Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165716 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eryana Damayanti
"ABSTRAK
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, karena hanya
dengan rahmatnya dan hidayahNya penyusunan tesis dengan judul: Optimalisasi
Ruang Terbuka Museum dalam Pengembangan Strategi Pemasaran. Studi Kasus
Ruang Terbuka Bagi Remaja di Museum R.A. Kartini Rembang ini dapat
diselesaikan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pengembangan Museum R.A Kartini Rembang.
Di dalam penulisan penelitian ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarmya
kepada: Pertama-tama kepada Dr. Kresno Yulianto, M.Hum., selaku
Ketua Program Magister Museologi Universitas Indonesia sekaliagus ketua
pembimbing yang denagn penuh kesabaran telah memberikan bimbingan. Kedua
kepada Prof. Dr. Noerhadi Magetsari dan Dr. Irmawati Marwoto Johar, yang
senantiasa memberikan dukungan dan semangat, sehingga penulisan tesis ini
dapat diselesaikan. Tidak lupa pula kepada Dr. Ali Akbar , M. Hum selaku
pembimbing akademik yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah
memberikan bimbingan dan arahan.
Ayahku H. Rusli dan Ibuku Hj. Aminarti yang dengan sabar mendoakan agar
penulis dapat menyelesaikan kuliahnya. Suamiku Sugiharto, S.Pt, M.Sc. dan
anakku Dhamar Ilham Adhitama, yang telah memberikan dorongan semangat dan
moril dan doanya kepada penulis agar dapat segera menyelesaikan kuliahnya.
Tidak lupa adikku, Indra Rosantiko, yang selalu memberikan bantuannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliahnya.

ABSTRACT
The title of this research is Optimization the Museum Open Space in Developing
Marketing Strategy. A Studycase of Open Space for Teenagers at Museum R.A.
Kartini Rembang. In accordance with the title then purpose of this study is to
discuss about the problem about visitors amenity at museum especially for
teenagers. Principal studies in this research is: Museum Marketing Strategy
include: SWOT Analysis of Museum R.A. Kartini Rembang, museum management,
developing program for visitors and improving more facilities at the open space.
This study uses a qualitative approach to the inductive reasoning method. How to
obtain data on the exhibition layout is through field surveys, literature review and
interviews. From the results can be described as factual observation that the
conditions of Museum R.A. Kartini Rembang is very worrying. The conclusion of
this research is: there is a miss concept at museum management and, the lack of
museum program arrangement for visitors , lack of supporting facilities and
unfeasible, minimal human resources as the manager of the museum, and yet the
organizational structure of the museum as the driving element museum
organization running effectively and efficiently."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T38704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bagus Aditya
"Museum dikenal sebagai destinasi wisata yang membosankan dikalangan masyarakat. Tetapi Museum Sejarah Jakarta berhasil mendobrak stigma tersebut. Museum Sejarah Jakarta berhasil menjadi salah satu kawasan destinasi unggulan di DKI Jakarta. Hal ini terbukti dari data jumlah kunjungan Daya Tarik Wisata DKI Jakarta tahun 2013-2015 dimana museum selalu menempati posisi lima besar.
Artikel ini berisi analisis mengenai penerapan salah satu platform integrated marketing communication, yaitu event and experience yang menjadi strategi utama museum untuk meningkatkan jumlah kunjungan. Strategi ini terbukti mampu secara efektif meningkatkan jumlah pengunjung selain karena marketing mix yang kuat yang telah dimiliki oleh Museum Sejarah Jakarta.

Museum has been known as a boring destination in public's perception, but Jakarta History Museum managed to break the stigma. Jakarta History Museum has become one of the leading destinations in the region of Jakarta. This evident data is derived from the number of visitors in Jakarta Travel Attractions periods of 2013-2015 in which the Museum has always placed great five.
