Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202286 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanifa
"Gel IgY anti-ComD S.mutans bekerja dengan inaktivasi gen comD sehingga menurunkan kemampuan komunikasi S.mutans yang berakibat terhambatnya pembentukan plak. Kitosan memiliki sifat antibakteri dan pengawet.
Tujuan: Mengetahui pengaruh penggunaan gel IgY anti ComD S.mutans dan kitosan terhadap jumlah S.mutans dalam saliva subjek karies dan bebas karies.
Metode: 40 subjek diaplikasikan gel selama tujuh hari. Sebelum dan sesudah perlakuan, saliva subjek diisolasi dan dibiakkan di TYS20B. Jumlah koloni S.mutans dihitung.
Hasil: Penurunan rerata jumlah S.mutans terjadi pada kelompok subjek yang diaplikasikan gel IgY anti ComD S.mutans.
Kesimpulan: Gel IgY anti ComD S.mutans dan kitosan tidak dapat menurunkan jumlah S.mutans dalam saliva.

Gel IgY anti-ComD S.mutans decreasing the ability of S.mutans to start the plaque formation. Chitosan has antibacterial and preservative properties.
Objective: Evaluate the effect of gel containing IgY anti ComD S.mutans and chitosan on numbers of Salivary S.mutans in Subjects.
Method: 40 subjects used this gel for seven days. Before and after treatment, subjects’ saliva was isolated and cultured in TYS20B. The number of salivary S.mutans were counted.
Result: Reduction happen in groups that were given gel containing IgY anti ComD S.mutans
Conclusion: Gel containing IgY anti ComD S.mutans and chitosan is unable to decrease the number of salivary S.mutans.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adani Nur Imanina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian obat kumur kombinasi IgY anti-comD S. mutans + kitosan terhadap jumlah S. mutans isolat saliva. Masing-masing kelompok subjek diberikan obat kumur yang mengandung IgY anti-comD S. mutans dan obat kumur kombinasi IgY anti-comD S. mutans + kitosan. Obat kumur digunakan 2 kali sehari selama 6 hari. S. mutans isolat saliva subjek sebelum dan sesudah perlakuan dibiakkan di medium agar TYS20B. Jumlah koloni S. mutans dihitung secara manual. Penelitian ini menunjukkan obat kumur kombinasi IgY anti-comD S. mutans + kitosan dapat menurunkan jumlah S. mutans dalam saliva namun tidak signifikan.

This study aims to evaluate the effect of mouthrinse containing IgY anti-comD S. mutans + chitosan on the quantity of salivary S. mutans in caries and caries free subjects. Each subject group was given IgY anti-comD S. mutans mouthrinse and IgY anti-comD S. mutans + chitosan mouthrinse. Mouthrinse was used twice a day for 6 days. Salivary S. mutans was cultured in TYS20B agar before and after treatment. Quantity of salivary S. mutans colonies were counted manually. This study showed that mouthrinse containing IgY anti-comD S. mutans + chitosan decreased the quantity of salivary S. mutans although insignificantly."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Althaf Arifah
"IgY Anti ComD S.mutans dan kitosan dapat menghambat pembentukan biofilm.
Tujuan: Menganalisis pengaruh gel IgY Anti ComD S.mutans dan gel kombinasi IgY Anti ComD S.mutans dan kitosan terhadap kemampuan S.mutans dalam membentuk biofilm.
Metode: Sampel plak 40 orang dalam 4 kelompok diambil sebelum dan sesudah perlakuan. Aplikasi gel dilakukan 7 hari, dilanjutkan prosedur uji biofilm crystal violet.
Hasil: Perbandingan nilai OD biofilm (pre -post) kelompok IgY Bebas Karies (0,030-0,038), IgY Karies (0,027-0,027), IgY+K Bebas Karies (0,033-0,032), IgY+K Karies (0,033-0,069).
Kesimpulan: Gel IgY anti ComD S.mutans maupun gel kombinasi IgY anti ComD S.mutans dan kitosan meningkatkan kemampuan S.mutans dalam membentuk biofilm.

IgY Anti ComD S.mutans and chitosan can inhibit biofilm formation.
Objective: To analyze the effect of IgY Anti ComD S.mutans gel and IgY Anti ComD S.mutans+chitosan gel towards the ability of S.mutans to form biofilm.
