Ditemukan 10723 dokumen yang sesuai dengan query
Amir Waarid
"Makalah ini memuat analisis mengenai perbedaan makna aspektual yang terdapat pada kategorisasi penggunaan verba berpola -teiru (ている) dalam bahasa Jepang berdasarkan klasifikasi Tadashi Fujii (1966) dalam ‘“Doushi + Te Iru” no Imi’ yang mengelompokkan makna aspektual pola -teiru menjadi 6 jenis. Permasalahan dalam makalah ini berpusat pada pembedaan makna aspektual pola -teiru yang satu dengan yang lainnya, dengan tujuan menarik garis pemisah antara keenam pemaknaan tersebut. Makalah ini ditulis secara deskriptif analitik dengan menggunakan data yang diambil dari manga yang berjudul “Ebiten: Kouritsu Ebisugawa Koukou Tenmonbu” karya Sukaji. Penulis menemukan bahwa beberapa klasifikasi yang dikemukakan Fujii memiliki kerancuan, seperti kategori hasil (resulting state) dan pengalaman (experience) yang pembeda utamanya adalah keterangan waktu seperti ima dan genzai (sekarang), serta kategori keadaan (state) yang verbanya tidak lazim digunakan dalam bentuk imperfektif dengan menggunakan pola -u atau -ru. Penulis berpendapat bahwa demi menghilangkan ambiguitas, kategori hasil dan pengalaman sebaiknya digabung, dan kategori keadaan sebaiknya dihapus. Berbeda dengan Tatsuroh Yamazaki (1989) yang menyusun ulang kategorisasi Fujii menjadi tiga kelompok, penulis merasa bahwa kategori durasi (duration) masih merupakan klasifikasi sah yang dapat diberi garis pemisah.
This paper analyzes the different aspectual interpretations between various categories of the verb + “teiru” (ている) form in the Japanese language, based on Tadashi Fujii’s ‘“Doushi + Te Iru” no Imi’ (1966), which divides the interpretations into six categories. This paper focuses on differentiating the various aspectual interpretations of the -teiru form, while aiming to draw a dividing line between the six kinds of interpretations. The construction of this paper employed the descriptive analytical method, basing its analyses on data extracted from a manga titled “Ebiten: Kouritsu Ebisugawa Koukou Tenmonbu” by Sukaji. I find that some of the classes proposed by Fujii are ambiguous; for example, “resulting state” and “experience” are mainly differentiated by the use of adverbs such as ima and genzai (now), and verbs under the “state” class are not normally used in the -u or -ru imperfective form. Therefore, I argue that, to repulse ambiguity, it is necessary to merge the “resulting state” and “experience” classes while abolishing the “state” class; however, I still consider “duration” a valid class, thereby differing my view from Tatsuroh Yamazaki’s reclassification (1989) of Fujii’s theory into three classes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Jakarta : Universitas Bina Nusantara, 2005
NIGAKU 1:1 (2005)
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Sutyaningsih
"Kajii Motojiro adalah seorang pengarang zaman Tai_sho yang mengidap suatu penyakit kronis yang cukup meng_khawatirkan. Karya-karyanya sebagian besar berisi catat_an pribadinya ketika ia berada di suatu tempat atau keti_ka ia sedang mengadakan suatu perjalanan. Nove1nya yang berjudul Fuyu no Hae, Yami no Emaki dan Kobi merupakan karya-karya Kajii Motojiro yang men_jadi bahan penelitian penulis dalam skripsi ini. Fuyu no Hae, Yami no Emaki dan Kobi banyak mence_ritakan tentang gelap atau kegelapan yang selalu dialami pengarang ketika ia sedang berjaian-jalan pada senja atau malam hari di suatu tempat yang umumnya sunyi. Unsur gelap yang terkandung di dalam ketiganya itu ternyata berhubungan erat dengan kesunyian hidup yang dialami pengarang atau Kajii Motojiro sebagai seorang penderita penyakit TBC atau paru-paru."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13875
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Edizal
Padang: Kayupasak, 2010
495.6 EDI t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Edizal
Bandung: Kayupasak, 2003
495.6 EDI n
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Bagus Ibnu Ghani
"Penelitian ini menganalisis tuturan berbelanja yang digunakan oleh anak-anak Jepang di rentang usia 2 hingga 5 tahun dalam reality show "Hajimete no Otsukai" yang tayang mulai tahun 2022 di Netflix. Penelitian ini berfokus pada penggunaan bahasa Jepang oleh anak-anak dalam konteks berbelanja di pasar dengan cara mengidentifikasi tuturan yang digunakan dalam konteks menanyakan letak barang, menyebutkan barang yang ingin dibeli, menjawab pertanyaan penjual, dan menyatakan alasan membeli barang. Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah episode-episode dari reality show "Hajimete no Otsukai”. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur Austin yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi dan teori kesantunan. Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi tuturan anak saat berbelanja dan mengidentifikasi pola-pola tuturan yang muncul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak menggunakan piranti linguistik berupa ragam santun dengan menggunakan format verba-masu, verba-masu ka, dan verba-n desuka serta ragam biasa dengan menggunakan format verba+yo dan verba+ta.
