Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188720 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lumbun, Nicolaski
"Latar Belakang: Gaya hidup ala barat seperti kerap dan banyak mengkonsumsi soft drinks/beverages secara kasat mata terlihat meningkat di masyarakat Indonesia, terutama di kalangan usia muda. Di Amerika Serikat (AS), negara yang mengawali produksi minuman tersebut tercatat peningkatan konsumsi 135% dalam 30 tahun terakhir. Soft drinks/beverages, umumnya menggunakan pemanis tinggi fruktosa (high fructose corn syrup, HFCS). Kekerapan konsumsi tinggi fruktosa menyebabkan peningkatan kejadian toleransi glukosa terganggu (TGT), di sisi lain kekerapan konsumsi dapat diukur dengan indeks fruktosa, yaitu suatu nilai yang diperoleh dari peningkatan kadar asam urat, trigliserid, LDL serta penurunan kadar HDL serum.
Metodologi penelitian: Desain penelitian adalah prevalens longitudinal. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk melihat validitas indeks fruktosa sebagai estimasi kekerapan konsumsi tinggi fruktosa serta kadar fruktosa serum, dengan besar sampel 40 subjek yang diseleksi secara random sederhana. Setelah mendapat hasil tersebut, dengan menggunakan data Riskesdas 2007, dilakukan analisis statistik regresi logistik untuk mengetahui hubungan serta kontribusi konsumsi tinggi fruktosa dengan kejadian TGT pada usia muda.
Tujuan: Mengetahui hubungan konsumsi tinggi fruktosa terfokus pada minuman kemasan berpemanis dengan kejadian TGT pada usia muda setelah mengendalikan faktor-faktor perancu serta mengetahui besar kontribusi konsumsi tersebut terhadap kejadian TGT usia muda. Juga untuk mengetahui prevalens TGT dan konsumsi tinggi fruktosa pada kelompok usia muda di daerah perkotaan Indonesia.
Hasil Penelitian: Penelitian pendahuluan mendapatkan bahwa indeks fruktosa dalam mengestimasi kekerapan konsumsi tinggi fruktosa terfokus pada minuman kemasan berpemanis memiliki sensitivitas dan spesifisitas masing-masing sebesar 90%, dengan akurasi test 90%. Prevalens TGT usia muda di Indonesia tahun 2007 adalah 5,7% dan prevalens usia muda yang banyak dan kerap mengkonsumsi tinggi fruktosa sebanyak 20,5%. Setelah mengendalikan faktor-faktor perancu, usia muda yang kerap mengkonsumsi tinggi fruktosa berisiko 1,24 (p=0,000) menderita TGT. Jika konsumsi tinggi fruktosa dalam minuman kemasan berpemanis dapat dikendalikan, maka risiko TGT pada usia muda akan berkurang sebesar 24,3%.

Background: Western lifestyle often consumes a lot of sugar sweetened soft drinks/beverages, which at a glimpse seems to be increasing in Indonesian society too, especially among the youngsters. In the US, the pioneer country of soft drink/beverage the increase of consumption by 135% within the last 30 years has been recorded. This has an impact on the increase and higher prevalence of impaired glucose tolerance (IGT) in that country. According to many references and literatures, sugar sweetened soft drinks/beverages use a high amount of fructose (high fructose corn syrup, HFCS). The frequency of high fructose consumption can be measured with index fructose that is the index which is taken from the increasing level of serum uric acid, serum triglycerides, LDL and the decreasing level of HDL cholesterol serum.
Method: The study design is prevalence longitudinal. A preliminary study was conducted to see the validity of the index fructose as an estimation of high fructose consumption frequency and fructose serum levels. Sample size of 40 subjects was selected randomly for the preliminary study. After that a statistical analysis logistic regression was used to determine the influence of high fructose consumption towards the prevalence of IGT at young age in the national community, using national health research (Riskesdas 2007) data.
