Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 234801 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desy Nurlaela Anggraeni
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dan burnout guru dalam mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Pengukuran self efficacy menggunakan alat ukur yang telah dikembangkan, yaitu Norwegian Teacher Self Efficacy for Reprodutive Health Education Scale (NTSES-RHE) dan pengukuran burnout menggunakan alat ukur hasil adaptasi Maslach Burnout Inventory (MBI).
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan semua dimensi pada self efficacy dengan personal accomplishment pada burnout; keeping discipline pada self efficacy dengan semua dimensi pada burnout. Tidak terdapat perbedaan tingkat self efficacy pada guru berdasarkan data demografis; terdapat perbedaan tingkat burnout pada guru berdasarkan jenis kelamin, lama mengajar, dan pengalaman pelatihan inklusif. Dengan kata lain, kurangnya keyakinan guru dalam mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi cenderung membuat guru memunculkan perasaan kurang efektif pada dirinya dan ketidakyakinanan guru membuat siswa patuh paling berpotensi memunculkan burnout. Pemberian pelatihan kepada guru dalam mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi dapat meningkatkan self efficacy guru dalam mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi; membantu guru menegakkan disiplin dapat menurunkan burnout guru di sekolah dasar inklusif.

This research was conducted to study the correlation between self efficacy and burnout among teacher in teaching reproductive health education to special need students at inclusive elementary school. Self efficacy was measured using a developed instrument named Norwegian Teacher Self Efficacy for Reproductive Health Education Scale (NTSES-RHE); and burnout was measured using a modification instrument named Maslach Burnout Inventory (MBI).
The results showed negative significant correlation between all of self efficacy dimentions and personal accomplishment in burnout; keeping discipline in self efficacy with all of burnout dimentions. There is no difference in teacher self efficacy level according to demographic data. There are differences in teacher burnout level according to gender, length of teaching, and inclusive training experience. It means, the lack of teacher self efficacy in teaching reproductive health education tend to make teacher feel uneffective; the lack of keeping discipline is the most potential burnout cause. Giving a reproductive health education training can improve teacher self efficacy in teaching reproductive health education; and help teacher keep discipline can reduce teacher burnout at inclusive elementary school."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gagan Ganda Mulya
"ABSTRAK
Berbagai upaya pembenahan sistem pendidikan dan perangkatnya di Indonesia terns
dilakukan, di mana Gum pada masa sekarang dituntut untuk senantiasa meningkatkan
kemampuan profesionalnya dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
Pendidikan dasar sebagai jenjang awal dari pendidikan di sekolah yang bertujuan
untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat warga negara dan anggota umat
manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan yang mengutamakan aktivitas jasmani
dan kebiasaan hidup sehat sehari-hari mempunyai peranan penting dalam pembinaan dan
pengembangan individu maupun kelompok dalam menunjang pertumbuhan dan
perkembangan jasmani, mental, sosial serta emosional yang serasi, selaras dan seimbang
Manusia sebagai makhluk sosial yang dalam realitasnya melakukan berbagai
interaksi dengan makhluk lain melalui berbagai situasi, seperti situasi di dalam pendidikan
di mana di dalamnya terjadi peristiwa pengajaran yang bertujuan untuk pencapaian tujuan
pendidikan. Siswa sebagai peserta didik yang dibimbing di dalam interaksi edukatif
memunculkan persepsi tentang Gum yang mengajarkan dirinya di dalam pelajaran
pendidikan kesehatan yang efektif ataupun sikap Gum di dalam interaksi dengan siswa,
baik secara positif maupun negatif (Simpson, 1980 dalam Handayani,1996), Siswa
mempersepsikan Gum dari hasil interaksinya di dalam kelas selama mereka belajar di
sekolah.
