Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167141 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panjaitan, Exaudi Ebennezer
"Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terbukti kaya akan kandungan xanton yang memiliki potensi aktivitas antioksidan yang sangat tinggi. Pada penelitian ini digunakan metode peredaman DPPH (2,2-Difenil-1-pikrilhidrazil) untuk mengetahui IC50 dari ektrak etanol kulit buah manggis dan sediaan serum. Penelitian ini merupakan aplikasi dari ekstrak kulit buah manggis dalam sediaan likuid dengan sedikit pelarut dan banyak komponen bioaktif, yang dalam istilah kosmetik disebut sebagai serum. Penelitian ini bertujuan untuk menguji stabilitas fisik dan pengaruh dari vitamin C terhadap aktivitas, stabilitas dan daya penetrasi ekstrak etanol kulit buah manggis pada serum antikerut. Selanjutnya ekstrak diformulasikan ke dalam tiga jenis sediaan yang terdapat variasi vitamin C sebagai peningkat penetrasi dan satu sediaan tanpa ekstrak dan vitamin C. Ketiga sediaan diuji daya penetrasinya secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus betina galur Sprague-Dawley. Nilai IC50 ekstrak etanol kulit manggis adalah 15,27 ppm, sedangkan sediaan formula 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 109.347,45; 13.275,86; 2014,18 dan 126,52 ppm. Jumlah kumulatif xanton total yang terpenetrasi dari sediaan formula 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 15,79±0,18; 26,85±1,03 dan 61,05±2,53%. Fluks dari sediaan formula 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 0,15±0,003; 0,37±0,01 dan 0,92±0,03 μg/cm2.jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya vitamin C akan meningkatkan daya penetrasi sediaan serum. Seluruh sediaan menunjukkan kestabilan secara fisik.

Mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) has been proved to have plenty of xanthone with high antioxidant. This study was done using DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) to determine the IC50 of ethanolic extract of mangosteen pericarp and serum preparations containing extract. This study is an application of mangosteen pericarp extract in liquid preparations with a little solvent and many bioactive components, which in terms of cosmetics called serum. The aims of this study are to test the physical stability and the effect of vitamin C on the activity, stability and penetration ability of ethanolic extract of mangosteen pericarp on antiaging serum. Furthermore, ethanolic extract formulated into three variations in preparation of vitamin C as a penetration enhancer and one preparations without extract and vitamin C. The three preparations were examined their penetration ability by in vitro Franz diffusion cell using rat abdominal skin as diffusion membrane. IC50 values of ethanolic extract of mangosteen pericarp were obtained at 15,27 ppm, whilst the preparations formula 1, 2, 3 and 4 were 109.347,45; 13.275,86; 2014,18 and 126,52 ppm, respectively. Total cumulative penetration of total xanthone from formula 2, 3 and 4 were 15,79±0,18; 26,85±1,03 and 61,05±2,53%, respectively. Flux of total xanthone from formula 2, 3 dan 4 were 0,15±0,003; 0,37±0,01 and 0,92±0,03 μg/cm2.hour, respectively. Based on these results, it can be concluded that the presence of vitamin C will increase the penetration ability of serum preparation. All preparations showed physical stability.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cyntia Wahyuningrum
"Xanton merupakan senyawa antioksidan yang terdapat dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan penelitian ini digunakan metode peredaman DPPH untuk mengetahui nilai IC50 dari ekstrak etanol kulit buah manggis dan sediaan krim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik, aktivitas antioksidan dan pengaruh perubahan konsentrasi dimetikon dan siklometikon terhadap penetrasi ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) pada sediaan krim antikerut. Formulasi topikal dengan penambahan silikon dalam basis terbukti mampu mempertahankan kontak zat aktif dengan kulit dan mencegah hilangnya zat aktif karena proses abrasi. Semua formulasi yang di buat di uji daya penetrasinya secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus betina galur Sprague dawley. Nilai aktivitas antioksidan (IC50)terbaik ada pada formula C2 yaitu 4442,8 ppm. Jumlah kumulatif xanton yang terpenetrasi dari krim yang tidak mengandung silikon adalah 436,19±59,85 μg/cm² (A), sedangkan krim yang mengandung silikon secara berturut-turut adalah 539,42±18,63 μg/cm² (B1), 576,82±52,12 μg/cm² (B2), 619,46±23,42 μg/cm² (C1), dan 1116,74±77,75 μg/cm² (C2). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya silikon akan meningkatkan daya penetrasi krim antikerut.

