Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201182 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Euphemia Seto Anggraini W
"Latar Belakang: Pendekatan indeks frailty 40 item (FI-40) dianggap sebagai alat terbaik untuk evaluasi mortalitas dan hospitalisasi sindrom frailty, tetapi sulit diterapkan dalam praktik klinis sehari-hari. Pendekatan dengan sistem skor CHS, SOF, dan FI-CGA lebih mudah diterapkan dalam praktik klinis sehari-hari, namun hingga saat ini belum ada data validasi di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan rekomendasi mengenai alat ukur sindrom frailty yang mudah diterapkan dalam praktik klinis sehari-hari di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan pendekatan uji diagnostik yang dilakukan pada pasien di poliklinik Geriatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dengan usia ≥60 tahun, pada periode Mei-Juni 2013. Setiap subjek dinilai menggunakan sistem skor CHS, SOF, FI-CGA, dan FI-40. Dilakukan penilaian sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif (NPP), nilai prediksi negatif (NPN), rasio kemungkinan positif (RK+), dan rasio kemungkinan negatif (RK-) untuk masing-masing sistem skor CHS, SOF, dan FI-CGA dibandingkan dengan FI-40.
Hasil: Proporsi individu yang termasuk dalam kategori frail, pre-frail, dan fit berdasarkan indeks frailty 40 item berturut-turut adalah 25,3%, 71%, dan 3,7%. Untuk membedakan individu frail dengan tidak frail, skor CHS memiliki sensitivitas 41,2%, spesifisitas 95%, NPP 73,7%, NPN 82,7%, RK+ 8,41 dan RK- 0,62. Skor SOF memiliki sensitivitas 17,6%, spesifisitas 99,5%, NPP 92,3%, NPN 78,1%, RK+ 35,2 dan RK- 0,83. Sedangkan skor FI-CGA memiliki sensitivitas 8,8%, spesifisitas 100%, NPP 100%, NPN 76,4%, RK+ tak terbatas, dan RK- 0,91.
Kesimpulan: Tidak ada sistem skor yang dapat digunakan sebagai alat skrining yang baik untuk sindrom frailty, namun masing-masing sistem skor dapat digunakan sebagai alat diagnostik yang baik untuk sindrom frailty.

Background: The Frailty Index 40-item (FI-40) approach is considered the best tool for evaluating mortality and hospitalization outcomes related to frailty syndrome, although it is challenging to implement in daily clinical practice. The CHS, SOF, and FI-CGA scoring systems are easier to use in daily practice, but there is no validation data available in Indonesia.
Aim: To obtain recommendations for a frailty syndrome diagnostic tool that is easy to implement in daily clinical practice in Indonesia.
Methods: This was a cross-sectional study with a diagnostic test approach conducted on patients aged ≥60 years at the Geriatric Outpatient Clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital from May to June 2013. Each subject was assessed using the CHS, SOF, FI-CGA, and FI-40 scoring systems. Sensitivity, specificity, positive predictive value (PPV), negative predictive value (NPV), positive likelihood ratio (LR+), and negative likelihood ratio (LR-) were calculated for each scoring system compared to FI-40.
Results: The proportions of frail, pre-frail, and robust individuals based on the 40-item frailty index were 25.3%, 71%, and 3.7%, respectively. To differentiate between frail and non-frail individuals, the CHS score showed a sensitivity of 41.2%, specificity of 95%, PPV of 73.7%, NPV of 82.7%, LR+ of 8.41, and LR- of 0.62. The SOF score showed a sensitivity of 17.6%, specificity of 99.5%, PPV of 92.3%, NPV of 78.1%, LR+ of 35.2, and LR- of 0.83. The FI-CGA score showed a sensitivity of 8.8%, specificity of 100%, PPV of 100%, NPV of 76.4%, LR+ infinite, and LR- of 0.91.