Aim: To determine the influence of high fructose consumption focused on sugar sweetened soft drinks/beverages towards the prevalence of IGT in young age after controlling confounding factors and to determine the magnitude of contribution that consumption has on the IGT in young age. Also to know the prevalence of IGT and the prevalence of high fructose consumption in young age group in Indonesian urban areas.
Result: The preliminary study shows that fructose index in estimating the frequency of high fructose consumption focused on sugar sweetened soft drinks/beverages has sensitivity and specificity of 90% and 90% respectively, with 90% accuracy test. Year 2007, prevalence IGT in young age group in Indonesia was 5.7% and the prevalence of high fructose consumption was 20.5%. After controlling for confounding factors, young age group which consumes high fructose have a risk of 1.24 (p = 0.000) higher to suffer from IGT. If the consumption of high fructose is controlled, then the risk of IGT at young age groups will be reduced by 24.5%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
D1400
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rannia Putri Isniendira
"Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 adalah protein yang utamanya berasal dari hati dan berperan dalam degradasi reseptor low-density lipoprotein, sehingga menjadikannya target terapeutik yang menjanjikan untuk menunrunkan kolesterol. Pengembangan obat yang menargetkan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 telah menarik banyak perhatian, namun adanya keterbatasan penelitian model in vivo dengan hewan wild type yang mampu merepresentasikan kondisi manusia dapat menghambat proses pengembangan obat. Sebuah studi menunjukkan diet tinggi fruktosa dapat meningkatkan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 pada manusia. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan model hewan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 dengan tikus wistar jantan yang diinduksi diet tinggi fruktosa menggunakan variasi durasi induksi selama 3, 4, dan 5 minggu. Parameter yang dinilai adalah kadar Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 di plasma dan hati yang diukur dengan ELISA, serta ekspresinya di hati yang dievaluasi dengan western blot. Pada tikus yang diinduksi fruktosa, terdapat peningkatan signifikan kadar Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 di plasma dan hati dibandingkan dengan kontrol (p<0,05) pada durasi 3 dan 4 minggu untuk plasma, serta durasi 3 minggu untuk hati. Western blot menunjukkan mature proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 tereskpresi pada kelompok dengan induksi fruktosa, serta terjadi penurunan ekspresi di minggu ke-3 dan ke-5 jika dibandingkan dengan kontrol. Penelitian ini menunjukkan tikus yang diinduksi fruktosa dapat menjadi pilihan sebagai model hewan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 dengan durasi induksi selama 4 minggu untuk memberikan hasil yang optimal.

Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 is a liver-derived protein with an ability to promote degradation of low-density lipoprotein receptor, making it a promising therapeutic target in cholesterol-lowering therapy. The development of drugs targeting proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 has attracted considerable attention, but the limited studies of in vivo model with wild type animals that exhibit similarities to that of a human situation could inhibit the drug development process. Recent study has revealed high fructose diet increased proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 in humans. In this study, the development of animal model of proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 was carried out using rats induced by fructose with duration of induction variation. Plasma and hepatic proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 were measured with ELISA, while hepatic proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 expression was detected with western blot. A significant increase in plasma and hepatic proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 levels were observed in fructose-induced rats following treatment for 3 and 4 weeks, and 4 weeks, respectively, compared to the control group (p<0,05). Western blot showed proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 was expressed in fructose-induced groups, and there was a decrease in expression in frucotse- induced group treated for 3 and 5 weeks. This study demonstrate that fructose-induced rat has a potential to be animal model of proprotein convertase subtilisin/kexin type 9, with an induction duration of 4 weeks to provide an optimal result."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audina Khalda Nabilah
"PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin Type 9) merupakan regulator Low-Density Lipoprotein (LDL) melalui perannya dalam degradasi Low-Density Lipoprotein Receptor (LDLR) sehingga PCSK9 dapat dijadikan target terapi yang menjanjikan sebagai agen penurun lipid. Inhibitor PCSK9 yang tersedia memiliki beberapa kekurangan. Untuk itu, banyak peneliti mengembangkan obat inhibitor PCSK9 lainnya. Dalam pengembangan obat, model hewan PCSK9 yang sejalan pada manusia dibutuhkan dan dikembangkan melalui induksi suatu nutrisi, misalnya fruktosa. Penelitian efek diet tinggi fruktosa terhadap kadar PCSK9 plasma dan ekspresi PCSK9 otak masih sangat terbatas dan perlu diteliti lebih lanjut. Pada penelitian ini, tikus diberikan diet tinggi fruktosa dengan variasi durasi, yaitu 3 minggu, 4 minggu, dan 5 minggu untuk melihat efeknya terhadap kadar PCSK9 dan ekspresi PCSK9. Pengukuran kadar PCSK9 plasma dan otak dilakukan menggunakan metode ELISA dan ekspresi PCSK9 otak dianalisis menggunakan metode western blot. Hasil menunjukkan bahwa terjadi perubahan kadar PCSK9 pada plasma dan otak tikus dibandingkan kelompok normal. Kadar PCSK9 plasma menunjukkan peningkatan signifikan (p<0,05) pada kelompok 3 minggu dan 4 minggu dibandingkan kelompok kontrol dan kadar PCSK9 plasma tertinggi teramati pada durasi induksi 4 minggu. Kadar PCSK9 otak menunjukkan penurunan signifikan (p<0,05) pada kelompok 3 minggu dan 4 minggu dibandingkan kelompok kontrol. Ekspresi PCSK9 pada otak menunjukkan pola penurunan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa model hewan PCSK9 pada tikus berpotensi digunakan sebagai model hewan PCSK9.

PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin Type 9) is a Low-Density Lipoprotein (LDL) regulator through its role in Low-Density Lipoprotein Receptor (LDLR) degradation, making PCSK9 a promising therapeutic target as a lipid-lowering agent. The currently available PCSK9 inhibitors have drawbacks. As a result, many researchers have developed PCSK9 other inhibitor drugs. PCSK9 animal model is required in drug development and develops through the induction of a nutrient, such as fructose. Research on the effect of a high-fructose diet on circulating PCSK9 levels and brain PCSK9 expression is still limited dan further research is needed. Thus, in this study, rats were fed a high-fructose diet for 3 weeks, 4 weeks, and 5 weeks to see how it affected PCSK9 levels and expression. The ELISA method was used to measure plasma and brain PCSK9 levels and the western blot method was used to analyze brain PCSK9 expression. The results showed plasma PCSK9 levels increased significantly (p<0,05) in the 3-week and 4-week groups compared to the control group, with the 4-week induction duration producing the highest plasma PCSK9 levels. Brain PCSK9 levels decreased significantly (p<0,05) in the 3-week and 4-week groups when compared to the control group. PCSK9 expression in the brain also decreased when compared to the control group. Based on the findings, the PCSK9 animal model in rats has the potential to be used as a PCSK9 animal model."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Laurencia Levina
"PCSK9 berperan dalam regulasi homeostasis kolestrol dimana meningkatkan kadar LDL-C dengan mendegradasi reseptor LDL (LDL-R). Penelitian mengenai obat inhibitor PCSK9 masih dikembangkan namun metode uji in vivo yang memfasilitasi PCSK9 sangat terbatas terlebih di Indonesia. Maka dilakukan pembuatan model hewan tinggi PCSK9 menggunakan tikus tipe wild yang diinduksi diet tinggi fruktosa mengikuti penelitian yang telah dilakukan pada hamster dan mencit. Penelitian ini dilakukan pada tikus wistar jantan dengan menginduksi diet tinggi fruktosa (HFD) sebanyak 3mL/200grBB selama 3, 4, dan 5 minggu. Plasma dan jaringan ginjal diambil setiap durasi 3, 4 dan 5 minggu dan kadar PCSK9 diukur menggunakan uji ELISA. Sementara ekspresi PCSK9 ginjal dianalisis menggunakan metode western blot. Tikus kelompok HFD menunjukkan kadar PCSK9 plasma yang meningkat signifikan (p<0,05) terhadap kelompok kontrol durasi 3 dan 4 minggu. Durasi optimal peningkatan kadar PCSK9 plasma pada tikus adalah 4 minggu yang menghasilkan kadar PCSK9 sebesar 1389,02 ng/mL. Sementara kadar PCSK9 ginjal menurun signifikan (p<0,05) terhadap kelompok kontrol durasi 3 dan 4 minggu. Ekspresi mature PCSK9 ginjal kelompok HFD lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.