Efektifitas mengajar di dalam penjelasannya mempunyai variasi dari level sekolah
yang punya area dan konten yang berbeda dari populasi berbeda. Gum sebagai salah satu
faktor ekstemal mempengamhi prestasi belajar siswa, Di dalam penelitian, persepsi siswa
memiliki hubungan dengan self- efficacy di mana self efficacy punya peranan penting
untuk mencapai hasil yang baik di dalam pendidikan (Zimmerman, 1996). Lebih lanjut
Zimmerman menjelaskan bahwa self- efficacy berperan di dalam motivasi akademis. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
persepsi siswa terhadap efektifitas Guru dengan self- efficacy prestasi pendidikan kesehatan
di Sekolah Dasar.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI (enam) di SDN Pamulang in yang
beijumlah 94 siswa di mana peneliti berasumsi bahwa siswa kelas enam sudah memilild
pengalaman yang memadai dari basil interaksinya dengan .Guru. Siswa diberikan 2 (dua)
kuesioner, pertama adalah kuesioner self- efficacy prestasi pelajaran penjaskes, kedua
adalah persepsi siswa terhadap efektifitas guru pelajaran pendidikan kesehatan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability dan teknik yang
digunakan adalah accidental sampling. Kemudian data dari basil kuesioner tersebut
dianalisa dengan teknik Alpha Coefisien Cronbach dan teknik korelasi Pearson Product
Moment yang ada di dalam program SPSS versi 11.00.
Dari penelitian yang dilakukan, terdapat hubungan yang positif antara persepsi
siswa terhadap efektifitas Guru dengan self- efficacy. Bila Guru dipersepsikan efektif di
dalam mengajarnya maka siswa akan memilild self- efficacy yang tinggi. Sebaliknya bila
Guru tersebut dipersepsikan tidak efektif maka self- efficacy siswa rendah.
Saran b^i penelitian selanjutnya adalah di dalam penggunaan sampel penelitian
dari sekolah lain, dengan Guru yang berbeda maka akan terlihat perbedaan di dalam
persepsi siswa terhadap efektifitas Guru yang berhubungan dengan self- efficacy."
2003
S2862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Fawzia
"Implementasi integrasi teknologi khususnya di bidang pendidikan di Indonesia penting untuk dilaksanakan, namun masih ditemukan guru-guru yang belum terbuka terhadap perubahan dan tidak yakin akan kemampuannya untuk mengintegrasikan teknologi di dalam kelas. Penelitian korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterbukaan terhadap perubahan dan self-efficacy for technology integration pada guru sekolah dasar (SD). Sebanyak 88 guru SD yang berasal dari empat SD Negeri di Jakarta dan empat SD Negeri di Bogor berpartisipasi pada penelitian ini.
Alat ukur yang digunakan adalah Computer Technology Integration Survey (CTIS) yang diadaptasi dari Wang, Ertmer, dan Newby (2004) untuk mengukur self-efficacy for technology integration dan The Innovativeness Scale (TIS) yang diadaptasi dari Van Braak (2001) untuk mengukur keterbukaan terhadap perubahan, yang terdiri dari faktor technological innovativeness dan faktor general innovativeness.
Hasil Pearson Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara technological innovativeness (r = 0,366, p < 0,01) maupun general innovativeness (r = 0,406, p < 0,01) dan self-efficacy for technology integration pada guru SD di Jakarta dan Bogor. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada sekolah dan pemerintah untuk memberikan pelatihan yang dapat meningkatkan keterbukaan terhadap perubahan dan keyakinan untuk mengintegrasikan teknologi pada guru sekolah dasar.

Implementation of the technology integration especially in the field of education in Indonesia is important to be implemented, but still found the teachers were not yet open to change and are not confident in their ability to integrate technology in the classroom. This correlational study aims to seek the relationship between openness to change and self-efficacy for technology integration among elementary teacher.
Computer Technology Integration Survey (CTIS) was used to assess self-efficacy for technology integration (Wang, Ertmer, & Newby, 2004) and The Innovativeness Scale (TIS) was used to assess openness to change that consists of technological innovativeness factor and general innovativeness factor (Van Braak, 2001). 88 elementary teachers from four public elementary schools in Jakarta and four public elementary schools in Bogor participated in this study.