Xanthone is an antioxidant compound which is found in the pericarp of mangosteen (Garcinia mangostana L.) and this research was using DPPH to determine the IC50 of ethanolic extract of mangosteen pericarp and cream preparations. The purpose of this research is to test the physical stability,antioxidant activity assay and to compare the penetration ability between cream with silicon and without silicon. Silicon in topical formulation has the ability to prolong the active compound contact time with the skin and avoid the loss of active substance from abrasion. All formulations were examined their penetration ability by Franz diffusion cell as in vitro test using Sprague Dawley rat abdomen skin as diffusion membrane. The best antioxidant activity (IC50) is 4442.8 ppm (C2) and total cumulative penetration of xanthone from cream without silicon is 436.19±59.85 μg/cm2 (A) while the value for creams with silicon are 539.42±18.63 μg/cm2 (B1-dimethicone 4%), 576.82±52.12 μg/cm2 (B2-dimethicone 8%), 619.46±23.42 μg/cm2 (C1-cyclomethicone 4%),1116.74±77.75 μg/cm2 (C2-cyclomethocone 8%), respectively. Based on these results, it can be concluded that the silicon compound will increase the penetration ability of cream preparations.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Laksmi Dewi Dhyaksa
"ABSTRAK
Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. merupakan salah satu tanaman yang berpotensi untuk dijadikan sumber antioksidan. Kandungan antioksidan alaminya seperti vitamin C, karotenoid, flavonoid, tannin, dan senyawa polifenol lain dipercaya dapat mencegah terjadinya peristiwa photoaging. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanolik belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. ke dalam bentuk nanoemulsi gel dan menguji stabilitas fisik serta aktivitas antioksidannya menggunakan metode peredaman DPPH 2,2,-difenil-1-pikril hidrazil . Nanoemulsi gel dibuat dengan metode high pressure homogenizer dalam berbagai konsentrasi ekstrak yaitu 1 , 2 , dan 3 . Sediaan nanoemulsi gel yang diformulasikan dengan 5 isopropil miristat sebagai fase minyak, 30 Tween 80-Span 20 sebagai surfaktan, dan 30 propilenglikol sebagai kosurfaktan menunjukkan penampilan fisik yang stabil selama penyimpanan 8 minggu pada suhu ruang 25 2oC dan suhu tinggi 40 2oC , cycling test, serta uji mekanik. Namun, pada uji stabilitas fisik jangka panjang suhu rendah 4 2oC , keempat formula mengalami fenomena Ostwald Ripening. Hasil pengujian aktivitas antioksidan keempat formula secara in vitro menghasilkan nilai IC50 yang kurang baik, yaitu 20520,09 g/mL F0 ; 18392,29 g/mL F1 ; 17868,80 g/mL F2 ; dan 17287,625 g/mL F3. Sehingga, formula tersebut bukan merupakan formula yang optimal untuk menghasilkan nanoemulsi gel dengan kestabilan fisik dan aktivitas antioksidan yang baik.

