Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178311 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Loritta Yemina
"Stroke merupakan abnormal fungsi sistem saraf pusat akibat suplai darah ke otak terhenti. Manifestasi klinis yang menyertai pasien stroke adalah disfagia. Penatalaksanan gangguan proses menelan adalah kegiatan mengunyah agar mengembalikan fungsi motorik volunter yang cedera.
Tujuan umum mengetahui pengaruh kegiatan mengunyah terhadap asupan nutrisi dan lama perbaikan fungsi menelan pada pasien stroke dengan disfagia. Penelitian menggunakan desain Randomized Control Trial dengan rancangan pretest-posttest with control group. Total sampel adalah 30 responden dibagi atas 2 kelompok.
Hasil penelitian dinyatakan ada perbedaan yang signifikan asupan nutrisi dan lama perbaikan fungsi menelan sesudah diberikan kegiatan mengunyah, dengan p value 0,001 (α =0,05). Pemberian kegiatan mengunyah terbukti dapat meningkatkan asupan nutrisi dan mempercepat perbaikan fungsi menelan pada pasien stroke dengan disfagia.

Stroke is an abnormal function of the central nervous system caused by inadekuat blood supply to the brain. Clinical manifestations that often accompanies stroke patients is dysphagia. Swallowing disorder process, the intervention form of chewing activity. Chewing activities aimed to restoring voluntary motor function.
This study aims to determine the effect of chewing activities to nutrition intake and the time of swallow function recovery of stroke patients with dysphagia. This study uses a Randomized Control Trial design. Total sample used by 30 respondents divided in 2 group. Each group consist of 15 respondents.
Results of this study revealed that there are significant differences intake nutrition and the time of swallow function recovery after chewing activities, with a p value of 0.001 (α = 0,05). Giving chewing activities proven to increase the intake of nutrients and accelerate the improvement of swallowing function of stroke patients with dysphagia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35509
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wuryanti
"Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian nutrisi enteral tinggi protein pada status protein penderita stroke akut
Tempat : Ruang rawat IRNA B, bagian Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Metodologi : Penelitian adalah suatu uji klinik paralel yang telah disetujui oleh panitia tetap penilai etik penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sebanyak 36 subyek penelitian stroke hemoragik dan iskemik akut yang memenuhi kriteria dibagi dalam dua kelompok secara randomisasi blok. Sebanyak 18 orang kelompok perlakuan mendapat nutrisi enteral tinggi protein (NETP), sedangkan 18 orang kelompok kontrol mendapat makanan cair racikan rumah sakit. Pengukuran berat badan dan tinggi badar dilakukan pada hari 1. Pemeriksaan albumin dan prealbumin serum dilakukan pada hari ke 1 dan Pemeriksaan NUU dan kreatinin urin dari urin tampung 24 jam pada hari 1, dan 7. Imbang nitrogen diperoleh dengan menghitung asupan nitrogen dan NUU 24 jam Uji statistik yang digunakan adalah uji t untuk data yang berdistribusi normal, dan uji Mann Whitney untuk data yang berdistribusi tidak normal. Batas kemaknaan yang digunakan sebesar 5%.
Hasil : Pada kelompok perlakuan didapatkan sedikit peningkatan ni1ai prealbumin yang belum bermakna, yaitu 0,161 (0,104-0,303) menjadi 0,163 (0,043 0,276) g/L, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan penurunan yang bermakna yaitu 0,181 (0,093-0,267) menjadi 0,138 (0,066-0,280). Didapatkan penurunan nilai albumin pada kedua kelompok. Penurunan nilai albumin pada kelompok perlakuan lebih sedikit dibandingkan kontrol, masing-masing yaitu - 0,35 dan - 0,60 g/dL.Pemberia NETP dapat menurunkan ekskresi kreatinin urin secara bermakna, yaitu dari 1019 (300-1530) menjadi 791,50 (246-1524) mg/24 jam), tetapi belum memperbaiki NUU dari imbang nitrogen
Kesimpulan : Pemberian NETP pada pasien stroke akut cenderung dapat meningkatkan status protein, walaupun belum dapat dibuktikan secara statistik.

Effects High Protein Enteral Nutrition on Protein Status in Acute Stroke PatientsObjective To investigate the effects of high protein enteral nutrition on protein status in acute stroke.
