Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204305 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yohanes Triatmanto
"Penyakit respirasi merupakan salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia, menurut WHO setelah penyakit kardiovaskular, penyakit yang mematikan berikutnya adalah penyakit respirasi. Salah satu penyakit respirasi yang umum di Indonesia adalah tuberkulosis, dan angka kejadian tuberkulosis di Indonesia terus meningkat walau secara global angka kejadian tuberkulosis menurun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara sikap dengan prevalensi penyakit respirasi yang terdiri dari PPOK, tuberkulosis, ISPA, batuk kronik, infeksi fungal, pneumonia, dan asma.
Desain penelitian ini menggunakan metode cross-sectional, dimana perolehan data dilakukan pada tiga rumah susun yang mewakili rumah susun di Jakarta. Penelitian ini menggunakan kuesioner sikap dan akan mewawancarai responden secara langsung. Responden pada penelitian ini berjumlah 120 orang. Beberapa hal lain yang ditanyakan antara lain penghasilan dan tingkat pendidikan responden.
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bahwa prevalensi penyakit respirasi dari 513 penduduk rumah susun adalah 41,9%. Secara berturut-turut dari masing-masing penyakit adalah ISPA 32,9%, TB paru 7,6%, PPOK 1,8%, asma 1%, infeksi fungal 0,8%, batuk kronik 0,6% dan pneumonia sebesar 0,2%. Berdasarkan hasil analisa data ditemukan bahwa sikap tidak memiliki hubungan bermakna dengan penyakit respirasi (p=0,928). Pendidikan serta penghasilan memiliki hubungan bermakna dengan sikap(p=0,005 dan p=0,029).

Respiratory diseases are one of the most deadly disease in the world, based on WHO, the second most deadly disease are respiratory diseases after the cardiovascular diseases as the most deadly diseases. One of the respiratory disease known well in Indonesia is the lung tuberculosis, and the insidence of this disease keeps rising although globally, the incidence of lung TB is going fewer. The purpose of this research is to seek the realtionship between attitude towards respiratory disease, and in this research, the respiratory diseases are COPD, lung TB, ARTI, chronic cough, fungal infection, pneumonia and asthma.
The study is using a cross-sectional method, whereas the data were collected from three flats that represent the flats in Jakarta.Questionnaire was used as the data collection method and the researcher interviewed each of the respondents. The total sample for this study is 120 respondents. Few other questions that were asked are the income and the educational level. In this study, the prevalence of the respiratory disease of 513 occupants in flats is 41,9%. Spesifically, the prevalence of each diseases are: ARTI 32,9%, TB 7,6%. COPD 1,8%, asthma 1%, fungal infection 0,8%, chronic cough 0,6%, and pneumonia 0,2%.
Based on the analytical results, the attitude has no correlation with the respiratory disease (p=0,928). The educational level and income have correlation with the attitude (p=0,005 and p=0,029)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Tryanni
"Gangguan respirasi merupakan masalah kesehatan yang perlu menjadi perhatian. Selain angka mortalitas yang tinggi, gangguan ini juga menunjukkan angka morbiditas yang tinggi. Rumah susun sendiri merupakan salah satu alternatif tempat tinggal untuk kota padat seperti Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gangguan respirasi dengan perilaku warga rumah susun di wilayah rumah susun Jakarta. Selain itu diliat juga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, dengan demikian dapat diketahui cara modifikasi perilaku paling efektif.
Metode: Metode yang digunakkan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dimana pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pengukuran keadaan lingkungan. Penelitian ini melibatkan 120 keluarga yang tinggal di daerah rumah susun di Jakarta.
Hasil: Dari 513 penghuni rumah susun didapatkan prevalensi gangguan respirasinya adalah 44.2%. Dimana gangguan yang paling sering dialami adalah gangguan saluran nafas atas termasuk ISPA, rhinitis,sinusitis, faringitis mencapai 32.9%. Setelah itu disusul oleh TBC (7.6%) , PPOK (1.8%) dan asma (1%). Keluhan yang paling sering dialami diluar batuk adalah sesak nafas yang mencapai 4.1% . Dari hasil analisis didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara gangguan respirasi baik. Analisis juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara perilaku seseorang dengan jenis kelamin, pekerjaan serta pendidikan.