ABSTRACT
Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. is one of the plants that is potentially used as a source of antioxidants. Natural antioxidant content such as vitamin C, carotenoids, flavonoids, tannins, and other polyphenol compounds are believed to prevent the photoaging process. This study aims to formulate the ethanolic extract of Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. into nanoemulsion gel dosage form and test its physical stability and antioxidant activity using DPPH damping method 2,2, diphenyl 1 picryl hydrazil . Nanoemuldel was prepared by high pressure homogenizer method in various extract concentrations ie 1 , 2 , and 3 . Nanoemulgel formulated with 5 isopropyl myristate as an oil phase, 30 Tween 80 Span 20 as a surfactant, and 30 propylenglycol as a cosurfactant showing stable physical appearance for 8 weeks at room temperature 25 2oC , high temperature 40 2oC , cycling test, and mechanical test. However, in the low temperature 4 2 C of long term physical stability test, all nanoemulgel undergo the Ostwald Ripening phenomena. The results of in vitro antioxidant activity study showed poor IC50 value, respectively 20520.09 g mL F0 18392.29 g mL F1 17868.80 g mL F2 and 17287.625 g mL F3. Thus, the formula is not an optimal formula to produce a nanoemulgel with good physical stability and antioxidant activity"
2017
S69212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Meitania Utami
"Kerontokan rambut yang sering diakhiri kebotakan merupakan problema estetik yang sangat dikhawatirkan setiap orang. Akar rimpang tanaman akar manis telah diakui memiliki aktivitas pertumbuhan rambut berdasarkan penggunaan tradisional. Pada penelitian ini, 2,5%, 5% dan 10% ekstrak akar manis diformulasikan dalam bentuk hair tonic karena penggunaannya lebih mudah dan tidak lengket seperti sediaan semisolid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas pertumbuhan rambut ekstrak etanol akar manis, stabilitas fisik dan keamanannya. Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan dengan mengoleskan sediaan hair tonic pada punggung kelinci dan diukur panjang rambut, ketebalan rambut (diameter rambut), bobot rambut dan kelebatan rambut. Uji stabilitas fisik dilakukan pada penyimpanan suhu rendah (4oC±2oC), suhu ruang (25oC±2oC) dan suhu tinggi (40oC±2oC) serta cycling test. Analisa kuantitatif asam glisirisat dalam ekstrak etanol akar manis dengan spektrofotometer UV menunjukkan kadar sebesar 156,65 mg/g atau 15,665%. Uji keamanan dilakukan dengan uji iritasi mata dengan metode HET-CAM dan uji iritasi kulit dengan metode patch test. Hasil menunjukkan bahwa sediaan hair tonic ekstrak akar manis 5% dan 10% memiliki aktivitas pertumbuhan rambut yang setara dan bahkan lebih baik dibandingkan kontrol positif minoksidil 2%. Hasil uji stabilitas fisik menunjukkan sediaan hair tonic ekstrak akar manis memiliki stabilitas fisik yang baik. Dari hasil uji keamanan iritasi kulit tidak terjadi iritasi, sedangkan hasil uji HET-CAM menunjukkan sediaan mengiritasi ringan pada mata.

Hair loss which is often terminated to alopecia becomes a very worried aesthetic problem for everyone. Rhizome root of liquorice plant has been recognized to have hair growth activity by traditional use. In this study, 2.5%, 5% and 10% liquorice extract formulated in the form of hair tonic because of its use easier and not sticky like semisolid dosage. The purpose of this study was to determine the hair growth activity of ethanol extract of liquorice, physical stability and safety. Hair growth activity test conducted by rubbing hair tonic preparations on the rabbit?s back and measured the hair length, hair thickness, hair weight and hair density. Quantitative analysis of glycyrrhizic acid from ethanol extract of licorice with UV Spectrophotometer showed level about 156,65 mg/g or 15,665%. Physical stability test performed at low temperature storage (4°C±2°C), room temperature (25°C±2°C) and high temperature (40°C±2°C) as well as cycling test. Safety test has done by eye irritation test with HET-CAM method and skin irritation test with patch test method. The results showed that the hair tonic containing liquorice extract 5% and 10% have an equivalent activity of hair growth and even better than the positive control minoxidil 2%. Physical stability test showed that liquorice extract hair tonic has good physical stability. The results of safety test showed with no skin irritation, meanwhile HET-CAM test showed that the hair tonic containing liquorice extract has mild eye irritation.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T45228
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Fauziah Fadhly
"Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki flora yang beragam yang memperkaya sumber daya alamnya. Dari beragam jenis flora tersebut, terdapat juga tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan. Salah satu jenis tanaman yang biasa digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat adalah tanaman Amomum cardamomum yang umumnya dikenal sebagai tumbuhan kapulaga. Tanaman ini diyakini memiliki kegunaan dalam bidang medis yang dipercaya dapat berperan dalam pengobatan berbagai jenis penyakit, seperti untuk meredakan gangguan pencernaan, saluran kencing, pernapasan, dan sistem saraf. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan kimia, khususnya fenol dan minyak atsiri, pada benih tanaman Amomum cardamomum yang nantinya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan manfaat dari ekstrak biji tanaman tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian deskriptif seperti uji ekstrak, kromatografi lapis tipis, dan uji spektrofotometri. Dari berbagai tes tersebut, diperoleh hasil bahwa ekstrak biji Amomum cardamomum mengandung senyawa fenol dan minyak esensial. Dengan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa Amomum cardamomum biji mengandung minyak atsiri dan fenol yang dapat digunakan sebagai pengobatan beberapa penyakit.