Location: IRNA B, Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta
Subjects and Methods : The study was a parallel clinical trial, which was alread} certified by the Ethical Clearance Research Committee of Faculty of Medicine Universit of Indonesia. Thirty six subjects with acute hemorhagic and ischemic stroke wen selected using certain criteria. The subjects were divided into two groups using blocs randomization. Eighteen subjects in treatment group received high protein entera nutrition (HPEN), and the control group received enteral hospital diet. Body weight an( height were assessed on the la day of admission. Albumin and prealbumin were assessed on day 1 and 7. Urinary urea nitrogen (UUN) and urinary creatinine were assessed on da: 1, 4, and 7 using 24-hour urine collection. Nitrogen balance was calculated b: substracting nitrogen intake with urinary urea nitrogen. Statistical analysis was performe+ using t-test for normal distributed and Mann Whitney test for not normal distributed data The level of significance was 5%.
Results : In the treatment group, there was a slingtly increased in prealbumin level, bi: not yet significantly : 0,161 (0,104-0,303) to 0,163 (0,043-0,276) g,/L, while in the contra group markedly decreased : 0,181 0,093-0,267) to 0,138 (0,066-0,280) gIL, The albumi level decreased in both groups. Albumin level in the trreatment group decreased less tha the control group, respectively - 0,35 (-1,20-0,60) and - 0,60 (-1,40-0,00). The HPE] decreased urinary creatinine excretion significantly : 1019 (307-15310) to 791,50 (24( 1524), however UUN and nitrogen balance did not show any improvement
Conclusion : HPEN tend to be able to increase the protein status although has ni statistically been proven yet.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Cipako Sinamo
"Skripsi ini membahas hubungan antara indeks massa tubuh (IMT), persen lemak tubuh (PLT), asupan zat gizi makro (kalori, karbohidrat, lemak dan protein), asupan zat gizi mikro (thiamin, riboflavin, piridoksin, vit.C dan Fe), dan aktivitas fisik dengan VO2max. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilakukan pada 81 mahasiswa Reguler Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI angkatan 2010 dan 2011. VO2max diukur dengan menggunakan alat Fitmate Med Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan negatif antara IMT (r= -0,231) dan persen lemak tubuh (r= -0,447) dengan VO2max pada responden keseluruhan. Terdapat hubungan positif antara asupan Fe (r=0,231), dan aktivitas fisik (r=0,338) dengan VO2max pada responden keseluruhan. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar pada atlet dengan pengendalian yang lebih ketat terhadap faktor-faktor lain yang berpotensi menyebabkan bias dalam penelitian agar korelasi variabel indepenen dengan data VO2max dapat merepresentasikan kekuatan hubungan yang sebenarnya.

This thesis discusses the relationship between body mass index (BMI), body fat percent (BFP), the intake of macro nutrients (calories, carbohydrates, fats and proteins), the intake of micro nutrients (thiamin, riboflavin, pyridoxine, vit. C and Fe), and physical activity with VO2max. The study was a quantitative study with cross sectional design conducted in 81 undergraduate students of Public Health University of Indonesia majoring Nutrition in 2012. VO2max was measured by using Fitmate Med. The result of correlation test showed a negative relationship between BMI (r= -0,231) and percent body fat (r= -0,447) with VO2max in the overall respondents. Artifacts positive association between intake of Fe (r=0,231) and physical activity (r=0,338) with VO2max in the overall respondents. There were no significant relationship between other independent variables with VO2max. Further research is needed with larger samples in athletes with a more strict control of other factors that could potentially lead to bias in the study so that the data correlation with VO2max independen variables can represent the real strength of the relationship."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadarma Widjaja
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Telah banyak dilaporkan tentang malnutrisi dan faktor terjadinya pada pasien hemodialisis. Penyebab yang paling sering adalah asupan makanan terutamaenergi dan protein yang inadekuat. Ada anggapan yang menyatakan bahwa status klinis dan status nutrisi banyak berperon pada asupan tersebut. Penilaian asupan makanan pada pasien hemodialisis biasa dilakukan pada hari antara HD. Telah dilakukan suatu penelitian mengenai penilaian status nutrisi pada 32 responden pasien hemodialisis yang secara klinis stabil, dibagi atas kelompok HD selang 1, 2, dan 3 hari berturut-turut menjadi sebanyak 7, 14 dan 11 responden.
