Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186263 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sumandari Sunarwinto
"ABSTRAK
Dalam era globalisasi, dengan terlibatnya teknologi maju ( advanced technology ),
seperti komputer, telekomunikasi dan sistim infonnasi modem di lingkungan
perbankan, seluruh ja jaran karyawan bank dipacu untuk meningkatkan kemampuan
dan ketangguhan bersaing. Tuntutan seperti ini dalam kunm wal-tu tertentu d.apat
menimbulkan stres kerja yang berlebihan. Sebagaimana dinegara-negara maju kerugian
materi maupun kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang ditimbulkan oleh stres
kezja ini sangat besar ( 1. 4, 5, 24 ).
Subyek penelitian adalah karyawan 3 bank swasta nasional devisa di Jakarta, dengan
aktiva total masing-masing diatas I triliun rupiah, jumlah karyawan diatas 1000 orang
serta memiliki jaringan cabang lebih dari 20 buah, yang tersebar diselurull Indonesia.
Jenis profesi yang dipilih adalah dealer aan auditor .Kedua jenis tugas tersebut sangat
kontras, yakni sebagai pelaksana transaksi (dealer ) dan sebagai pengawas (auditor).
Jumlab sampel setiap kelompok sebanyak 30 orang ( N 30 ).
Dengan analisis Multiple Regression dilihat pengaruh 3 variabel kepribadian,
yakni kepribadian eksttovert introvert, perilaku tipe dan tempat kendali
( locus of conmol ) terhadap stres kerja ( job stress ) kedua kelompok tugas
tersebut.Lebih lanju juga dilibat pengahlh ke-3 variabel bebas ( I.V.) terhadap bagian
pokok dari job stress, yakni job pressure dan lack of SUJlPDrl. Selanjutnya, dengan
t-test dilihat pula perbedaanjob stress, JOb pressure dan Jaclrofi upport pada kedua
kelompok.
Penelitian menggunakan metode kajian lapangan yang non-eksperimental dan menguji
hipotesis.Pengambilan sampcl mcnggunakan teknik. Non Probability Sampling yang
tergolong purposive . Analisis data menggurlakan metdde Stepwise dengan bantuan
program komputer SPSS I PC ver. 4.0.
Hasil uji hipotesis menunjukkan korelasi yang tidak cukup signifikan antara ke 3 l V.
dengan D.V.-nya dan tidak ada perbedaan antara stres ker:ja pada kedua kelompok
yang diteliti ( t kurang dari 2,0.)
Saran yang dianjurkan antara lain menggunakan alat ukur yang lebih tinggi validitas
dan reliabilitasnya ( diatas 0,80 ), serta jumlah sampel yang lebih besar ( N lebih dari 200 ).
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Sri Wijayanti
"ABSTRAK
Berbagai macam tuntutan yang ada dalam organisasi dapat menjadi
sumber stres bagi karyawan yang bekerja di dalamnya. Tuntutan tersebut dapat
ditimbulkan oleh adanya pembagian kerja dan tugas maupun aspek-aspek Iain
yang terdapat di dalam organisasi. Adanya pembagian kerja berdasarkan
pendekatan fungsional mempengaruhi sumber stres yang dirasakan oleh karyawan
yang bersangkutan. PT. Wijaya Karya (WIKA) sebuah perusahaan multi usaha
memiliki pembagian kerja yang khas berdasarkan pendekatan fungsional.
Berdasarkan adanya pembagian kerja tersebut, terdapat istilah karyawan Pusat,
Divisi- kantor dan Divisi-Iapangan. Penelitian ini tertarik unluk melihat gambaran
sumber stres karyawan WIKA secara umum maupun secara khusus pada ketiga
tempat kerja tersebut.
