Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180973 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamsudin
"Susu merupakan makanan terbaik dari bayi hingga manusia lanjut usia. Namun saat ini yang terjadi manusia Indonesia khususnya kurang mengkonsumsi susu karena adanya salah persepsi dari masyarakat terhadap susu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi dan karakteristik keluarga dengan pengetahuan pemenuhan kebutuhan gizi susu pada anak balita, Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Sampel yang digunakan sebanyak 62 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. lnstrumen yang digunakan adalah kuisioner. Anaiisis data yang digunakan adalah penentuan presentasi dan chi square untuk menganalisis hubungan antara variabel. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan amara persepsi, usia, tingkat pendidikan dan pendapatan dengan pengetahuan pemenuhan kebutuhan gizi susu pada anak balita. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang manfaat susu khususnya pada anak balita."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
Lap. Penelitian Sya N08h
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Nur Hidayati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tugas kesehatan keluarga, karakteristik keluarga dan anak dengan status gizi balita. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional, pendekatan cross sectional dengan 167 sampel yang diambil secara proportional cluster sampling. Uji Chi Square ditemukan adanya hubungan yang bermakna status kesehatan balita (p 0,000) dan jumlah anggota keluarga (p 0,032) dengan status gizi balita. Uji regresi logistik menunjukkan status kesehatan balita paling dominan mempengaruhi status gizi balita (p 0,000). Status kesehatan balita sehat berpeluang status gizi baik 7,9 kali dibandingkan dengan balita yang pernah sakit atau sedang sakit. Upaya penanganan masalah gizi balita perlu menekankan pada status kesehatan balita dan status ekonomi keluarga."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Kunanto BP
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengapa prevalensi status gizi (KKP) balita di dua propinsi paling timur yaitu propinsi Maluku dan Irian Jaya masih tinggi dan faktor apa yang berpengaruh. Untuk itu dilakukan studi analisis data sekunder Hasil Studi Prevalensi Defisiensi Vitamin A dan zat-zat gizi lainnya di wilayah Indonesia Timur. Secara umum analsis ini bertujuan untuk mendeskripsikan status gizi balita di propinsi Maluku dan Irian Jaya serta faktor-faktor yang berpengaruh (dominan) terhadap status gizi balita. Secara khusus analisis ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan karakteristik anak dan keluarga terhadap status gizi balita. Dari 3325 sampel yang tersedia dari sumber data, ternyata hanya 501 sampel yang memenuhi syarat untuk analisis. Hasil Analisis prevalensi status gizi didapatkan bahwa 27.9 persen anak balita menderita Gizi kurang dan 8.0 % menderita gizi buruk. Prevalensi gizi kurang terbesar dijumpai pada umur 6-23 bulan, sedangkan prevalensi gizi buruk terbanyak dijumpai pada umur 12-23 bulan.
Berdasarkan nilai rata-rata Z--score BB/U didapatkan suatu pola bahwa status gizi menurun mulai umur 3 bulan dan terhenti pada umur 11-13 bulan. Setelah itu tidak dijumpai adanya peningkatan status gizi. Dengan analisis bivariat "Piecewise Linear Regression" antara Z-score DD/U dan umur balita didapatkan bahwa umur 12 bulan merupakan perkiraan umur yang paling tepat dimana tidak terjadi penurunan status gizi (Z-score BB/U).
Uji-t perbedaan nilai Rata-rata prediktif Z--score dari hasil persamaan regresi "Pieceswise Linear Regression" tidak terbukti signifikan untuk variabel jenis kelamin, status perkiraan, dan pendidikan ayah, tetapi diperoleh perbedaan yang signifikan untuk variabel kondisi rumah pada umur 12-59 bulan, variabel jumlah balita pada umur 24-59 bulan dan variabel jumlah anggota keluarga pada umur 36-59 bulan, serta variabel sanitasi keluarga pada umur 12-59 bulan. Untuk variabel pendidikan ibu dijumpai perbedaan yang signifikan hanya pada umur 36 dan 48 bulan.
Analisis regresi ganda tidak terbukti adanya hubungan variabel independen yang signifikan dengan status gizi kecuali variabel umur. Namun memperhatikan besarnya nilai beta koefisien dari variabel independen diperkirakan variabel kondisi rumah, pendidikan ibu dan ayah, jenis kelamin, jumlah balita dan jumlah anggota keluarga serta sakit diare kemungkinan akan diperoleh hasil yang signifikan bila jumlah sampel diperbesar.
