Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157000 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pipit Sintiawati
"Globalisasi yang terjadi karena adanya kemajuan teknologi seperti internet, telepon genggam, dan lain-lain menyebabkan dunia ini menjadi tanpa batas. Bukan hal yang tidak mungkin lagi untuk bisa berkomunikasi dengan mudah dengan orang yang berada di luar negara kita, atau pun membaca buku-buku asing yang tidak dijual di negeri kita, dengan adanya internet membuat segalanya menjadi mudah. Globalisasi ini juga dimanfaatkan Jepang untuk menyebarkan pengetahuan bahasa mereka pada negara lain, melalui komik. Dengan membaca manga atau komik Jepang, kita dapat memahami bahasa dan budaya masyarakat Jepang. Salah satu manga tersebut adalah Otoboke, dari komik ini terlihat gambaran kehidupan masyarakat Jepang melalui kumpulan cerita pendek empat panel di dalamnnya.

Globalization is happening because of the advances in technology such as the internet, mobile phones, and others caused the world to be without limit. That’s not a possible to be able to communicate easily with people outside our country, or even read foreign books that are not sold in our country, with the internet makes everything easier. Globalization is also used Japan to spread their knowledge of the language in other countries, through the comics. By reading manga (Japanese comics), we can understand the language and culture of the Japanese people. One of the manga is Otoboke, this visible image of the comic life of the Japanese people through the collection of short stories in four panels.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Cipta Illahi
"Skripsi ini mengkaji bagaimana manga Sanctuary yang terbit pada tahun 1990 sampai tahun 1995 merepresentasikan politik Jepang. Teori sosiologi sastra yang dirangkum oleh Swingewood digunakan untuk menganalisa bagaimana manga Sanctuary merepresentasikan politik, sedangkan teori sosiologi politik digunakan untuk membatasi bahasan politik yang muncul dalam manga. Hasil analisis menunjukkan bahwa manga Sanctuary menggambarkan antagonisme tokoh utama serta bagaimana antagonisme tersebut berkonflik dalam pemilu yang dapat diidentifikasi sebagai representasi pemilu Majelis Rendah tahun 1993. Hal tersebut sesuai dengan teori Swingewood yang menyatakan bahwa sastra adalah cerminan sebuah zaman, dan manga Sanctuary merupakan cerminan politik Jepang kontemporer.

This research analyzes how the Sanctuary manga published between 1990 and 1995 represents the politics of Japan. The sociology of literature theory summarized by Swingewood is used to analyze how the manga represents politics, while the sociology of politics theory is used to limit the study of politics consisted in the manga. Analytical results show that Sanctuary manga illustrates antagonism of the main characters and how such antagonism displays a conflict with an election that could be identified as a representation of Japan Lower House general election in 1993. This is fitting with Swingewood's theory that claims literature is a reflection of its era, and Sanctuary manga reflects the contemporary politics of Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ziamur Rayhan
"Onomatope adalah gaya bahasa yang menirukan suara makhluk hidup dan bunyi yang ada di lingkungan sekitar untuk menggambarkan suatu keadaan. Penelitian ini membahas mengenai ragam tersenyum dan tertawa dalam bahasa Jepang yang muncul dalam manga The Promised Neverland. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk onomatope tertawa yang terdapat dalam manga The Promised Neverland, mengetahui arti dari fonem pembentuk onomatope dan menjelaskan jenis tertawa yang muncul dalam manga The Promised Neverland. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah manga The Promised Neverland Volume 1-5. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah fonem-fonem pembentuk onomatope mempengaruhi cara tertawa. Lalu, satu onomatope dapat memiliki lebih dari satu bentuk. Bentuk dari onomatope dapat memperlihatkan bagaimana suatu ekspresi terjadi dan untuk memahami arti yang dimiliki suatu onomatope, harus memahami konteks dan situasi latar munculnya onomatope terlebih dahulu. Cara tertawa yang diperlihatkan oleh tokoh anak-anak di bawah usia 10 tahun menunjukkan sedikit variasi tertawa, sedangkan tokoh perempuan memiliki banyak ragam variasi tertawa tetapi jarang tertawa dengan mulut yang terbuka lebar.