Methods: Plaque samples from 40 people in 4 groups were taken before and after gel treatment for 7 days. Then crystal violet biofilm test procedure was performed.
Results: Biofilm OD values (pre ? post), IgY free caries (0,030-0,038), IgY caries (0,027-0,027), IgY+K free caries (0,033-0,032), IgY+K caries (0,033-0,069).
Conclusion: IgY anti ComD S. mutans gel and IgY anti ComD S.mutans+chitosan gel increase the ability of S. mutans to form biofilm."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S54380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deta Apritantia
"IgY sebagai vaksin pencegah karies gigi perlu ditingkatkan efektivitasnya dengan menciptakan IgY yang spesifik terhadap molekul ComD yang berperan dalam mekanisme quorum sensing. IgY anti-ComD S.mutans dapat dikombinasikan dengan kitosan dalam bentuk sediaan obat kumur.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh obat kumur kombinasi IgY anti-ComD S.mutans dan kitosan terhadap kemampuan S.mutans yang diisolasi dari subjek karies dan bebas karies dalam membentuk biofilm.
Metode: Subjek penelitian 24 orang dibagi dalam 4 kelompok yaitu kelompok karies dan bebas karies dengan perlakuan obat kumur kombinasi IgY anti-ComD S.mutans dengan dan tanpa kitosan. Obat kumur digunakan 2 kali sehari sebanyak 15-20 ml setiap kali berkumur selama 6 hari dengan durasi 30 detik. Kuantitas biofilm diukur dengan menggunakan metode crystal violet berdasarkan nilai optical density pada Elisa Reader.
Hasil: Nilai OD biofilm sebelum diberi perlakuan pada kelompok 1 adalah 0,153; kelompok 2 adalah 0,163; kelompok 3 adalah 0,132 dan kelompok 4 adalah 0,135. Nilai OD biofilm setelah diberi perlakuan pada kelompok 1 adalah 0,136; kelompok 2 adalah 0,141; kelompok 3 adalah 0,164 dan kelompok 4 adalah 0,192. Analisa statistik uji t berpasangan antara sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna untuk kelompok 3 (p=0,035) dan kelompok 4 (p=0,046).
Kesimpulan: Obat kumur kombinasi IgY anti-ComD S.mutans dan kitosan meningkatkan kemampuan S.mutans yang diisolasi dari subjek karies dan bebas karies dalam membentuk biofilm.

The effectiveness of IgY as a dental caries vaccine should be improved by creating IgY specific to ComD that has a role in the mechanism of quorum sensing. IgY anti-ComD S.mutans can be combined with chitosan in the form of mouth rinse.
Objective: To determine the effects of mouth rinse containing IgY anti-ComD S.mutans and chitosan on biofilm-forming isolates of S.mutans from caries subjects and caries-free subjects.
Methods: Subjects were divided into 4 groups: caries and caries-free subjects with mouth rinse containing IgY anti-ComD S.mutans with and without chitosan. Subjects were assigned to rinsing twice daily (for 6 days) with 15-20 ml solution of mouth rinse for 30 seconds. Biofilm formation were measured using crystal violet method based on ELISA optical density value.
Results: Optical density of biofilm before treatment on group 1 is 0,153; group 2 is 0,163; group 3 is 0,132 and group 4 is 0,135. Optical density of biofilm after treatment on group 1 is 0,136; group 2 is 0,141; group 3 is 0,164 and group 4 is 0,192. Statistical analysis showed significant difference for group 3 (p=0,035) and group 4 (p=0,046).
Conclusion: Mouth rinse containing IgY anti-ComD S.mutans and chitosan could increase biofilm forming isolates of S.mutans from caries subjects and caries-free subjects.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gadia Canaparimita Ghrena Duhita
"Latar Belakang : Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang sering ditemukan di Indonesia. Diperlukan upaya alternatif pencegahan, yang dalam penelitian ini dilakukan dengan menggabungkan dua bahan aktif CPP-ACP dan lilin propolis dalam satu sediaan permen karet bebas gula dengan lima konsentrasi yang berbeda (0% Prop, 0% CPP-ACP ; 0% Prop + CPP-ACP ; 2% Prop + CPPACP ; 4% Prop + CPP-ACP ; dan 6% Prop + CPP-ACP).