PCSK9 plays a role in the regulation of cholesterol homeostasis which increases LDL-C levels by degrading LDL receptors (LDL-R). Research on PCSK9 inhibitor drugs is still being developed but in vivo test methods that facilitate PCSK9 are limited, especially in Indonesia. Therefore, an animal model for high PCSK9 was created using wild-type rats induced by a high-fructose diet following research that had been conducted on hamsters and mice. This research was conducted on male Wistar rats by inducing a high fructose diet (HFD) of 3mL/200grBW for 3, 4, and 5 weeks. Plasma and kidney tissue were collected every 3, 4 and 5 weeks and PCSK9 levels were measured using the ELISA test. While kidney PCSK9 expression was analyzed using western blot method. The HFD group rats showed significantly increased plasma PCSK9 levels (p<0.05) compared to the control group for 3 and 4 weeks duration. The optimal duration of increasing plasma PCSK9 levels in rats is 4 weeks which results in PCSK9 levels of 1389.02 ng/mL. Meanwhile, kidney PCSK9 levels decreased significantly (p<0.05) compared to the control group for 3 and 4 weeks duration. The expression of kidney mature PCSK9 in the HFD group was higher than the control group."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Melati Suci Kusuma
"Tesis ini membahas tentang usia bercak cairan mani dengan melihat perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam yang terkandung dalam cairan mani. Penelitian dalam tesis ini merupakan penelitian analisis korelatif dengan time series selama 6 hari pengamatan yang tidak kontinu. Dalam penelitian ini diperiksa sebanyak 36 sampel kain katun yang telah dibercakkan cairan mani diatasnya lalu dikeringkan di lingkungan terbuka kemudian pada hari ke 0 ke 1 ke 3 dan ke 6 setelah pembercakkan sampel tersebut diperiksa kadar fruktosa dan fosfatase asam yang terkandung didalamnya dengan menggunakan spektroskopi uv visibel.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam yang terkandung dalam cairan mani tetapi didapatkan pula fakta bahwa kandungan fruktosa yang ada didalam cairan mani akan mempengaruhi kadar fosfatase asam yang juga terkandung dalam cairan mani. Selain itu dalam penelitian ini didapatkan pula adanya pengaruh dari jenis bahan kain yang digunakan sebagai media pembercakkan. Dimana kain katun ternyata juga akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan kadar fruktosa. Penentuan usia bercak cairan mani berdasarkan perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam masih dapat digunakan tetapi dengan disertai pemeriksaan terhadap variabel variabel lainnya.

This study discusses the seminal age spots by looking at changes in levels of fructose and acid phosphatase contained in seminal fluid. The research in this thesis is a study of correlative analysis with time series for 6 days of observation which is not continuous In this study a total of 36 cotton fabric samples were examined each had been spotted with seminal fluid on it and then been dried in an open environment. On day 0, 1st, 3rd and 6th after spotted each sample was examined its level of fructose and acid phosphatase contained therein by using UV visible spectroscopy.