The result of this study showed a positive and significant correlation between technological innovativeness and self-efficacy for technology integration (r = 0,366, p < 0,01) and also between general innovativeness and self-efficacy for technology integration (0,406, p < 0,01) among elementary teacher in Jakarta and Bogor area. Based on this result, it is suggested for school and government to provide technology training for elementary teacher in order to improve their openness to change and self efficacy to integrate technology.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satwika Parama Nandini
"ABSTRAK
Menjadi inovatif merupakan suatu kunci keberlangsungan suatu organisasi, termasuk institusi pendidikan. Guru, sebagai pemegang peran krusial dalam institusi pendidikan juga amat perlu mengembangkan perilaku inovatif agar dapat mencapai tujuan pendidikan di abad ke-21. Studi korelasional dilakukan dengan untuk meneliti apakah variabel work environmen support, teachers self-efficacy, dan pendidikan profesi memprediksi perilaku inovatif pada guru sekolah dasar di Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Depok. Sebanyak 234 partisipan mengisi kuesioner self-reportuntuk mengukur ketiga variabel tersebut.Analisis multiple regression dilakukan untuk mengolah data yang diperoleh. Hasil penelitian menemukan bahwa ketiga variabel tersebut signifikan memprediksi perilaku inovatif guru, namun pada dimensiyang berbeda-bedadari perilaku inovatif guru. Selain itu, work environment support merupakan kontributor terbesar dalam memprediksi seluruh dimensi perilaku inovatif guru.

ABSTRACT
Being innovative has become a crucial task for any organization, including educational institution. Since teachers are the foremost position in such setting, it is imperative that teachers also exhibit innovative behavior in their daily lives in order to achieve educational goal of 21st century. A correlational study was conducted with 234 teachers filled out self-report questionnaires to test whether work environment support, teachers self-efficacy, and professional education predict elementary teachers innovative behavior in Jakarta, Bogor, Bekasi, and Depok. Multiple regression analysis was done to analyze the data collected. All variables were found significantly predicting innovative behavior, although on the varying dimensions of teachers innovative behavior. Work environment support contributes the most on predicting teachers innovative behavior."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Yulita Endo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat. Pengukuran coping self-efficacy menggunakan alat ukur Coping Self-Efficacy Scale (Chesney dkk., 2006) yang memiliki tiga subskala, yaitu use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, dan get support from family and friends dengan total 26 item. Pengukuran terhadap burnout menggunakan alat ukur Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) yang memiliki tiga dimensi, yaitu emotional exhaustion, depersonalization, dan menurunnya sense of personal accomplishment dengan total 22 item. Jumlah partisipan yang diperoleh sebanyak 131 perawat. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat, yang berarti semakin tinggi coping self-efficacy perawat, semakin rendah burnout yang dirasakan.

The aim of this study is to investigate whether any relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses. Coping self-efficacy was measured by Coping Self-Efficacy Scale (Chesney et al., 2006) which has three subscales, namely use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, and get support from family and friends with a total of 26 items. Burnout was measured by Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) which has three dimensions, namely emotional exhaustion, depersonalization, and reduced sense of personal accomplihsment with a total of 22 items. Participants of this study were 131 nurses. The main result of the study shows that there is a significant negative relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses, in conclusion, the higher score of coping self-efficacy obtained by nurses, the lower they perceived burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S61951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subarno
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara teacher efficacy dan strategi pengajaran guru yang ditinjau dari pengalaman mengajar, pada guru sekolah dasar inklusif Negeri di lingkungan kota Depok, Bogor, dan Jakarta dengan jumlah responden 78 guru. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teacher Sense's of Efficacy Scale (TSES) dan Bender Classroom Structure Questionnaire (BCSQ). Hasil dari penelitian ini menunjukan hubungan yang positif dan signifikan antara teacher efficacy dengan strategi pengajaran pada guru sekolah dasar inklusif Negeri dengan nilai (r(78)= 0.37, p<0.01).