Penelitian ini bersifat deskriptif, menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan alat berupa kuesioner SDS (Srress Diagnostic Survey) dari Matteson dan
Ivancevich (1982). Responden penelitian ini adalah karyawan WIKA yang
kebetulan bekerja di Jakarta dan sekitarnya Metode pengambilan subyek
menggunakan teknik non-probability dengan cara incidental sampling. Teknik
pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata (mean)
dari setiap aspek sumber stres. Untuk melihat urutan aspek dari yang paling
menimbulkan stres hingga kurang menimbulkan stres dilakukan pengujian perbedaan mean (t-test) untuk sampel berpasangan. Sedangkan untuk melihat
perbedaan sumber stres berdasarkan pembagian kerja, dilakukan pengujian
perbedaan mean untuk sampel yang tidak berpasangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek pengembangan karir,
kebimbangan peran, kepemimpinan, beban kerja kurang, konflik peran dan
kebijakan administrasi dirasakan sebagai sumber stres oleh seluruh karyawan
WIKA. Karyawan Pusat merasakan 12 aspek sumber stres, 6 aspek tercakup
dalam aspek sumber stres yang dirasakan oleh seluruh karyawan, dan 6 aspek
Iainnya adalah : tekanan norma, kurangnya kekohesifan kelompok, dukungan
kelompok yang tidak adekuat, struktur organisasi, tekanan waktu dan kondisi
kerja. Sumber stres karyawan divisi kantor ada 6 dan semuanya tercakup dalam
sumber stres umum. Sedangkan sumber stres karyawan divisi lapangan ada 8,
enam diantaranya sudah tercakup dalam sumber stres umum dan sisanya adalah :
aspek kondisi kerja dan tekanan norma.
Berdasarkan analisa hasil diperoleh kesimpulan bahwa aspek
pengembangan karir dirasakan sebagai aspek yang paling menimbulkan stres oleh
seluruh karyawan. Hal ini dapat terjadi karena hingga saat ini di WIKA belum ada
penetapan jenjang karir yang jelas dan pasti. Sedangkan aspek beban kerja kurang
disebabkan oleh adanya pembagian kerja secara fungsional yang memungkinkan
spesialisasi tugas, sehingga tugas yang dikerjakan terasa monoton dan
menimbulkan stres. Konflik peran dan kebimbangan peran boleh jadi disebabkan
karena kebijakan administrasi yang kaku dan ketat serta pemimpin yang kurang
mampu mendukung karyawan. Pembenahan aturan dan kebijakan dalam jenjang
karir merupakan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan sumber stres
yang dirasakan karyawan. Pengayaan dan perluasan tugas perlu dilakukan untuk
mengatasi kejenuhan dan rasa tidak berharga akibat beban kerja kurang.
Melibatkan karyawan dalam proses pengambilan keputusan serta peran aktif
pemimpin dalam mendukung tugas-tugas karyawan diperlukan untuk mengatasi
konflik peran dan kebimbangan peran. Ada baiknya pula memberikan perhatian
pada keluhan-keluhan sehubungan dengan kondisi fisik yang dirasakan kurang
memadai."
1998
S2667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarto Wijono
"Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatitif. Pendekatan kuantitatif mempunyai tujuan untuk 1) menguji pengaruh kepribadian tipe A, locus of control eksternal, peran dan iklim organisasi sekaligus terhadap stres kerja, 2) menguji pengaruh kepribadian tipe A, locus of cantrol eksternal, peran dan iklim organisasi sekaligus terhadap prestasi kerja, 3) menguji hubungan antara stres dan prestasi kerja dan 4) menguji pengaruh kepribadian tipe A, locus of control eksternal, peran, iklim organisasi dan stres kerja (variable perantara) sekaligus terhadap prestasi kerja. Sementara itu pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk memahami/memperdalam dinamika penghayatan subyektif terhadap sumber stres (kepribadian tipe A, locus ofcontrol eksternal, peran dan iklim organisasi) yang menimbulkan stres kerja dan mempengaruhi prestasi kerja. Pendekatan kualitatif ini digunakan sebagai pendalaman untuk melengkapi hasil penelitian kuantitatif.