Onomatopoeia is a style of language that imitates the sounds of living things and the surrounding environment to describe a situation. This study discusses the varieties of smiling and laughing in Japanese that appears in The Promised Neverland manga. The purpose of this study is to determine the form of the onomatopoeic laughter that appears in The Promised Neverland manga, to know the meaning of the phonemes that form an onomatopoeia and to explain the types of laughter that appear in The Promised Neverland manga. The data source is The Promised Neverland manga Volume 1-5. The research method that is used is descriptive qualitative analysis method. The result of this research is the phonemes that form an onomatopoeia affect the way of laughing. An onomatopoeia may have more than one form. The form of an onomatopoeia shows how an expression occurs. To understand the meaning of an onomatopoeia, it is necessary to understand the context and situation where the onomatopoeia appears. The way of laughing that shown by the characters under the age of 10 shows a slight variety of laughter. Meanwhile, the female characters have many variations of laughter, but they rarely laugh with their mouths wide open."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yolana Wulansuci
"Skripsi ini membahas budaya populer manga dan anime sebagai soft power Jepang. Pembahasan ini menggunakan konsep budaya populer oleh John Storey dan konsep soft oleh Joseph S. Nye Jr. Penelitian ini difokuskan pada manga dan anime Doraemon serta menggunakan metode kualitatif dengan teknik deskriptif analisis. Perhatian pemerintah Jepang terhadap budaya populer yang dimanfaatkan menjadi soft power salah satunya dapat dilihat dari ditunjuknya Doraemon menjadi Duta Budaya Animasi Jepang pertama pada tahun 2008 yang memiliki misi diplomasi khusus. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai budaya populer manga dan anime yang dimanfaatkan Jepang sebagai soft power negara tersebut dalam menjalin hubungan dengan dunia internasional.

This thesis is about popular culture manga and anime as Japan_s soft power. The research is using the concept of popular culture by John Storey and soft power_s concept by Joseph S. Nye Jr. The focus of this thesis is on Doraemon_s manga and anime. The Japanese government concerns on make use of popular culture as soft power can be seen from Doraemon_s appointment as the first Anime Cultural Ambassador in 2008 which has a special diplomatic mission. This thesis uses qualitative descriptive analysis methode. The purpose of this study is to understand the use of popular culture as soft power for Japan on making relationship with the international world.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S13904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ermano Caerist
"Sejak masa pascaokupansi Amerika Serikat, perjodohan di Jepang telah mengalami proses globalisasi. Omiai, salah satu cara pencarian jodoh yang telah populer dari zaman Edo, juga berubah menjadi lebih modern akibat proses globalisasi tersebut. Meskipun begitu, menurut statistik dari Lembaga Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Nasional Jepang, jumlah peminat omiai tetap mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Maka dari itu, penelitian ini akan membahas penyebab dari penurunan jumlah peminat omiai. Penelitian ini juga akan memaparkan proses globalisasi yang terjadi dalam pencarian jodoh di Jepang serta bentuk pencarian jodoh yang lebih ideal bagi kebanyakan orang Jepang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa globalisasi membuat cara-cara penjarian jodoh yang lain seperti kegiatan konkatsu dan dating app muncul dan berkembang di Jepang. Cara-cara tersebut menjadi lebih ideal bagi kebanyakan orang Jepang karena adanya sifat individualisme yang lebih kuat dalam masyarakat Jepang kini.

Since the postoccupation era of the US, matchmaking in Japan has undergone a process of globalization. Omiai, one of the ways to find a mate that has been popular since the Edo period, has also changed to become more modern due to the process of globalization. Even so, according to statistics from the National Population and Social Security Research Institute Japan, the number of interested people continues to decline from year to year. Therefore, this study will discuss the causes of the decline of people interested in omiai. This research will also explain the process of globalization that occurred in Japans matchmaking culture and the form of matchmaking that is more ideal for most Japanese people. The results of this study show that globalization makes other way of matchmaking such as konkatsu activities and dating apps exist and develop in Japan. These methods have become more ideal for most Japanese because of the stronger nature of individualism in Japanese society today."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sulistiorini
"Manga, istilah Jepang untuk komik, adalah salah satu keistimewaan pada budaya popular Jepang masa kini. Manga, selain sebagai bacaan yang paling digemari di Jepang, dewasa ini mulai dikenal dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa di dunia.Salah satu jenis manga yang unik, ialah shoujo manga, yaitu manga yang dibuat oleh wanita dan ditujukan untuk wanita.Seberapa banyak pembaca shoujo manga, dart apa saja pengaruhnya bagi pembacanya? Dalam skripsi ini penulis mencoba meneliti banyaknya pembaca shoujo manga dan pengaruh apa saja yang dibawa akibat membaca shoujo manga.Dari penelitian tersebut, jelas terlihat bahwa pembaca shoujo manga adalah mayoritas, karena 100% responden menyatakan membaca shojo manga. Selain itu, pengaruh yang dibawa juga lebih banyak positifnya, seperti menmberi hiburan dan meningkatkan percaya diri.Dalam skripsi ini, penulis juga mengupas sejarah manga dan shoujo manga sejak jaman kuno hingga perkembangannya dewasa ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatia Nurizky
"Manga sebagai salah satu bagian dari kebudayaan populer Jepang memiliki satu genre yang unik yaitu Boys Love (BL). Genre ini berfokus kepada romansa yang terjadi di antara dua orang laki-laki homoseksual. Penelitian ini menggunakan teori wacana dan menggunakan metode semiotika untuk mengkaji tanda-tanda yang terdapat di dalam manga Boys Love. Tanda-tanda tersebut melingkupi apa yang menggambarkan anti-heteronormativitas dan anti-hegemoni maskulinitas dalam masyarakat Jepang. Melalui kajian tanda dalam manga tersebut, diharapkan perlawanan-perlawanan terhadap wacana heteronormativitas dan hegemoni maskulinitas dapat dilihat dan diteliti secara mendalam.