Conclusion: No scoring system was found to be suitable as a screening tool for frailty syndrome; however, all scoring systems can be used as effective diagnostic tools for frailty with good predictive ability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Malik Ayub
"Latar belakang: Sampai saat ini, belum ada pemeriksaan baku emas dari sindrom frailty pada populasi usia lanjut dengan gagal jantung. Cardiovascular Health Study (CHS) saat ini dianggap sebagai referensi standar oleh berbagai studi dalam mendiagnosis sindrom frailty pada populasi usia lanjut dengan gagal jantung. CHS memerlukan alat dinamometer, ruangan yang luas untuk digunakan sehingga memiliki aplikabilitas yang rendah dalam praktik sehari-hari. INA-FRAIL dan Study of Osteoporotic Fractures (SOF) Index merupakan instrumen yang mudah digunakan tetapi belum pernah diuji pada populasi usia lanjut dengan gagal jantung di Indonesia. Tujuan: Mengetahui performa diagnostik alat ukur INA-FRAIL dan SOF-Index dalam mendiagnosis sindrom frailty pada populasi usia lanjut dengan gagal jantung. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross-sectional study) untuk menilai performa diagnostik INA-FRAIL dan SOF index dengan baku emas CHS. Populasi studi ini adalah individu berusia 60 tahun keatas dengan gagal jantung. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Jantung Terpadu (PJT) dan Poliklinik Geriatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Hasil: Hasil analisis data dari 81 sampel menunjukkan prevalensi frailty pada instrumen CHS (35,5%), INA-FRAIL (23,5%), dan SOF-Index (8,6%). Analisis performa diagnostik INA-FRAIL menunjukkan sensitivitas 55,17% (IK95% 35.69 - 73.55), spesifisitas 94.23% (IK 95% 84.05 - 98.79), dan AUC 0,805 (0,698-0,912). Analisis performa diagnostik SOF-Index menunjukkan sensitivitas 20,69% (IK 95% 7,99 – 39,72), spesifisitas 98,08% (IK 95% 89,74 – 99,95), dan AUC 0,719 (IK95% 0,595 - 0,843). Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara INA-FRAIL dan SOF-Index terhadap CHS. Nilai cut-off INA-FRAIL≥1 memiliki sensitivitas tertinggi dan INA-FRAIL≥2 memiliki indeks youden tertinggi. Nilai cut-off SOF-Index≥1 memiliki sensitivitas dan indeks youden tertinggi.

Background: Currently, there is no specific gold standard for frailty in geriatric patients with heart failure. Cardiovascular Health Study (CHS) is considered as a reference standard in various researches and has been used to diagnose frailty in geriatric patients with heart failure. CHS require a dynamometer and a wide space to use, making it not very applicable in everyday practice. INA-FRAIL dan Study of Osteoporotic Fractures (SOF) Index on the other hand is relatively easy to use but has not been tested for diagnostic performance on geriatric patients with heart failure in Indonesia. Aim: To determine diagnostic performances of INA-FRAIL dan SOF-Index in diagnosing frailty in the elderly patients with heart failure. Method: This study is a cross-sectional study to assess diagnostic performances of INA-FRAIL and SOF-Index with CHS being the gold standard in this study. The population of this study is heart failure patients with age 60 or older. This study was conducted in Poliklinik Jantung Terpadu (PJT) dan Geriatric Outpatient Clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital. Results: Analysis from 81 samples shows prevalence of frailty based on CHS (35.5%), INA-FRAIL (23.5%), dan SOF-Index (8,6%). Diagnostic performance analysis of INA-FRAIL shows sensitivity of 55,17% (95%CI 35.69 - 73.55), specificity of 94.23% (95%CI 84.05 - 98.79), dan AUC of 0.805 (95%CI 0.698-0.912). Diagnostic performance analysis of SOF shows 20,69% sensitivity (95%CI 7.99 – 39.72), 98.08% specificity (IK 95% 89.74 – 99.95), and AUC 0.719 (95%CI 0.595 – 0.843). Conclusion: INA-FRAIL and SOF-Index had a significant association with CHS. Cut-off point of INA-FRAIL ≥1 shows the highest sensitivity while INA-FRAIL ≥2 shows the highest youden index. SOF≥1 shows the highest sensitivity and the highest youden index."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rizka
"Latar Belakang. Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi kanker pada pasien usia lanjut yang dapat menyebabkan risiko berat, terutama pada pasien usia lanjut dengan sindrom frailty. Hingga saat ini belum ada model prediksi kemotoksisitas dengan variabel frailty. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model prediksi kemotoksisitas berat pada usia lanjut yang melibatkan penilaian status frailty.