Subyek penelitian adalah manajer madya yang bekerja di empat buah perusahaan swasta di Wilayah Jawa Tengah. Keempat perusahaan tersebut bergerak di bidang: produksi air mineral di Semarang, produksi rokok di Kudus, produksi minuman berenergi di Semarang, dan produksi otomotif di Magelang. Jumlah subyek sebagai sampel penelitian sebanyak 145 responden.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa kepribadian tipe A, locus of control eksternal, peran dan iklim organisasi berpengaruh sekaligus terhadap stres kerja. Variabel kepribadian tipe A dan peran berpengaruh signifikan terhadap stres kerja. Secara khusus juga ditemukan bahwa beban peran dan dimensi hubungan berpengaruh paling besar terhadap stres kerja. Ada dua belas kasus dari hasil penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri kepribadian tipe A.
Hasil penelitian kuantitatif mengenai beban peran tersebut didukung oleh hasil penelitian kualitatif yaitu beban param sebagai kondisi, stuasi atau peristiwa yang mengganggu, membahayakan dan mengancam kesejahteraannya menimbulkan stres kerja. Hal ini terlihat pada S kasus yaitu kasus LC (stres kerja rendah), kasus RA (stres kerja sedang) dan kasus AA, EK dan BS (stres kerja tinggi). Dukungan diperoleh dari hasil penelitian yaitu dimensi hubungan sebagai kondisi, situasi atau peristiwa yang mengancam kesejahteraannya menimbulkan stres kerja. Hal ini juga terlihat pada ll kasus yaitu kasus H, LC dan 1-lT (stres rendah), kasus T, CH, S dan RA (stres kerja sedang) dan kasus AA, B, EK dan BS (stres kerja tinggi).
Berikutnya ditemukan bahwa kepribadian tipe A, locus of control eksternal, peran dan iklim organisasi berpengaruh sekaligus terhadap prestasi kerja. Dari keempat variabel tersebut terlihat bahwa variabel iklim organisasi berpengaruh paling besar terhadap prestasi kerja diikuti oleh variabel locus of control ekstemal.
Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa ada hubungan signilikan dan negatif antara stres kerja dan prestasi kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin rendah stres kerja individu, maka prestasi kerjanya semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi stres kerjanya, maka semakin rendah prestasi kerjanya. Hubungan kedua variabel ini bersifat linier negatif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan deskripsi responden yang menunjukkan bahwa individu yang mengalami stres kerja rendah menunjukkan tingkat prestasi kerja yang tinggi, individu yang mempunyai tingkat stres kerja sedang menunjukkan prestasi kerja sedang pula, sedangkan individu yang mempunyai tingkat stres kerja yang tinggi menunjukkan prestasi kerja yang rendah. Hasil penelitian kualitatif juga mendukung temuan ini dimana kasus G, H, LC dan I-IT dengan stres kerja rendah merasa prestasi kerjanya tinggi, kasus CH yang stres kerja sedang merasa prestasi juga sedang dan kasus AA, B, EK dan BS yang mengalami stres kerja tinggi merasa prestasi kerjanya rendah.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kepribadian tipe A dan peran berpengaruh sekaligus terhadap stres kerja (variabel perantara) dan prestasi kerja. Dengan demikian kedua variabel yaitu kepribadian tipe A dan peran dapat berpengaruh sekaligus terhadap prestasi kerja jika stres kerja menjadi variabel perantara."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
D678
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Anindita
"Perusahaan yang bergerak di industri jasa sangat bertumpu pada faktor sumber daya manusia sebagai kekuatan dalam menjalankan usahanya, begitupula dengan perbankan yang dalam usahanya berfokus untuk memberikan pelayanan terbaik bagi nasabah sehingga sumber daya manusia tersebut perlu dikelola sedemikian rupa agar dapat memberikan kontribusi terbaiknya dan berperilaku sesuai dengan harapan perusahaan. Kepuasan kerja merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam meminimalisasi perilaku-perilaku negatif yang mungkin timbul dari pegawai, di antaranya berupa perilaku yang menyimpang dan keinginan untuk berhenti dari perusahaan.
Salah satu faktor penentu dari kepuasan kerja seorang pegawai adalah yang berkaitan dengan situasi kerja sehingga stres kerja yang dihadapi pegawai menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan oleh manajemen. Stres kerja dapat diidentifikasi melalui ketidakjelasan peran (role ambiguity), konflik peran (role conflict) dan beban berlebih (role overload). Dengan dikelolanya stres kerja serendah mungkin, diharapkan kepuasan kerja pegawai menjadi tinggi dan pada akhirnya kecenderungan berperilaku negatifnya rendah.
