Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69451 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adam Azano Satrio
"Skripsi ini bertujuan sebagai pembelaan etik terhadap orang - orang yang telah bersusah payah untuk hidup dan merealisasikan mimpi - mimpinya, yang dipaksa untuk bertanggung jawab dan berkorban untuk menolong orang lain yang tidak dia inginkan melalui berbagai macam kemunafikan. Untuk berkata tidak dan menolak secara tegas tiap usaha yang menekan kebebasan manusia dari para "pencuri kehidupan". Etika objectivism milik Ayn Rand yang sering disebut sebagai etika objektivis yang beranggapan bahwa hal yang baik bagi tiap orang adalah perbuatan yang menguntungkan keinginan pribadi (self interest) bagi dirinya, dan mampu meminimalisir segala hal yang mampu merugikan self interestnya, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang merugikan self interest bagi dirinya. Penulis ingin menarik masalah ini menjadi lebih praktis dengan mengaitkannya dengan perbuatan menolong orang lain (helping). Sebagaimana kita ketahui seringkali dalam permasalahan self interest Ayn Rand menekankan bahwa tiap manusia pastilah mengejar keuntungan yaitu pemenuhan self interest dan menjadi tidak rasional jika kita memikirkan self interest orang lain. Penulis dengan menggunakan metode hermeunetika ingin menafsir kembali pemikiran Ayn Rand tentang etika objektivis untuk menganalisa fenomena menolong orang lain. Perbuatan menolong merupakan hal yang sering kita rasakan dan lakukan sehari - hari. Fenomena perbuatan menolong orang lain tersebut yang seringkali dianggap mayoritas orang perbuatan remeh dan tidak pantas dijadikan bahan kajian akademis, namun penulis berkeyakinan bahwa perbuatan menolong orang tidak sesederhana itu dan bisa dikaji secara filosofis untuk menunjukan konsekuensi dari perbuatan menolong orang lain.

This essay is intended as a defense against the people who have taken the trouble to live and establish a dream, which was forced to take responsibility and make sacrifices to help the others, who do not him/her like, through various kinds of hypocrisy. To say no, and expressly reject all kind of act those suppress human freedom from the "Thieves Of Life". Ayn Rand objectivism ethics, often referred to as "the Objectivist ethics", is considered that, a good thing for each person is the beneficial action of personal interest (self-interest) for himself/herself, and able to minimize everything that is capable to harm the self interest, while bad deeds are deeds that adverse self-interest for him/her. The author would like to draw this to be a more practical problem, with associating objectivism ethics with deeds to help others (helping). As we all know, the problems of self-interest that often Ayn Rand stressed, each human being must pursue the advantage that the fulfillment of self-interest, and become irrational if we think of self-interest of others. I am, using hermeneutics method; want to interpret Ayn Rand's Objectivist ethics, to analyze the phenomenon of helping others. That kind phenomena, such as helping others, that are often considered trivial, and the majority of people think that problem is inappropriate to become an academic study, but I believe that the act of helping people not as simple as that, and it can be studied philosophically to show the consequences of helping others."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rand, Ayn
Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2003
155.2 RAN vt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rezon Athallah Finoza
"Hubungan yang menguntungkan antara dua pihak tanpa eksklusivitas status sudah marak dilakukan di era sekarang, hubungan ini disebut FWB. Terjadinya FWB ini sering terjadi karena kesamaan tujuan maupun minat yang melibatkan hadirnya dua individu, konflik kepentingan yang terjadi di sini adalah perihal kesamaan kepentingan tersebut karena harus dijalani oleh dua pihak. Apakah tindakan FWB ini adalah tindakan yang bermoral? Apakah ini merupakan tindakan yang egois? Penelitian ini menghadirkan diskursus etis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Metode yang digunakan untuk mengkaji fenomena FWB ini adalah metode kualitatif, tepatnya studi literatur dan deskriptif analitis. Jenis relasi FWB ini semacam “opsi baru” bagi masyarakat yang selama ini hanya menjalankan konsep hubungan tradisional yang sedari dulu sudah dipertahankan. Jenis hubungan FWB ini merupakan perwujudan egoisme manusia, penulis menghadirkan justifikasi secara lebih lanjut dan memberikan perspektif etika di sini untuk menelaah keegoisan dalam bentuk hubungan FWB.

A beneficial relationship between two parties without status exclusivity has been rife in the current era, this relationship is called FWB. The occurrence of FWB often occurs because of similar goals and interests which involve the presence of two individuals, the conflict of interest that occurs here is about the similarity of interests because it has to be lived by two parties. Is FWB's action a moral act? Is this a selfish act? This research presents an ethical discourse to answer these questions. The method used to study the FWB phenomenon is a qualitative method, to be precise, a literature study and analytical descriptive. This type of FWB relationship is a kind of "new option" for people who have only carried out the traditional relationship concept that has always been maintained. This type of FWB relationship is a manifestation of human egoism, the authors provide further justification and provide an ethical perspective here to examine selfishness in the form of FWB relationships."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Sakareza
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas pencapaian kesejahteraan pribadi manusia secara egoisme rasional. Dua bentuk egoisme rasional yang dibahas dalam skripsi ini adalah simpati berdasarkan pemikiran Adam Smith, dan kompromi berdasarkan pemikiran Ayn Rand. Simpati disebut sebagai bentuk egoisme rasional karena kesejahteraan orang lain adalah implikasi dari tindakan yang dilakukan demi pemaksimalam self-interest, namun ada bentuk self-interest yang lebih relevan dikarenakan adanya pertukaran value bagi kedua pihak, yaitu kompromi. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan dasar argumentatif antara kedua konsep tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah konsep kompromi lebih kuat dibandingkan simpati sebagai bentuk pemaksimalan self-interest, dan kompromi dapat terjadi karena adanya simpati.