As a tropical country, Indonesia has diverse floras that enrich the natural resources. Among a variety of flora, there are also plants that can be used as a medicinal plant. One type of plant commonly used by Indonesian society as a medicinal plant is a Amomum cardamomum plant commonly known as cardamom plants. These plants are believed that they are able to cure various diseases, such as to relieve digestive disorders, urinary, repiratory, and even nervous system problem. Therefore, this study was conducted to identify the chemical contents of, particularly phenols and volatile oil, the seeds of Amomum cardamomum plants that later can conduct further research to determine the benefits of this plant seed extract. This research was done by using descriptive study design such as extract test, thin layer chromatography, and spectrophotometry test. These tests obtained results that Amomum cardamomum seed extract contains phenol compounds and essential oils. By these results, it is concluded that the Amomum cardamomum seed contains phenol and volatile oil that can be used as the treatment of some diseases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisanti Juwati
"ABSTRAK
Penelitian efek hipoglisemik ramuan ekstrak daun tapak dara dengan biji petai cina ini merupakan penelitian lanjutan. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol ramuan daun tapak dara dengan biji petai cina (0,10 g serbuk daun tapak dara + 1,04 g serbuk biji petai cina per kg berat badan) menunjukkan efek yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan dosis lain.
Pada penelitian ini dilakukan pengulangan dengan menggunakan dosis: T: 0,10 g serbuk daun tapak dara + 1,04 g serbuk biji petai cina (T2P1); II: 0,115 g serbuk daun tapak dara + 1,196 g bubuk giji petai cina (T21P11); dan III: 0,085 g serbuk daun tapak dara + 0,88 g bubuk biji petal Gina (T211P111) masing-masing per kg berat badan. Selain itu dilakukan pula uji standarisasi ekstrak ramuan dengan fraksionasi kolom dan dilanjutkan dengan analisis menggunakan GCMS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak ramuan daun tapak dara dengan biji petai cina memberikan efek hipoglisemik dan dosis yang paling baik diantara 3 dosis yang digunakan dalam percobaan adalah T21P1 I, yaitu 0,115 g serbuk daun tapak dara + 1,196 g bubuk petal cina per kg berat badan. Standarisasi dilakukan dengan menggunakan prosedur ekstraksi etanol; pengasaman dengan HC1; ekstraksi dengan petroleum eter; lapisan air diekstraksi dengan khloroform, selanjutnya, lapisan air bersifat basa diekstraksi ulang dengan khloroform: metanol. Puncak-puncak yang mungkin digunakan pada standarisasi adalah dengan waktu retensi 23,09; 28,57; dan 40,28 menit. "
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jordan Ricky Tanuwijaya
"Hipertensi merupakan penyakit vaskular dengan jumlah penderita yang banyak di dunia, menurut catatan Badan Kesehatan Dunia WHO tahun 2011 ada satu milyar orang di dunia yang menderita hipertensi dan dua per tiga diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang. Salah satu pilihan obat antihipertensi yang digunakan adalah golongan inhibitor Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Obat golongan penghambat ACE ini juga dapat diperoleh dari produk bahan alam. Salah satunya yang diduga memiliki efek penghambat ACE adalah daun ungu (Graptophyllum pictum Griff.).
Pada penelitian ini, daun ungu diekstraksi dengan etanol 80%, kemudian difraksinasi dengan n-heksana, diklormetan, etil asetat, dan metanol untuk diuji efek penghambatan aktivitas ACE. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui fraksi ekstrak daun ungu dengan efek penghambat aktivitas ACE terbaik dan mengetahui kandungan metabolit sekunder di dalamnya.
Hasil menunjukkan bahwa fraksi metanol dan etil asetat dari ekstrak etanol daun ungu memiliki efek penghambatan aktivitas ACE terbaik dengan IC50 metanol sebesar 0,88 μg/mL dan IC50 etil asetat sebesar 0,92 μg/mL. Adapun kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada fraksi metanol ekstrak etanol daun ungu adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, terpenoid, dan glikosida, sedangkan pada fraksi etil asetat ekstrak etanol daun ungu adalah flavonoid, glikosida, terpenoid, tanin.