Hasil dan Kesimpulan : Antara ke-3 kelompok, asupan energi dan protein tidak berbeda bermakna dan terhadap nilai kecukupan berbeda bermakna, kecuali asupan energi kelompok HD selang 2 hari. Antara ke-3 kelompok, status nutrisi berdasarkan IMT dan status protein somatik berdasarkan LOLA tidak berbeda berrnakna dan terhadap nilai kecukupan pada IMT tidak berbeda bermakna, tetapi pada LOLA berbeda. Status protein viseral berdasarkan prot. tot., alb. dan trans. tidak berbeda antara ke-3 kelompok, terhadap nilai kecukupan nilai albumin tampak berbeda bermakna pada kelompok HD selang 2 dan 3 hari, sedangkan kelompok yang lain tampak tidak berbeda bermakna. Parameter status klinis kadar krea. dan ure. Masing-masing mempunyai korelasi dengan kemaknaan yang tertinggi (p < 0,001) terhadap asupan energi dan protein.
Hasil ini mernperlihatkan bahwa pasien hemodialisis yang secara klinis stabil menunjukkan pada parameter yang dinilai antara ke-3 kelompok, ada yang berbeda bermakna dan ada yang tidak. Hal ini juga diperoleh terhadap nilai kecukupan masing-masing parameter. Disamping itu didapati parameter krea. dan ure. berturut-turut mempunyai kolerasi yang dominan dengan parameter asupan energi dan protein. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizal Hidayatullah
"Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki penduduk dengan status gizi rendah. Data Riskesdas menunjukkan bahwa 13,3% anak laki-laki dan 10,9% anak perempuan berada dalam status gizi kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah status gizi tersebut berhubungan dengan asupan lemak yang dikonsumsi. Penelitian ini dilakukan pada kelompok remaja yang berusia 13-18 tahun. Quesioner food-record diisi oleh responden selama 3 hari dalam 1 minggu yaitu dari tanggal 15 Januari 2011 sampai 22 Januari 2011 digunakan untuk mengetahui asupan lemak dan data pengukuran Indeks Massa Tubuh digunakan untuk menentukan status gizi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 90 orang. Dari 90 responden tersebut, terdapat 1 (1,1%) responden dengan status gizi kurang, 64 (71,1%) responden dengan status gizi cukup, dan 25 (27,8%) responden dengan status gizi lebih. Dengan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan hasil bahwa dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara asupan lemak dengan status gizi (p=0,736).

Malnutrition continues to be a primary cause of ill health and mortality among children in developing countries like Indonesia. Riskesdas showed that 13.3% males and 10.9% females under 18 years of age in Indonesia were under-nutrition. In the present study, an attempt was made to find the prevalence of under-nutrition among school children 13-18 year age group and its association with fat intake. Nutritional status of the children was assessed by measuring Body Mass Index (BMI) and their fat intake for three day (Januari 15-22, 2011) was recorded using food-record questionnaire. A total 90 students were randomly selected from the study area. Among 90 students, 1.1% students were found to be undernutrition, 71.1% normal, and 27.8% overnutrition. There was no significant difference (Kolmogorov-Smirnov p>0.05) between prevalence of under-nutrition and fat intake. It was concluded that the prevalence of under-nutrition among school children 13-18 year age group was not associated with fat intake."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mamora, Rumintang Elisabeth Constantya
"Status gizi anak usia sekolah dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan tentang nutrisi yang seimbang. Tingkat pengetahuan mempengaruhi perilaku dan sikap anak dalam mengkonsumsi makanan yang seimbang. Asupan nutrisi yang cukup pada anak dapat mempengaruhi konsentrasi anak dalam belajar, tingkat kecerdasan, serta anak tidak mudah terserang penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan anak sekolah tentang asupan nutrisi yang seimbang. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi sederhana pada anak kelas IV dan V di SD Negeri Bintara V dengan jumlah sampel 170 responden dengan teknik sampel acak stratifikasi (stratified random sampling) dan sampel acak sederhana (simple random sampling). Penelitian ini menemukan bahwa mayoritas pengetahuan anak sekolah dasar di Bintara memiliki pengetahuan baik 27,5%, pengetahuan cukup 67,2% dan pengetahuan kurang 5,3% . Promosi kesehatan penting dilakukan di lingkungan sekolah, agar dapat meningkatkan wawasan pengetahuan anak tentang asupan nutrisi yang seimbang. Selain itu, perlunya ada pemeriksaan rutin untuk memantau status nutrisi anak di sekolah.