Dari hasil analisis di atas, maka program upaya untuk menurunkan prevalensi gizi kurang dan buruk di kedua propinsi perlu memprioritaskan sasaran program UPGK pada kelompok umur yang lebih dini (3-12 bulan) disertai peningkatan penyuluhan gizi yang lebih intensif dan menggunakan bahasa yang sederhana meliputi pemberian ASI, makanan pendamping ASI yang disesuaikan dengan pola makanan daerah setempat dan jenis serta ketersediaan pangan di daerah setempat, imunisasi serta kebersihan lingkungan (sanitasi). Selain itu program KB perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan. Pembangunan di sektor ekonomi dan pendidikan di kedua propinsi perlu ditingkatkan sebagai upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan penduduk, karena upaya perbaikan gizi tanpa disertai perbaikan ekonomi merupakan upaya yang sia-sia. Penelitian ini menyarankan pula untuk dilakukan analisis yang mencakup seluruh propinsi IBT dan kemungkinan untuk menggunakan indek Antropometri yang lain seperti TB/U atau BB/TB. "
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
John Amos
"Kekurangan Energi dan Protein (KEP) masih merupakan salah satu masalah gizi utama pada usia balita di Indonesia. KEP ini meningkat di masa krisis ekonomi terutama pads keluarga miskin. Untuk itu pemerintah menggulirkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan bagi balita keluarga miskin agar merehabilitasi atau mengembalikan dampak dari KEP.
Program PMT-Pemulihan akan berhasil dengan baik apabila didukung persepsi tentang kurang gizi ("malnutrition") yang baik, sebab persepsi kurang gizi penting sebagai kekuatan intervensi pads balita yang menderita kurang gizi dan upaya penyebaran pesan-pesan gizi. Oleh karena itu penelitian ini memusatkan perhatian pads upaya untuk memperoleh gambaran bagaimana hubungan antara persepsi ibu balita tentang kurang gizi dan PMT-Pemulihan dengan status gizi balita penerima PMTPemulihan tersebut.
Penelitian dilakukan pads keluarga miskin yang balitanya mendapat PMTPemulihan di Kecamatan Sungai Limau dan Kecamatan VII Koto Sungai Sarik. Kabupaten Padang Pariaman Propinsi Sumatera Barat. Disain penelitian adalah survei dengan pendekatan crossectional (studi potong lintang). Pengambilan sampel dilakukan secara multistage cluster random sampling dan sampel sebanyak 300 ibu balita.
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi KEP total sebesar 42,2 % dar KEP nyata 12,8 %. Persepsi kurang tentang kurang gizi dan PMT-Pemulihan cukul tinggi yaitu 46,2 %. Ada hubungan yang bermakna antara persepsi ibu balita tentans kurang gizi dan PMT-Pemulhan dengan status gizi balitanya (p<0.05). Tetapi ibu balit: yang mempunyai persepsi kurang tentang kurang gizi dan PMT-Pemulihan mempunya proteksi atau memperkecil risiko terjadinya KEP pada balitanya sebesar 0,616 kal dibandingkan dengan ibu balita yang mempunyai persepsi balk tentang kurang gizi Faktor persepsi ibu balita tentang kurang gizi dan PMT-Pemulihan, pendidikan ibu balit, dan konsumsi energi balita secara bersama-sama mempengaruhi terjadinya KEP pad; balita. Konsumsi energi balita merupakan faktor yang paling dorninan mempengarul' terjadinya KEP pada balita.
Dari basil penelitian ini disarankan agar tetap meneruskan pemberian PMT Pemulihan dengan disertai pendidikan gizi dan dibentuk kembali "Taman Gizi" yan, menyelenggarakan makanan balita yang KEP. Perlu dilakukan penyuluhan yang lebi intensif dengan melibatkan tokoh masyarakat khususnya Tungku Nan Tigo Sajaranga (ulama, tokoh adat dan cerdik pandai). Perlu penelitian lain yang lebih cocok rnisalny studi kasus kontrol dan mencari faktor-faktor penyebab rendahnya keberhasilan PMT Pemulihan.

The Relationship Between Perception of Mother Under Five Years Children about Malnutrition and Supplementary Feeding Program ("PMT-Pemulihan") with Nutritional Status in Poor Family at Padang Pariaman District, West SumatraProtein-Energy Malnutrition (PEM) is still one primer nutrition problem under five years children in Indonesia. PEM increased in economic crisis especially for poor family. The program of supplementary feeding ("PMT-Pemulihan") for under five years children in order to rehabilitate or reduce PEM impact.
