Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114587 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rozana
"Mutiara adalah suatu benda keras yang diproduksi di dalam jaringan lunak (khususnya mantel) dari moluska hidup. Sama seperti cangkangnya, mutiara terdiri dari kalsium karbonat dalam bentuk kristal yang telah disimpan dalam lapisan-lapisan konsentris. Mutiara merupakan hasil reaksi atau penolakan atas disakitinya tiram mutiara oleh benda asing yang diwujudkan dengan keluarnya cairan yang melapisi seluruh benda asing tersebut. Hasil zat pelindung itu menjadikan benda itu berwarna-warni dan mengkilat.
Mutiara dihasilkan oleh tiram mutiara jenis Pinctada Maxima. Tiram mutiara jenis tersebut hanya dapat dijumpai di wilayah Asia Tenggara yakni Fhilipina, Thailand, Myanmar, Indonesia dan Australia. Kerang mutiara jenis Pinctada Maxima adalah penghasil mutiara yang dikenal dengan jenis Mutiara Laut Selatan South Sea Pearl yang sering disebut sebagai Queen of Pearl. Mutiara laut selatan merupakan jenis mutiara yang terkenal dan terbaik kualitasnya di dunia, namun kondisi ini tidak membuat pendapatan perusahaan meningkat.
Laporan magang ini menjelaskan analisis pemasaran ekspor mutiara pada perusahaan Kyokko Group. Laporan magang ini menggunakan teori manajemen pemasaran yang berkaitan dengan pemasaran ekspor, harga dan distribusi serta lingkungan eksternal yakni lingkungan ekonomi, lingkungan pemerintah dan lingkungan sosial budaya.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa pemasaran ekspor berpengaruh secara signifikan terhadap harga dan distribusi. Kesimpulan dari laporan magang ini adalah pemasaran ekspor berpengaruh secara signifikan terhadap harga dan distribusi demikian juga dengan lingkungan eksternal yang terdiri dari lingkungan ekonomi, lingkungan pemerintah dan lingkungan sosial budaya.

Pearl is a hard object that produced within the soft layers (likes coats) of mollusks. Just like his shell, pearl composed of calcium carbonate which crystalized in concentric layers. Pearl is the result of the reaction or rejection from pearl oysters which have been hurts by foreign object that realized with produce liquid that covers the entire foreign object. This protective liquid make the foreign object colorful and shinny.
Pearl produced by pearl oyster species Pinctada Maxima. This kind of pearl oysters only found in the Southeast Asian such as Fhilipina, Thailand, Myanmar, Indonesia and Australia. Pearl oyster species Pinctada Maxima is produce pearl as known as South Sea Pearls or usually called Queen of Pearl. South Sea Pearls are the most famous pearl and best quality pearl in the world, but this condition does not make the income of the company increased.
This report describes analysis of marketing export at Kyokko Group. This report using marketing management theory that related to marketing export, price and distribution as well as the external environment that consist of the economic environment, the government environment and the social culture environment. This observation shows that the marketing export significantly affect the price and distribution. The conclusion is marketing export significantly affect the price and distribution as well as the external environment that consists of the economic environment, the government environment and the social culture environment.
"
Depok: Program Sarjana Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S54702