Diskusi: Perilaku dan indikator tidak menunjukkan hal yang bermakna mungkin dikarenakan analisis ini menilai hubungan perilaku respondent dan gangguan respirasi pada keluarga, padahal belum tentu semua anggota keluarga memiliki perilaku yang sama. Hal ini akhirnya kurang menggambarkan hubungan perilaku seseorang dengan gangguan respirasi yang dialaminya.

Respiratory disorder is a health problem that needs our attention. In addition to the high mortality rate, this disorder also show high morbidity number. The purpose of this study is to determine the prevalence of respiratory disorder and its relationship with human behavior in residents of flat in Jakarta. Other than that this study also looked for factor that influence a person?s behavior, thus it can be seen most efficient way to modify behavior.
Method:This study methodology is cross sectional. The data is obtanaid by quostionare filling and measurement for some indicator. This study involved 120 family that live in flats in Jakarta.
Results: Of 513 residents of the apartement the prevalence of respiratory disorder was 44.2%. Where the most often experienced disorder is upper respiratory illness, includeig upper respiratory infections, rhinitis, sinusitis, phrayngitis wich reach 32.9%. Follow by lung tuberculosis (7.6%), COPD (1.8%), and asthma (1%). The most experienced symptoms is shortness of breath (4.1%) beyond cough. From the analysis found no significant relationship between repiratory disorder and overall behavior. The analysis also showed there was no correlation between the behavior of a person with gender, occupation and education.
Discussion: Overall behavioral and each indicators do not show significant correlation may caused by this analysis assessing the relationship of respondent behavior and respiration disoreder in the family, though not necessarily all members of the family have the same behavior. It is less describes the relationship between human behavior and respiratory disorder they going through."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Suci Ramadhany
"Latar belakang: Stasiun pengisian bahan bakar umum SPBU semakin banyak didirikan untuk memenuhi kebutuhan bensin kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Petugas SPBU merupakan profesi yang memiliki risiko tinggi terpajan oleh polutan berbahaya yang berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor dan uap bensin terutama saat melakukan pengisian bensin. Kombinasi pajanan gas buang kendaraan dan uap bensin ini diduga berperan terhadap penurunan faal paru.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di SPBU wilayah Jakarta Pusat dan Utara pada bulan Agustus 2017-Februari 2018. Sebanyak 97 petugas SPBU diambil pada penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling. Subjek penelitian tersebut mengikuti wawancara dengan kuisioner, pemeriksaan spirometri dan foto toraks. Pengukuran kadar sulfur dioksida SO2 , nitrogen dioksida NO2 , karbonmonoksida CO , ozon O3 , particulate matter 2,5 PM 2,5 dan uap bensin benzene dilakukan di lokasi penelitian.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan hasil spirometri normal pada 56,7 subjek, kelainan berupa restriksi sebanyak 42,3 subjek, obstruksi pada 1 subjek dan tidak ada yang mengalami kelainan campuran restriksi dan obstruksi. Sebagian besar subjek 84,6 tidak mengalami keluhan respirasi, sebanyak 10,3 subjek mengalami batuk kering dan 5,1 subjek mengeluh batuk berdahak. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara arus puncak ekspirasi APE dengan masa kerja dengan nilai p 0,011 namun tidak didapatkan hubungan yang bermakna dengan parameter kapasitas vital paksa KVP , KVP, volume ekspirasi paksa pada detik pertama VEP1 , VEP1 dan rasio VEP1/KVP.
Kesimpulan: Prevalens kelainan faal paru petugas SPBU pada penelitian ini sebesar 43,3 dan keluhan respirasi pada 15,4 subjek. Diperlukan penelitian lebih lanjut secara kohort mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi faal paru pada petugas SPBU.

Background: To satisfy growing needs of petrol consumption in big city many new petrol stations has been built. Petrol station attendant is considered to have high risk exposure to dangerous pollutant from motor vehicle emission and petrol fumes, especially while filling up petrol tanks. Combination of those exhaust and petrol fumes is suspected to cause the reduction of lung function.
Methods: This research is a cross sectional study done in petrol station in Central Jakarta and North Jakarta region between August 2017 and February 2018. A total of 97 petrol station attendants were taken in this research using consecutive sampling technique. The subjects were interviewed with questionnaires, spirometry and chest radiograph. Measurements of sulfur dioxide SO2 , nitrogen dioxide NO2 , carbon monoxide CO , ozone O3 , particulate matter 2,5 PM 2,5 and steam gasoline benzene concentrations were performed at the study sites.