Supplementary Feeding Program ("PMT-Pemulihan") could be successe if supported by perception of malnutrition and supplementary feeding program. It was very important as treatment powerful on under five years children who malnutrition and efforted to distribute nutrition massages. There fore, the research focused for efforting how to describe the relationship between mother under five years children who malnutrition and supplementary feeding program with nutritional status of under five years children who consume food supplementary.
The research have done for poor family who got supplementary feeding program at Sungai Limau subdistrict and VII Kota Sungai Sarik subdistrict, Padang Pariaman District West Sumatra. Reseach designed has survey by crossectional. Samplimg used by multi cluster random sampling and sample size were 300 mothers under five years children.
The result of research show prevalence PEM 42,2 percent and severe PEM 12,8 percent. Perception about malnutrition and supplementary feeding program for less category is 46,2 percent. A significant relationship between perception mother under five years children who malnutrition and supplementary feeding program with nutritional status of under five years children (p<0,05). The mother of under five years children who has less perception about malnutrition and supplementary feeding program could be protection of risk PEM for their under five years children as 0,616 times than the others enough category. The perception of malnutrition and supplementary feeding program, education of mother under five years children and energy consumption of under five years children are factors which could be PEM to under five years children.
The research recommended to be continuing supplementary feeding program with used nutrition education and reformed the Nutrition Demontration Plot ("Taman Gizi") which can apply under five years children food which PEM It has necessary to be done with an intensive education by involved community specially Tungku Nan Tigo Sajarangan ("Ulama, Tokoh Adat, Cerdik Pandai"). More research which another design, for example made by case control study and to have unsuccesfull factors of supplementary feeding program cause it.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Bittikaka
"Balita merupakan kelompok risiko yang mudah terkena masalah kesehatan diantaranya masalah gizi. Tujuan penelitian ni mengetahui hubungan karakteristik keluarga, balita dan kepatuhandalam berkunjung ke posyandu dengan status gizi balita di Kelurahan Kota Baru Abepura Jayapura. Desain penelitian yang digunakan korelasi dengan pendekatan cross sectional.deskripsi Sampel keluarga balita dipilih 105 dengan metode sampel cluster. Analisis chi-squire diperolah: ada hubungan bermakna antara pendidikan, umur, dan pengetahuan keluarga dengan status gizi balita p < 0,05; tidak ada hubungan antara pekerjaan, pendapatan, etnis, jumlah, jenis kelamin, umur, dan riwayat kelahiran anak; dan kepatuhan keluarga dengan status gizi balita p > 0,05. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap status gizi balita adalah pengetahuan. Status gizi balita dipengaruhi oleh pengetahuan diikuti dengan umur,dan pendidikan keluarga. Perlu dikembangkan program pemberdayaan keluarga dengan meningkatkan pngetahuan dan ketrampilan pada ibu-ibu muda.

The purpose of this research was to identify the correlation between family charactiristics, children under five and compliance visiting integrated service station with nutritional status of children under five in Kota Baru Abepura Jayapura. This research was descriptive correlation method with cross sectional approach. Research samples consist of of 105 people. Chi-squire analise were found significant correlation between age, education, and knowledge (p < 0,05). There is no correlation between employment, income, ethnicity, number of children, child age, gender of children, and birth history with nutritional status of children under five ((p> 0,05). The most dominant factor effected the nutrional status of children under five is knowledge. Nutritional status of children under five were influenced by knowledging, followed family age and education. The family need to be invented by increasing knowledge of young mother."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siadari, Ida R.
"Anemia gizi besi merupakan salah satu masalah gizi yang rentan dialami oleh remaja putri. Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pemenuhan kebutuhan zat besi pada remaja putri di kota Depok. Desain penelitian yang digunakan deskriptif korelatif. Penelitian ini dilakukan pada 80 remaja putri di SMPN 9 Depok dengan metode pengambilan sampel random sampling.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku remaja putri terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi besi (p value=0,707; α=0,05). Peneliti merekomendasikan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh peer group terhadap perilaku pemenuhan kebutuhan gizi besi.

Anemia deficiency of iron is one of the nutritional problems experienced by vulnerable teenage girls. The level of knowledge is one factor that affects a person's behavior.