Hasil ini menunjukan semakin tinggi keyakinan yang dimiliki, semakin bervariasi strategi pengajaran yang digunakan pada guru sekolah inklusif Negeri. Pada guru yang mengajar 1-3 tahun tidak ditemukan hubungan yang siginifikan dengan nilai (r(29)=0.11, p>0.05), pada guru yang mengajar 4-5 tahun dan 7-18 tahun ditemukan hubungan yang signifikan dengan nilai (r(26)= 0.59, p<0.01) dan (r(23)= 0.42, p<0.05). Hasil ini menunjukan bahwa pengalaman mengajar yang dimiliki guru berpengaruh terhadap hubungan antara keyakinan yang dimiliki dengan variasi strategi pengajaran yang digunakan. Hasil dari penelitian ini juga menunjukan bahwa pengalaman mengajar yang dimiliki tidak berpengaruh secara signifikan terhadap teacher efficacy yang dimiliki, tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap variasi strategi pengajaran yang digunakan pada guru sekolah dasar inklusif Negeri.

This study aims to determine the relationship between teacher efficacy and teaching strategies teachers in terms of teaching experience of the National elementary inclusive school teachers in the city of Depok, Bogor and Jakarta with the number of respondents 78 teachers. Measuring instrument used in this study is Teacher's Sense of Efficacy Scale (TSES) and Bender Classroom Structure Questionnaire (BCSQ). The results of this study showed positive and significant relationship between teacher efficacy with teaching strategies of National elementary inclusive school teachers by value (r(78) = 0.37, p<0.01).
This result suggests that the higher the confidence, the more varied teaching strategies used by the National elementary inclusive school teachers. Teachers who teach 1-3 year was not found significant relationship with value (r(29) = 0.11, p>0.05), there was a significant correlation with the value (r( 26) = 0:59, p<0:01) and (r(23) = 0:42, p<0.05) for the teachers who teach 4-5 years and 7-18 years. These results indicate that the teachers experience teaching affect the relationship between teacher efficacy they have with the variation of teaching strategies used. Results from this study also shows that teaching experience possessed no significant influence on teacher efficacy, but significantly influence the variation of teaching strategies used on National elementary inclusive school teachers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65428
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Setiadi
"Pendidikan memegang peranan penting dalam mengembangkan kreativitas siswa. Iklim sekolah kreatif dan efikasi diri guru merupakan faktor utama yang dapat memengaruhi perkembangan kreativitas siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efikasi diri guru dalam memediasi iklim sekolah kreatif dan perilaku guru membina kreativitas pada siswa sekolah dasar. Penelitian dilakukan kepada 118 guru sekolah dasar di Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah CFTI Scales (Soh, 2000), R-SLEQ (Johnson et al., 2007), dan I-TSES (Rahayu & Wangid, 2021). Hasil penelitian menunjukkan terdapat full mediation pada hubungan iklim sekolah kreatif dan perilaku guru membina kreativitas siswa yang dimediasi oleh efikasi diri guru. Hal ini menunjukkan bahwa iklim sekolah kreatif dapat memengaruhi perilaku guru membina kreativitas apabila dimediasi oleh efikasi diri guru. Implikasi dari penelitian menekankan bahwa sekolah harus membentuk iklim pembelajaran kreatif dan guru perlu memiliki efikasi diri yang baik agar dapat mengembangkan kreativitas siswa.