Nutritional status of school-age children are affected by the level of knowledge about balanced nutrition. The level of knowledge and attitudes influence behavior in a child eat a balanced diet. Adequate nutrition in children can affect the concentration of children in learning, intelligence level, and children are not susceptible to disease. This study aims to describe the level of knowledge of school children about a balanced nutritional intake. This research is a simple description of the child classes IV and V in Elementary School with a sample of 170 respondents with a stratified random sampling technique (stratified random sampling) and random sampling (simple random sampling). This study found that the majority of primary school children in the knowledge have good knowledge of 27.5%, 67.2% sufficient knowledge and knowledge is less 5.3%. Important health promotion in the school environment, in order to enhance the child's insight knowledge about balanced nutrition. In addition, the need for regular checkups to monitor the nutritional status of children in school.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin
"Obesitas anak meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir dan terjadi pada negara berkembang seperti Indonesia Pengaruh pengetahuan gizi terhadap asupan remaja masih dalam perdebatan Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan asupan energi dan makronutrien Pengambilan data berlangsung pada Februari hingga April 2012 pada salah satu fakultas kedokteran di Jakarta Seluruh mahasiswa berusia 15 18 tahun diikutsertakan dalam penelitian potong lintang ini Pengetahuan gizi diukur melalui kuesioner isian Asupan energi dan makronutrien ditelusuri melalui wawancara gizi dengan panduan kuesioner FFQ Sebanyak 75 subyek ikut serta dalam penelitian dengan 62 di antaranya memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang dengan rerata skor 21 00 12 00 27 00 Konsumsi rerata energi karbohidrat protein dan lemak harian responden adalah 2443 60 761 30 ndash 5109 00 kkal 316 10 106 50 ndash 734 20 gram 88 89 37 02 gram dan 82 00 14 80 211 30 gram Proporsi karbohidrat protein dan lemak pada responden adalah 53 97 9 31 13 31 7 67 ndash 22 45 dan 31 95 12 59 ndash 53 47 Laki laki mengonsumsi total energi dan makronutrien yang lebih tinggi tetapi komposisi yang serupa dengan perempuan Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan asupan energi p 0 415 jumlah dan komposisi karbohidrat p 0 715 p 0 323 protein p 0 634 p 0 387 serta lemak p 0 116 p 0 398 Oleh karena itu peningkatan pengetahuan gizi tidak berhubungan dengan asupan energi dan makronutrien yang lebih baik.

Adolescent's obesity increased two times in recent two decades and existed in developing countries like Indonesia Effect of nutrition knowledge on nutrition intake is still debated We investigated the relationship between nutrient knowledge levels and energy and macronutrient intake Data was collected from February to April 2012 at a medical school in Jakarta All students aged 15 to 18 years old enrolled in this cross sectional study Nutrition knowledge was assessed by open ended questions Energy and macronutrient intake was estimated by guidance of FFQ in the interview Among 75 subjects out of 62 students scored lsquo average'in nutrition knowledge with mean of 21 00 12 00 27 00 Mean consumption of energy carbohydrate protein and fat were 2443 60 761 30 ndash 5109 00 kcal 316 10 106 50 ndash 734 20 grams 88 89 37 02 grams and 82 00 14 80 ndash 211 30 grams respectively Proportion of carbohydrate protein and fat in the diet were 53 97 9 31 13 31 7 67 ndash 22 45 and 31 95 12 59 ndash 53 47 Males consumed higher energy and macronutrients intake but had similar diet composition There were no significant correlations between nutrition knowledge levels and energy intake p 0 415 number and composition of carbohydrate p 0 715 p 0 323 protein p 0 634 p 0 387 and fat p 0 116 p 0 398 intake Therefore better nutrition knowledge did not correspond to better energy and macronutrient intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Yulianti
"Latar belakang. CAPD merupakan modalitas dialisis yang berkembang di Indonesia. Status nutrisi dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kesintasan pasien CAPD. Indonesia belum memiliki data mengenai status nutrisi pasien CAPD, serta faktor-faktor yang berkorelasi dengan status nutrisi pada kelompok pasien tersebut.
