Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69989 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Dewi, supervisor
"Pembelajaran klinik merupakan metode untuk melatih ketrampilan, menginteiprestasikan dan menerapkan konsep, prinsip dan teori secara efektif didalam praktik. Praktik klinik merupakan pengalaman bam bagi peserta didik, sehingga seringkali menyebabkan kecemasan pada saat akan melaksanakan praktik klinik.
Pembimbing klinik sangat diharapkan melaksanakan perannya dengan karakteristik memiliki pengetahuan dan ketrampilan klinik, ketrampilan membimbing, membina hubungan dengan peserta didik dan karakteristik personal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara peran pembimbing klinik dengan tingkat kecemasan mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Akper Bani Saleh Bekasi dengan jurnlah sampel 44 rnahasiswa. Desain penelitian yang diglmakan adalah deslcriptif kolerasi. Instrumen yang djgunakan adalah insirumen untuk mengukur persepsi mahasiswa terhadap peran pembimbing klinik dan instrumen untuk mengukur tingkat kecemasan mahasiswa yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dalam bentuk distribusi frekuensi dan analisa bivariat dengan uji chi-square.
Hasil penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara peran pembirnbing klinik dengan tingkat kccemasan mahasiswa. Nilai p value yang diperoleh (p value:0.364 ; a=0.05). Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah melakukan penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian quasi eksperimen menggunakan metode observasi untuk melihat tingkat kecernasan peserta didik dan peran pembimbing klinik sebelum dan sesudah diberikan pelatihan clinical instructure. Pescrta didik sebelum mengikuti pembelajaran praktik klinik lebih mempersiapkan diri dalam ilmu pengetahuan mengenai asuhan keperawatan, sehingga tingkat kecemasan selama proses pembelajaran di lahan praktik dapat menurun."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5417
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudya Dheny Arfianto
"Tesis ini membahas tentang kesesuaian standar/manual audit kinerja BPK dengan standar/manual audit kinerja lembaga pemeriksa (SAI) negara lain. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka dan bersifat deskriptif. Hasil penelitian secara umum tidak ada perbedaan yang mendasar dalam hal perbandingan standar/manual audit kinerja yang dimiliki oleh BPK dengan SAI negara lain. Hasil penelitian menyarankan bahwa BPK perlu menyusun rencana strategis audit kinerja, membuat sebuah tim khusus untuk melakukan manajemen audit kinerja, dan melakukan evaluasi atas dampak dan nilai tambah yang diberikan oleh audit kinerja yang dilakukan.

This thesis is a literature and descriptive study that discuses about the appropriateness between performance audits standard/manual used by BPK and other SAI`s. In general, there is no significant difference between performance audits standard/manual used by BPK and other SAI`s. This study recommends BPK to arrange a performance audits strategic plan, make a team to manage performance audits, and evaluate the impact and value added brought by performance audits that have been done."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T27479
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Kharisma Setiawan
"Tesis ini membahas tentang kesesuaian standar/manual audit kinerja BPK dengan standar/manual audit kinerja lembaga pemeriksa (SAI) negara lain. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka dan bersifat deskriptif. Hasil penelitian secara umum tidak ada perbedaan yang mendasar dalam hal perbandingan standar/manual audit kinerja yang dimiliki oleh BPK dengan SAI negara lain. Hasil penelitian menyarankan bahwa BPK perlu menyusun rencana strategis audit kinerja, membuat sebuah tim khusus untuk melakukan manajemen audit kinerja, dan melakukan evaluasi atas dampak dan nilai tambah yang diberikan oleh audit kinerja yang dilakukan.

This thesis is a literature and descriptive study that discuses about the appropriateness between performance audits standard/manual used by BPK and other SAI?s. In general, there is no significant difference between performance audits standard/manual used by BPK and other SAI?s. This study recommends BPK to arrange a performance audits strategic plan, make a team to manage performance audits, and evaluate the impact and value added brought by performance audits that have been done."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27483
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syed Afdhal Harits Assegaf
"Penelitian ini didasari oleh fenomena pentingnya mengunjungi perpustakaan. Perpustakaan memiliki dampak yang positif menunjang proses belajar pada mahasiswa dengan tujuan meningkatkan kemampuan literasi, membantu kegiatan belajar seperti diskusi dan penyelesaian tugas-tugas karena perpustakaan dianggap sebagai pusat informasi di kampus.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara kecemasan perpustakaan dan performa akademis. Alat ukur kecemasan perpustakaan "Library Anxiety Scale" (LAS) yang dikembangkan oleh Bostick (1993) yang terdiri dari 32 item dan responden sebanyak 193 mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan teknik pengambilan data melalui accidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis null diterima (r= .034, p <.05), yang berarti tidak terbukti hubungan signifikan antara kecemasan perpustakaan dengan Performa akademis. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah mampu menjelaskan kecemasan perpustakaan di fakultas psikologi terhadap perpustakaan psikologi universitas indonesia. Hasil penelitian juga menjelaskan secara kualitatif bagaimana respon yang muncul dari bentuk kecemasan perpustakaan yang kemudian berimplikasi pada performa akademis.