This article contains an analysis of the application of one of integrated marketing communication platforms, namely "the event and experience", the museum's main strategy to increase the number of the visitors. This strategy is proved to be able to effectively increase the number of visitors in addition to a strong marketing mix that has been owned by the Jakarta History Museum.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Saraswati Vradisca Sadgamaya
"ABSTRACT
Experiential Marketing tidak hanya dapat memberi keuntungan bagi sektor swasta, namun dapat memberi keuntungan pula bagi sektor publik dalam hal ini pada museum. Museum di Indonesia mulai mengikuti pergerakan fungsi museum yang berorientasi pada pengalaman yang dirasakan oleh pengunjung. Skripsi ini membahas bagaimana experiential marketing pada Museum Sejarah Jakarta dapat berpengaruh pada behavioral intentions pengunjung museum yang tergolong pada kategori favorable behavioral intentions dengan kecenderungan mengarah kepada loyalitas. Penelitian ini dilakukan di Museum Sejarah Jakarta dengan membagikan kuesioner penelitian pada pengunjung museum. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa memang terdapat hubungan yang signifikan antara experiential marketing dan behavioral intentions. Penelitian ini menyarankan bahwa museum sebagai pihak yang memberikan pengalaman sebagai hal yang ditawarkan dalam pemasaran maupun ketika dikunjungi oleh pengunjungnya, sangat perlu memperhatikan dari sudut pandang pengunjung dalam berinovasi dan berkembang untuk terus memberikan pengalaman terbaik bagi para pengunjungnya, sehingga selalu tercipta kesan yang baik terhadap museum terhadap para pengunjung telah berkunjung maupun yang akan melakukan kunjungan.

ABSTRACT
Experiential marketing not only has benefits for private sector but also public sector, in this case is museum. Museum in Indonesia is starting to transform its function to explore more experience they could give to museums visitors. This thesis main focus is how experiential marketing could impact visitors behavioral intentions which cathegorized as favorable behavioral intentions that conduct to loyalty. The field research take place at Museum Sejarah Jakarta by distribute questionnare to museums visitors. The result shows that there is a significant correlation between experiential marketing and behavioral intentions. This research suggest that while developing and inovating in order to give an amazing experience to its visitors, museum management as the company that offers experience on their marketing and service, should be giving more attention to visitors point of view about the experience they got. So it will conduct to a delightful experience that leads visitor to do favorable behavioral intentions."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McLean, Fiona, 1961-
London: Routledge, 1997
069.068 8 MCL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Nugraha Salim
"Penelitian dilakukan untuk mencari tahu kriteria ruang-ruang publik di kota Gorontalo yang dijadikan sebagai tempat rekreasi masyarakat. Penelitan ini dilakukan berdasarkan fenomena dari kegiatan masyarakat yang menjadikan beberapa ruang publik bukan dengan peruntukan kegiatan rekreasi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan rekreasi. Penelitan juga dikembangkan pada kondisi ruang terbuka dengan peruntukan rekreasi yang ada, untuk menunjukan kriteria-kriteria ruang terbuka yang berhasil. Peneletian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Data penelitian dikumpulkan dari wawancara terhadap pengguna ruang terbuka, kuesioner, observasi serta dokumentasi yang dianalisis berdasarkan teori dari studi literatur.
Hasil dari peneltian menunjukan adanya kriteria-kriteria khusus yang membuat masyarakat Kota Gorontalo tertarik untuk berekreasi di suatu ruang terbuka. Kriteria yang dimaksud adalah potensi kualitas ruang lingkungan sekitar berupa lingkungan alami, keadaan eksisting dan fasilitas yang ada di suatu ruang terbuka yang berdampak pada keberhasilan suatu ruang publik kota.

This research is conducted to reveal the criteria of public places in Gorontalo which are potential for the citizens’ recreational spot. This research is done based on the the citizens’ tendency to turn a public space, not meant to be a recreational spot, into one. To show the criteria of a successful open space, this research focuses on the open space with recreational utility. Research data are gathered by interview with open space users, questionnaires, observation and analised documentation based on theories and text studies.