Tujuan : Menganalisis kadar pelepasan ion kalsium dan fosfat oleh CPP-ACP untuk mendukung remineralisasi dan keefektifan lilin propolis dalam menekan pembentukan massa biofilm S.mutans pada subjek bebas karies serta melihat apakah kedua bahan aktif ini efektif jika digabungkan dalam satu sediaan permen karet bebas gula.
Metode : 25 sampel saliva bebas karies sebelum dan sesudah simulasi pengunyahan lima konsentrasi permen karet in vitro dilakukan uji pelepasan ion kalsium dan fosfat serta uji biofilm. Pelepasan ion kalsium dideteksi menggunakan AAS, ion fosfat menggunakan Spektrofotometri UV-VIS, dan uji biofilm menggunakan uji crystal violet 96-well plate ELISA dan dibaca menggunakan microplate reader.
Hasil : Permen karet CPP-ACP-Propolis dengan konsentrasi 0% Prop + CPP-ACP menunjukkan kadar pelepasan ion kalsium (p≤0,05) dan fosfat (p>0,05) tertinggi dan signifikan dalam menekan pembentukan massa biofilm S.mutans (p≤0,05).
Simpulan : Terjadi peningkatan kadar ion kalsium dan fosfat pada saliva bebas karies, serta, penurunan massa biofilm S.mutans setelah pengunyahan permen karet CPP-ACP-Propolis.

Background: Dental caries is an oral disease commonly found in Indonesia. Alternative prevention are needed, which in this research is going to be combining two active components which are CPP-ACP and propolis wax into one substance of sugar-free chewing gum with five different concentrations (0% Prop, 0% CPPACP ; 0% Prop + CPP-ACP ; 2% Prop + CPP-ACP ; 4% Prop + CPP-ACP ; and 6% Prop + CPP-ACP).
Objectives: To analyze the amount of calcium and phosphate ion released by CPP-ACP to support the remineralization and to analyze the effectiveness of propolis wax in suppressing the mass formation of Streptococcus mutans biofilm in caries-free subjects and also observing if these two active components are effective when combined into one substance of sugarfree chewing gum.
Methods: 25 samples of caries-free saliva before and after the mastication simulation (five concentrations of chewing gum) in vitro, observed the release of calcium and phosphate ion along with a biofilm assay. The release of calcium ion is detected using AAS, while phosphate ion using the Spectrophotometry UV-VIS, and the biofilm assay using the crystal violet 96-well plate ELISA and evaluated with a microplate reader.
Result: Chewing gum with a concentration of 0% Prop + CPP-ACP has shown the highest release level of calcium (p<0,05) and phosphate ion (p>0,05) and is significant in suppressing the mass formation of S.mutans biofilm (p<0,05).
Conclusion: Increased calcium and phosphate ion level in caries-free saliva and decreased of S.mutans biofilm mass after mastication simulation of CPP-ACP-Propolis chewing gum are detected."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Levina
"Perkembangan karies gigi terkait erat dengan karakter kariogenik Streptococcus mutans, yang menyebabkan pembentukan plak gigi. Propolis dilaporkan sebagai agen antibakteri karena mengandung flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Lilin propolis adalah residu dari ekstrak propolis yang masih mengandung flavonoid.
Tujuan: Menganalisis efektivitas pasta gigi dengan kandungan lilin propolis terhadap pertumbuhan koloni Streptococcus mutans dan penurunan indeks plak dan membandingkannya dengan pasta gigi yang mengandung propolis.
Metode: 24 subjek bebas karies diinstruksikan untuk menyikat gigi dua kali sehari menggunakan pasta gigi uji selama 7 hari dan tidak melakukan pembersihan gigi selain sikat gigi. Dilakukan pemeriksaan sebelum dan sesudah penggunaan pasta gigi uji. Akumulasi plak dihitung menggunakan indeks plak Silness-Loe. Sampel plak dikumpulkan dari permukaan bukal insisif atas untuk penghitungan bakteri Streptococcus mutans. Data dianalisis secara statistik menggunakan uji Wilcoxon dan uji Kruskal Wallis.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara penggunaan pasta gigi dengan kandungan lilin propolis dan propolis.
Kesimpulan: Pasta gigi dengan kandungan lilin propolis dan pasta gigi dengan kandungan propolis memiliki efek antibakteri pada Streptococcus mutans, sehingga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pasta gigi untuk mencegah karies gigi.