This study is based on the phenomenon of the importance of visiting the library. Libraries have a positive impact on student learning support with the aim of improving the literacy skills, helping and learning activities such as discussions and completion of tasks because the library is considered as an information center on campus.
This study aims to clarify the relationship between library anxiety and academic performance. Measuring tool library anxiety "Library Anxiety Scale" (LAS) developed by Bostick (1993), which consists of 32 items and the respondent as many as 193 students from the Faculty of Psychology, University of Indonesia with the data collection technique through accidental sampling.
The results showed that the null hypothesis is accepted (r = .034, p <.05), which means not proved a significant association between library anxiety with academic performance. The implication of this study is able to explain library anxiety in the psychology department of the library of the university psychology Indonesia. The results also explain qualitatively how the responses that emerged from the shape library anxiety that then has implications for academic performance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramita Nastiti
"Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien di ruang rawat ICU, di antaranya pengalaman dirawat di ICU itu sendiri serta lingkungan ICU yang banyak menimbulkan suara dari mesin dan monitor. Selain itu, pasien tidak mampu berkomunikasi secara lisan karena pemasangan endotracheal tube. Ketidakmampuan berkomunikasi ini membuat pasien merasa tidak berdaya, takut, kesepian, dan cemas. Untuk mengurangi dan mencegah kecemasan ini berkembang lebih lanjut adalah dengan menerapkan komunikasi terapeutik pada pasien. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan purposive sampling dengan 69 responden. Sumber data merupakan data primer yang dikumpulkan peneliti menggunakan kuesioner. Data menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukan gambaran komunikasi terapeutik mayoritas baik (60.9%). Gambaran tingkat kecemasan mayoritras ringan (56.5%). Hasil uji statistic Chi Square di peroleh nilai ? 0,000 (<0,05) artinya ada hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pada masa penyepihan ventilator. Komunikasi terapeutik yang diterapkan oleh perawat efektif menurunkan kecemasan pasien dalam masa penyapihan ventilator. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien selama perawatan di ruang ICU.

Many factors can affect the patient's anxiety level in intensive unit, including the experience of being treated in the ICU itself and the ICU environment which generates a lot of noise from machines and monitors. In addition, the patient was unable to communicate verbally because of the endotracheal tube placement. This inability to communicate makes patients feel helpless, afraid, lonely, and anxious. To reduce and prevent this anxiety from developing further is to apply therapeutic communication to patients. The research to be conducted is a quantitative study with a cross-sectional design using purposive sampling with a total sample of 69 respondents. The data source is primary data collected by researchers using a questionnaire. Data analysis used univariate and bivariate analysis with chi-square. The results showed that the majority of the therapeutic communication images were good (60.9%). The description of the level of anxiety of the majority is mild (56.5%). The results of the Chi Square statistical test obtained ? 0.000 (<0.05) meaning that there is a relationship between therapeutic communication and anxiety levels during ventilator withdrawal. Therapeutic communication implemented by nurses is effective in reducing patient anxiety during ventilator withdrawal. Further research is needed to look at the factors that influence the patient's anxiety level during treatment in the ICU.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panji Muhammad Rifqi
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara regulasi emosi dengan kecemasan performa musik pada performer musik remaja. Pengukuran regulasi emosi menggunakan alat ukur Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) yang dikembangkan oleh Gross dan John (2003) dan pengukuran kecemasan performa musik dengan menggunakan Music Performance Anxiety Inventory for Adolescents (MPAI-A) yang dikembangkan oleh Osborne dan Kenny (2005a dalam Kenny & Osborne, 2006). Partisipan berjumlah 73 performer musik remaja yang berdomisili di Jabodetabek.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara strategi cognitive reappraisal dalam regulasi emosi dengan kecemasan performa musik pada performer musik remaja (r = -0.027, dan tidak signifikan pada l.o.s 0.05 (p = 0.818), dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara strategi expressive suppression dalam regulasi emosi dengan kecemasan performa musik pada performer musik remaja (r = -0.045, dan tidak signifikan pada l.o.s 0.05 (p = 0.707)). Artinya, strategi regulasi emosi tidak berhubungan dengan tingkat kecemasan performa musik. Hal ini mungkin disebabkan oleh, perlunya mengukur state and trait anxiety sebelum mengukur kecemasan performa musik, dan perlunya menggunakan alat ukur yang dapat mengukur tingkat seberapa jauh seseorang sudah mampu mengontrol kecemasannya pada tingkat optimum. Berdasarkan hasil tersebut, perlu pengkajian lebih dalam faktor-faktor, serta kemungkinan yang memengaruhi hubungan tersebut.