Results shows specific criteria of an open space that attracts citizens of Gorontalo to recreate there. These criteria are the potential environment’s spatial quality which are natural environment, existing site, and facilities in open spaces that contribute to the success of an open city space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Anindya
"ABSTRACT
In Indonesia, the number of children who commit crimes and stay in Juvenile Prison is increasing every year. Actually, there is a major cause of children committing crimes, which are low self-concept and sufficient attention. Juvenile Prison as an institution that serves to educate criminals must be able to provide what they need, not just to confine and punish them. Open space based on research has proven to have a positive effect on the child's mental healing process (Wilson,1984). Open space is also believed to be a place where children can find identity, because during adolescence, they are incessantly seeking their identity. Therefore, the making of this thesis is to review the use of open space in Tangerangs Juvenile Prison and its effect on the childs mental recovery process. 

ABSTRACT
Di Indonesia, jumlah anak yang melakukan tindakan kriminal dan menetap di penjara anak semakin meningkat tiap tahunnya. Sebenarnya, penyebab utama anak remaja melakukan tindakan kriminal adalah karena rendahnya konsep diri dan kurangnya perhatian. Penjara anak sebagai institusi yang berfungsi untuk membina anak harus bias memberikan apa yang dibutuhkan remaja, bukan hanya untuk menghukum dan mengurung mereka. Ruang terbuka berdasarkan penelitian terbukti mampu memberikan efek positif pada proses penyembuhan mental anak (Wilson,1984). Ruang terbuka juga dipercayaadalah tempat dimana remaja mencari identitas mereka, karena selama masa remaja, mereka sedang marak-maraknya mencari identitas diri. Oleh karena itu, pembuatan skripsi ini adalah untuk meninjau kegunaan ruang terbuka di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tangerang dan efeknya terhadap proses pemulihan mental anak. "
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Yoni Androgini
"ABSTRAK
Duduk adalah sebuah optional activities yang dilakukan di ruang terbuka publik. Sittable space adalah ruang yang nyaman untuk diduduki. Tulisan ini memiliki tujuan untuk mengetahui kualitas ruang dalam sittable space di ruang terbuka publik. Analisa dilakukan dengan metode studi literatur menggunakan teori sittable Whyte (1980) dan Gehl (2010). Studi kasus dilakukan di Alun-alun Madiun dengan metode pengamatan berbasis fenomenologi dan behaviour mapping. Hasil pengamatan dan analisis menunjukkan bahwa sittable space muncul karena dalam suatu space memiliki kualitas ruang yang memberikan kenyamanan, baik physical comfort maupun social comfort. kualitas ruang yang ditemukan dalam sittable space dalam memenuhi physical comfort antara lain: 1)Ruang yang teduh, 2)Kemudahan akses, 3)Perangan cukup, 4)view atraktif, 5)Seat. Sedangkan kualitas ruang untuk memenuhi social comfort berkaitan dengan dengan 1) jarak, 2)interaksi, 3)fleksibilitas. Namun pemenuhan kualitas ruang sittable space tersebut berbeda-beda sesuai dengan jenis aktivitas duduk yang dilakukan. Sittable space harus memiliki kualitas ruang yang memenuhi social comfort nya, sedangkan physical comfort bersifat kondisional sesuai jenis aktivitas duduk yang dilakukan.

ABSTRACT
Sitting is a optional activities in an open public space. Sittable space is a comfortable space to sit on. This study aims to find out the spatial quality of a sittable space in open public space. The analysis was done through literature studies using Whyte (1980) and Gehl (2010) theories about sittable. The observation of case study was done in Alun-alunMadiun using phenomenology and behavior mapping.The result shows that sittable space emerges from the comfort of a space, either as a physical comfort or social comfort. The spatial qualities found in sittable space in term of physical comforts come from: 1) a shaded space, 2) accessible, 3) adequate lighting, 4) attractive views, 5) seat, while the ones found in social comfort related to 1) distance, 2) interaction, 3) flexibility. However, it may differ in carrying out the needed spatial qualities for the physical comfort depending on the sitting activities.While the spatial qualities to support the social comfort are a must, the physical comfort comes conditional based on the sitting activities.