Metode. Penelitian kohort retrospektif menggunakan data sekunder terhadap pasien usia lanjut yang menjalani kemoterapi di RSCM tahun 2019-2021. Dilakukan pemeriksaan determinan (jenis kelamin, usia, jenis kanker, jumlah regimen kemoterapi, status nutrisi, status frailty, polifarmasi, fungsi kognitif, status fungsional dan depresi) sebelum kemoterapi. Pasien diikuti hingga 21 hari pasca kemoterapi siklus pertama untuk dinilai apakah mengalami luaran kemotoksisitas berat berdasarkan kriteria CTCAE grade 3-5. Dilakukan analisis untuk pengembangan model prediksi dengan regresi Cox dan perhitungan performa prognostiknya menggunakan perangkat SPSS.
Hasil. Dari 193 subyek yang menjalani kemoterapi, sebagian besar laki-laki dengan median usia 65,6 (RIK 60-82). Toksisitas berat terjadi pada 36% subyek. Model prediksi yang dikembangkan terdiri dari 4 determinan yaitu polifarmasi, penggunaan regimen kemoterapi lebih dari satu obat, status frailty dan jenis kanker saluran cerna. Model ini memiliki AUC 0,79 (IK95% 0,70-0,88) dengan p=0,01.
Kesimpulan. Model prediksi dengan variabel polifarmasi, regimen kemoterapi lebih dari satu, status frailty dan jenis kanker saluran cerna dapat memprediksi kejadian toksisitas berat kemoterapi pada usia lanjut dengan performa baik

Background. Chemotherapy is a therapeutic modality for elderly with cancer which can pose elderly, especially frail patients, to fatal side effect. To date, there is no prediction model incorporating frailty in clincal practice. This study aims to develop prediction model which includes frailty state evaluation in predicting severe chemotoxicity in elderly.
Methods. A retrospective cohort study using secondary data of elderly underwent chemotherapy during 2019-2021 was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital. Data of determinants ( sex, age, polypharmacy, frailty status, nutritional status, depression, cognitive status, cancer type, polychemotherapy, and functional status) and the incidence severe chemotherapy side effect according to grade 3-5 CTCAE were collected. Data was analyzed to develop prediction model with Cox regression using SPSS
Results. Of 193 subjects, most of them are male, with median age of 65.6 (IQR 60-82) years old. Severe chemotoxicity was found in 36% of the subjects. Prediction model consists of polypharmacy, number of chemotherapy drugs, cancer type and frailty status was developed. The model has AUC of 0.79 (95% CI 0.70-0.88), p value 0,01
Conclusion. A prognostic Model consists of polypharmacy, number of chemotherapy drugs, cancer type and frailty status can predict incidence of severe chemotoxicity in elderly with AUC 0.79 (95%CI 0.70-0.88)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevent Sumantri
"Latar belakang: Diabetes tipe 2 ditandai dengan resistensi dan defisiensi insulin, selain itu seiring dengan penuaan kejadian resistensi insulin juga semakin meningkat. Pada studi-studi klinis, resistensi insulin dan diabetes tipe 2 terbukti meningkatkan kejadian sindrom frailty pada usila. Obat antidiabetik oral metformin telah dikaitkan dengan penghambatan proses penuaan. Namun demikian, sampai saat ini belum ada data yang menunjukkan manfaat terapi metformin terhadap kejadian sindrom frailty. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada efek protektif metformin terhadap sindrom frailty.
Metodologi: Studi ini dilakukan secara kasus kontrol pada subyek berusia ≥60 tahun yang berobat di poliklinik Geriatri dan Diabetes FKUI-RSCM, bulan Maret-Juni 2013. Diagnosis frailty dilakukan dengan menggunakan indeks frailty-40 item (FI-40). Analisis statistik dilakukan dengan metode chi-square untuk analisis bivariat dan regresi logistik untuk analisis multivariat, semua data disertai dengan interval kepercayaan 95%.
Hasil: Sindrom frailty didapatkan pada 25% (n=59) subyek penelitian, sedangkan pre-frail pada 72% (n=170) subyek dan sisanya fit. Metformin ditemukan mempunyai hubungan dengan sindrom frailty pada usila dengan diabetes mellitus tipe 2, yang tetap bermakna setelah dilakukan analisis multivariat (adjusted OR 0,043; IK 95% 0,019 – 0,099; p<0,001).