Results of this study showed changes in levels of fructose and acid phosphatase contained in the seminal fluid but found also the fact that the fructose content in the seminal fluid will affect acid phosphatase levels contained in the seminal fluid In addition to that in this study had been found also the influence of the type of fabric used as a spotted medium which was cotton fabric also giving a positive result on examination fructose levels. Determination of the age seminal fluid spot based on changes in levels of fructose and acid phosphatase could still be used but must be accompanied by examination of other variables.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Widianto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S29753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Callista Qonita Putri Nabila
"Latar belakang: Sindrom metabolik merupakan kumpulan gejala abnormalitas metabolik tubuh yang meliputi hipertensi, obesitas sentral, hiperglikemia, resistensi insulin, dan dislipidemia. Hal ini menurunkan kualitas hidup seseorang dan berdampak meningkatnya biaya pengobatan. Salah satu faktor risikonya adalah kebiasaan konsumsi produk instan tinggi fruktosa. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan dan/atau minuman yang mengandung fruktosa dengan terjadinya resistensi insulin yang bermanifestasi sindrom metabolik pada subjek di Posyandu Lansia Monjok Kota Mataram.
Metode: Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Pengambilan sampel ditetapkan secara consecutive sampling. Subjek penelitian sebanyak 48 orang berusia 45-90 tahun dari Posyandu Lansia Monjok. Data diperoleh dari wawancara subjek, Puskesmas Mataram, dan Posyandu Monjok. Asupan fruktosa dikumpulkan dengan metode food recall 24hour dan dinilai dengan software nutrisurvey. Resistensi insulin ditetapkan dengan metode TyG Index. Sindrom metabolik ditetapkan berdasarkan parameter National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III).
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 52.1% subjek di Posyandu Lansia Monjok Kota Mataram mengalami resistensi insulin dan 62.5% sindrom metabolik. Uji Chi-Square menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan konsumsi fruktosa dengan terjadinya resistensi insulin (p=0.000) dan sindrom metabolik (p=0.001).
Kesimpulan: Sebagian subjek di Posyandu Lansia Monjok Kota Mataram memiliki kebiasaan konsumsi tinggi fruktosa sehingga menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang bermanifestasi menjadi sindrom metabolik.

Introduction: Metabolic syndrome is a collection of symptoms of metabolic abnormalities, including hypertension, central obesity, hyperglycemia, insulin resistance, and dyslipidemia. This matter reduce a person’s quality of life and impact financially due to high treatment costs. One of the risk factors that trigger metabolic syndrome is the habit of consuming instant food or beverages that contain high fructose. This study aims to prove the relationship between the habit of consuming food and/or drinks containing fructose and the occurrence of insulin resistance manifesting metabolic syndrome among subjects at Monjok Elderly Integrated Healthcare Center Mataram.
Method: This study was cross-sectional. Sampling was determined using consecutive sampling. Subjects, as many as 48 people, aged 45-90 years form Monjok Elderly Integrated Healthcare Center Mataram. Data were obtained from subject interviews and data from Mataram Public Health Center and Monjok Integrated Healthcare Center. Fructose intake was collected using a 24-hour food recall method and assessed using NutriSurvey software. Insulin resistance was determined by the TyG Index method. Metabolic syndrome was determined based on the Adult Care Panel of the National Cholesterol Education Program III (NCEP ATP III).
Result: The results showed that 52.1% subjects at Monjok Elderly Integrated Healthcare Center experienced insulin resistance and 62.5% metabolic syndrome. The Chi-Square test showed a significant correlation between fructose consumption habits and the occurrence of insulin resistance (p=0.000) and metabolic syndrome (p=0.001).