"
2016
S63105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati Amir
"Lingkungan hidup dengan seluruh komponennya yang saling bergantung satu sama lain haruslah selalu dalam keadaan seimbang. Upaya pemenuhan kebutuhan penduduk meningkatkan pembangunan gedung dan perkerasan di seluruh penjuru kota sehingga lugs lahan yang diperuntukkan bagi hutan, jalur hijau, taman, dan jenis RTH lainnya semakin berkurang. Ketidakseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan ini tentu mengakibatkan timbulnya masalah lingkungan, seperti iklim mikro yang tidak menyenangkan, karena Iuas permukaan yang menimbulkan suhu tinggi (struktur dan perkerasan) semakln bertambah sementara luas permukaan yang menimbulkan suhu rendah (tumbuhari dan air) semakin berkurang.
Karena nilai lahan di kawasan perkotaan semakin tinggi dan tidak nyaman untuk menjadi kawasan permukiman, maka semakin banyak kawasan permukiman dibangun dl pinggir kota, contohnya Kota Taman Bintaro Jaya (KTBJ), Tangerang, Banten. Walau banyak pengembang berlomba menawarkan konsep hunian yang ramah lingkungan, kenyataannya, perencanaan RTH masih memprioritaskan aspek estetika dibandingkan aspek ekologis. Untuk mengefektifkan fungsi ekologis dari RTH, khususnya fungsi pengendalian iklim mikro (biasa dlsebut fungsi klimatologis), maka kualitas RTH ini perlu ditingkatkan karena mempertimbangkan kecukupan dari aspek luas saja tidak memadai.
Dengan demikian, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana kondisi faktor-faktor penentu efektivitas fungsi ekologis RTH di kawasan permukiman KTBJ?
Apa tanggapan warga KTBJ terhadap RTH yang sudah ada berkaitan dengan efektivitas fungsi ekologlsnya?
Bagaimana memperbaiki kondisi faktor-faktor penentu efektivitas fungsi ekologis RTH di kawasan permukiman?
Mempertimbangkan keterbatasan sumberdaya waktu, tenaga, dan Jana fungsi ekologis yang akan diteliti dibatasi pada fungsi pengendalian iklim mikro (fungsi klimatologis) karena lebih sesuai dengan permasalahan yang ada di lokasi studi.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengevaluasi faktor-faktor penentu efektivitas fungsi ekologis RTH (seperti luas, distribusi, struktur, bentuk tajuk, kerapatan potion, dan perkerasan) dengan membandingkan terhadap literatur yang ada.
Mengetahui tanggapan warga tentang kondisi RTH di kawasan permukiman yang diteliti berkaitan dengan efektivitas fungsi ekologisnya.
Mencari konsep penataan RTH yang bisa meningkatkan efektivitas fungsi ekologis yang sesuai bagi kawasan permukiman.
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pemerintah dan pengembang dalam pengelolaan RTH di kawasan permukiman.
Penelitian ini adalah penelitian penilaian yang bertujuan untuk menilai suatu program, dalam hal ini adalah program pembangunan RTH di kawasan permukiman. Obyek yang akan dinilai RTH di kawasan permukiman balk secara keseluruhan maupun beberapa jenis RTH secara individu. Varlabel penelitian ini adalah faktor-faktor penentu efektivitas fungsi ekologis, khususnya fungsi klimatologis, yaitu Iuas, distribusi, struktur, bentuk tajuk, kerapatan pohon dan perkerasan. Penilaian akan mengacu pada kriteria penliaian yang dibuat berdasarkan literatur.