Penelitian ini dilakukan pada bagian kredit PT Bank X dengan mengambil sampel sebanyak 250 orang, yang menggunakan tiga jenis kuesioner yaitu role ambiguity dan role conflict oleh Rizzo, House and Lirtzman (1970) sedangkan untuk rnengukur role overload dibuat oleh Baehr, Walsh and Taber (1976). Kuesioner Job Satisfaction oleh Edwin A. Locke yang mengukur 7 dimensi kepuasan kerja serta perilaku menyimpang oleh Michael Zottoli (2003) dan kecenderungan untuk berhenti oleh Rusbult, Farrell, Rogers and Mainous (1988). Nanun hanya sebanyak 154 yang kembali dan dapat diolah lebih lanjut menggunakan Structural Equation Modeling (SEM).
Dan 5 (lima) hipotesis yang diajukan, terdapat 3 hubungan yang signifikan yaitu role ambiguity berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja secara keseluruhan, kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap kecenderungan perilaku menyimpang dan keinginan untuk berhenti pegawai pada tingkat kepercayaan yang berbeda. Analisis tambahan mengenai dimensi kepuasan kerja dilakukan hanya untuk memperdalam pembahasan mengenai kepuasan kerja yang dirasakan oleh pegawai.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan peran aktif dan atasan/supervisor baik untuk mengelola ketidakjelasan peran yang dihadapi pegawai menjadi sesuatu yang menantang bagi pegawai tersebut. Helpdesk yang sudah ada perlu disosialisasikan dan diaktifkan kembali untuk mengatasi ketidakjelasan khususnya yang terkait dengan kebijakan manajemen. Berkaitan dengan kepuasan kerja, manajemen perlu mendorong terciptanya kondisi kerja dan hubungan antar rekan kerja yang lebih kondusif serta perlu dirancang suatu pola sistem balas jasa yang terintegrasi dengan fungsi-fungsi sumber daya manusia lainnya dengan lebih transparan dan obyektif.

Serviced based company depends on its human resources as the strength to run its business, so does banking industry which focused on delivering the best service for its customers, therefore those human resources need to be managed professionally to enhance their best contributions and maintain their positive behavior toward the company. Job satisfaction is a significant factor which has great effects in minimizing negative behaviors that may occur from the employee, among those are deviant work behavior and intention to quit.
One of the work related factor which determines employee's job satisfaction is work stress, therefore it needs extra attention from management. Work stress can be identified through role ambiguity, role conflict and role overload. By keeping work stress level low, employee's job satisfaction hopefully will increase and negative behavior will decrease eventually.
This research is conducted in Credit Division of PT Bank X by taking 250 employees as sample, using role ambiguity and role conflict questionnaire by Rizzo, House and Lirtzman (1970), role overload questionnaire by Beehr, Walsh and Taber (1976). Job satisfaction questionnaire by Edwin Locke which measures 7 dimensions of job satisfaction, deviant work behavior questionnaire by Michael Zottoli (2003) and intention to quit questionnaire by Rusbult, Farrell, Rogers and Mainous (1988). However, only 154 out of 250 employees return the questionnaire and therefore only 154 will be processed using Structural Equation Modeling (SEM).
Only three of five hypothesis presented have significant relationship, that is role ambiguity positively related to employee's overall job satisfaction, job satisfaction negatively related to employee's deviant work behavior and intention to quit under different level of confidence. Additional analysis on job satisfaction dimensions are given to deepen the analysis of overall job satisfaction itself.
