Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138699 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devinta Anindia
"Proposisi mengajarkan manusia Jawa untuk menjadi manusia yang utama, karena di dalam makna sebuah proposisi mengandung kebijaksanaan. Proposisi manungsa mung sadrema nglakoni (manusia hanya sekedar menjalani) mengajarkan sebuah kebijaksanaan pada manusia untuk selalu percaya akan takdir mereka. Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan proposisi manungsa mung sadrema nglakoni serta dharma dalam buku 'Genderang Perag di Padang Kurusetra'. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis dari buku 'Genderang Perang di Padang Kurusetra'. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kewajiban atau dharma sangat berpengaruh pada hidup manusia, sebab orang yang mengerjakan dharma sesuai dengan kodratnya akan mendapatkan ketenangan lahir maupun batin.

Proposition teaches Javanese people to be the most superior human, the meaning of proposition in containing wisdom. Proposition manungsa mung sadrema nglakoni (people merely undergo) teaches about wisdom for Javanese people for always believe in their destiny. This research for explain about proposition manungsa mung sadrema nglakoni and dharma on the book 'Genderang Perang di Padang Kurusetra'. This research using method of descriptive analytical from book 'Genderang Perang di Padang Kurusetra'. Conclusion of this research is duty or dharma is very influential in people's live, because the people who work in accordance with the dharma will get harmony of their spiritual.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syamsudin
"Manyura dan Genderang Perang di Padang Kurusetra adalah sebuah karya yang berasal dari sebuah kisah yang sama, epos Mahabharata. Namun, keduanya dikembangkan dengan cara yang berbeda. Genderang Perang di Padang Kurusetra masih setia mengikuti pakem, sementara Manyura sudah menyimpang dari pakem Mahabharata. Penokohan dan alur Manyura dikembangkan dari kisah Mahabharata, tetapi digambarkan berlawanan dari kisah asalnya. Penokohan dan alur Mahabharata dalam Manyura telah mengalami modifikasi, ekspansi, dan konversi dari hipogramnya, Mahabharata. Dengan segala proses yang terjadi pada penokohan dan alur Manyura, dapat disimpulkan Manyura adalah sebuah karya baru yang ditransformasi dari epos Mahabharata.

Manyura and Genderang Perang di Padang Kurusetra are writings from a same story, Mahabharata. However, both of them were developed differently. Genderang Perang di Padang Kurusetra still faithfully follow its pakem, while Manyura doesnt. Manyura_s character and plot developed from Mahabharata story, but written opposedly from its original story. Manyura_s character has been modified, expanded, and converted from Mahabharata. With all of the process of character and plot, Manyura can be categorized as a new work which transformed from Mahabharata epic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S10788
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tsamara Rona Lutfiani
"Saat ini, modernisasi sudah merasuk dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tidak hanya bidang informasi dan teknologi, tetapi juga pada aspek kesehatan batin, religiusitas, dan tindakan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Fenomena ini pun dipaparkan dalam novel Sawise Langite Katon Biru (SLKB) karya Yunani SW. Dalam novel tersebut, tokoh Endah, Retno, dan Hendratmo mengalami suatu ketidakseimbangan batin, religiusitas, dan tindakan. Namun, mereka akhirnya dapat menghadapinya dengan sikap urip mung sadrema nglakoni. Masalah penelitian ini untuk mengungkapkan makna dari nilai urip mung sadrema nglakoni dalam novel SLKB. Tujuan penelitian ini yakni, membuktikan bahwa nilai urip mung sadrema nglakoni masih relevan untuk diimplementasikan pada kehidupan masyarakat modern. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teori resepsi dan perspektif religi Jawa. Hasil penelitian ditemukan bahwa masing-masing tokoh akhirnya menyadari segala sesuatu yang terjadi dalam hidup mereka merupakan takdir dari Tuhan yang harus dijalani (urip mung sadrema nglakoni). Makna urip mung sadrema nglakoni bukanlah sikap pasif yang percaya pada takdir Tuhan saja, tetapi dilaksanakan dengan usaha menjalankan takdir-Nya sehingga dalam hubungan kekerabatan keluarga Jawa dapat menjadi harmonis. Berdasarkan temuan tersebut disimpulkan bahwa nilai urip mung sadrema nglakoni dapat menjadi solusi hidup bahagia dalam keluarga yang harmonis.