Lokasi penelitian adalah kawasan permukiman terencana yang akan berkembang menjadi permukiman berskala besar, yaitu Kota Taman 8intaro Jaya. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti jurnal, buku teks, laporan seminar, lembaga terkait, maupun data dart pengelola. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan lapangan dan wawancara (wawancara intensif dengan pihak pengelola kawasan permukiman, serta tenaga ahli yang berkaitan dengan studi dan wawancara dengan warga yang dipandu dengan daftar pertanyaan).
Evaluasi terhadap Iuas dan distribusi RTH dilakukan dengan menggunakan data citra satelit terhadap kawasan permukiman secara keseluruhan. Luas penutupan vegetasi di kawasan permukiman ini dominasi oleh pohon-pohon dan rumput. Areal berpohon lebih kurang 11,5% sedangkan rumput/semak lebih kurang 93% dan nilainya termasuk kategori sedang. Karena jumlah areal berpohon tersebut hanya 38 % dari Iuas minima! yang disarankan, maka daerah berpohon masih perlu ditambah. RTH jugs belum terdistribusi dengan baik. Penutupan tajuk pohon hanya dominan di sektor terbaru, yaitu sektor 9 di sektor lain, penutupan pohon hanya tampak di sepanjang saluran air sehingga nilai variabel ini termasuk rendah. Evaluasi terhadap faktor lain dilakukan melalui pengamatan pada beberapa jenis RTH yang dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk jalur (jalur hijau jalan utama, jalur hijau jalan lingkungan, dan jalur hijau tepian air) dan bentuk zonal (taman kingkungan dan taman kota). Struktur sebagian besar RTH termasuk kategori sedang (strata 3). bentuk tajuk sebagian besar RTH termasuk kategorl sedang. Kerapatan pohon rata-rata RTH termasuk sedang. Satu-satunya faktor penentu yang nilainya tinggi adalah perkerasan pada area! RTH, yaitu kurang dari 10% untuk RTH berbentuk Jalur dan kurang dad 30% untuk RTH berbentuk zonal.
Evaluasi terhadap tanggapan warga menunjukkan bahwa hampir semua responden memilih tinggal di KTBj karena mengidamkan daerah hunian yang nyaman. Diantara responden yang diwawancarai, hanya sebagian kecil yang menyadari bahwa RTH bisa berfungsi sebagai pengendali iklim mikro, mereka lebih mempersepsikan RTH sebagai peneduh Baja. Namun, persepsi yang cukup balk tentang fungsi ekologis lain tampaknya cukup untuk membuat warga menyadari pentingnya RTH untuk menjamin keberlanjutan sebuah kawasan permukiman.
Hampir semua responden lebih menyukai jalan lingkungan yang diteduhi oleh pohon rindang daripada yang tidak diteduhi pohon, sementara preferensi untuk taman lingkungan hampir sama. Pemanfaatan jalur hijau jalan Iingkungan masih terbatas pada pagi dan sore harl, sementara berjalan kaki di jalan utama terbatas hanya untuk aktivitas sehari-hari pada beberapa responden. Kunjungan ke taman lingkungan masih terbatas pada aktivitas anak-anak balita, sedangkan taman kota yang selalu ramai pada had libur masih jarang dikunjungi oleh responden.
Semua responden menyadari pentingnya keterlibatan warga di dalam keberhasllan program penghijauan di kawasan permukiman namun hanya sebagian kecil yang benar-benar mau terlibat secara aktif. Sebagian menganggap hal itu sebaiknya dilakukan secara terkoordinir melalui RT misalnya. Secara umum seluruh responden juga menganggap perlu perbaikan di sana sini agar motto kawasan permukiman ini sesuai dengan kenyataannya.
Kondisi faktor-faktor penentu fungsi ekologis yang perlu dilakukan karena fungsi pengendalian iklim mikro yang tidak efektif bisa menimbulkan masalah Iingkungan yang lain sehingga perbaikan perlu segera dilakukan diantaranya dari aspek fisik maupun sosial.
Sintesis aspek fisik antara lain dengan pembangunan taman hutan, membangun sistem jaring RTH: perbaikan struktur, bentuk tajuk, dan kerapatan pohon, serta mernbuat zonasi pada ruang RTH berbentuk zonal, terutama taman kota.