Based on the result, the writer suggests active participation from supervisor in managing employee's role ambiguity into challenging job and monitoring employee's workload periodically. This suggestion also requires full support from the management through programs which provide support for the shaf such as comprehensive orientation. Suggestion related to the job satisfaction are management needs to encourage condusive working condition and relationship between colleagues. Compensation plan also needs to integrate with other human resources functions to achieve maximum satisfaction.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ciliana
"Perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis turut menjadi pemicu bagi organisasi untuk melakukan perubahan secara konstan dan terus menerus agar dapat mencapai sebuah kesuksesan. Efektivitas usaha perubahan tersebut dipengaruhi oleh kesiapan untuk berubah. Oleh karena itu, pemahaman mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan untuk berubah merupakan hal yang penting bagi top management dalam perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja, keterlibatan kerja, stres kerja, dan komitmen organisasi terhadap kesiapan untuk berubah. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto dan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data. Partisipan dalam penelitian ini adalah 403 orang karyawan PT Bank Y yang minimal telah bekerja selama dua tahun. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistik regresi berganda pada SPSS 13.0. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dari kepuasan kerja, keterlibatan kerja, stres kerja, dan komitmen organisasi terhadap kesiapan untuk berubah.

Change in businesses can be a trigger for organization to perform constant and continuous change in order to reach success in business. The effectiveness of change effort is influenced by readiness for change. Based on this fact, understanding about factors that may influence readiness for change is essential for top management in company. This research intends to investigate the influence of job satisfaction, job involvement, occupational stress, and organizational commitment on readiness for change. This research is ex-post facto research and use questionnaire as tool for collecting data. Participants in this research are 403 employees of PT Bank Y who have worked for minimum two years in that company. Acquired data was analyzed using multiple regressions as statistic technique in SPSS 13.0. The results showed that readiness for change is significantly influenced by job satisfaction, job involvement, occupational stress, and organizational commitment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erie Prakoso
"ABSTRAK
Kepuasan kerja adalah sikap seorang pekerja terhadap pekerjaannya. Pekerja
mungkin memiliki sikap positif atau negatif terhadap pekerjaannya. Sikap positif
akan menghasilkan perasaan puas, sedangkan sikap negatif akan menghasilkan
rasa tidak puas.
Berbagai cara telah dilakukan banyak ahli dalam upaya menjelaskan mengenai
konsep / definisi, penyebab, maupun akibat dari kepuasan kerja. Terdapat 2
pendekatan utama yang dilakukan para ahli dalam upaya ini : pendekatan global
/ umum dan pendekatan terhadap komponen-komponen pekerjaan. Pendekatan
global menekankan pada perasaan umum pekerja terhadap pekerjaannya,
sedangkan pendekatan terhadap komponen pekerjaan dipandang sebagai jumlah
kepuasan pekerja terhadap komponen-komponen pekerjaannya (seperti gaji,
lingkungan kerja, rekan kerja dan sebagainya).
Sebagai salah satu jenis dari tingkah laku manusia dalam pekerjaan, kepuasan
kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara garis besar dapat dibagi ke
dalam 3 golongan : faktor individu, faktor (lingkungan) pekerjaan, dan faktor
interaksional diantara keduanya. Penelitian ini ingin melihat bagaimana faktor
interaksional antara karakteristik individu dan pekerjaan berpengaruh terhadap
derajat kepuasan kerja yang dialami pekerja.
Dasar dari penelitian ini adalah pengujian konsep kesesuaian antara individu
dan Iingkungan pekerjaannya (person - environment fit) dalam pengaruhnya
terhadap tingkat kepuasan keda seseorang. Dalam praktik pelaksanaannya,
penelitian ini akan melihat hubungan antara faktor kepribadian (faktor individu)
terhadap kepuasan kerja, sehubungan dengan konsep kesesuaian individu -
lingkungan di atas. Secara lebih spesifik, penelitian ini didasarkan atas teori
kesesuaian individu - lingkungan dari Holland (1985) yang menyatakan bahwa
keselarasan antara karakteristik kepribadian seseorang dengan lingkungan
pekerjaannya akan meningkatkan derajat kepuasan kerja yang dialaminya.
Aspek kepribadian yang akan diteliti adalah preferensi seseorang terhadap risiko (risk preference). Preferensi terhadap risiko adalah kecenderungan seseorang
untuk bertindak pada waktu ia berhadapan dengan situasi yang mengandung
risiko. Subyek yang mempunyai preferensi terhadap risiko rendah akan cenderung
menghindari situasi berisiko, atau memilih tindakan yang mengandung derajat
risiko kecil. Sebaliknya subyek dengan preferensi terhadap risiko tinggi akan relatif
memilih tindakan yang berisiko atau justru "menikmati" situasi berisiko itu sendiri.