Education plays a vital role in developing students' creativity. Creative school climate and teacher self-efficacy are the main factors that can influence the development of student creativity. This study aims to determine the effect of teacher self-efficacy in mediating creative school climate and creativity fostering teacher behavior in elementary school students. The study was conducted on 118 elementary school teachers in Jabodetabek. The measuring instruments used in this study are CFTI Scales (Soh, 2000), R-SLEQ (Johnson et al., 2007), and I-TSES (Rahayu & Wangid, 2021). The results showed that there was full mediation in the relationship between creative school climate and creativity fostering teacher behavior mediated by teacher self-efficacy. This shows that creative school climate can creativity fostering teacher behavior when mediated by teacher self-efficacy. The implication of the study emphasizes that schools should establish a creative learning climate and teachers need to have good self-efficacy in order to develop students' creativity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabiah Firdausiah
"Sekarang ini perusahaan membutuhkan karyawan dengan perilaku kerja inovatif, oleh karenanya sangat penting untuk mempersiapkan karyawan memiliki perilaku ini sejak mereka masih mahasiswa. Penelitian korelasional ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara efikasi diri kreatif dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa. Efikasi diri kreatif diukur dengan alat ukur yang dibuat oleh Tierney dan Farmer (2002). Perilaku kerja inovatif diukur dengan alat ukur yang dikembangkan oleh Janssen (2000) yang kemudian item-itemnya dimodifikasi agar sesuai dengan keadaan responden yaitu mahasiswa. Responden penelitian yang datanya dapat dianalisa berjumlah 539 mahasiswa jenjang sarjana S1 di Universitas Indonesia dan merupakan mahasiswa yang minimal sedang menempuh semester empat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan menggunakan teknik statistik Pearson Correlation. Ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara efikasi diri kreatif dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa, r(538) = 0,67, p= 0,00 (p < 0,01, one-tailed). Effect size untuk analisis ini dapat dikatakan termasuk large effect karena r> 0,5. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi efikasi diri kreatif mahasiswa, maka semakin tinggi pula perilaku kerja inovatif mereka. Hasil ini dari penelitian ini bisa memberikan manfaat yaitu, menambah literatur tentang perilaku kerja inovatif pada mahasiswa dan memberikan masukan kepada pihak kampus untuk meningkatkan efikasi diri kreatif mahasiwanya agar perilaku kerja inovatifnya bisa meningkat pula, dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan program pelatihan.

Nowadays, companies need employees with innovative work behavior. Therefore, it is very important to prepare employees to have this behavior since they are still in college. This correlational research was then conducted to look at the relationship between creative self-efficacy and innovative work behavior among college students. Creative self-efficacy is measured by a measurement by Tierney and Farmer (2002). Innovative work behavior is measured by a measurement by Janssen (2000), the items were modified to correspond with the condition of college students. The data that can be analyzed were from 539 undergraduate students at Universitas Indonesia and were at least taking their fourth semester. This research is a quantitative study, using the Pearson Correlation statistical technique the researcher found that there is a positive and significant relationship between creative self-efficacy and innovative work behavior among college students, r(538) = 0.67, p= 0.00 (p<0.01, one-tailed). The effect size for this analysis can be included as a large effect, because r> 0.5. Thus, it can be said that the higher the students' creative self-efficacy, the higher their innovative work behavior. These results can provide benefits such as adding literature on innovative work behavior among college students and providing input for the universities to improve the students' creative self-efficacy so that their innovative work behavior can also improve, by joining extracurricular activities and training programs."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Dwintasari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara traits dan creative selfefficacy (CSE) pada guru TK. Traits adalah dimensi dari perbedaan kecenderungan individu untuk menunjukan pola pemikiran, perasaan dan tindakan yang konsisten (McCrae dan Costa, 2003). Sementara itu, CSE merupakan keyakinan yang sementara pada individu mengenai kemampuan dirinya untuk melakukan tugas spesifik tertentu yang membutuhkan produksi solusi-solusi baru, orisinal, atau sesuai.
Pengukuran traits menggunakan alat ukur IPIP (Goldberg, 1999) dan pengukuran CSE menggunakan alat ukur Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010) yang telah diadaptasi oleh peneliti. Partisipan berjumlah 112 orang guru TK yang berusia 20-60 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif signifikan antara trait neuroticism dan CTSE, serta terdapat hubungan positif signifikan antara trait extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness dengan CTSE dan CPSE. Namun demikian, pada trait neuroticism tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan CPSE. Berdasarkan hasil tersebut, perlu dilakukan screening kepribadian ketika perekrutan guru TK. Selain itu, guru TK juga dapat diberi intervensi sejak dini untuk meningkatkan CSE.