Background: Type 2 diabetes (T2DM) was characterised with insulin resistance and deficiency, furthermore with advancing age the was also an increase in insulin resistance. Clinical studies has proven that insulin resistance and T2DM increase the incidence of frailty syndrome in the elderly. Oral antidiabetics metformin was associated with the inhibition of aging process. Eventhough, there was no data that showed the relationship of metformin therapy to frailty syndrome. This study aimed to explore the possibility of metformin protective effect on frailty syndrome.
Methodology: This was a case control study conducted in subjects ≥60 years old who visited the Geriatrics and Diabetes outpatient clinic of Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital between March and June 2013. Diagnosis of frailty was established using the FI-40 item criteria. Statistical analysis was done with chi-square method for bivariate and logistic regression method in multivariate analysis, all data was accompanied with 95% confidence interval.
Results: Frailty syndrome was found in 25% of subjects (n=59), with median age of 72 years old (SD 6.27) and median of FI-40 item score was 0.18 (SD 0.085). Metformin was found to have a significant relationship with frailty syndrome in the elderly diabetics, which retained significant value after multivariate analysis (adjusted OR 0.043; 95% CI 0.019-0.099; p<0.001).
Conclusion: Metformin was shown to have protective effect against frailty syndrome in elderly diabetics.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dwi Anggara
"Penurunan fungsi tubuh pada lansia terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Lansia akan mengalami berbagai masalah kesehatan dan akan menyebabkan penurunan status fungsional dan mengurangi tingkat kemandirian lansia. Keluarga dapat memberikan dukungan yang efektif bagi lansia dalam mempertahankan kesehatan fisik dan mentalnya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dan dukungan keluarga dengan kemandirian pada lansia. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel secara random sampling dengan jumlah sampel 102 orang lansia beserta keluarga. Pengukuran tingkat kemandirian lansia di ukur dengan instrumen Katz Index. Analisis data menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga, emosional, penghargaan, dan informasi dengan kemandirian lansia (p<0,05), dan menunjukan tidak adanya hubungan antara dukungan instrumental dengan kemandirian lansia (p>0,05).
Dapat disimpulkan bahwa kemandirian yang tinggi pada lansia disebabkan karena adanya dukungan keluarga yang baik. Saran dari penelitian ini yaitu perawat dapat memberikan edukasi kepada keluarga tentang cara perawatan lansia di rumah untuk lansia dengan kemandirian lemah.

Decreased function of the body in elderly occurs along with increasing age. Elderly will experience a variety of health problems and will cause a decrease in functional status and reduce the degree of independence of the elderly. Families can provide effective support for the elderly in maintaining physical and mental health.
The research purposed to determine the relationship between family support to the independence of the elderly. This type of research is quantitative study with cross-sectional approach. Sampling by simple random sampling with a sample of 102 elderly people and their families. Measuring the level of independence of elderly measured by the instrument Katz Index. Data analysis using chi-square test.
These results of study indicate there is a significant correlation between family support, emotional, awards, and information with the independence of the elderly (p<0,05), and showed no correlation between instrumental support with the independence of the elderly (p>0,05).
It can be concluded that the independence is high in the elderly due to a good family support. Suggestions from this research that nurses can provide education to families about how the elderly care home for elderly people with low self-reliance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Kasfi
"Kerentaan adalah prediktor signifikan dari semua penyebab kematian pada pasien lansia yang menjalani HD. Pengetahuan mendalam terhadap faktor-faktor berhubungan dapat membuat perawat mengembangkan intervensi tepat yang lebih komprehensif untuk memperbaiki kerentaan meningkatkan kualitas hidup lansia HD. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom lansia renta (frailty) pada lansia yang menjalani HD menggunakan desain cross sectional. Data 130 responden berdasarkan total sampling, diperoleh dari unit HD di tiga rumah sakit, untuk dianalisis univariat, bivariat termasuk multivariat dengan uji regresi logisik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala dialisis adalah faktor yang paling berhubungan (p<0,001). Lansia HD dengan gejala skor DSI tinggi berisiko 8 kali untuk mengalami sindrom lansia renta dibandingkan dengan skor DSI rendah (OR=7,67 95% CI 2,50 – 23,56), setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin (p=0,019), lingkungan tempat tinggal (p=0,004), kadar Hb (p=0,048), dan MUAMC (p=0,043), serta variabel perancu kekuatan genggaman tangan, IMT, vintage (lama) HD dan penyakit. Praktik keperawatan dapat secara tepat merancang intervensi mandiri pada kerentaan lansia HD yang lebih memperhatikan gejala dialisis pasien, termasuk mempertimbangkan faktor lain yang berhubungan. Penelitian keperawatan di masa depan dapat menginvestigasi lebih mendalam gejala dialisis yang paling menonjol berhubungan dengan kerentaan lansia HD, dan mengembangkan penelitian terkait kerentaan pada kondisi penyakit kronis lansia yang lain.