Results: In this study, normal spirometry results in 56.7 of subjects, abnormalities in the form of restriction in 42.3 of subjects, obstruction in 1 of subjects and none of which experienced mixed disorders of restriction and obstruction. Most subjects 84.6 did not experience respiratory complaints, as many as 10.3 of subjects had a dry cough and 5.1 of subjects complained of cough with phlegm. There was a statistically significant association between peak expiratory flow and duration of work with a p value of 0.011 but no significant association with other parameters such as forced vital capacity FVC , FVC, forced expiratory volume in the first second FEV1 , FEV1 and the ratio of FEV1/FVC.
Conclusion: Prevalence of lung function abnormalities of petrol station attendant in this research is 43,3 and respiratory symptoms at 15,4 subject. Further cohort studies are needed on factors affecting lung function in gas station personnel.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58597
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nada Permana
"Di dunia, Asia Tenggara, maupun di Indonesia, penyakit respirasi merupakan masalah kesehatan yang besar karena mortalitas dan morbiditas yang tinggi, terutama pada masyarakat lingkungan kumuh. Penyakit respirasi yang tetap menjadi masalah ialah PPOK, asma, tuberkulosis, dan ISPA. Kesuksesan mengurangi penyakit respirasi ditentukan oleh kebiasaan kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh faktor yang penting, yaitu sikap.Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2011 di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara responden yang berusia di atas 18 tahunmenggunakan kuesioner dan pemilihan responden dilakukan dengan cara cluster consecutive sampling. Sikap yang diteliti yakni sikap mengenai kesehatan respirasi yang terdiri dari sikap mengenai penyakit respirasi, sikap mengenai kesehatan lingkungan, dan sikap mengenai pencegahan penyakit respirasi. Dari 107 sampel, didapatkan hasil sikap yang termasuk dalam kelompok baik sebanyak 36,45% dan kelompok sedang dan buruk 63,55%. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap mengenai kesehatan respirasi terhadap masalah kesehatan respirasi pada masyarakat di lingkungan kumuh (p=0,316), serta tidak terdapat hubungan antara setiap komponen sikap mengenai kesehatan respirasi terhadap masalah kesehatan respirasi.

In the world, Southeast Asia, and in Indonesia, respiratory disease is a major health problem because ofthe high mortality and morbidity, especially in slum neighborhood. Respiratory diseases which remain problems areCOPD, asthma, tuberculosis, and acute respiratory infection. The success of reducing respiratory disease is determined by one's health habits which are affected by the important factors, namely attitude. This study is an observational analytic study using cross-sectional design. Data was collected in January 2011 in Kelurahan Petamburan, District of Tanah Abang, Central Jakarta. Data retrieval is done by interviewing respondents using questionnaires and the selectionof respondentsis done by cluster consecutive sampling. The attitude toward respiratory health consisting of attitude toward respiratory diseases, attitude toward environmental health, and attitude toward prevention of respiratory disease. Of the 107samples, showed that attitude of respiratory health in the group classified as good were36.45% and group classified as moderate and bad were 63.55%. It was concluded that there is no relationship between attitude toward health respirationand respiratoryhealth problems in slum area (p=0.316), and there is no relationship between each component of the attitude toward respiratory health and respiratory health problems.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabiola Indah Puspitosari
"Skripsi ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen di Jakarta terhadap pembelian barang-barang luxury fashion dan melihat ada atau tidaknya pengaruh dari sikap konsumen terhadap intensi pembelian barang-barang luxury fashion. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi dalam program SPSS 20.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brand consciousness, materialism, dan fashion involvement terbukti secara positif mempengaruhi sikap konsumen di Jakarta terhadap pembelian barang-barang luxury fashion. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara sikap terhadap pembelian barang-barang luxury fashion dengan intensi pembelian barang-barang luxury fashion.

This thesis analyzes factors influencing Jakarta's consumer attitudes towards purchasing luxury fashion goods and predicts the influence of attitudes on the intention to buy these luxury items. The data collected was processed with SPSS 20, using factor analysis and regression method.