The study was conducted to get a description about the correlation between emotion regulation and music performance anxiety on adolescent music performer. Emotion regulation was measured by using Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) developed by Gross and John (2003) and music performance anxiety was measured by using Music Performance Anxiety Inventory for Adolescent (MPAI-A) developed by Osborne and Kenny (2005a in Kenny & Osborne, 2006). Participants were 73 adolescent music performer in Jabodetabek.
The result shows that there is no significant correlation between cognitive reappraisal strategy in emotion regulation and music performance anxiety on adolescent music performance (r = -0.027, and is not significant at l.o.s 0.05 (p = 0.818)), and that there is no significant correlation between expressive suppression strategy in emotion regulation and music performance anxiety on adolescent music performace (r = -0.045, and is not significant at l.o.s 0.05 (p = 0.707)). This leads us to a conclusion that emotion regulation does not correlate with music performance anxiety. The indication maybe caused by the need to measure whether the anxiety is a state or trait before measuring music performance anxiety and to use a measurement qualified for measuring how far someone can control their anxiety at optimum level. There is a need to conduct an exploration about factors and possibilities that affect the correlation."
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2014
S56923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Nur Hidayah
"Kecemasan pada remaja dapat membawa remaja pada perilaku menyimpang dan gangguan kesehatan. Aktivitas fisik dapat mengalihkan kecemasan dengan menjadikan suasana hati menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara aktivitas fisik remaja dan tingkat kecemasan yang mereka alami. Pengukuran aktivitas fisik dilakukan menggunakan instrumen International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan Hamilton Anxiety Rating Scale for Anxiety (HARS).
Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan tipe deskriptif korelatif dan pendekatan cross sectional terhadap100 remaja SMA kelas X dan XI yang dipilih dengan quota sampling. Data dianalisis dengan uji chi square.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat kecemasan (p=0,222;α=0,1). Kecemasan sedang berat lebih banyak dialami oleh remaja perempuan (p=0,417; CI: 95%). Peran bimbingan dan konseling di sekolah perlu ditingkatkan untuk membangun koping remaja dalam menurunkan kecemasan.

Anxiety among adolescent could lead to negative behavior and caused many health problems. Physical activity could distract the anxiety by enhancing the mood. The purpose of the study was to identify the correlation between physical activity and anxiety level of adolescent.
This study used cross sectional design and descriptive method with data accumulated by questionnaire given to 100 high school students grade X and XI were selected by quota sampling and analyzed by chi square test. International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) was used to measure activity level and Hamilton Anxiety Rating Scale for Anxiety (HARS) was used to measure anxiety level.
Based on correlation analysis, there were not significant correlation among anxiety level with physical activity (p= 0, 222, α= 0,1). Moderate to severe level of anxiety were more prevalent in girl adolescent (p=0,417; CI: 95%). Guidance and counseling in schools need to be improved to build positive coping to reduce anxiety.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Francisca
"Banyaknya fenomena kecemasan dalam masyarakat yang diakibatkan karena isu
rnenyebabkan topik mengenai persepsi terhadap isu dan tingkat kecemasan
dijadikan pokok permasalahan. Menurut Rosnow & Pine (dalam Berkowitz,
1980), isu yang timbul pada saat adanya bencana, dapat menimbulkan ketakutan
dan kecemasan serta biasanya yang diceritakan adalah hal-hal buruk yang akan
terjadi. Akibatnya, orang yang mempersepsi isu secara berbeda (sebagai fakta,
antara fakta dan bukan fakta dan bukan sebagai fakta) memiliki tingkat kecemasan
yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis informasi
yang dianggap berpotensi menimbulkan bahaya, untuk mengetahui bagaimana
hubungan antara persepsi terhadap isu dengan tingkat kecemasan, mendapatkan
gambaran mengenai persepsi masyarakat terhadap isu dan tingkat kecemasan
antara kelompok pribumi dan keturunan Cina.