The aim of this research was to determine the correlation between the level of knowledge and iron needs behavior in teenage girls in Depok. Design research is descriptive correlative. This research was conducted on 80 teenage girls in SMPN 9 Depok with random sampling method.
The result concluded that there was no correlation between the level of knowledge and behavior of teenage girls on the fulfillment of nutritional needs of iron (p value = 0.707; α = 0.05). The researcher recommends further research on peer group influence with behavior of iron nutrition needs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5858
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Herwanti Bahar
"Salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang penanggulangannya belum menunjukkan titik terang adalah anemia gizi. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai besarnya prevalensi anemia gizi pada anak pra sekolah di 7 provinsi yang diteliti dan faktor-faktor yang berhubungan dengan prevalensi tersebut.
Data yang digunakan adalah data Survey Evaluasi Xerofthalmia Skala Nasional 1992 di 7 provinsi, yang termasuk juga di dalamnya pemeriksaan kadar Hb pada anak pra sekolah. Pengumpulan data dilakukan oleh Litbang Gizi dengan "Multistage Sampling".
Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi secara keseluruhan pada anak pra sekolah di 7 provinsi adalah 42 % . Angka ini bervariasi antara 18.2 % sampai 51.9 %. Analisis kemudian dibagi berdasarkan prevalensi berat (> 40 %) dan ringan/sedang (15 - 40 %).
Di daerah prevalensi berat, faktor anak yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi yang tinggi adalah jenis kelamin laki-laki, pemberian Air Susu Ibu yang sering, kadar serum vitamin A yang rendah, jumlah anggota keluarga yang kecil, pendidikan ayah dan ibu yang tinggi. Sedangkan di daerah prevalensi ringan atau sedang pendidikan ayah yang rendah dan kondisi rumah yang baik yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi yang tinggi.
Berdasarkan analisis multivariat didapat faktor penentu kejadian anemia gizi yaitu untuk daerah prevalensi berat adalah jenis kelamin, serum vitamin A, pemberian ASI, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu, status pekerjaan kepala keluarga dan sanitasi keluarga. Sedangkan di daerah prevalensi ringan hanya serum vitamin A dan kondisi rumah sebagai faktor penentu.
Berdasarkan hasil di atas, maka disarankan agar program pemberian vitamin A dosis tinggi pada anak pra sekolah perlu ditingkatkan. Disarankan pula dilaksanakannya penyuluhan mengenai pemberian Air Susu Ibu, makanan pendamping Air Susu Ibu dan kesehatan lainnya, pada semua golongan masyarakat, baik golongan ekonomi baik maupun kurang. Perlu adanya program khusus penanggulangan anemia gizi pada anak pra sekolah dan perlu adanya penelitian khusus mengenai anemia gizi."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astiliani
"Keterikatan karyawan terhadap perusahaan sangat diperlukan bagi perusahaan untuk dapat tetap bertahan pada dunia usaha saat ini yang telah mengalami perkembangan dan perubahan yang semakin cepat. Rendahnya keterikatan organisasi pada karyawan dapat membawa dampak negatif bagi perusahaan, yaitu tingginya tingkat absensi dan pergantian karyawan (turnover). Namun di pihak lain, tingginya keterikatan karyawan terhadap perusahaannya dapat membawa dampak negatif bagi karyawan terutama yang telah berkeluarga.
Waktu dan tenaga yang dicurahkan untuk perusahaan akan mengurangi interaksi individu dengan keluarganya, sehingga individu tidak sepenuhnya dapat memenuhi peran di dalam keluarganya. Hal ini terutama dialami olah pasangan bekerja yang memiliki anak usia balita. Kesulitan yang dihadapi pasangan bekerja tidak hanya terbatas pada pengurusan anak yang masih membutuhkan perhatian yang besar dari kedua orang tua, tetapi terbatasnya waktu yang diluangkan bagi pasangannya dan dalam penyelesain tugas-tugas rumah tangga.
Beberapa penelitian di negara Barat menunjukkan bahwa peran dalam keluarga berhubungan dengan perkembangan keterikatan organisasi seseorang. Suatu penelitian yang dilakukan terhadap karyawan yang memiliki anak usia balita menyatakan bahwa tingginya keterlibatan peran dalam keluarga berhubungan dengan tingginya keterikatan organisasi karyawan. Namun, terdapat pula penelitian yang menunjukkan bahwa rendahnya keterlibatan diri seseorang terhadap perannya di dalam keluarga berhubungan dengan tingginya keterikatan organisasi seseorang.