The results of this research indicates that brand consciousness, materialism, and fashion involvement proved to positively influence consumer attitudes in Jakarta towards the purchase of luxury fashion goods. The results shows that a significant relationship between attitudes toward luxury fashion goods with the purchase intention of buying luxury fashion goods.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Gautami
"Pendahuluan: Penyakit respirasi merupakan masalah kesehatan dengan angka kejadian tinggi di Indonesia. Penyakit respirasi kronik seperti asma, pneumonia, tuberkulosis, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) juga merupakan penyebab mortalitas yang tinggi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan rumah terhadap prevalensi penyakit respirasi kronik yaitu PPOK, batuk kronik, tuberkulosis paru, asma, pneumonia, dan infeksi fungal pada penghuni rumah susun di Jakarta.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan alat ukur berupa kuesioner. Penelitian dilakukan terhadap 120 keluarga yang tinggal di rumah susun menengah kebawah di Jakarta pada tahun 2012. Variabel lingkungan yang diteliti meliputi ventilasi, pencahayaan, kepadatan hunian, sarana sanitasi, suhu udara, dan kelembaban udara.
Hasil: Dari 120 keluarga, didapatkan 513 data penghuni rumah susun dengan prevalensi penyakit respirasi secara total sebesar 41,9%, secara rinci yaitu prevalensi tuberkulosis paru sebesar 7,6%, PPOK sebesar 1,8%, asma sebesar 1,0%, infeksi fungal sebesar 0,8%, pneumonia sebesar 0,2%, batuk kronik sebesar 0,6%, dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebesar 32,9%. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara prevalensi penyakit respirasi kronik dengan ventilasi rumah susun (p=0,042) , dan dengan pencahayaan dalam rumah susun (p=0,003).
Kesimpulan: Penyakit respirasi kronik memiliki hubungan dengan keadaan lingkungan yaitu ventilasi dan pencahayaan pada penghuni rumah susun di Jakarta.

Introduction: Respiratory disease is one of the highest prevalence health problem in Indonesia. Chronic respiratory disease such as asthma, pneumonia, tuberculosis, and Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) are the top leading cause of mortality in Indonesia. The objective of this study is to know the relationship between flat environmental condition and prevalence of chronic respiratory disease, which is COPD, chronic cough, tuberculosis, asthma, pneumonia, and fungal infection of flat occupiers in Jakarta.
Method: This study was an observational research using cross-sectional design. Data was obtained through questionnaire. This study was conducted on 120 families who live in lower middle flats in Jakarta on 2012 The environmental variables of this study specifically include ventilation area, natural lighting in the house, occupancy density, basic sanitation facilities, temperature, and humidity of the flats.
Result: From 120 family, 513 data of flat occupiers in Jakarta is obtained with the prevalence of respiratory disease in a total of 41.9%, specifically tuberculosis with prevalence of 7,6%, COPD with 1,8%, asthma with 1,0%, fungal infection with 0,8%, pneumonia with 0,2%, chronic cough with 0,6%, and acute respiratory infection with 32,9%. Significant relationship was obtained between prevalence of chronic respiratory disease and ventilation area (p=0,042), and also with natural lighting in the house (p=0,003).
Conclusion: In conclusion, the ventilation area and natural lightning in the house are the environmental factors contributing for the prevalence of chronic respiratory disease of flat occupiers in Jakarta."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erry Prasetyo
"Latar belakang: Inflamasi pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dominan disebabkan oleh neutrofil namun inflamasi dikarenakan eosinofil juga dapat terjadi pada PPOK. PPOK eosinofilik jika ditemukan eosinofil di sputum ≥3%. Peningkatan eosinofil dapat dideteksi di darah dan sputum.
Metode: penelitian ini menggunakan potong lintang dengan menggunakan data primer di poli asma dan PPOK RS Rujukan Respirasi Nasional dari Juni 2019 sampai September 2019. Pemilihan subjek dilakukkan secara consecutive sampling dan dilakukan wawancara, pemeriksaan uji faal paru, pemeriksaan sputum dan darah eosinofil.