Melalui metode accidental sampling, subyek sebanyak 100 orang (59 orang
masyarakat pribumi dan 41 orang masyarakat keturunan Cina) dengan usia subyek berkisar antara 26-60 tahun dilibatkan sebagai sampel penelitian. Data mengenai
informasi yang dianggap berpotensi menimbulkan bahaya, persepsi terhadap isu
dan tingkat kecemasan diperoleh melalui skor yang diuji dengan kuesioner. Untuk
mengetahui informasi yang dianggap berpotensi menimbulkan bahaya, dengan
menggunakan median, untuk mengetahui hubungan antar variabel dilakukan
pengujian dengan korelasi Pearson Product Moment dan untuk mengetahui
perbedaan antar kelompok dilakukan perhitungan dengan menggunakan Factorial
Design. Analisa terhadap data pendukung lainnya dilakukan dengan presentase.
Hasil utama penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang positif antara
persepsi terhadap isu (sebagai fakta, antara fakta dan bukan fakta dan bukan
sebagai fakta) dengan tingkat kecemasan masyarakat Jakarta. Kedua, ternyata ada
perbedaan tingkat kecemasan antara masyarakat yang mempersepsi isu sebagai
fakta, antara fakta dan bukan fakta dan bukan sebagai fakta. Ketiga, tidak ada
perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antara kelompok masyarakat
pribumi dan keturunan Cina. Keempat, tidak ada perbedaan tingkat kecemasan
yang signifikan antara kelompok masyarakat pribumi dan keturunan Cina yang
mempersepsi isu secara berbeda. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa informasi yang dianggap paling berpotensi menimbulkan bahaya adalah
informasi yang berkaitan dengan masalah SARA.
Penelitian ini menunjukkan adanya kesesuaian antara teori dan Rosnow dan juga
fenomena yang ada dalam masyarakat. Hal yang menarik di sini adalah tidak
adanya perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antara kelompok masyarakat
pribumi dan keturunan Cina. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain
jumlah subyek yang tidak sama untuk masing-masing kelompok dan situasi yang
sudah lebih baik. Oleh karena itu disarankan untuk penelitian selanjutnya
diusahakan untuk mendapatkan jumlah subyek penelitian yang sama untuk
masing-masing kelompok dan penelitian hendaknya dilakukan pada saat ada ada
kejadian menakutkan atau perubahan suhu politik. Sehingga hasil penelitian yang
dilakukan pada saat yang berbeda dapat dibandingkan."
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mari Magdalena S
"Keterampilan berbicara di muka umum adalah suatu hal yang penting, baik dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan di perguruan tinggi, maupun dunia pekerjaan. Dalam dunia pendidikan, keterampilan tersebut memungkinkan mahasiswa untuk aktif berpartisipasi di dalam kelas. Dalam dunia pekerjaan, keterampilan tersebut memungkinkan seseorang untuk memperoleh pekerjaan yang baik dan membangun karir yang sukses. Sungguh pun demikian, menjadi seorang pembicara yang efektif bukanlah hal yang mudah, antara lain individu harus memiliki kepercayaan dan kontrol diri yang adekuat. Pembicara yang efektif mampu mengatasi kecemasan yang timbul karena harus tampil dan disorot di muka banyak orang.
Melalui pengamatan sepintas peneliti terhadap mahasiswa-mahasiswa S-l di UI, diperoleh kesan bahwa tugas berbicara di muka umum hanya dilakukan oleh segelintir mahasiswa yang telah terampil berbicara di muka umum organisasi di sekolah/ kampus. Mahasiswa-mahasiswa lain, yang belum terbiasa tampil di muka umum, cenderung enggan melakukan tugas berbicara di muka umum dan lebih suka karena keterlibatannya dalam untuk mendelegasikan tugas tersebut pada rekan-rekannya yang dianggap lebih kompeten. Hal ini merupakan suatu kesenjangan karena sebagai seorang calon Saijana, tiap mahasiswa diharapkan mampu mengemukakan pendapatnya di muka forum ilmiah.