Sintesis aspek sosial meliputi peningkatan peranserta masyarakat serta kampanye penghijauan yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Kesimpulan penelitian ini adalah:
Evaluasi faktor-faktor penentu efektivitas fungsi ekologis, dalam hal Ini fungsi klimatologis, pada RTH di kawasan permukiman menunjukkan bahwa luas termasuk kategori sedang, distribusi termasuk kategorl rendah, struktur termasuk kategori sedang, bentuk tajuk termasuk kategorl sedang, kerapatan palm termasuk kategori sedang, dan perkerasan termasuk kategori tinggi.
Evaluasi terhadap masalah warga menunjukkan bahwa kondisi RTH saat ini masih belum sesuai dengan motto "Hidup Ivyaman di Alam Segar' sehingga diperlukan banyak perbaikan dari segi kuantitas dan kualitas.
Peningkatan efektivitas fungsi ekoiogis RTH, dalarn hat ini fungsi klimatologis, dapat dilakukan dengan perbaikan secara fisik dengan meningkatkan kualitas RTH yang ada maupun dari aspek sosial untuk menjamin keberlangsungan perhatian warga terhadap keberhasilan program penghijauan yang dijalankan.

Environment, which it's components are depending on each other, must always be in a dynamic balance. Efforts to meet citizens needs have caused increasing development of structures dan pavements all around the cities so that woodlands, greenbelts, parks, street trees, and any kind of green open space have been decreasing. Disturbance to the balance can cause environmental problems, such as, mlcroclimatic problems due to the domain of high surface temperature (structures and pavements) is getting wider and the contrary, the domain of low surface temperature (plants and water) is getting less.
Since the price of land in cities is extremely expensive and on the other hand, comfortable is decreasing gradually, many new planned communities built In the hinterland, for example Kota Taman Bintaro Jaya (KTBJ), Tangerang, Banten. Although the developers compete to create ecological sound communities, the fact is, aesthetical aspect in green open space planning still has priority over ecological aspect. To activate the ecological functions of green open space, especially climatological functions, we have to enhance It's quality because the consideration of land size alone seems not enough.
Therefore, the problem statements are as follows: What is the condition of determinant factors of green open space ecological function effectiveness in KTBJ?
What is the inhabitants' comments about the current condition of green open space regarding their ecological function effectiveness?
How to improve the condition of determinant factors of greenspaces ecological function effectiveness in KTBJ?
Considering the limitation of resources, the evaluation of ecological functions is focused only on climatological functions which are more suitable with environmental issues in study area.
The aims of this study are: To evaluate the determinant factors of green open space ecological function effectiveness, such as area, distribution, structure, crown form, tree density, and pavement, by comparing them to the literature available.
To find out the inhabitant comments about the current condition of green open space regarding their ecological function effectiveness.
To look for suitable green open space planning concept to improve the effectiveness of ecological functions in KTBJ.
The results are expected to be useful for the consideration in green open space planning and development in planned communities.
This is an evaluation research with the objective is to evaluate the green open space development program in a settlement area. The objects evaluated are the community green open space in a total area and some kinds of green open space individually. The variables are determinant factors of green open space ecological functions effectiveness, especially, climatological functions, such as area, distribution, structure, canopy form, trees density and pavement. Evaluation will be based on conditions recommended by previous researches.
The study area was a planned community which growing into big scale community, Kota Taman Bintaro Jaya, Tangerang, Banten. Secondary data were collected from many sources, such as journals, text books, seminar proceedings, proper institution, etc. Primary data were collected from field observation and interviews (deep interview with the developers and professionals; structured interview with the inhabitants).