Pengaruh aspek kepribadian terhadap kepuasan kerja telah banyak diteliti.
Namun, penelitian mengenai pengaruh atau hubungan preferensi terhadap risiko
(yang menurut Robbins 1993 adalah salah satu atribut kepribadian terpenting
dalam pekerjaan), masih relatif sulit ditemukan di literatur.
Derajat kepentingan suatu atribut kepribadian dalam menentukan tingkah laku
pekerjaan tentu bergantung dari karakteristik pekerjaan itu sendiri. Karenanya,
untuk meneliti mengenai hubungan antara preferensi terhadap risiko dan tingkah
laku pekerjaan (dalam hal ini adalah kepuasan kerjanya), karakteristik pekerjaan
yang diteliti idealnya adalah pekerjaan yang banyak melibatkan risiko. Untuk itu,
sampel penelitian yang diambil adalah para dealer atau pialang perdagangan
mata uang.
Dealer adalah orang yang bertugas melaksanakan transaksi penjualan atau
pembelian mata uang dalam bisnis perdagangan mata uang terhadap mata uang
lainnya. Karakteristik pekerjaan ini banyak melibatkan risiko karena keputusan
yang salah dalam menentukan mata uang mana yang harus dibeli atau dijual
dapat mengakibatkan kerugian dalam jumlah yang besar. Risiko yang ditanggung
dealer menjadi terasa besar karena seringnya ia membuat keputusan pembelian
/penjualan.
Untuk mengetahui preferensi terhadap risiko dan kepuasan kerja pada dealer,
digunakan kuesioner. Kuesioner ini disebarkan kepada para dealer di Jakarta
dengan prinsip ketersediaan dan kemudahan. Untuk mengetahu hubungan antara
preferensi terhadap risiko dan kepuasan kerja para dealer digunakan perhitungan
statistik korelasional.
Dari penelitian ini didapatkan hasil korelasi yang tidak signifikan antara preferensi
terhadap risiko dan tingkat kepuasan kerja yang dialami pada dealer. Hal ini berarti
untuk sampel penelitlan ini, tingkat preferensi terhadap risiko tidak mempengaruhi
tinggi rendahnya kepuasan kerja.
Tidak signifikannya hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena beberapa hal.
Antara lain karena kelemahan pada karakteristik sampel dan teknik pengambilan
sampel, faktor kepentingan kesesuaian kepribadian - pekerjaan bagi sampel
penelitian, dan kurangnya elaborasi dari penelitian ini. Untuk penelitian-penelitian
sejenis di masa datang, peneliti menyarankan agar kekurangan-kekurangan dalam
penelitian ini dapat diperbaiki."
1994
S2314
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Lonanda Ez, auhtor
"Penelitian ini menguji pengaruh dimensi workplace spirituality terhadap stres kerja karyawan pada 61 karyawan yang bekerja pada Bank Konvensional X, dan 80 orang karyawan yang bekerja pada Bank Syariah Y. Analisis dari metode regresi berganda menggunakan software SPSS 21 menunjukkan bahwa hanya community of work yang berpengaruh negative signifikan terhadap stres kerja karyawan, baik pada Bank Konvensional X dan Bank Syariah Y. Dua dimensi lainnya yaitu inner life dan meaningful of work tidak berpengaruh signifikan terhadap stres kerja karyawan baik padan Bank Konvensional X dan Bank Syariah Y.