Hypertension is a vascular disease with a large number of patients in the world. According to the World Health Organization in 2011 there are a billion people in the world who suffer from hypertension, and two-thirds of which are in low-income developing countries. One of the antihypertension drug that is being used is Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor. The ACE Inhibitor can also be obtained from natural sources. One of the natural sources that is predicted to have the effect of ACE activity inhibition is the leaf of Wungu (Graptophyllum pictum Griff.).
In this study, Wungu leaves is being extracted using 80% ethanol, then fractionated with n-hexane, dichlorormethane, ethyl acetat, and methanol to determine their ACE activity inhibition. The purpose of this study is to find out the extract fraction of Wungu with the best ACE activity inhibition effect and to determine the phytochemical contents in the fraction.
The results showed that the methanol and etyhl acetate fractions from the ethanol extract of the Wungu leaves has the best inhibitory effect of ACE activity with IC50 of methanol at 0,88 μg/mL and IC50 of ethyl acetate at 0,92 μg/mL. As for the chemical compounds contained in methanol fraction from the ethanol extract of the Wungu leaves are alkaloids, flavonoids, tannins, terpenoids, saponins, and glycosides, whereas in ethyl acetate fraction are flavonoids, glycoside, terpenoids, and tannins."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S57081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Citra Resmi
"Sambiloto atau Andrographis panniculata merupakan tanaman tradisional herbal yang yang banyak ditemui di Indonesia. Penelitian Biokimia tentang efek antioksidan zat berkhasiatnya belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aktivitas antimalaria ekstrak etanol sambiloto (EES) pada hati mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei melalui pengukuran kadar malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH).
Metode: Mencit jantan galur Balb/c dengan berat 28-30 g, 7-8 minggu, dibagi menjadi 4 kelompok secara acak, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit. Kelompok K: Kontrol, Kelompok A: kontrol negatif, Kelompok B: EES 2 mg/kgBB/hari selama 7 hari, C: klorokuin 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari. MDA dan GSH diperiksa dengan metode spektrofotometri.
Hasil: Terlihat kadar MDA hati yang lebih rendah pada kelompok perlakuan EES dan klorokuin, walaupun tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (p≥0,05). Pada kelompok B dan C terlihat peningkatan kadar GSH dibandingkan kelompok kontrol negatif, kenaikan ini mendekati kadar kelompok kontrol. Pada pengujian statistik, tidak terlihat perbedaan yang bermakna antara kelompok K, B dan C (p≥0,05).
Kesimpulan: EES dapat menurunkan kadar MDA dan meningkatkan kadar GSH pda hati mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei, walaupun hasil ini belum bermakna dibandingkan dengan kontrol negatif. Untuk aktivitas yang lebih signifikan di hati diperlukan pemberian EES dengan dosis yang lebih tinggi dari 2 mg/kgBB.

Andrographis paniculata is a traditional herb medicine usually used in Indonesia. The aim of this study were to determine the anti-malarial activity of ethanolic extract of sambiloto (EES) in Plasmodium berghei-infected mice through measuring the malondialdehyde MDA) and glutathione (GSH) levels.
Methods: Male mice (Balb/c strain) with weight 28-30 g, 7-8 weeks old, were randomly devided into 4 groups of 5 animals each. Group K: control (nil), Group A: negative control, and 2 treatment groups (B, C). Group B: EES 2 mg/kgBW, once per day for 7 days, and group C: chloroquine 10 mg/kgBW, once a day, for 3 days. All treatment was administered orally.
Results: MDA level of liver occurs lower in the EES and chloroquine treatment groups, although is not significant with negative control group (p ≥ 0.05). In B and C groups shown the increase of GSH liver level compared to the negative control group, but the level is approaching control group. On statistical analysis, there is no significant difference seen between the control, B and C groups (p ≥ 0.05).