Frailty is a significant predictor of all-cause mortality in patients 60+ with HD. In-depth knowledge of the related factors can enable nurses to develop appropriate, more comprehensive interventions to improve frailty and the quality of life of HD older adults. This study aims to identify factors related to frail elderly syndrome in older adults undergoing HD using a cross-sectional design. Data from 130 respondents based on the total sampling technique, obtained from HD units in three hospitals, was analyzed for univariate, bivariate, and multivariate analysis using binary logistic regression. The results showed that dialysis symptoms were the most related factor (p<0.001). HD older adults with high DSI score symptoms had eight times the risk of experiencing frail elderly syndrome compared to those with low DSI scores (OR=7.67 95% CI 2.50 – 23.56), after being controlled by the variables gender (p=0.019), living environment (p=0.004), Hb levels (p=0.048), and MUAMC (p =0.043), as well as confounding variables of hand grip strength, BMI, HD vintage and disease. Nursing practice can appropriately design independent interventions for the frail elderly syndrome of older adults with HD that enhance presume to the patient's dialysis symptoms, bringing consideration of other relevant factors. Future nursing research can investigate more deeply the most prominent dialysis symptoms related to the frail elderly syndrome of older adults with HD and develop research related to frailty in other chronic disease conditions among the older adults."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Rahayu Setyaningsih
"ABSTRAK
Populasi lansia semakin tahun akan semakin mengalami peningkatan. Populasi lansia di Indonesia sendiri sudah mencapai angka diatas tujuh persen yaitu 7,58%, sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia termasuk negara yang berstruktur tua. Semakin bertambahnya umur lansia, maka lansia akan membutuhkan bantuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Salah satunya adalah lansia membutuhkan bantuan caregiver dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Asupan nutrisi sangat mempengaruhi proses penuaan pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan caregiver dengan status gizi lansia di RW 9 dan 10 Kelurahan Jatiraden, Bekasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional random sampling, sehingga sampel yang digunakan sebanyak 107 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan caregiver dengan status gizi lansia (p value = 0,144) di RW 9 dan 10 Kelurahan Jatiraden, Bekasi. Hal ini disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi gizi lansia seperti perubahan pada sistem pencernaan, pengobatan, aktivitas fisik, kondisi mental, adanya penyakit, serta perubahan psikologis.

ABSTRACT
The population of elderly in Indonesia has increased each year, reaching a precentage of 7,58% of the total population. The elderly will need support form someone to meet their needs. One of the needs is meeting nutritional needs. Nutritional intake affects the aging process in the elderly. The aimed of this research was to determine the correlation between caregiver knowledge and the nutritional status of the elderly in RW 9 and 10 Jatiraden, Bekasi. This research used a method quantitative research with descriptive correlative research design. The sampling technique used in this research was proportional random sampling, with a total sample of 107 respondents. The results showed that there is no correlation between caregiver knowledge and the nutritional status of the elderly (p value = 0.144) in RW 9 and 10 Jatiraden, Bekasi. This caused by other factors that affect the elderly nutrition such as changes in the digestive system, medication, physical activity, mental condition, diseases and psychological changes."