ABSTRACT
This thesis is examines an achievement of self-interest by rational egoism. Two rational egoism?s form that examined in this thesis are sympathy based from Adam Smith?s thought, and compromise based from Ayn Rand?s thought. Sympathy mentioned as a form of rational egoism because the welfare of other is an implication from an action with a maximalization self-interest motive. But there is one of self-interest form, that more relevant because there is a value exchange behind it, and that is a compromise. This research using a qualitative research with argumentative way towards the two concept. The result of this research is that compromise concept is more relevant than sympathy as a maximalization of self-interest, and compromise could happen because of sympathy.
"
2015
S59017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Hasan
"Ketika kapitalisme tampak sebagai satu-satunya paradigma ekonomi yang unggul saat ini, dinyatakan sebut saja Robert Heilbroner, Peter Berger, Francis Fukuyama, justru di sini semakin relevan telaah kritis terhadapnya. Gerak hidup sebagai pencarian terbaik tetap perlu diusahakan karena meningkatnya tantangan permasalahan seperti: kelaparan, pengrusakan dan pencemaran alam, penindasan ekonomi dan sebagainya.
Tesis bertolak dari pemikiran filsuf sekaligus novelis Ayn Rand yang membela sistem kapitalisme. Secara radikal dan komprehensif. Ia membongkar kesaiahan asumsi dasar yang dilabelisasi begitu saja terhadap kapitalisme. Dengan membela kepentingan manusia, Rand justru mengunggulkan individualisme di atas kolektivisme, egoisme di atas altruisme. Baginya justru sosialismelah yang menindas dan mengeksploitasi manusia dan menghancurkan ruang kreatif manusia rasional. Kapitalisme memungkinkan pemisahan antara ekonomi dan negara, dan menjadikannya lawan dari negara-negara absolut.
Sebagai pisau bedah terhadap pemikiran Rand diajukan Karl Marx dan Habermas. Melalui Marx kita menangkap perubahan fungsi uang yang tidak dilihat oleh Rand. Marx juga berusaha meramalkan kejatuhan kapitalisme dengan krisisnya. Akan tetapi, Habermas memperbaiki ramalan kejatuhan kapitalisme Marx menjadi suatu hipotetis yang lebih kritis. Habermas justru menunjukkan kekhawatiran pada krisis legitimasi dan motivasi daripada krisis ekonomi dan krisis rasionalitas. Nilai-nilai dan legitimasilah yang semakin terkikis klaim kapitalisme lanjut (late-capitalism).
Dengan mengembalikannya pada hakikat manusia, maka Hannah Arendt menunjukkan perlunya ruang publik dan private. Melalui skema Hampden-Turner dan Trompenaars, pendamaian ketegangan paradigma individualisme-komunitarianisme diajukan. Analisis Game reuty menunjukkan kepentingan tidak selalu bersifat antagonistik dan dapat mencapai keuntungan bersama dalam sistem non-zero sum game. Amitai Etzioni menunjukkan peranan penting komitmen moral dalam pasar. Faktor lain yang dapat mentransformasi kapitalisme menuju sistem yang lebih humanis ditunjukkan oleh Robert Putnam dan Fukuyama dengan adanya modal sosial (social capital). Persoalannya siapa yang menjadi agen perubahan tanpa mengabaikan kekhawatiran Rand terhadap kekuasaan negara? Di sini justru tantangan civil society akan semakin besar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Branden, Nathaniel
Boston: Houghton Miffiln, 1989
813.54 BRA j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Zweig, Arnold
New York: A Primier Book, 1959
193 ZWE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anggono Wisnudjati
"Permasalahan tentang siapakah aku yang sebenarnya merupakan permasalahan pokok di dalam filsafat manusia. Permasalahan ini belum memiliki jawaban yang tuntas dan menyeluruh. Hal ini disebabkan oleh karena manusia dapat dilihat dari berbagai macam segi _ Salah satunya adalah dari segi jiwa dan tubuhnya. Plato merupakan salah satu filsuf yang berefleksi tentang manusia dari segi jiwa dan tubuhnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S15996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tony Doludea
"Siapakah manusia itu? Pertanyaan ini mungkin sudah sama tuanya dengan keberadaan manusia itu sendiri. Dan sejak itu juga manusia selalu berupaya untuk menjawab dan kembali mempertanyakan tentang siapakah sebenarnya dirinya itu. Siapakah Aku ini?, atau, apakah Aku ini? Manusia itu merupakan suatu masalah, sebuah persoalan bagi dirinya sendiri. Atau lebih tepat lagi, suatu misteri yang misterius, rahasia yang menarik, yang menantang, dan yang mengajak kita untuk terus menyelidiki tentang kedirian dari diri kita."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S16087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>