This research was conducted to find the correlation between nature traits and creative self-efficacy (CSE) in kindergarten teachers. Traits is dimensions of individual differences in tendencies to show consistent patterns of thoughts, feelings and actions (McCrae & Costa, 2003). Meanwhile CSE is an individual's state-like belief in his or her own ability to perform the specific tasks required to produce novel original, or appropiate solutions (Abbott, 2010).
Traits was measured using an adaptation instrumen named IPIP (Goldberg, 1999) and CSE was measured using an adaptation instrument named Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010). The respondent of this research are 112 kindergarten teachers.
The results of this research show that trait neuroticism negative correlated significantly with CTSE and the trait extraversion, openness to experience, agreeableness and conscientiousness positive correlated significantly with CTSE and CPSE. But there is no significant correlation between trait neuroticism and CPSE. Based on these results, kindergarten ought to held a personality screening in teacher's recruitment and give intervention, such as training or seminar to teachers that can increase creative self-efficacy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulfani Nur Mawaddah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara teacher efficacy dan dimensi teacher efficacy dengan sikap guru terhadap pendidikan inklusif di sekolah dasar inklusif negeri. Instrumen yang digunakan untuk mengukur teacher efficacy adalah Teachers? Sense of Efficacy Scale sedangkan untuk mengukur sikap guru terhadap pendidikan inklusif digunakan Multidimensional Atitude toward Inclusive Education Scale (MATIES). Subjek dari penelitian ini adalah guru-guru di sekolah dasar inklusif negeri (N=100).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara teacher efficacy dan sikap guru terhadap pendidikan inklusif. Dengan kata lain, ketika guru memiliki skor teacher efficacy yang tinggi, guru tersebut cenderung memiliki sikap yang positif terhadap pendidikan inklusif. Sebaliknya, ketika guru memiliki skor teacher efficacy yang rendah, maka guru tersebut cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap pendidikan inklusif.
Hasil penelitian yang berkaitan dengan dimensi teacher efficacy ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada dimensi instructional strategies & student engagement dengan sikap guru terhadap pendidikan inklusif di sekolah dasar inklusif negeri. Sebaliknya, untuk dimensi classroom management ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan sikap guru terhadap pendidikan inklusif di sekolah dasar inklusif negeri. Untuk meningkatkan teacher efficacy yang dimiliki oleh guru di sekolah dasar inklusif negeri, pihak sekolah dapat menyediakan fasilitas seperti alat peraga dan guru pendamping khusus serta membatasi jumlah siswa di tiap kelas.

This research is conducted to find about the relationship between teacher efficacy and dimensions of teacher efficacy with attitude toward inclusive education in public inclusive elementary school. The instruments of this study were Teachers? Sense of Efficacy Scale (to measure teacher efficacy) and Multidimensional Atitude toward Inclusive Education Scale (MATIES) (to measure attitude teacher toward inclusive education). Participants of this study were teacher in public inclusive elementary school (N=100).
The result of research showed that there is a positive significant correlation between teacher efficacy and attitude toward inclusive education in public inclusive elementary school. This finding suggests when teachers have high score in teacher efficacy, they tend to have positive attitude toward inclusive education. On the contrary, when teachers have low score in teacher efficacy, they tend to have negative attitude toward inclusive education.
The results of research related to dimensions of teacher efficacy found that there is positive significant correlation between efficacy in student engagement and efficacy in instructional strategies dimensions with teacher attitude toward inclusive education in public inclusive elementary school. In the other hand, efficacy in classroom management dimension showed there is no positive significant correlation with attitude toward inclusive education in public inclusive elementary school. In order to increase teacher efficacy in public inclusive elementary school, schools can provide facilities such as property to teach, shadow teachers and also to limit the number of student in each class.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>