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Satriyo Wibowo, 1964-
Jakarta: Alex Media Komputindo, 1996
658.8 ARI b (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Keegan, Warren J.
Jakarta: Alex Media Komputindo, 1992
658.8 KEE gt I (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Keegan, Warren J.
Jakarta: Alex Media Komputindo, 1992
658.8 KEE gt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Keegan, Warren J.
Upper Saddle River, N.J.: Prentice-Hall, 1999
658.8 Kee g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kobs, Jim
Jakarta: Alex Media Komputindo, 1991
658.8 KOB p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Keegan, Warren J.
Engliwood Cliffs: Prentice Hall International, 1989
658.8 KEE g (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Keegan, Warren J.
Engliwood Cliffs: Prentice Hall International, 1995
658.8 KEE g (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mardyana Listyowati
"Perdagangan lada dunia saat ini dikuasai oleh 5 negara penghasil lada terbcsar
yaitu Vietnam, India, Indonesia, Brazil dan Malaysia* Sedangkan negara yang permintaan
ekspornya besar adalah Amerika Serikat, Belanda, Jennan, Jepang dan Singapura. Saat
ini lahan tanaman lada makin menurun walaupun potensi dari lada ilu sendiri relatif
bagus. Namun demikian, lada mcrupakan komoditi dari sektor pertan'n yang reiatif
dapat bertahan terhadap guncangan kenaikan harga bahan bakar yang saat ini tenga
melanda dunia, sehingga cukup dapat diandalkan sebagai komoditi potensial.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi dan elastisitas
faktor pendapatan nasional negara tujuan utama ekspor Iada Indonesia (Amerika Senkat,
Belanda, Jerman, Jepang dan Singapura), nilai tukar nominal dan'harga relatif serta posisi
relatif diantara kelima negara tujuan ekspor tersebut.
Model yang digunakan untuk estimasi dalam penelitian ini adalah adopsi dzi
penelitian Goldstein-Khan lentang Respon Penawaran dan Pennintaan ekspor terhadap
perubahan harga dengan Pendapatan nasional riil negara tujuan (GDP), nilai tukar
nominal(NER) dan harga relatif (PXWPI), dengan menggunakan pendckatan analisis data
panel.
Dalam analisis data panel, pemilihan model cstimasi yang efisien dilakukan
melalui uji spesitikasi F-test untuk mengetahui adanya efek individu, kemudian uji
I-Iausmann untuk menentukan Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model
(REM). Dalam penelitian ini temyata model yang efisien untuk analisis faktor faktor yang
mempengaruhi permintaan ekspor lada di 5 negara tujuan utama adalah Random Ejkc!
Model.
I-Iasil estimasi sccara keseluruhan menunjukkan bahwa variabel pendapatan riil
negara tujuan (GDP) berpengaruh secara signitikan positif terhadap permintaan ekspor
lada Indonesia, variabel nilai tukar nominal (NBR) berpengaruh sccara signitikan positif
terhadap pcrmintaan ekspor lada Indonesia dan variabel harga relatif (PXWPI)
berpengaruh secara signifikan negatif terhadap perrnintaan ekspor Iada Indonesia
Pendapatan riil (GDP) mitra dagang belpengaruh ncgatif sccara signifikan pada
tingkat kepercayaan 90% dan inelastis positiff terhadap permintaan ekspor lada
Indonesia. Hal ini sesuai dengan karakteristik lada Indonesia dengan indkasi geograiis yang dimiliki sehingga semakin meningkat pendapatan nasional riil negara tujuan utama
ekspor, maka [ada Indonesia makin diminati dan makin banyak permintaan ekspor dari
negara tujuan utama ekspor.