Tujuan. Mengetahui faktor-faktor yang berkorelasi dengan status nutrisi pada pasien CAPD.
Metode. Penelitian potong lintang dilaksanakan di poliklinik CAPD RSCM dan RS PGI Cikini bulan Desember 2012 sampai Mei 2013. Status nutrisi dinilai dengan Malnutrition Inflammation Score. Inflamasi didapatkan dari pemeriksaan hsCRP. Asidosis metabolik didapatkan dari pemeriksaan HCO3 vena. Asupan energi dan protein harian didapatkan dari analisis food record dengan menggunakan program FP2. Usia dan lama menjalani CAPD didapatkan dari kartu identitas dan rekam medis. Analisis bivariat dilakukan dengan metode Pearson atau Spearman/Kendall. Analisis tidak dilanjutkan ke analisis multivariat karena distribusi status nutrisi sebagai variabel tergantung tidak normal.
Hasil. Dari 44 subjek penelitian, didapatkan 75% subjek penelitian memiliki status nutrisi baik. Rerata usia 48,4+12,6 tahun. Median lama menjalani CAPD adalah 20,5 bulan (2-94 bulan) dan median kadar hsCRP sebesar 2,8 mg/L (0,2-204,2 mg/L). Rerata kadar HCO3 sebesar 25,2+2,3 mEq/L. Rerata asupan energi adalah 37,3+ 9,3 kkal/kg/hari dan rerata asupan protein 1,0+ 0,3 gram/kg/hari. Faktor inflamasi berkorelasi dengan status nutrisi pada pasien CAPD (r=0,433; p=0,003).
Simpulan. Faktor yang berkorelasi dengan status nutrisi pada pasien CAPD adalah inflamasi. Korelasi antara usia, lama menjalani CAPD, asupan energi dan protein serta asidosis metabolik dengan status nutrisi belum dapat dibuktikan pada penelitian ini.

Background. CAPD is a developing dialysis modality in Indonesia. Nutritional status is considered as one of determinant factor in CAPD patients survival. There is no data regarding nutrional status and correlated factors with nutritional status in CAPD patients in Indonesia.
Objectives. To know correlated factors with nutritional status in CAPD patients.
Methods. A cross sectional study was conducted in CAPD clinic at Cipto Mangunkusumo and Cikini Hospital during December 2012 until May 2013. Nutritional status was determined by Malnutrition Inflammation Score, inflammation by hsCRP and metabolic acidosis by vein HCO3. DEI and DPI were determined by food record analysis by using FP2 program. Age and dialysis vintage were based on identity card and medical record. Statistical analysis was performed by using Pearson or Spearman/Kendall methods. Multivariat analysis can't be done in this study because of the distribution abnormality of nutritional status as independent variable.
Results. Out of 44 subjects, the nutritional status of 75% subjects was found good. Mean age was 48.4+12.6 years old. Dialysis vintage median was 20.5 (2-94) months and hsCRP level median was 2.8 (0.2-204.2) mg/L. Mean HCO3 level was 25.2+2.3 mEq/L. Mean DEI was 37.3+9.3 kcal/kg/d and mean DPI was 1.0+0.3g/kg/d. Inflammation is correlated with nutritional status in CAPD patients (r=0.433 ; p=0.003).
Conclusion. Factors that correlated with nutritional status in CAPD patients is inflammation. Correlation between age, dialysis vintage, DEI, DPI and metabolic acidosis with nutritional status can not be determined yet in this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Dwi Hutami
"Nilai VO2max yang rendah pada anak-anak merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, status gizi, aktivitas fisik, dan asupan gizi dengan nilai estimasi VO2max. Pada penelitian ini responden sebanyak 89 (laki-laki = 48; perempuan = 41) siswa kelas 4 dan 5 SD Islam As-Syafi’iyah 02 Bekasi. Nilai VO2max diukur menggunakan tes 20m shuttle run.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata VO2max laki-laki (44,30 ml/kg/menit) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata VO2max perempuan (41,22 ml/kg/menit). Pada penelitian ini, variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan nilai estimasi VO2max yaitu jenis kelamin, status gizi (IMT/U), dan aktivitas fisik. Status gizi yang baik dan aktivitas fisik yang baik dibutuhkan untuk mencapai nilai VO2max yang baik.