Manga as one aspect of Japanese Popular Culture has one unique genre called Boys Love (BL). This genre focuses on romance between homosexual men. This research uses discourse theory and semiotic method to decipher the signs contained in Boys Love manga. Those signs includes the depictions of anti-heteronormativity and anti-hegemonic masculinity in Japanese society. Through the sign deciphering, it is expected that the oppositions against heteronormativity and hegemonic masculinity can be seen and researched thoroughly."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T45073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Octavia Viriyo
"Pada 1970-an, shōjo manga menjadi salah satu media perwujudan gagasan perempuan Jepang dan menjadi suatu genre dari perempuan untuk perempuan. Skripsi ini membahas gambaran perempuan Jepang dalam shōjo manga Haikarasan ga Tōru dan N.Y. Komachi sebagai suatu gagasan Yamato Waki atas perempuan Jepang. Penelitian ini menggunakan pendekatan feminis dengan menerapkan teori Gynocritics dari Elaine Showalter pada analisis. Sebagai hasil, diketahui bahwa tokoh utama perempuan pada masing-masing shōjo manga yang menjadi korpus penelitian mewakili pola pikir perempuan Jepang pada masa karya tersebut diterbitkan. Meski menampilkan tokoh utama perempuan yang menentang subordinasi, disimpulkan bahwa dua karya tersebut bukan karya feminis.