The development of dental caries was closely associated with Streptococcus mutans, which leads to the forming of dental plaque. Propolis has been reported as a potent antimicrobial material by containing flavonoids those can inhibit growth of Streptococcus mutans. Propolis wax is a residue of propolis extract that still contains flavonoids.
Aim: To analyze the effect of toothpaste containing propolis wax on the growth of Streptococcus mutans and formation of dental plaque in free caries subjects and to compare it with toothpaste containing propolis.
Methods: 24 subjects were instructed to brush their teeth twice daily using the assigned toothpaste and refrain from any other oral hygiene procedures throughout the duration of the study. The patients were examined at the first visit as baseline record and after 7 days for comparison. The plaque accumulation were scored using Silness Loe Plaque Index. Plaque samples were collected from buccal surface upper incisors for bacterial count. The data was statistically analyzed using Wilcoxon test and Kruskal Wallis test.
Results: No statistically significant difference was noted between propolis wax and propolis groups.
Conclusion: Both toothpastes have good antimicrobial effect on caries producing bacteria Streptococcus mutans, thus can be used in patients as a regular home care preventive aid in combating dental caries.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramodanti Jiwanakusuma
"Streptococcus mutans merupakan bakteri utama penyebab karies gigi. Bakteri ini dapat ditemukan pada saliva individu bebas karies sebagai flora normal. Propolis telah dilaporkan memiliki efek antibakteri terhadap berbagai bakteri gram positif dan dapat mereduksi Streptococcus mutan.
Tujuan: Mengetahui pengaruh konsumsi permen propolis madu terhadap prevalensi Streptococcus mutans pada subjek bebas karies.
Metode: Subjek penelitian adalah kelompok individu bebas karies. Pada sampel saliva dilakukan perhitungan koloni Streptococcus mutans sebelum dan sesudah tujuh hari konsumsi permen propolis madu, permen madu dan permen merk X. Streptococcus mutans dari sampel saliva dibiakkan pada medium agar TYS20B selama 48 jam, selanjutnya koloni Streptococcus mutans yang terbentuk dihitung dan dinyatakan dalam CFU/ml.
Hasil: Seluruh kelompok perlakuan cenderung mengalami penurunan jumlah koloni Streptococcus mutans jika dibandingkan dengan sebelum konsumsi permen, namun hanya pada kelompok yang mengkonsumsi permen propolis madu yang penurunannya bermakna secara statistik (p<0,05).
Kesimpulan: Permen propolis madu terbukti dapat menurunkan jumlah koloni Streptococcus mutans pada individu bebas karies setelah dikonsumsi selama tujuh hari.

Streptococcus mutans is the main microbes responsible for dental caries. This microb can be found in a caries-free individual’s salivary as a normal flora. Propolis has been reported to have antibacterial effects on various positive gram bacteria and capable to reduce Streptococcus mutans.
Objective: To evaluate the effects of Propolis Honey candy consumption on Streptococcus mutans prevalence in a caries-free subject.
Methods: The subject of this research was a caries-free group of individuals. The Streptococcus mutans colony was counted on saliva samples after 7 days period of consuming Propolis Honey candy, Honey candy, and "X" candy. The Streptococcus mutans was proliferated in a TYS20B gelatin medium for 48 hours. The number of Streptococcus mutans colony was expressed in CFU/ml.
Result: Compared with the pre-treatment group, the number of Streptococcus mutans colony in the treatment group tended to show a significant reduction statistically (p<0.05).