Hasil: total 74 sampel yang datang ke poli asma dan PPOK RS Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan terdapat 7 sampel sputum yang tidak terdapat leukosit dan hanya epitel sehingga didapatkan 67 sampel yang dianalisis (61 laki-laki dan 6 perempuan). Pasien dalam penelitian ini memiliki  rata-rata  usia 66,7±8,6 tahun. Pasien didominasi oleh pasien perokok dan bekas perokok sebesar 62 pasien (92,5%). Indeks Brinkman terbanyak adalah IB sedang dan berat sebanyak 48 pasien (71,6%). Derajat hambatan aliran jalan napas paling banyak pada GOLD III dan IV (68,7%). Median eosinofil darah pasien pada penelitian ini sebesar 280 sel/μL dengan rentang 0-1300 dan median eosinofil sputum 4% dengan rentang 0-47. Korelasi darah dan sputum pada penelitian ini sebesar 0,43
Kesimpulan: penelitian ini menggambarkan korelasi positif dengan kekuatan lemah antara eosinofil darah dan sputum pada pasien PPOK stabil

Background: Dominant Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) inflamation is neutrofil but eosinofilic inflammation for COPD can be occurred. Eosinopilic COPD is defined by increament of eosinophils in sputum ≥3%. Increament of eoshinophils can be shown in blood and sputum
Method: this study use cross sectional method from primary data at asma and PPOK clinic in National Referal Rspuratory Persahabatan Hospital. Subject were taken to participate in study in consecutive sampling basis and all patients were interviewed, lung function test and blood and sputum eoshinophils
Results: Total 74 patient have been recruited who came to asma and PPOK klinik in National Referal Respiratory Persahabatan Hospital. Seven sputum sample is not have the leukocyt but ephitel only. Total patients are 67 (61 male dan 6 female). The mean of age from this study is 66,7±8,6 years old. Most of pasien is smokers and former smoker about 62 patients (92,5%). Brinkman index from this study dominating moderate and severe about 48 patients (71,6%). Airflow limitations from this study are GOLD III and IV (68,7%). Median of blood eoshinophils of this study is 280 cells/μL (0-1300). Median of sputum eoshinophils in this study is 4% (0-47). Correlations of blood and sputum eoshinophils from this study is 0,43
Conclusion: this study shown positive correlations with weak power between blood and sputum eoshinophils.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yanny Arumsari
"Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang sering ditemukan padalansia. Perbedaan tempat tinggal memberi pengaruh terhadap tingkat depresi lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi lansia di panti jompo dan komunitas. Faktor yang diamati meliputi jenis kelamin, status pernikahan, status pendidikan, apakah dulunya bekerja, ada atau tidaknya keluarga hidup, ada atau tidaknya hobi yang masih bisa dikerjakan, tingkat sosialisasi, tingkat adaptasi, dan tingkat religi. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi lansia di panti jompo dan komunitas akan berbeda. Metode analisis data yang digunakan adalah metode regresi logistik ordinal.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat depresi lansia di panti jompo adalah hobi, tingkat adaptasi, dan tingkat religi, sedangkan di komunitas adalah hobi, tingkat sosialisasi, dan tingkat adaptasi. Dengan ditemukannya hasil penelitian ini disarankan agar pihak yang merawat lansia dapat memperhatikan faktor depresi tersebut sehingga dapat mencegah atau menurunkan tingkat depresi lansia yang dirawatnya.

Depression is a mental disorder which the most often found in elderly. Difference of residence effect on the level of elderly depression in it. The purpose of this research is to analyze the factors that influence the level of elderly depression at the nursing home and the community. The factors are observed is gender, marital status, latest education, working status, existence of living family member, existence the hobby that can be still done, level of socialization, level of adaptation, and level of religious. Presumably, the factors that influence the level of elderly depression in nursing homes and community will be different. Methods of data analysis is the ordinal logistic regression.
From the result of data analysis, it can be conclude that the factors that influence the level of elderly depression in nursing home is hobby, level of adaptation, and level of religious, whereas in the community is a hobby, the level of socialization, and the level of adaptation. Based on the result of this research is suggested that elderly care providers may consider factors are causing depression, which can prevent or reduce the level of elderly depression in her care.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 2015
S59398
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saras Serani Sesari
"Gangguan pada sistem respirasi adalah penyebab kematian ketiga di Indonesia. Pengetahuan mengenai kesehatan sistem respirasi berperan dalam perubahan sikap dan pandangan terhadap upaya pencegahan penyakit di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mengenai kesehatan dan penyakit respirasi dengan prevalensi masalah respirasi pada masyarakat perumahan.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional, metode potong lintang. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 7-12 Mei 2012 dengan pengisian kuesioner. Sampel penelitian adalah 107 keluarga masyarakat perumahan di kelurahan Bintaro yang dipilih melalui metode consecutive sampling. Kuesioner terdiri dari kuesioner mengenai kesehatan respirasi dan kuesioner mengenai penyakit TB, asma, PPOK, infeksi paru, dan kanker paru.
