan hasil yang tidak jelas.
Metode penelitian : Studi deskriptif analitik yang melibatkan 144 subyek yang memenuhi kriteria inklusi. Foto toraks dilakukan untuk mengetahui status Tuberculosis paru dan dieksklusi bila terdapat gambaran TB paru. Subyek dilakukan pemeriksaan spirometri dan kuesioner.
Hasil penelitian : Seratus empat puluh empat subyek ikut dalam penelitian. Seratus dua puluh satu subyek adalah laki - laki, 128 subyek mempunyai hasil spirometri normal. Gambaran spirometri restriksi 3 orang dan obstruksi 1 orang. Terdapat korelasi antara penurunan VEP1/KVP dengan usia p=0,000 r=-0,454 (korelasi sedang), lama menghisap kanabis p=0,01 r=-0,345 (korelasi lemah), lama menghisap metamphetamin p=0,004 r=-0,25 (korelasi lemah), lama menggunakan heroin injeksi p=0,025 r= - 0,337 (korelasi lemah), lama merokok p=0,000 r=-365 (korelasi lemah) dan konsumsi rokok perhari p=0,04 r=-0,238 (korelasi lemah). Terdapat hubungan bermakna antara pengguna heroin injeksi dengan HIV OR 27,4 p=0,037 CI 95% 3,27-229,6.
Kesimpulan : Terdapat korelasi antara penurunan VEP1/KVP dengan usia, lama menghisap kanabis, lama menghisap metamphetamin, lama menggunakan heroin injeksi, lama merokok dan jumlah konsumsi rokok perhari. Pengguna heroin injeksi memiliki risiko HIV 27,4 kali.

Background: The increasing drug user prevalence in Indonesia affecting health sectors. The lungs health were affected by the use of illicit drug. Lung function test amongs drug users still unclear.
Methods: This descriptive analitic study involves 144 drug users whom met the inclusion criteria. Thorax foto was performed to find out the subject with Tuberculosis and exclude from the study. Subjects are then performed spirometry test and interviewed using questionaire.
Results: One hundred forty four subjects were included in this study. One hundred twenty one (84,03%) were male, 128 subjects were normal spirometry. Restriction were found in 14 subject and obstruction were found in 1 subject. There were corelation between VEP1/FVC with age p=0,000 r=-0,454 (moderate corelation), time using canabis p=0,01 r= -0,345 (weak corelation), time using metamphetamin inhalation p=0,004 r=-0,25(weak corelation), time using heroin injection p=0,025 r= - 0,337 (weak corelation), time using cigarette p=0,000 r=-0,365 (weak correlation), amount cigarette consume/day p=0,04 r=-0,238(weak correlation). There were relation between HIV and the heroin injection OR 27,4 p=0,037 CI 95% 3,27-229,6.
Conclusion: There were weak correlation between reduce FEV1/FVC with time of smoking, the amount of cigarette consume perday, time of canabis inhalation, time of metaphetamin inhalation, time of heroin injection . The heroin injection had 27,4 times higher risk for HIV."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Bona
"Kadar testosteron pada penyalahguna narkotika lebih kecil 43 dari padalaki-laki yang bukan penyalahguna narkotika, kadar testosteron yang rendahberpotensi menimbulkan masalah fisik, psikis dan sosial.
Tujuan penelitian untuk mengetahui perubahan kadar hormon testosteronpada program rehabilitasi medis penyalahguna narkotika di Balai BesarRehabilitasi Badan Narkotika Nasional Indonesia, Lido-Bogor. Desain penelitianini adalah longitudinal dengan analisis GLM-RM Generalized Linear ModelsRepeated Measure.
Hasil penelitian adalah program rehabilitasi medis pada penyalahgunanarkotika meningkatkan kadar hormon testosteron tidak dapat dibuktikan. Saranpenelitian ini adalah masih perlu penelitian lanjut dengan membutuhkan waktuyang lebih lama, bukan dilakukan pada awal rehabilitasi dan tidak setiap minggutetapi setiap bulan. Program yang dilakukan lebih bertumpu pada aktifitas fisikyang disesuaikan dengan perilaku agresif dan menyenangkan.

Testosterone levels in narcotics abusers are 43 smaller than males whoare not narcotics abusers, low testosterone levels potentially cause physical,psychological and social problems.
The purpose of this research is to know the changing of testosterone levelin medical rehabilitation program of narcotics abuser in Central RehabilitationAgency of National Narcotics Board of Indonesia, Lido-Bogor. The design of thisstudy is longitudinal with GLM-RM Generalized Linear Models RepeatedMeasure analysis.
The results of study for medical rehabilitation programs on narcoticsabusers raise the testosterone levels was not proven. This study result is suggestfor the future research needed more longer time, not start from the beginning ofrehabilitation and also not every week examination but every month. The programis based on more physical activity suitable to aggressive behavior and more fun."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
D2444
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lorensius Henky Surya Kusuma
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemaafan residen pada orang tua yang mengintervensi untuk menjalani proses rehabilitasi. Masyarakat menilai penyalahgunaan narkoba adalah tindakan kriminal yang melanggar aturan, norma, dan nilai-nilai dalam masyarakat dan harus menerima sanksi hukum. Stigma ini juga memengaruhi orang tua sehingga relasi dan komunikasi orang tua dan pecandu menjadi buruk. Salah satu sebab seorang menjadi pecandu adalah pola asuh keluarga dan profil ayah yang dominan dan memengaruhi keluarga.
Relasi ayah dan anak yang buruk dalam penelitian ini semakin membuat tingkat kecanduan menjadi parah. Keluarga akhirnya memutuskan untuk memaksa residen menjalani proses rehabilitasi. Pemaksaan ini menimbulkan masalah baru karena penolakan ini berlanjut hingga residen tidak fokus menjalani program. Pemaafan adalah respon untuk mencegah rusaknya hubungan interpersonal dan meningkatkan self esteem dan self efficacy yang berpengaruh pada pencegahan relapse.
Worthington mengatakan bahwa kerendahan hati, sikap empati, kedekatan relasi sebelum kemarahan muncul, dan kesadaran akan rasa sakit dan kemarahan menjadi sebuah proses pemaafan. Setting rehabilitasi membantu residen untuk menjalani proses pemaafan dengan lebih baik tetapi tipe kepribadian, self esteem, dan self efficacy sangat memengaruhi proses pemaafan yang tidak sama pada setiap residen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi dengan ayah, waktu, dan sikap transgressor yang positif akan mempercepat penyembuhan luka.

This study is aimed at finding out the process of forgiving of resident to parents who intervene to enter the rehabilitation process. Communities stigmatized the drugs abuse is a criminal activities who wreck the rules, norms, and values. This stigma also affects parents then their relations and communication become bad. One of the reasons a person becomes an addict is the parenting and the father domination.
In this study, the poor relation between father and son will increasingly made addiction become fester. Finally, families decided to force the resident to enter the rehabilitation process. This coercion makes new evidently the rejection continued and resident does not focus on the program. Forgiveness is a response to prevent destruction of interpersonal relationships and increase self esteem and self efficacy to prevent the relapse.
Worthington says that humility, empathy, close relation before anger, and awareness of pain and anger becomes a process of forgiveness. The rehabilitation setting helps the resident doing better forgiviness process but the type personality, self esteem, and self efficacy strongly affect the unique forgiveness of each resident. The results proves that the relationship with the father, time, and positive transgressor attitude will accelerate the healing process.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>