The low value of VO2max was a risk factor for cardiovascular disease in children. The purpose of this cross-sectional study was to investigated the correlation between sex, nutritional status (BMI/A), physical activity, and nutritional intake with the estimated value of VO2max. The samples were 89 (male = 48; female = 41) students grade 4 and 5 from SD Islam As-Syafi'iyah 02 Bekasi. VO2max was measured by 20m shuttle run test.
The results showed that the mean of VO2max in male students (44,30 ml/kg/min) was higher than the mean of VO2max in female students (41,22 ml/kg/min). Sex, nutritional status (BMI/A), and physical activity was significantly related to estimated value of VO2max by bivariat analysis. Good nutritional status and high physical activity are required to improve VO2max value.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Lenardi
"Perubahan gaya hidup remaja menyebabkan ketidakseimbangan asupan energi dan aktivitas fisik yang berujung pada obesitas, mempengaruhi kesehatanya di usia dewasa. Obesitas dini dapat menyebabkan penyakit degeneratif terjadi secara lebih cepat. Penelitian ini ingin mencari faktor asupan energi dan komposisi makronutrien dalam mempengaruhi status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit. Seluruh mahasiswa tingkat pertama usia 15-18 tahun pada juni 2011-Juni 2013 (n=75) diwawancara asupan makanannya dalam satu bulan terakhir, kemudian dicari asupan energi harian, komposisi karbohidrat, protein dan lemaknya.
Subjek juga diukur tebal lipatan kulit di empat lokasi (bisep, trisep, subskapula dan suprailiaka), kemudian dicari persentase lemak tubuh dan digolongkan kedalam status obesitas dan tidak obesitas. 25,8% remaja pria dan 38,6% remaja wanita tergolong obesitas dengan kadar lemak tubuh ≥25(♂) dan ≥35%(♀) pada usia 15-18 tahun. Baik remaja dengan obesitas maupun tidak obesitas kebanyakan mengonsumsi asupan energi secara berlebih 2443(761-5109)kkal atau sebanding dengan 104(35-230)% AKG dimana laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Asupan gizi rerata dengan komposisi 53.97±9.31% karbohidrat, 13.67±2.65% protein dan 31.41±8.12 % lemak. Kadar lemak pada pria (30,6±3,7%) lebih besar daripada pada wanita (21,4±5,3%).
Hubungan antara asupan energi, komposisi karbohidrat, protein dan lemak dengan tebal lipat kulit masing masing dengan p=0,703; p=0,189; p=0,319; p=0,804. Asupan energi yang berlebihan maupun komposisi karbohidrat, protein dan lemak tidak secara langsung berpengaruh terhadap status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit. Status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain di luar itu sehingga perlu diperhatikan hal-hal lain dalam memberikan intervensi kesehatan untuk memperbaiki kondisi obesitas.

Adolescent lifestyle changes led to an imbalance energy intake and physical activity lead to obesity which led to premature degenerative diseases. This study wanted to find energy intake and macronutrient composition as a factor influence skinfold thickness. The entire freshman aged 15-18 years (n=75) on June 2011were interviewed to exam the past month food intake, carbohydrates, protein and fat composition using FFQ questionnaire.
Subject were also had skinfold thickness at four sites examined, those measurement would lead to body fat percentage and had categorized into obesity and non-obesity. 25,8% male and 38,6 female adolescent were classified as obese with body fat percentage ≥ 25 (♂) and ≥ 35% (♀) at the age of 15-18 years. Both adolescents with obese and non-obese mostly consume excess energy intake 2443(761-5109) kcal equivalent to 104(35-230)% RDA, while male consumed 113(65-197)% RDA on average and female 107±39% RDA. The macronutrient diet compositions consist of 53.97±9.31% carbohydrate, 13.67±2.65% protein and 31.41±8.12% fat. Body fat percentages in male (30.6±3.7%) were greater than women (21.4±5.3%).
Relations between energy intake, carbohydrate, protein and fat composition with skinfold thickness is p = 0.703, p = 0.189, p = 0.319, p = 0.804 respectively. Excessive energy intake and carbohydrates, protein and fats composition do not directly affect the nutritional status based on skinfold thickness. Nutritional status based on skinfold thickness could be affected by other factors that need to be considered, especially in delivering health interventions to improve the adolescent obesity condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>