Dapat terlihat bahwa masih terdapat hasil yang kontradiksi dari penelitian- penelitian tersebut. Berdasarkan hal ini, maka pada penelitian ini ingin diketahui lebih jelas hubungan antara peran dalam keluarga dan keterikatan organisasi pada pria dan wanita bekerja yang memiliki anak usia balita, khususnya di Jakarta. Penelitian ini menggunakan pengumpul data berupa kuesioner yang terdiri dari dua alat ukur yang telah diadaptasi, yaitu Life Role Salience Scale dari Amatea et al. dan Commitment Organization Scale dari Allen dan Meyer. Subyek dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang merupakan suami istri bekerja, memiliki anak usia balita, berpendidikan minimal D3, dan telah bekerja di perusahaan minimal 15 bulan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signikan antara peran dalam keluarga dan keterikatan organisasi. Pada subyek wanita menunjukkan hubungan yang positif dan keterikatan yang tidak berhubungan dengan peran dalam keluarga adalah keterikatan afektif. Sedangkan pada pria, hubungan yang terjadi adalah hubungan negatif dan keterikatan yang tidak berhubungan dengan peran dalam keluarga adalah keterikatan kesinambungan.
Hasil tambahan menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat keterikatan organisasi. Namun berdasarkan komponennya, hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat keterikatan afektif dan normatif antara pria dan wanita. Dalam hal keterlibatan terhadap peran dalam keluarga, pria dan wanita menunjukkan skor yang berbeda secara signifikan pada peran dalam keluarga dan dalam dimensi peran sebagai orang tua dan pengurus rumah tangga. Selain itu hasil menunjukkan bahwa pada wanita terdapat perbedaan tingkat keterikatan organisasi dan komponen kesinambungan berdasarkan jumlah pengeluaran. Hal ini tidak berbeda dengan pria, bahwa terdapat perbedaan skor rata-rata yang signiilkan pada keterikatan organisasi serta pada komponen afektif dan normatif berdasarkan jumlah pengeluaran untuk rnemenuhi kebutuhan anak dan keluarga. Hasil juga menunjukkan bahwa semakin besar gaji yang diterima oleh pria bekerja, maka semakin tinggi keterikatan organisasi, terutama keterikatan kesinambungannya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Dely Maria
"Nutrisi yang baik berkontribusi pada tumbuh kembang anak usia sekolah. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan karakteristik keluarga dan tugas kesehatan kel uarga dalam pemenuhan nutrisi dengan status gizi anak usia sekolah. Desain penel itian cross sectional, menggunakan metode proportional random sampling, respo nden sebesar 276. Sampel penelitian siswa kelas 4-5 beserta orangtua siswa di SD wilayah kelurahan Pondokranggon. Uji statistik menggunakan chi-square dan regr esi logistik. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan jumlah anak d alam keluarga, kemampuan keluarga merawat dengan status gizi anak usia sekola h. status gizi anak usia sekolah tidak terlepas dari kemampuan keluarga melakuka n tugas kesehatan keluarga khususnya kemampuan keluarga merawat.

One of the support systems in school age children's growth and development is nutrition. The goal research is correlation family characteristic and family health task in nutrition status. This experiment using design with cross sectional. 276 samples were taken with proportional random sampling method. The samples are students grade 4-5 in one of the elementary schools in kelurahan pondokranggon. Statistic test with chi-square and logistic. This experiment give result that there are correlation between child member in a family and family capability in full fill school age children's nutrition. Sschool age children's nutrition dependent with the family capability in nurture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42499
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achir Yani S. Hamid
"Penelitian ini bertujuan menguraikan perbedaan persepsi keluarga dan lansia tentang pemenuhan kebutuhan lansia selama mereka tinggal bersama. Sampel terdiri dari tiga puluh keluarga (anak/menantu wanita lansia) dan 30 lansia wanita yang dipilih secara purposif dan tinggal dalam satu rumah. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang besar antara harapan keluarga dengan lansia dalam hampir semua pemenuhan kebutuhan lansia, keculai kebutuhan spiritual.

The purpose of this research was to describe the different perception of expectation between the family and the elderly concerning their needs. Thirty families (daughter/daughter in law) and 30 elderly women who were purposefully selected and stayed at the same house. The result of this study revealed that there were different expectations as perceived by families and the elderly women for all aspects of the elderly needs expect for spiritual needs."
1997
JJKI-I-2-Juli1997-39
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>