This study analyzes shopping utterances used by Japanese children aged 2 to 5 years old in the reality show "Hajimete no Otsukai" which airing from 2022 on Netflix. This study focuses on the use of Japanese by children in the context of shopping at the market by identifying the utterances used in the context of asking the location of goods, mentioning the goods they want to buy, answering the seller's questions, and stating the reasons for buying goods. The main data sources used in this study are episodes of the reality show "Hajimete no Otsukai". The theories used in this study are Austin's speech act theory of locution, illocution, and perlocution and politeness theory. The analysis is done by identifying children's speech during shopping and identifying the patterns of speech that appear. The results show that children use linguistic tools in the form of polite varieties using verb-masu, verb-masu ka, and verb-n desuka formats and ordinary varieties using verb+yo and verb+ta formats. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Purba, Esther R.
"Penelitian ini berusaha untuk menelaah masalah berikut:
1. bentuk bahasa tidak langsung (kansetsu kei) yang menyatakan ketidaksepakatan yang ada dalam percakapan antara pekerja Jepang (salaryinan) pada cerita bersambung Shiriusu no michi;
2. faktor pecan peserta dalam komunikasi yang memiliki hubungan power dan solidarity (hubungan vertikal) dalam pemakaian bentuk bahasa tidak langsung (kansetsu loci) yang menyatakan ketidaksepakatan tersebut.
Dengan demikian pertanyaan penelitian dari tesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pemyataan ketidaksepakatan dinyatakan dalam bentuk tidak langsung oleh peserta komunikasi dalam teks percakapan cerita bersambung Shiriusu no Mich?
2. Apakah faktor peran peserta dalam komunikasi yang berhubungan dengan Power dan Solidarity dalam percakapan di cerita bersambung Shiriusu no Michi mempengaruhi pernyataan ketidaksepakatan menjadi bentuk tidak langsung atau langsung?"
2005
T18711
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Simanjuntak, Herpinus
Jakarta: Kesaint Blanc, 2012
495SIMB001
Multimedia Universitas Indonesia Library
Nenny Alfiah
"
ABSTRAKNenny Alfiah. Ikhtisar Skripsi sbb. Kata seru dipergunakan oleh orang Jepang dalam percakapan sehari-hari. Dalam bahasa Jepang, kata seru berkaitan dengan jenis kelamin pemakainya. Berdasarkan hal tersebut, penulis berminat untuk mengetahui, kata seru bahasa Jepang lebih lanjut dengan tujuan untuk mengetahui fungsinya, dan untuk mengetahui kata seru mana yang hanya digunakan oleh laki-laki, mana yang hanya digunakan oleh perempuan, dan mana yang bisa digunakan oleh keduanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13766
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Risca Salina
"Skripsi tentang onomatope bahasa Jepang dalam komik dilakukan dengan tujuan untuk meneliti apakah bunyi-bunyi bahasa sebagai unsur pembentuk onoatope mencerminkan makna-makna tertentu. Onomatope yang diteliti di sini ialah onomatope yang ditemukan pada komik-komik. Langkah penelitian yang dilakukan Onomatope yang berasal dari satu cerita dikelompokan dan dicari maknanya. Kemudian dilihat hubungan natara unsur-unsur pembentuk Onomatope dan makna dari kata Onomatope tersebut. Untuk melakukan penelitian ini digunakan teori-teori tentang onomatope. Pertama-tama diperkenalkan teori onomatope secara umum seperti teori dari J.G. Herder, Stephen Ullman, dan lain-lain. Kemudian baru diperkenalkan teori onomatope dari Otsubo Heiji. Otsubo Heiji memberi istilah Giseigo untuk mengacu makna onomatope bahasa Jepang. Teori Otsubo Heiji ini sangat berperan dalam penganalisaan masalah pada skripsi ini. Hasil analisa skripsi ini menunjukkan bahwa ternyata bunyi-bunyi bahasa sebagai unsur pembentuk onomatope mencerminkan makna-makna tertentu. Sebagian besar hasil analisa tersebut kurang lebih sama dengan hasil penelitian dari Otsubo Heiji."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13783
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library