Nowadays, modernization has penetrated the lives of Indonesian people. Not only in terms of information and technology, but also in aspects of mental health, religiosity, and one's actions in living daily life. This phenomenon is also described in the novel Sawise Langite Katon Biru (SLKB) by Yunani SW. In novel, characters such as Endah, Retno, and Hendratmo experience an imbalance of inner, religiosity, and action. However, they were finally able to face it with an attitude of urip mung sadrema nglakoni. The research problem is to reveal the meaning of the value of urip mung sadrema nglakoni in the novel SLKB. The purpose of this study is to prove that the value of urip mung sadrema nglakoni is still relevant to be implemented in modern society. This study uses a qualitative method with reception theory and a Javanese religious perspective. The study results found that each character finally realized that everything that happened in their lives was a destiny from God that must be lived (urip mung sadrema nglakoni). The meaning of urip mung sadrema nglakoni is not a passive attitude that believes in God's destiny alone. Still, it is carried out with an effort to implement His destiny so that in Javanese family kinship can be harmonious. The conclusion is that the value of urip mung sadrema nglakoni can be a solution to a happy life in a harmonious family."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karsono Hardjosaputro
Jakarta: Balai Pustaka, 1991
899.22 KAR g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Rahyono, 1956-
""Reformasi Total", demikianlah sebuah slogan yang dihadirkan dalam wacana publik pada masa pascaorde baru. Kecaman, keluhan, atau kemarahan itu pun hadir di berbagai media wacana, baik dalam dialog formal maupun informal. Pada masa pascaorde baru, memori yang ada pada masyarakat adalah memori tentang peristiwa-peristiwa yang tidak terkendali. Memori itu kemudian terrepresentasikan dalam wacana yang berbunyi "Reformasi yang kebablasan". Sebuah kata, frasa, serta kalimat pada dasarnya berpotensi menampilkan makna referensial maupun kontekstual. Secara pragmatis, sebuah kata, frasa, atau kalimat memiliki kemungkinan untuk menyatakan maksud kearifan atau maksud ketidakarifan. Ketidakarifan - yang dimaksudkan dalam penelitian ini - merupakan tindakan pelanggaran terhadap etika dan etiket yang berlaku di masyarakat. Bagaimana mewacanakan gerakan reformasi secara arif? Perlukah memanfaatkan kosakata ketidakarifan secara produktif dalam wacana publik? Siapakah yang bertanggung jawab dalam menumbuhkembangkan kearifan masyarakat? Kearifan dalam bahasa tidak berkaitan dengan tindakan manipulatif dalam penyampaian informasi. Kearifan dalam bahasa berkaitan dengan strategi pemilihan satuan-satuan bahasa. Kearifan adalah tanggung jawab bersama. Bahasa yang arif tidak akan hadir secara menyeluruh jika pihak-pihak terkait dan segala peristiwa yang dihasilkannya tidak menuju ke kearifan. Kearifan tidak memperdebatkan tuntutan hak dan kebebasan berwacana.