Conclusion: After seven days of consumption, the Propolis Honey candy showed that it is capable to reduce the number of Streptococcus mutans colony in caries-free individual.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanya Aurellian Kusuma
"ABSTRAK
Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan adanya satu atau lebih gigi berlubang, hilang, atau ditambal pada anak anak dengan usia sampai dengan 71 bulan. Mikroorganisme utama dari karies adalah Streptococcus mutans yang terklasifikasi menjadi empat, yaitu serotipe c, e, f, dan k. Menurut penelitian sebelumnya, ditemukan banyak Candida albicans pada plak anak dengan ECC, namun interaksinya dengan Streptococcus mutans belum diketahui secara pasti. Tujuan: Menganalisis kuantitas dan hubungan dari antigen Streptococcus mutans serotipe e dengan Candida albicans pada plak anak dengan karies dini serta bebas karies dikaitkan dengan laju alir saliva. Metode: Kuantitas antigen dari 36 sampel plak karies dan 14 sampel bebas karies diketahui melalui uji ELISA kemudian dikaitkan dengan laju alir saliva. Hasil: Perbandingan antara kuantitas kedua antigen pada laju alir saliva <30 detik didapatkan nilai 0,000 dan pada laju alir 30-60 detik sebesar 0,001. Hubungan antara kuantitas Streptococcus mutans serotipe e dan Candida albicans pada plak karies didapatkan nilai r = 0,639 dan r = 0,247 untuk plak bebas karies. Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara kuantitas kedua antigen pada masing-masing tingkat laju alir saliva dan terdapat korelasi positif antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe e dengan Candida albicans pada plak karies dan plak bebas karies. "
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Hasnamudhia
"Latar Belakang: Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah karies gigi. Penggabungan antara lilin propolis, yang mempunyai sifat antibakteri, dan CPP-ACP, yang merupakan agen remineralisasi, sebagai bahan aktif di dalam medium permen karet CPP-ACP-Propolis merupakan suatu keuntungan dan inovasi baru dalam upaya pencegahan karies.
Tujuan: Menganalisis kerja dari CPP-ACP dan lilin propolis jika digabungkan dalam satu formulasi permen karet, dilihat dari kadar ion kalsium dan ion fosfat yang dilepas CPP-ACP dan penekanan massa biofilm S.mutans oleh lilin propolis, terhadap saliva subjek karies. Metode: Dilakukan simulasi pengunyahan lima konsentrasi permen karet (0%propolis, 0%CPP-ACP; 0%propolis + CPP-ACP; 2%propolis + CPP-ACP; 4%propolis + CPP-ACP; 6%propolis + CPP-ACP) secara in vitro pada 25 sampel saliva subjek karies kemudian diuji menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometer untuk melihat kadar ion kalsium, Ultraviolet-Visible Spectrophotometer untuk melihat kadar ion fosfat, serta uji crystal violet untuk menganalisis penurunan massa biofilm.
Hasil: Terdapat peningkatan kadar kalsium yang signifikan pada saliva + eluen permen karet dibandingkan dengan kontrol saliva, dengan tingkat pelepasan kalsium tertinggi dari permen karet CPP-ACP + 2% propolis. Terdapat peningkatan kadar fosfat yang tidak signifikan antara kontrol saliva dan saliva+eluen permen karet. Terjadi penurunan massa biofilm S.mutans yang signifikan antara kontrol saliva dan saliva+eluen permen karet, dengan penurunan terbanyak oleh konsentrasi permen karet CPP-ACP dan CPP-ACP+6%propolis. Simpulan: Simulasi pengunyahan permen karet CPP-ACP-Propolis menghasilkan peningkatan kadar ion kalsium dan ion fosfat, serta penurunan massa biofilm S.mutans pada saliva subjek karies.

Background: The most frequent oral disease found in Indonesia is caries. The combination of propolis wax, which is an antibacterial agent, and CPP-ACP, which is a remineralization agent, as the active compounds in chewing gum is an advantage and a new innovation in caries prevention. Aim: To analyze the effect of CPP-APP and propolis wax if both are combined in a chewing gum formulation, observed from the calcium and phosphate ion level released by CPPACP and the emphasis of S.mutans biofilm mass by propolis wax, towards cariesactive subjects’ saliva.
Methods: Chewing simulation being done in vitro to 25 caries-active subjects’ saliva sample using five concentrations of chewing gums (0%propolis,0%CPP-ACP; 0%propolis+CPP-ACP; 2%propolis+CPP-ACP; 4%propolis+CPP-ACP; 6%propolis+CPP-ACP), then being tested using Atomic Absorption Spectrophotometer to analyze calcium ion level, Ultraviolet-Visible Spectrophotometer to analyze phosphate ion level, and biofilm assay using crystal violet to analyze the decline in biofilm mass.