Conclusion: Half of the subjects at Monjok Elderly Integrated Healthcare Center had a high fructose consumption habit that cause to insulin resistance manifesting metabolic syndrome.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titising Panggayuh Indrasari
"

Proprotein konvertase subtilisin kexin 9 adalah protein regulator low density lipoprotein yang dapat menyebabkan beberapa penyakit kardiovaskular. Pengobatan yang mampu menghambat protein tersebut baru tersedia dalam bentuk injeksi. Pada usus halus peran dari protein tersebut juga belum diketahui secara pasti sehingga membutuhkan penelitian lebih lanjut. Metode in vivo yang telah digunakan dalam studi terkait pengembangan inhibitor protein tersebut dalam bentuk oral belum menggunakan hewan uji yang tersedia di Indonesia. Pada penelitian ini dikembangkan model hewan tinggi proprotein konvertase subtilisin kexin 9 yang tersedia di Indonesia. Tikus Wistar jantan wild diinduksi diet tinggi fruktosa (3mL/200gram berat badan) selama 3, 4, dan 5 minggu sebelum protein tersebut diukur pada plasma darah dan jaringan usus halus menggunakan uji ELISA dan western blot. Tikus yang diinduksi fruktosa memiliki kadar yang meningkat secara signifikan (p<0.05) pada plasma dan usus halus dibandingkan kontrol pada durasi 3 dan 4 minggu. Tetapi pada durasi induksi 5 minggu, tidak dihasilkan perbedaan yang signifikan antara kelompok induksi dan kontrol (p>0.05). Hasil western blot tidak dapat dikuantifikasi karena pengikatan non-spesifik yang berlebih. Maka, metode yang diterapkan pada penelitian ini mampu menciptakan tikus tinggi proprotein konvertase subtilisin kexin 9. Namun, diperlukan optimasi lebih lanjut dalam pengukuran kadarnya di usus halus.


Proprotein convertase subtilisin kexin 9 (PCSK9) regulates low-density lipoprotein in circulation and could cause various cardiovascular diseases, but inhibitor of said protein only exists in injection form. Its role in small intestines have yet to be known and requires further studies. An in vivo method that could help develop an oral drug is required as earlier studies have yet to utilize animals available in Indonesia. This study is performed to acquire an animal model high in said protein using Male Wistar wild rats administered with high-fructose diet (3mL/200gram body weight). Using ELISA kit and western blot, levels in blood plasma and small intestinal tissues are measured after 3, 4, and 5 weeks of administration. The levels in both blood plasma and small intestines are significantly greater (p<0.05) in fructose-treated rats compared to the control after 3 and 4 weeks. There is no significant difference found between treatment group and control group in rat’s blood plasma treated for 5 weeks. Western blot result is unable to be determined due to high background. As such, the method in this study created a rat model high in proprotein convertase subtilisin kexin 9. Further optimization of its level measurements in small intestines is necessary.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharfina Kiasati
"Ester fruktosa - palmitat telah disintesis melalui reaksi esterifikasi secara enzimatis antara asam palmitat dengan fruktosa menggunakan lipase Candida rugosa E.C.3.1.1.3 terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4 - polidopamin. Pada penelitian ini, nanopartikel Fe3O4 - polidopamin disintesis dengan metode kopresipitasi dan selanjutnya digunakan sebagai support imobilisasi lipase. Nanopartikel Fe3O4, nanopartikel Fe3O4 - polidopamin, dan nanopartikel Fe3O4 - polidopamin - lipase telah dikarakterisasi menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), Field Emission Scanning Electron Microscopy (FESEM), Energy-Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS), X-ray Diffraction (XRD), Vibrating Sample Magnetometer (VSM), dan Particle Size Analysis (PSA). Nilai persen loading lipase terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4 - polidopamin yang diperoleh adalah sebesar 99,66%. Pada reaksi esterifikasi dilakukan beberapa variasi, yaitu rasio molar fruktosa dan asam palmitat, dan pelarut. Variasi rasio molar fruktosa dan asam palmitat yang digunakan adalah 1:30, 1:60, dan 1:90 (mmol/mmol) dalam pelarut t-butanol, dan hal yang sama dilakukan dalam pelarut metil isobutil keton (MIBK). Persen konversi asam palmitat menjadi ester tertinggi diperoleh pada rasio molar fruktosa dan asam palmitat 1:30 (mmol/mmol) dalam pelarut t-butanol yaitu sekitar 28,51% pada derajat substitusi (DS) ester 2,85 dengan menggunakan lipase bebas, dan sekitar 27,75% pada DS ester 2,78 dengan menggunakan lipase terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4 - polidopamin.