Berbicara di muka umum menuntut individu untuk memfokuskan atensinya ke luar diri, pada kebutuhan hadirin serta konteks fisik dan sosial di mana komunikasi berlangsung. Oleh karena itu, individu dengan kecenderungan yang besar untuk memfokuskan atensi pada diri, pada pikiran, perasaan, tingkah laku, atau penampilannya, diasumsikan akan mengalami hambatan dalam berbicara di muka umum karena manusia memiliki kapasitas atensi yang terbatas. Ditinjau dari usianya, sebagian besar mahasiswa masih dapat digolongkan sebagai remaja, yaitu remaja akhir. Salah satu ciri kepribadian yang khas pada masa remaja adalah kecenderungan memfokuskan atensi pada diri (disebut juga kesadaran-diri) yang ekstrim. Melalui penelitian ini, peneliti ingin membuktikan bahwa kecenderungan memfokuskan atensi pada diri pada mahasiswa berhubungan dengan kecemasannya dalam berbicara di muka umum.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang kesadaran-diri dan kecemasan berbicara di muka umum. Di samping itu, penelitian ini diharapkan juga memiliki manfaat praktis bagi mahasiswa yang mengalami kecemasan berbicara di muka umum. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 191 orang, yang terdiri dari mahasiswa S-1 dari berbagai fakultas di UI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling. Untuk pengumpulan data, digunakan alat ukur berupa kuesioner, yang terdiri dari pengantar mengenai berbicara di muka umum, skala yang mengukur kesadaran-diri, skala yang mengukur kecemasan berbicara di muka umum, dan data kontrol.
Kedua skala yang telah disebutkan merupakan skala Likert berbahasa Inggris yang telah dibakukan. Sebelum digunakan dalam penelitian yang sebenarnya, peneliti terlebih dahulu melakukan adaptasi atas kedua skala tersebut. Hasil uji hipotesa menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kesadaran-diri dengan kecemasan berbicara di muka umum. Namun, setelah ditelaah lebih lanjut, ditemukan hubungan yang bervariasi antara tiap dimensi kesadaran-diri dengan kecemasan berbicara di muka umum. Di samping hasil uji hipotesa, diperoleh pula beberapa hasil sampingan yang membuat hasil penelitian ini menjadi lebih lengkap."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Pebriani
"Pembimbing praktek lapangan sangat menentukan dalam meningkatkan ketrampi]an tindakan keperawatan mahasiswa Akper Depkes Palembang di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Fungsi dari pembimbing praktek adalah memberikan bimbingan langsung selama proses belajar mengajar di lapangan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pembimbing praktek lapangan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Rancangan penelitiannya adalah cross sectional, dengan sampel penelitian berjumlah 60 orang pembimbing praktek. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung, serta mengkaji data sekunder. Data kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis chi square dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 36,7 % pembimbing praktek yang menunjukkan kinerja kurang baik. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara variabel: supervisi (p= 0,019), pengembangan karir (1)-0,014), dan motivasi (p= 0,022) terhadap kinerja pembimbing praktek. Begitu pula dari model regresi logistik diketahui bahwa variabel yang paling dominan menentukan kinerja pembimbing praktek adalah pengembangan karir (OR= 4,00; 95% CI: 1,17-13,67).
Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka upaya yang dilakukan oleh pihak manajemen RSUP Dr. Mohammad Palembang adalah dengan memberikan kesempatan kepada pembimbing praktek untuk melanjutkan pendidikan dan mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan keperawatan agar motivasi kerja mereka meningkat. Selain itu agar meningkatkan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing praktek.

Clinical Instructor (CI) one determinant factor to increase skill of nursing practices for student in Akper Depkes Palembang. The function of Clinical Instructor is giving the direct guidance learning process in the place of practice.
The purpose of this research is to investigate factors related to work performance Clinical Instructor in RSUP Dr, Mohammad Hoesin Palembang. The research use cross sectional design, with 60 Clinical Instructors as samples. Data are collected by using interview and direct observation besides secondary data. Data analyzed statically by using chi square and logistic regression.
The result of the research showed that there were 36, 7 % Clinical Instructors that showed low work performance. Based on bivariate analysis is known that there is significant relation between variables of supervision (p= 0, 019), career development (p=0,014) and motivation (p= 0,022) with work performance Clinical Instructors. Through logistic regression, it is known that the most dominant variable in determining the work performance Clinical Instructor is career development (OR= 4, 00; 95% CI: 1, 17-13, 67).
Referring to the result of this research, I advice that management RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang open opportunities Clinical Instructors to increase education and training that related with nursing. Another to increase supervision of guidance that does it Clinical Instructors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5677
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>