2016
S63305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vilia Wibianty
"Latar belakang: Populasi lanjut usia (lansia) Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Kerapuhan dan penyakit periodontal merupakan kondisi kronis yang umum terjadi pada populasi lansia. Keduanya juga diketahui memiliki kesamaan dalam beberapa faktor risiko yang ada. Keterbatasan individu lansia dalam merawat diri sendiri merupakan dasar dari hubungan kerapuhan lansia dengan kondisi kesehatan periodontal. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kerapuhan dengan status periodontal pada lansia. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada subjek lansia berusia ≥60 tahun. Pemeriksaan tingkat kerapuhan menggunakan kuesioner kerapuhan berdasarkan resistensi, aktivitas, penyakit, usaha berjalan, dan kehilangan berat badan. Status periodontal yang diperiksa berupa skor plak, indeks kalkulus, bleeding on probing (BoP), jumlah gigi, dan stage periodontitis. Hasil Penelitian: Total 60 subjek penelitian dengan 46,6% subjek mengalami kerapuhan. Terdapat korelasi bermakna antara kerapuhan dengan skor plak, indeks kalkulus, BoP, jumlah gigi, dan stage periodontitis pada lansia (p<0,05). Terdapat perbedaan bermakna pada skor plak antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,000), pada BoP antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,003) dan kelompok subjek prarapuh dengan rapuh (p=0,003), serta pada jumlah gigi antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,011) dan kelompok subjek prarapuh dengan rapuh (p=0,023). Kesimpulan: Tingkat kerapuhan berhubungan dengan status periodontal pada lansia.

Background: Population of elderly in Indonesia is expected to continue to increase. Frailty and periodontal disease are chronic conditions that are common in the elderly population. Both are also known to have similarities in several existing risk factors. The limitations of elderly individuals in taking care of themselves are the basis of the relationship between frailty of elderly and periodontal health conditions. Objective: To analyze the relationship between frailty and periodontal status in the elderly. Method: This research is a cross-sectional study. Data collection was carried out on elderly subjects aged ≥60 years. Examination of frailty using a frailty questionnaire based on resistance, activity, disease, effort to walk, and weight loss. Periodontal clinical parameters examined were plaque score, calculus index, bleeding on probing (BoP), number of teeth, and stage of periodontitis. Results: A total of 60 research subjects with 46.6% of subjects experiencing frailty. There was a significant correlation between frailty and plaque score, calculus index, BoP, numbers of teeth, and stage of periodontitis in the elderly (p<0.05). There were significant differences in plaque scores between frail and normal subject groups (p=0.000), in the BoP between the frail and normal subject groups (p=0.003) and the pre-frail and frail subject groups (p=0.003), and in the number of teeth between the subject groups. frail to normal (p=0.011) and pre-frail subjects to frail (p=0.023). Conclusion: Frailty is associated with periodontal status in the elderly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Fajrin Priadinata
"Latar Belakang: Frailty pada penyakit ginjal kronik (PGK) memiliki prevalensi yang cenderung meningkat tiap tahun. PGK juga meningkatkan risiko seseorang untuk jatuh ke dalam kondisi frailty, namun kejadian frailty pada PGK sering tidak terdiagnosis dan berdampak terhadap meningkatnya mortalitas dan morbiditas pasien hemodialisis kronik. Sampai saat ini belum ada alat yang mudah, murah, dan validitasnya mendukung untuk mendiagnosis frailty pada PGK hemodialisis. Indeks frailty index-40 questions (FI-40) memiliki penilaian yang lengkap dan mendetail namun sulit dilaksanakan dalam praktik klinis sehari-hari. Penelitian ini bertujuan menilai performa diagnostik dari indeks FRAIL dan indeks CHS, yang memiliki kriteria yang sederhana sehingga lebih mampu-laksana dalam praktik sehari-hari.
Metode: Penelitian potong lintang dengan data primer dilakukan pada penderita PGK yang menjalani hemodialisis di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Frailty dinilai dengan tiga instrumen: FI-40, indeks FRAIL dan indeks CHS. Riwayat medis dan hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh dari rekam medis. Karakteristik pasien dan prevalensi frailty berdasarkan masing-masing instrumen dideskripsikan, lalu dilakukan penilaian parameter performa diagnostik indeks FRAIL dan Indeks CHS dengan table 2x2.