The Wisdom of Language A Pragmatic Study on the Profile of the Post-New Order Era Mass Media Language. "Total Reformasi!" is the slogan circulated in the public discourse of the post-New Order era. All kinds of condemnation, grievances, and anger have been raised in various discourses, from formal to informal dialogues. In such an era, people?s collective memory is mostly associated with uncontrollable events, and it is eventually represented in the discourse of "the overdosed Reformasi" (Reformasi yang kebablasan). A word, phrase, and sentence basically have the potential of expressing both referential and contextual meanings. From a pragmatic point of view, a word, phrase, or sentence has a capacity to express either wise or unwise intentions. "Unwise intention" in the context of this research is defined as an act of transgressing or violating the ethics and etiquettes of a society. How can the discourse of Reformasi be constructed wisely? Is it necessary to appropriate unwise vocabulary in public discourses? Who holds the responsibility for fostering public wisdom? The wisdom of language has nothing to do whatsoever with manipulative acts in information dissemination. The wisdom of language relates to strategies of choosing certain linguistic features. Wisdom is a collective responsibility. A wise language would not be able to fully exist unless all of the related parties and resulting events make a concerted effort towards wisdom. Wisdom does not involve itself in the tug of war between the right and freedom of participating in discursive formations."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Radin Surya Pranata
"Buku ini berisi kurang lebih 43 uraian mengenai pelajaran-pelajaran hidup untuk manusia ke arah baik. Diantaranya: dasar dari laku utama yang kemudian menghasilkan kepandaian, kesenangan hati, ngaji itu untuk semua orang disarankan, bab mengenai perawatan (mengurusi) anak, melakukan pekerjaan apapun harus dengan rasa hati yang senang dan lain-lainnya."
Batawi: Papirus, 1913
BKL.0013-PW 13
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Musman
Yogyakarta: Pustaka Jawi, 2017
181.16 AST p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Savina Mudzalifah Rasyid
"Film Yowis Ben 3 mengisahkan mengenai tantangan besar dalam perjalanan grup musik Yowis Ben menuju kesuksesan. Masalah utama pada penelitian ini adalah bagaimana solidaritas dalam budaya Jawa direpresentasikan dalam film Yowis Ben 3. Penelitian ini menganalisis representasi solidaritas dalam tradisi budaya Jawa, khususnya filosofi mangan ora mangan, sing penting kumpul yang tercermin dalam film Yowis Ben 3. Menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teori semiotika Roland Barthes, analisis ini mendeskripsikan makna denotasi, konotasi, dan mitos yang muncul dalam film. Melalui dokumen visual, penelitian ini meneliti bagaimana solidaritas diwujudkan oleh tokoh utama dalam film, yaitu Bayu, Doni, Nando, dan Yayan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi antara tokoh-tokoh utama dalam film Yowis Ben 3 mencerminkan solidaritas yang sejalan dengan filosofi Jawa mangan ora mangan, sing penting kumpul, melalui integrasi kesamaan dan ketergantungan yang kuat di antara mereka. Penlitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mudah dan mendalam mengenai nilai-nilai budaya Jawa yang menekankan kebersamaan, kesetiaan, dan saling mendukung.

The film Yowis Ben 3 portrays the significant challenges faced by the Yowis Ben music group on their journey to success. The main focus of this research is on how solidarity in Javanese culture is represented in film Yowis Ben 3. This study analyzes the representation of solidarity in Javanese cultural traditions, particularly the philosophy of "mangan ora mangan, sing penting kumpul" as reflected in the film Yowis Ben 3. Using a qualitative descriptive approach and Roland Barthes' semiotics theory, this analysis describes the denotative, connotative, and mythical meanings that emerge in the film. Through visual documents, this study examines how solidarity is manifested by the main characters in the film, namely Bayu, Doni, Nando, and Yayan. The results of this research show that the interactions between the main characters in the film Yowis Ben 3 reflect solidarity consistent with the Javanese philosophy of "mangan ora mangan, sing penting kumpul," through the integration of strong similarities and interdependencies among them. This research is expected to provide an easier and deeper understanding of Javanese cultural values that emphasize togetherness, loyalty, and mutual support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nurul Jannah
"Laku manusia Jawa dalam aspek spiritualitasnya menunjukkan upaya untuk mencapai kedamaian dan ketenteraman jiwa. Sedangkan ketenteraman jiwa hanya mampu didapatkan ketika manusia telah menyatu dengan realitas tertinggi. Rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana laku spiritual tokoh dalam mencapai ketenteraman jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses psikologis dan motivasi tokoh berdasarkan pengalaman hidupnya setelah melakukan laku spiritual. Selain itu, penelitian ini juga dapat memperkaya perspektif baru dalam khazanah spiritualisme lokal. Data yang dijadikan bahan analisis pada penelitian ini adalah kutipan bait Kidung Surajaya yang mewakili nilai-nilai yang hendak diangkat. Penelitian ini memadukan metode analisis konten dengan teori psikologi. Teori yang dijadikan landasan adalah tahapan spiritual manusia dalam Schreurs (2002) dan enam tahapan yoga berdasarkan kitab Wrhaspati Tattwa. Setelah dilakukan analisis, ditemukan bahwa tokoh menjalani keenam tahapan dalam Sad Angga yoga untuk mencapai ketenangan hidup yang ia peroleh.