Evaluation on area and distribution of green open space was conducted by using the remote sensing visual data. Vegetation coverage is classified into two classes, trees and lawn/shrubs. Trees occupied the scene as much as 11,5%, white lawn/shrub occupied only 9,3%. Since tree coverage was only 38% from minimum percentage recommended, than it needs to be broadened. The green open space are not well distributed. The largest trees area was located only in newest sector (IX Sector). In other sectors, trees coverage appeared only along the water bodies.
Evaluation on other key factors were conducted by observing some kinds of green open space grouped into two forms. They were line (street trees in main and neighborhood streets, and stream corridors) and zonal (neighborhood and community parks). The structure in most of the green open space was medium level (consists of three-layered vegetation: lawn, shrubs and trees). The crown form was medium level. The trees density also was medium level. The pavement was high level (less than 10% for line and less than 30% for zonal) . Evaluation on inhabitants aspect showed that almost all of the inhabitants chose to live in this community to have a comfortable living. The motto "Comfortable Living in a Fresh Nature" itself, effected more to their expectation for a better quality of the green open space. Only some of the respondents aware that green open space have microclimatic functions, they percepted it only as shading. They know about other green open space ecological functions such as erosion controller, oxygen producers, Those perceptions seemed enough to build their awareness about the importance of
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizza Drianti Putri
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai terbentuknya augmented space akibat aplikasi teknologi pada ruang museum. Dengan berkembangnya teknologi, informasi dan nilai yang dimiliki tiap-tiap ruang museum berpotensi untuk ikut terpengaruh oleh masuknya data dan konektivitas. Teknologi yang digunakan pada media display pameran menjadi alat dalam rekonstruksi ruang pada museum kontemporer yang kemudian menimbulkan augmented space. Untuk melihat fenomena ini, analisis dilakukan pada dua museum dengan konteks dan jenis narasi yang berbeda. Hasil studi menunjukkan bahwa timbulnya augmented space pada museum dihasilkan oleh kemampuan interaksi dan immersion dari media yang digunakan, yang mana mendukung penyampaian konteks, narasi, serta pengalaman ruang pengunjung pada museum.

ABSTRACT
This thesis exposes the formation of augmented space in the museum. With the development of technology, information and value owned by spaces in museums have the potential to be influenced by data and connectivity. Technology works as a display media, then become a tool in reconstructing the space in contemporary museums which later led to the emergence of augmented space. To see this phenomenon, the analysis was carried out in two museums with different contexts and types of narratives. The result of the study shows that the emergence of augmented space in museums is based on the ability of interaction and immersion of media technology that is applied in supporting the translation of contexts, narratives, and visitor experiences in the museum."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Fitri Mulyanti
"Salah satu kegiatan remaja yang paling terlibat sehubungan dengan interaksi mereka dengan kelompoknya dalam pencarian identitas di sebuah ruang publik adalah kegiatan hang out. Ruang terbuka publik yang dijadikan tempat hang out biasanya merupakan area-area yang dekat dari lingkungan tempat tinggal mereka, area komersial dan/atau area sosial. Karakteristik ruang terbuka publik yang dianalisis terdiri dari ukuran, aksesibilitas dan lokasi, batas serta sifat kontrol. Persamaan dan perbedaan dari karakteristik ruang terbuka publik yang ada membentuk suatu pola penggunaan bila dikaitkan dengan karakteristik remaja berdasarkan psikologis dan sosialnya. Pola penggunaan yang terbentuk dapat berdasarkan kelompok sosial remaja, sebaran tempat tinggal remaja serta sebaran remaja dalam ruang tersebut.

One of the most involving teenage activity in correlation of their relationship between them and their group in a searching of identity at a public space is hang out activity. Public open space that were being a place of hang out is usually the areas close to their neighborhood, commercial area and/or social area. Characteristics of public open space that being analyzed consist of size, accessibility and location, boundary and it's nature of control. Equation and differentiation of public open space characteristics forming some patterns of it's usage when it's associated with teenager characteristics based on their psychological and social aspects. Usage patterns that can be formed are based on teenager's social category, distribution of teenager's dwelling place of origin and teenager's distribution in the public open space area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>