Hasil: Prevalensi frailty 28,6% (IK 95%;19,2-38%) dengan FI-40. Indeks FRAIL memiliki sensitivitas 88,46% (IK 95%: 69,86 – 97,55%) dan spesifisitas 86,15% (IK 95%: 75,34 – 93,47%). Sementara indeks CHS memiliki sensitivitas 88,46% (IK 95%: 69,86% - 97,55%) dan spesifisitas 92,31% (IK 95%: 82,95 – 97,46%). Indeks CHS unggul pada spesifisitas, positive predictive value, dan positive likelihood ratio, sehingga memiliki kemampuan lebih baik sebagai diagnostik sekunder.
Kesimpulan: Indeks FRAIL dan Indeks CHS yang diuji memiliki performa diagnostik yang baik dalam menilai status frailty frailty pada PGK hemodialisis.

Background: Frailty in chronic kidney disease (CKD) is a condition with yearly increasing prevalence. CKD itself predisposes patients for frailty, but this is often underdiagnosed and impacts on mortality and morbidity, especially in chronic hemodialysis patients. Until now, there are no effective, efficient, and valid tools to diagnose frailty in hemodialysis patients. the Frailty Index-40 questions (FI-40) is a comprehensive and detailed assessment of frailty, but is hard to use in everyday practice. This research was done to assess the diagnostic performances of the FRAIL and CHS indices, which are simpler and therefore easier to execute in daily practice.
Methods: This is a cross-sectional study with primary data from the hemodialysis unit of Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) with age over 40 years old and various characteristics were included in this study. Frailty was measured using the FI-40, FRAIL index, and CHS index. Medical history and laboratory results were acquired through medical records. Patients’ characteristics and frailty prevalences according to each instruments were described, and diagnostic parameters for each instruments were calculated based on a constructed 2x2 table.
Results: Frailty in this cohort was measured at 28.6% with FI-40, 35.2%. FRAIL index has a sensitivity of 88.46% (95%CI: 69.86 – 97.55%) and specificity of 86.15% (95%CI: 75.34 – 93.47%). Meanwhile, the CHS index has a sensitivity of 88.46% (95%CI: 69.86% - 97.55%) and specificity of 92.31% (95%CI: 82.95 – 97.46%). The CHS index offers better specificity, positive predictive value, and positive likelihood ratio. This ensures a greater and suited for secondary diagnosis.
Conclusions: FRAIL scale and CHS scale tested instruments offered excellent diagnostic capabilities for frailty in CKD patients with hemoadialysis.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Makagiansar, Shanti Pricillia Tatina
"ABSTRAK
Latar belakang. Sampai saat ini belum ada instrumen yang teruji yang dapat digunakan untuk menilai status kerentaan usia lanjut di komunitas di Indonesia.Tujuan. Mengetahui kesahihan dan keandalan sistem skor The Study of Osteoporotic Fracture SOF berbahasa Indonesia untuk digunakan oleh kader posbindu dalam menilai status kerentaan pada usia lanjut. Metode. Penelitian terdiri dari dua tahap : 1 . adaptasi bahasa dan budaya; dan 2 . uji kesahihan dan keandalan. Penelitian ini berlangsung di posbindu lansia di Kelurahan Pisangan Timur, Jakarta Timur, dengan melibatkan 8 kader dan 85 responden berusia ge; 60 tahun. Sebagai uji referensi digunakan skor The Cardiovascular Health Study CHS untuk menilai kesahihan eksternal. Keandalan dinilai dengan mencari intraclass coeffisient correlation ICC pada uji ulang dan konsistensi internal dengan menghitung nilai Cronbach-?. Hasil. Skor total SOF memiliki korelasi positif kuat yang bermakna dengan butir penilaian terkait status nutrisi r = 0,815, p

ABSTRACT<>br>
Background There is no proven instrument that can be used to assess frailty among the elderly in community in Indonesia. Objective to construct and validate Indonesian version of SOF used by posbindu cadres. Methods This research was consisting of two stages 1 . Culture and language adaptation 2 . validity and reliability test, conducted in posbindu in Kelurahan Pisangan Timur, by involving 8 cadres and 85 respondents 60 years or older. We used the Cardiovascular Health Study CHS frailty index as a reference test to assess the external validity. Reliability was tested by internal consistency and the test retest reliability at a 2 week interval. Results The total score of SOF score had a strong positive correlation with the nutritional status r 0.815, p "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>