The behavior of Javanese people in their spiritual aspect shows an effort to achieve peace and tranquility of the soul. Meanwhile, humans can feel tranquility when they unite with the highest reality. This study's research question concerns how the character achieves peace of mind through spiritual practice. This study aims to determine the psychological processes and motivations of the characters based on their life experiences after performing spiritual practice. In addition, this research can also enrich new perspectives on the treasures of local spiritualism. Primary data in this study are quotations from the verses of the Kidung Surajaya, which represent Javanese values to be raised. This study combines content analysis methods with psychological theory. The theory used as the basis is the spiritual stages of humans in Schreurs (2002) and the six stages of yoga based on the Wrhaspati Tattwa book. Then the study found that the character went through the six stages of Sad Angga yoga to achieve the peace of life he obtained."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Rochmawati Minarno Putri
"Salah satu tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan dan ketentraman. Berbagai cara dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkannya. Riset ini membahas naskah klasik Jawa berjudul Serat Sandi Usada saha Serat Kamanungsan yang didalamnya memberikan pengetahuan kepada manusia untuk mencapai ketentraman hidup. Naskah ini ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa pada tahun 1922 dan 1923. Tujuan penelitian ini menyajikan hakikat Serat Sandi Usada saha Serat Kamanungsan serta mengkaji ajaran moral mengenai ketentraman hidup yang terkandung di dalamnya. Pembahasan ajaran moral dalam teks ini diawali dengan membaca naskah melalui cara kerja filologi agar teks dapat dibaca oleh masyarakat luas. Proses analisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naskah tersebut memuat ajaran untuk mencapai ketentraman. Kebahagiaan dan ketentraman dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas diri dan kemampuan untuk menjalani kehidupan yang seimbang antara lahir dan batin. Dalam teks Serat Sandi Usada saha Serat Kamanungsan malu dan lapar merupakan cara untuk mencapai kebahagiaan dan ketentraman. Malu dan lapar adalah generator penggerak sistem laku kehidupan manusia.

Various ways are done to achieve the goals. This research discusses the classic Javanese manuscript entitled Serat Sandi Usada saha Serat Kamanungsan in which provides knowledge to humans to achieve peace of life. This manuscript was written using Javanese script and Javanese language in 1922 and 1923. The purpose of this study is to present the truth of Serat Sandi Usada saha Serat Kamanungsan and examine the moral teachings about the tranquility of life contained therein. Discussion of moral teachings in this text begins with reading the text through the work of philology so that the text can be read by the common people. Descriptive qualitative methods were used to analyze this book. Qualitative research are methods to explore and understand meaning ascribed to social or humanitarian problems. The results showed that the manuscript contains teachings to achieve peace. Happiness and peace can be achieved by increasing the quality of self and the ability to live a balanced life between body and mind. In the text of Serat Sandi Usada saha Serat Kamanungsan shame and hunger are ways to achieve happiness and peace. Shame and hunger are the generators that drive the behavior system of human life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>