Variabel Harga Relatif {PXWWPl) signifnkan positif terhadap peunintaan ekspor
lada Indonesia dengan tingkat kepercayaan sebesar 99%. Hasil ini mcnjclaskan bahwa
apabila harga relatif komoditi meningkat, maka akan mendorong permintaan ekspor
meningkat pula, karena tidak ada komoditi pengganti (substitusi) untuk lada Indonesia
yag memiliki indikasi gcografis>
Variabel Nominal Exchange Rate (NBR) berpengaruh signifikan positif terhadap
permintaan ekspor lada Indonesia. Hal ini menujukkan bahwa apabila nilai tukar
meningkat maka harga akan murah sehingga lada Indonesia mempunyai daya saing
dinegara tujuan utama ekspor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T34212
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Gunadi
"Dilatarbelakangi oleh keadaan defisit neraca pembayaran yang semakin
membesar, pemerintah telah melakukan berbagai upaya deregulasi untuk mendorong
investasi dan ekspor yang diharapkan akan dapat memperbaiki neraca pembayaran
Indonesia dan sekaligus untuk memperkuat perekonomian indonesia. Salah satu
kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah adalah kebijakan fasilitas ekspor
kepada perusahaan eksportir tertentu (PET) yang dikeluarkan pada pertengahan tahun
1996 dan diperbaharui tahun 1997, yang berupa pelayanan yang cepat dalam pengurusan dokumen ekspor, dalam memperoleh restitusi PPN, dalam memperoleh PPN 0% yang dipercepat, serta fasilitas rediskonto. Kemudahan tersebut diberikan kepada PET yang tidak mempunyai masalah perpajakan seperti adanya tunggakan atau manipulasi pajak, tidak mempunyai masalah perkreditan seperti adanya kredit macet, dan tidak mempunyai masalah kepabeanan, seperti adanya ekspor fiktif atau manipulasi dokumen ekspor. Sementara itu jenis komoditi ekspor yang masuk dalam cakupan PET didasarkan penimbangan bahwa produk tersebut mempunyai akar industri yang kuat, kandungan lokal yang tinggi serta tingkat pertumbuhan ekspor yang tinggi.
Ditinjau dari strategi pengembangan ekspor, kebijakan ini merupakan perbaikan
dari kebijakan sebelumnya yang menganut broad width policy yang mendorong ekspor
non-migas tanpa membedakan jenis komoditi. Dengan kebijakan ini dimungkinkan untuk mengembangkan produk-produk yang benar-benar punya keunggulan dan daya saing yang kuat di pasar internasional. Kebijakan ini juga secara selektif memberikan kernudahan kepada perusahaan yang mempunyai reputasi baik, sehingga mereka akan lebih produktif, dan sekaligus dijadikan model untuk merangsang perusahaan ekspor lainnya agar memperbaiki reputasi serta kinerjanya agar memenuhi kriteria PET. Disamping itu kebijakan ini juga sekaligus untuk mengkondisikan aparatur pernerintah agar bekerja secara cepat dan efisien, bertindak sebagai fasilitator bukan lagi sebagai penguasa seperti masa-masa sebelumnya. Bertolak dari perkiraan akan makin ketatnya persaingan dalam era pasar bebas, maka strategi kebijakan PET ini dinilai sangat tepat dalam rnempersiapkan kinerja perusahaan ekspor.
Setelah dilaksanakan kurang Iebih 3 tahun, diperoleh gambaran bahwa kebijakan
PET sangat bermanfaat bagi peningkatan ekspor. Namun demikian dalam
pelaksanaan/implementasi kebijakan PET dilapangan khususnya pelayanan oleh aparatur masih terjadi kelambanan yang disebabkan kurang intensifnya koordinasi dan integrasi antar instansi terkait, kurangnya komitmen yang kuat dari para pelaksana , rendahnya budaya kerja, serta masih adanya egosektoral.
Agar kebijakan PET dapat mencapai sasaran, langkah-langkah perbaikan yang
dipandang perlu dilakukan antara lain :
- Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam memantau dan mengendalikan
pelakanaan kebijakan PET, bila perlu dengan menetapkan mekanisme khusus
melalui penetapan kelembagaan tersendiri, mendorong sistem kerja kolaboratif serta
menetapkan visi tentang peningkatan ekspor nasional.
- Meningkatkan dukungan sarana/prasarana dipelabuhan ekspor untuk mempercepat
arus barang untuk mengimbangi percepatan penyelesaian dokumen ekspor.
- Pengembangan sistem informasi terpadu yang dapat dengan mudah diakses oleh
segenap pihak terkait.
- Perlu dibuat standar pelayanan dengan membuat Standar Operasional Prosedur yang
baku sehingga pelayanan dapat dilakukan secara transparan dan dapat dikontrol oleh
masyarakat.
- Perlu dilakukan pertemuan rutin antara pimpinan dan pelaksana untuk menciptakan
budaya organisasi yang kondusif dan terjadinya learning organization yang baik."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>