Hasil penelitian ini, dengan uji chi-square didapatkan nilai p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai kesehatan respirasi dengan prevalensi masalah respirasi. Sementara untuk tingkat pengetahuan mengenai penyakit TB, asma, PPOK, infeksi paru, dan kanker paru, dengan uji chi-square didapatkan nilai p>0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan penyakit TB, asma, PPOK, infeksi paru, dan kanker paru dengan prevalensi masalah respirasi.

The respiratory system disorder is the third leading cause of death in Indonesia. Knowledge about the respiratory health system plays an important role in changing the attitudes and perception towards the disease prevention in the community. The objective of this study was to determine the relationship between the level of knowledge regarding the respiratory health and diseases with the prevalence of respiratory health problem in housing society.
Design of this study is observational, cross sectional method. The data was collected in Jakarta at May 7-12th 2012 by filling out questionnaires. The samples are 107 families of housing community in Bintaro which chosen by consecutive sampling method. The questionnaire consists of set questionnaires about respiratory health and set questionnaires about TB, asthma, COPD, lung infection, and lung cancer.
The results, according to chi-square test there was a significant difference (p<0,05) between the level of knowledge about respiratory health and the prevalence of respiratory health problem. Meanwhile, according to chi-square test also, there was no significant difference (p>0,05) between the level of knowledge about TB, astma, COPD, lung infection, and lung cancer, and the prevalence of respiratory health problem."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Hertrisno Firman
"ABSTRAK
Masalah kesehatan respirasi merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia Masalah tersebut meliputi tuberkulosis asma emfisema dan bronkitis kronik Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ditinjau kepuasan terhadap pelayanan fasilitas kesehatan Selain itu diperlukan sistem pendanaan oleh asuransi kesehatan Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi masalah kesehatan respirasi di masyarakat perumahan Jakarta pada tahun 2012 dan hubungannya dengan kedua faktor tersebut Penelitian menggunakan studi cross sectional dan dilakukan di Kelurahan Bintaro Jakarta Selatan Sampel penelitian adalah keluarga yang diwakili oleh kepala keluarga atau istri Sampel dipilih melalui metode consecutive sampling dengan sampel didapat sebanyak 104 orang Sumber data adalah data primer berupa kuesioner yang diisi melalui wawancara dengan variabel terikat yaitu masalah kesehatan respirasi dan variabel bebas yaitu kepuasan terhadap pelayanan fasilitas kesehatan dan kepemilikan asuransi kesehatan Hasil penelitian berupa prevalensi masalah kesehatan respirasi sebesar 27 88 Uji Chi Square terdapat hubungan antara kepuasan dengan prevalensi p 0 001 dan kepemilikan asuransi dengan prevalensi p 0 022 Oleh karena itu perlu menurunkan angka ketidakpuasan terhadap pelayanan fasilitas kesehatan dan memperhatikan asuransi kesehatan sebagai sistem pendanaan untuk akses terhadap fasilitas kesehatan Kata kunci masalah kesehatan respirasi kepuasan terhadap pelayanan fasilitas kesehatan kepemilikan asuransi kesehatan masyarakat perumahan Jakarta.

ABSTRACT
The problems of respiratory health are one of the problems of health in Indonesia These problems contain tuberculosis asthma emphysema and chronic bronchitis To solve them we need regardly watch about satisfaction level of health facilities services and we know the effectivity of owning health insurance This study aims to know prevalence problems of respiration health among housing society in Jakarta at 2012 and its relations with satisfaction and health insurance This study uses cross sectional design and takes place in Bintaro South Jakarta Samples in this study are a family that each represented by a husband or a wife Samples are chosen using consecutive sampling Total data collected in this study are 104 subjects Data collected by filling out a set of questionnaire using interview method Dependent variable is problem of respiratory health and independent variables are satisfaction of health facilities services and ownership of health insurance Result reveals that prevalence the problems of respiration health is 27 88 Satisfaction of health facilities services is related to prevalence the problems of respiratory health chi square p 0 001 and ownership of health insurance is related to prevalence of it chi square p 0 022 Because of that we need to decrease the number of dissatisfaction of health facilities services and deliberate health insurances as a financing system to access of health facilities Key words problems of respiration health satisfaction of health facilities services ownership of health insurances housing community Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>