Fructose - palmitate ester has been synthesized via esterification reaction of palmitic acid and fructose by using immobilized enzyme of Candida rugosa E.C.3.1.1.3 lipase on Fe3O4 nanoparticles - polydopamine. In this study, Fe3O4 nanoparticles - polydopamine was synthesized by coprecipitation method and then used as support in the immobilization of lipase. Fe3O4 nanoparticles, Fe3O4 nanoparticles - polydopamine, and Fe3O4 nanoparticles - polydopamine - lipase were characterized with Fourier Transform Infra Red (FTIR), Field Emission Scanning Electron Microscopy (FESEM), Energy-Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS), X-ray Diffraction (XRD), Vibrating Sample Magnetometer (VSM), and Particle Size Analysis (PSA). Percent value of loading immobilized lipase on Fe3O4 nanoparticles - polydopamine obtained is around 99.66%. The esterification reactions were carried out with several variations of molar ratio of fructose and palmitic acid with two different solvents. Variations molar ratio of fructose and palmitic acid used are 1:30, 1:60, and 1:90 (mmol/mmol), and the solvents used were t-butanol and methyl isobutyl ketone (MIBK). The highest percent (28,51%) conversion of palmitic acid to become ester was obtained at the molar ratio of fructose and palmitic acid 1:30 (mmol/mmol) in t-butanol with a degree of substitution (DS) ester 2,85 by using free lipase, and around 27,75% with a DS ester 2,78 by using immobilized lipase on Fe3O4 nanoparticles - polydopamine."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aiko Theophilia Wahyutomo
"Minuman berpemanis merupakan jenis minuman dengan berbagai bentuk gula tambahan. Peningkatan konsumsi minuman berpemanis dan dampaknya terhadap kesehatan perlu menjadi perhatian yang serius. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi minuman berpemanis pada mahasiswa sarjana non kesehatan Universitas Indonesia tahun 2024. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang. Data penelitian dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara mandiri oleh 141 mahasiswa sarjana non kesehatan Universitas Indonesia. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 28 (19,9%) mahasiswa memiliki tingkat konsumsi minuman berpemanis yang tinggi dan 113 (80,1%) mahasiswa memiliki tingkat konsumsi minuman berpemanis yang rendah. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi minuman berpemanis. Sedangkan, status ekonomi, aksesibilitas, literasi gizi, paparan media sosial, dan citra tubuh tidak menunjukkan adanya hubungan dengan konsumsi minuman berpemanis. Pemberian edukasi gizi serta pelibatan aktif mahasiswa dalam mempromosikan perilaku sehat sangat diperlukan sebagai upaya penurunan faktor risiko akibat konsumsi minuman berpemanis pada mahasiswa.

Sweetened drinks are a type of beverage with various forms of added sugar. The increase in consumption of sugar-sweetened beverages and its impact on health needs to be a serious concern. This research aims to determine the factors related to the consumption of sweetened beverages among non-health undergraduate students at the University of Indonesia in 2024. This research uses a quantitative approach with a cross-sectional research design. Research data was collected by completing questionnaires independently among 141 non-health undergraduate students at the University of Indonesia. The data was analyzed using the Chi-Square test to determine the relationship between the independent and dependent variables. The research results showed that 28 (19.9%) students had a high level of sweetened drink consumption and 113 (80.1%) students had a low level of sweetened drink consumption. This research also showed a relationship between gender and the consumption of sweetened beverages. Meanwhile, economic status, accessibility, nutritional literacy, exposure to social media, and body image did not show any relationship with the consumption of sweetened beverages. Providing nutritional education and active involvement of students in promoting healthy behavior is necessary to reduce risk factors due to the consumption of sweetened beverages in students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>