Conclusion: EES can reduce MDA level and increased GSH level in mice liver infected with Plasmodium berghei, although this result is not significant compared to the negative control. For the significant effect, need further investigation to find the appropriate dose for hepar tissue.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hening Pujasari
"Latar belakang: Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan salah satu kekayaan biodiversitas alam Indonesia khas Papua yang sejak lama dikonsumsi sebagai makanan dan dikenal memiliki khasiat obat antara lain terhadap penyakit keganasan. Namun disisi lain, dasar ilmiah cara pengobatan tersebut belum diketahui secara pasti sehingga perlu dilakukan penelitian bagi pembenaran ilmiah pemakaian tanaman obat tersebut. Minyak Buah Merah diketahui mengandung beta karoten dan tokoferol yang tinggi. Berbagai penelitian menunjukkan tokoferol dapat menghambat pertumbuhan kanker payudara manusia pada kultur melalui induksi berhentinya sintesis DNA, diferensiasi sal, dan apoptosis. Karotenoid menurunkan pertumbuhan tumor payudara, meningkatkan ekspresi gen proapoptosis p53 dan BAX, menurunkan ekspresi gen antiapoptosis Bcl-2, dan meningkatkan rasio BAX:Bcl-2 pada tumor. Gen .repressor p53 dapat menginduksi cell cycle arrest sehingga memungkinkan terjadinya perbaikan DNA dan apoptosis.
Tujuan: mengetahui pengaruh pemberian MBM per oral sebanyak 0,5ml, Iml, dan 2ml terhadap aktivitas apoptosis dan pertumbuhan tumor kelenjar susu mencit C3H.
Rancangan penelitian: merupakan penelitian in vivo, digunakan 4 kelompok, 3 kelompok uji dan 1 kelompok kontrol, masing-masing 10 ulangan. Aktivitas apoptosis dilihat melalui indeks apoptosis menggunakan uji TUNEL. Perturnbuhan tumor dinilai dengan melihat aktivitas proliferasi menggunakan pulasan histokimia AgNOR. Selanjutnya dicari kemaknaan antara indeks apoptosis dan nilai AgNOR dart kelompok kontrol dan kelompok uji.
Hasil dan Kesimpulan: Analisis varian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara indeks volume, berat, dan indeks apoptosis kelompok kontrol dan kelompok uji (p>0.05) walaupun ada kecnderungan adanya peningkatan aktivitas apoptosis pada mencit yang medapatkan MBM. Sebaliknya terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara nilai AgNOR kelompok kontrol dan kelompok uji. Dan hasil uji multiple comparison untuk menetapkan dosis optimal dart ketiga dosis (0,5m1, 1 ml, 2m1), didapatkan bahwa dosis 2m1 terbukti bermakna secara statistik menurunkan proliferasi. Dengan demikian pada penelitian ini dapat disimpulkan adanya efek penekanan aktivitas proliferasi pada mencit yang mendppatkan MBM per oral dengan dosis optimal 2m1.

Background: Red Papua (RP) is one of the Indonesian natural properties. Originally, RP comes from Papua province. It is consumed by Papua people as daily food since a long time ago. RP is considered to be cancer medicine, particularly for breast cancer treatment. Alternatively, the justification on the use of RP as an anti cancer has not been established yet. Hence, scientific evidence on anticancer effect of RP is necessary. The previous study suggests that Red Papua Oil (RPO) contains a huge amount of carotene and of tocopherol. Some studies indicate that tocopherol can inhibit the growth of human breast cancer cell culture by prohibiting of DNA synthesis, induction of cell differentiation and apoptosis. Carotene reduces the rate of growth of breast tumor, improves gene expression of pro-apoptosis and p53 of BAX, degrades gene expression of anti-apoptosis Bcl-2, and increases the ratio of BAX: BCL-2. P53 gene can induce arrest cycle cell so that it enables cells to repair the DNA and generate apoptosis.
Aims: to identify the influence of RPO intake of 0,5m1, 1m1, and 2ml doses per oral on apoptosis and its effect on tumor growth in mammary gland tumor of C3H strain mouse.