Results: After chewing simulation, calcium ion level on saliva+gum eluent have increased significantly compared to saliva control, with the highest calcium level released by CPP-ACP +2%propolis chewing gum. There is insignificant phosphate level change between saliva control and saliva + gum eluent. There is also significant decline of S.mutans biofilm mass in the saliva + gum eluent, most decline by CPP-ACP chewing gum and CPP-ACP+6%propolis. Conclusion: CPP-ACP-Propolis chewing simulation generate the increase of calcium and phosphate ion level and the decline in S.mutans biofilm mass of caries-active subjects’ saliva"
Lengkap +
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winanda Annisa Maulitasari
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan salah satu penyakit kronis
multifaktorial yang sering terjadi pada anak usia pra sekolah. Data penelitian
mengatakan sebanyak 65% anak usia 3-5 tahun mengalami ECC dan pada sebuah
penelitian di Jakarta tahun 2016 menunjukkan indeks def-t sebesar 7,5 pada anak usia 5
tahun sedangkan pada penelitian yang dilakukan di Bandung pada tahun 2017
didapatkan indeks def-t sebesar 7,04. Berdasarkan RISKESDAS tahun 2018, sebanyak
81,5% anak mengalami karies dengan indeks def-t sebesar 6,2 pada anak usia 3-4 tahun
dan indeks def-t sebesar 8,1 pada anak usia 5 tahun. Dalam terjadinya ECC, salah satu
faktor yang berperan dalam proteksi dari terjadinya karies gigi adalah saliva yang di
dalamnya terkandung protein saliva seperti lysozyme yang berperan dalam mekanisme
proteksi rongga mulut dari bakteri Gram-positif. Pada beberapa penelitian, kadar
lysozyme saliva berhubungan dengan skor def-t. Tujuan: Menganalisis perbedaan kadar
lysozyme saliva pada anak ECC dan bebas karies usia 3-5 tahun serta berdasarkan
tingkat karies. Metode Penelitian: Penelitian merupakan potong lintang analitik secara
laboratorik. Subjek penelitian adalah 14 anak ECC dan 14 anak bebas karies usia 3-5
tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel whole saliva tanpa stimulasi
dikumpulkan dari subjek penelitian kemudian dilakukan pengukuran kadar lysozyme
dengan uji ELISA teknik sandwich. Hasil: Kadar lysozyme saliva pada anak ECC lebih
tinggi daripada kelompok anak bebas karies serta kadar lysozyme saliva pada anak
dengan tingkat karies tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok anak dengan
tingkat karies rendah, secara statistik dinyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna
antara kadar lysozyme saliva anak ECC dan bebas karies usia 3-5 tahun (p < 0,05).
Kesimpulan: Kadar lysozyme saliva lebih tinggi pada anak ECC dibandingkan dengan
bebas karies usia 3-5 tahun dan peningkatan kadar lysozyme saliva terjadi pada anak
dengan tingkat karies tinggi.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is one of common chronic multifactorial
diseases affecting preschool children. Previous study showed 65% of children aged 3-5
years experience ECC and a research in Jakarta in 2016 showed def-t index of children
aged 5 years was 7.5. According to research in Bandung in 2017 showed def-t index
was 7.04. Based on Basic Health Research in Indonesia (RISKESDAS) in 2018, 81.5%
of children experienced caries with def-t index 6.2 in children aged 3-4 years and 8.1 in
children aged 5 years. In the occurrence of ECC, one of the factors that play role in the
protection of dental caries is saliva, which contains salivary protein such as lysozyme
that play a role in the mechanism of protecting oral cavity from Gram-positive bacteria.
In several studies, salivary lysozyme levels were associated with def-t score. Objective:
To analyze differences in salivary lysozyme levels in ECC and caries-free children aged
3-5 years and based on caries levels. Methods: This study is a laboratory analytical
cross-sectional study. Subjects were 14 ECC children and 14 caries-free children aged
3-5 years that in line with the inclusion criteria. Unstimulated whole saliva were
collected from subjects. Salivary lysozyme levels were measured by ELISA sandwich
method. Results: Salivary lysozyme levels in ECC children was higher than in cariesfree
and salivary lysozyme levels in children with high caries level higher than in
children with low caries level, it was statistically stated that there was a significant
differences between the levels of lysozyme in children with ECC and caries-free
children aged 3-5 years (p < 0.05). Conclusion: Salivary lysozyme levels were higher in
ECC children compared to caries-free children aged 3-5 years and increased levels of
salivary lysozyme occurred in children with high caries level.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>