In 1970s, shōjo manga became one of media which embodied Japanese women?s ideas and became a from women to women genre. This study will focus on explaining the images of Japanese women in shōjo manga titled Haikarasanga Tōru and N.Y. Komachi as Yamato Waki?s ideas of women. This research uses feminist approach and applies Gynocritics theory from Elaine Showalter on the analysis. As a result, it's shown that the main female protagonists of both shōjo mangas who become the center of this research represent Japanese women?s mindset from the era when those works were published. Though it?s featuring female protagonist who against female subordination, it's concluled that both works are not a feminist works.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardhatillah Zidni Nursardi
"Keberadaan negara Jerman saat ini tidak dapat dilepaskan dari peran Prusia dalam Penyatuan Jerman pada tahun 1871. Peristiwa penting ini menyebabkan terbentuknya Jerman yang kemudian berpartisipasi dalam Perang Dunia Pertama dan Kedua. Unsur-unsur sejarah ini merupakan tema yang sering diangkat dalam manga Hetalia. Hetalia merupakan serial manga karya Hidekaz Himaruya yang menyajikan interpretasi simbolis dari peristiwa politik dan sejarah dunia, dengan setiap negara yang terlibat di dalam dan di luar peristiwa tersebut dipersonifikasikan melalui karakter yang menyerupai manusia. Penelitian ini menganalisis penggambaran hubungan antara tokoh Germany dan Prussia dalam Hetalia untuk melihat bagaimana konstelasi Jerman dengan Prusia direpresentasikan dalam manga tersebut. Korpus data yang digunakan adalah manga Hetalia: Axis Powers, Hetalia World☆Stars, dan komik web Hetalia. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis konten yang didukung oleh teori representasi Stuart Hall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hetalia merepresentasikan Jerman dan Prusia melalui tokoh Germany dan Prussia yang dibentuk berdasarkan sejarah, stereotipe, serta identitas budaya Jerman dan Prusia di dunia nyata. Namun, Prussia digambarkan lebih menonjol daripada Germany karena memiliki rentang sejarah yang lebih panjang. Selanjutnya, konstelasi Jerman dan Prusia direpresentasikan secara positif dalam Hetalia melalui hubungan dan interaksi tokoh Germany dan Prussia yang dianggap sebagai sepasang saudara.
The existence of today’s Germany cannot be separated from Prussia's role in the Unification of Germany in 1871. This important event led to the formation of Germany, which later participated in the First and Second World Wars. These historical elements are often raised in the Hetalia manga. Hetalia is a manga series by Hidekaz Himaruya that presents symbolic interpretations of world political and historical events, with each country involved in and outside of these events personified through human-like characters. This study analyzes the relationship between the character Germany and Prussia in Hetalia and examines how the constellation of Germany and Prussia in the real world is represented in the manga. The data used for this research are the Hetalia: Axis Powers manga, Hetalia World☆Stars manga, and Hetalia webcomics. The research method used is content analysis supported by Stuart Hall's representation theory. The results show that Hetalia represents Germany and Prussia through the character Germany and Prussia which are formed based on the history, stereotypes, and cultural identities of Germany and Prussia in the real world. However, Prussia is portrayed more prominently than Germany because he has a longer historical span. Furthermore, the constellation of Germany and Prussia is represented positively in Hetalia through the relationship and interactions between the characters Germany and Prussia who are considered as a pair of brothers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bergas Fadhil Widyadhana
"Serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945 merupakan sebuah peristiwa yang cukup berpengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Jepang. Gambaran peristiwa tersebut masih banyak ditemukan dalam kehidupan di Jepang, termasuk dalam media populer seperti anime dan manga. Anime yang berupa animasi dan manga yang berupa komik merupakan hal yang dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat Jepang dan seringkali dinilai identik dengan sifat imut. Akan tetapi, anime dan manga tetap dapat merefleksikan realita peristiwa tersebut serta sikap masyarakat Jepang terhadap peristiwa tersebut, hal itulah yang ingin ditemukan dalam penelitian ini. Budaya populer seperti keduanya dapat merefleksikan realita dan kerangka geopolitik suatu negara, dan dalam fokus penelitian ini adalah sikap anti-perang dan dukung perlucutan senjata nuklir. Hal tersebut dapat dipelajari lewat geopolitik populer yang merupakan studi bagaimana media menyebarkan nilai atau ide seperti batas atau ancaman negara terhadap khalayak penontonnya. Nilai yang dibawa tersebut merupakan realita kerangka geopolitik yang dapat ditemukan di antara masyarakat dan pemerintah Jepang sehingga manga dan anime dapat memberikan refleksi representasi geopolitik Jepang. Penelitian ini menggunakan studi geopolitik populer dan studi semiotika untuk membedah refleksi nilai pasifisme dan anti-persenjataan nuklir Jepang yang dapat ditemukan dalam berbagai anime dan manga pasca-perang. Ditemukan bahwa manga dan anime dapat merefleksikan kerangka pasifis geopolitik Jepang serta menyorot perkembangan visi geopolitik tersebut. Manga dan anime yang berasal dari generasi perang menunjukkan penderitaan dan tragedi bom atom secara detil dan manga dan anime dari generasi pasca perang mengambil pendekatan sentimen anti-perang dan anti-persenjataan nuklir yang lebih pasif dan tidak kritis. Hasil termuan tersebut menunjukkan posisi pasifis netral geopolitik pasca perang Jepang yang terepresentasikan dalam manga dan anime.

The Atomic bomb attack on Hirsohima and Nagasaki in 1945 is an event that left a big impact on the life of society and the state in Japan. Depictions of the event are still widely found in Japanese life, including in popular media such as anime and amnga. Anime or animation and manga or comic are things that are enjoyed by various groups of Japanese society and are often considered synonymous with cuteness. However, anime and manga can still reflect the reality of that event and the attitude of the Japanese society towards it, this is what this research wants to find. Popular culter like manga and anime can reflect the reality and geopolitical framework of a country, and in this research focus is anti-war attitude and support for nuclear disarmament. his can be studied through popular geopolitics which is the study of how the media spreads values or ideas such as state boundaries or threats to its audience. The value that is brought is the reality of the geopolitical framework that can be found among the people and government of Japan so that manga and anime can provide a reflection of Japan's geopolitical representation. This research uses popular geopolitical studies and the semiotic approach to look at the reflection of Japanese pacifism and anti-nuclear weapons attitudes that can be found in post-war anime and manga. It was found that manga and anime can both reflect Japan's geopolitical pacifist framework and highlight the development of their geopolitical vision. Manga and anime from the war generation show the agony and tragedy of the atomic bomb in detail and manga and anime from the post war generation take a more passive and uncritical approach to anti-war and anti-nuclear weapons sentiments. The findings show that postwar geopolitically neutral pacifist positions of Japan are represented in manga and anime."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>