Method: Twenty-four mice were randomly divided into four groups, three groups of RPO-treated groups and one control group. After tumor was transplanted, the three doses of RPO were given to the three groups. By twenty-eight day treatment, apoptosis and proliferation activities were measured_ TUNEL essay was used to detect apoptotic activity_ The tumor growth, which was determined by proliferation activity, was assessed by a histochemical technique, AgNOR (silver-staining nucleolar organizer regions). Statistical significance of Apoptosis Index (AI) and AgNOR value in control and groups treated with varied doses of RPO were calculated
Results and Conclusion: Variant analysis indicated that there was no significant difference of volume, weight and AI among control group and treated groups (p>0.05). However, there was a tendency to an increased apoptotic activity on the treated groups. On the contrary, AgNOR values were significantly different (p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 17684
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Tamsiah Yulianti
"Penelitian laboratorium telah dilaksanakan. untuk meme
riksa 12 tanaman obat, yang diduga masing-masiig mengandung
zat bakteriostatjk atau bakterisid.
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menipelajar
secara kualitatif aktifitas antibakteni in vitro dan
tanaman terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa
dan Staphylococcus aureus.
Pilihan untuk mengambil Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus sebagai kuman percoba
an didasarkan atas kenyataan, bahwa inikroorganisma tersebut
dianggap merupakan kuman patogen yang paling sening ditemu
kan pada infeksi manusia, terutama pada. infeksi genitourina
rius;. mikroorganisma tersebut pada .umumnya adalah resisten
terhadap banyak antibiotik.
Tes aktifitas antibakteni dilakukan dengan cara cakram
dengan melaksanakan teknik Kirby-Bauer dengan beberapa
modifikasi dan penyesuaian, seperti yang biasa dikerjakan
di Bagian Mikrobiolo.gi Fakultas Kedokteran Universitas Indo
nesia Jakarta.
Hasil tes aktifitas antibakteni adalah sangat baik,
oleh karena 8 dari sejumlah 12 tanaman obat yang dipeniksa
menunjukkan hasil pengaruh antibakteri secara in vitro yang
sangat jelas, seperti yang diperlihatkan berturut-turut oleh Allium sativum L, Psidium guajava L, Punica granatum L
var alba. Areca catechu L, sedangkan Lf tanaman (Averrhoa bi
limbi L, Boesenbergia pandurata (Poxb.) Schlecht, Moringa
oleifera Larnk dan Musa brachycarpa Backer) inemperlihatkan
aktifitas antibakterj yang leinah.
Aktifitas antibakterj terhadap ketiga jenis kuman (Escherichia
coil, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus)
yang dicoba diperiihatkan oleh tanarnan Ailium sativum L.
Aktifitas antibakteri hanya terhadap kuman Staphylococcus
aureus adaiah tanaman Areca catechu L, Boesenbergia pandura
ta (Poxb.,) Schlecht, Moringa oleifera Lamk, Psidium guaja-.
va L dan Punica granatum L var aiba, sedangkan Averrhoa biiirnbi
L adaiah positif antibakterial hanya terhadap Pseudomonas
aeruginosa; disamping itu Musa brachycarpa Backer agk
nya memperiihatkan a,ktifitas antibakteri yang relatif iemah
terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coil.
Mernpe].ajari hasil yang diperoieh dari penelitian laboratoriurn,
maka dapat diambil kesimpuian sebagai benikut
1. Beberapa tanaman obat yang terbukti mengandung zat anti-.
bakteni, dapat digunakan iangsung sebagai obat untuk men
hiiangkari infeksi kuman, oleh masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil.
2. Dari sejumiah 12 tanaman obat yang dipeniksa, Allium sativuin
L yang aktifitas antibakterinya terhadap ke 3 spesies
kuman yang dicoba, dapat dianggap sebagal antibakteri
yang berspektrum lebar.
3. Sernua tanaman obat yang dicoba dan terbukti mengandung
zat antibakteri, sebaiknya dicoba lebih lanjut terhadap
spesies kuman yang jumiahnya lebih besar yang diasingkan
dari pasien (strain liar).
14. Semua tanarnan obat yang dicoba, yang secara kualitatif
menunjukkan aktifitas antibakteri, sebaiknya dicoba le-
: bih lanjut secara kuantitatif.
5. Oleh karena zat antibakteri yang dicoba itu merupakan ba
han kasar (crude) yang diekstraksi dari tanaman, maka Se
baiknya penelitian lanjutan dilakeanakan untuk mengetahui
zat apa yang sesungguhnya mempunyai aktifitas antibakteni.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>