This study examines the effect of work stress at 61 employees working at Conventional Banking X, and 80 employees working at Islamic Banking Y. Analysis of multiple regression using SPSS 21 showed that only community of work that a negative significant to work stress, both at Conventional Banking X and Islamic Banking Y. The two other dimensions are inner life and meaningful of work does not significant to work stress, both at Conventional Banking X and Islamic Banking Y."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S66007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ray Juna Dwitama
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Tindakan Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Tempat Kerja Terhadap Stres Kerja dan Kinerja Karyawan perusahaan di Kota Batam. Penelitian ini menggunakan Teori Kinerja dari Koopman (2014), teori Stres Kerja oleh Inoue et al (2014), yang digambarkan pada Brief Job Questionnaire, serta untuk Tindakan Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Tempat Kerja menggunakan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/328/2020 tentang Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Tempat Kerja Perkantoran Dan Industri Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha Pada Situasi Pandemi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan total responden sebanyak 302 orang, yang dilakukan dengan membagikan survey kuisioner secara online. Pada penelitian ini ditemukan terdapat pengaruh Tindakan Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Tempat Kerja Terhadap Stres Kerja, serta terdapat pengaruh Tindakan Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Tempat Kerja Terhadap Kinerja responden penelitian.

The purpose of this study is to find out the impact of Prevention and Control Measures for Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) at Work on Work Stress and Performance of Company Employees in Batam. This research uses the Performance Theory from Koopman (2014), the Work Stress theory by Inoue et al (2014), which is described in the Job Brief Questionnaire, as well as for Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Prevention and Control Measures in the Workplace using a Ministry of Health Guidelines for the Prevention and Control of Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) in Office and Industrial Workplaces in Support of Business Continuity in Pandemic Situations. This study uses quantitative methods with a total of 302 respondents, which was conducted by distributing questionnaire surveys online. In this study, it was found that there was an effect of Prevention and Control Measures for Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) at Work on Work Stress and the Performance of Research respondents."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
L. Verina Halim
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan sehubungan dengan geJala
stress yang terJadi di lingkungan organisasi sehari-hari
TuJuannya adalah untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan
antara subJek yang berbeda Jenis kelamin dan kedudukannya
dalam memperseps1kan suatu s1tuas1 stress serta cara responsnya
dalam situasi tersebut Sebagai hipotesa tambahan Juga
akan dilihat ada atau tidaknya pengaruh pengalaman pada persepsi
subJek terhadap situasi stress Semua hipotesa didasarkan pada pandangan bahwa suatu tingkah laku ditentukan
oleh situasi dalam interaksinya dengan respons individu Untuk
pengolahan data d1gunakan analisa faktor dan perbedaan
antar mean Hasil penelitian menunJukkan bahwa situasi yang
dirasakan paling menekan adalah yang berhubungan dengan harga
diri yang agak menekan menyangkut tuntutan terhadap kemampuan dan yang kurang menekan adalah situasi rutin Respons
yang paling sering muncul mencakup keseluruhan organ tubuh seperti otot Jantung dan peredaran darah sedangkan
yang Jarang muncul adalah respons pencernaan Baik dalam hal
Jenis kelamin maupun kedudukan tidak ditemukan adanya perbedaan
yang signifikan Namun dapat dilihat adanya kecenderungan
bahwa pada umumnya subJek wanita lebih merasakan stress
dibandingkan subJek pria dimana perbedaan ini lebih disebabkan oleh wanita yang berkedudukan sebagai penyelia Dalam
hal kedudukan subJek yang berkedudukan sebagai penyelia lebih
merasa stress dibandingkan dengan subJek yang berkedudukan
sebagai manaJer madya Dl samping itu terluhat pula kecenderungan
bahwa subJek yang belum pernah mengalami suatu Si tuasi
stress akan memandang situasi tersebut sebagai lebih menekan
(stressful) dibandingkan mereka yang sudah pernah mengalami."
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riris Rizka Wikanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari persepsi keadilan organisasional yang terdiri dari tiga dimensi (distributif, prosedural dan interaksional) terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi yang terdiri dari tiga dimensi (afektif, normatif, dan keberlanjutan) dan intention to leave (keinginan keluar) pada auditor yang bekerja di KAP XYZ.Hipotesis diuji menggunakan data yang diambil dari 204 sampel auditor di sebuah Kantor Akuntan Publik melalui online survey.
Hasil yang didapatkan melalui structural equation modelling menunjukkan bahwa hanya dimensi keadilan distributif dan prosedural yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan pada keadilan interaksional. Pada kepuasan kerja, ditemukan pengaruh positif dan signifikan terhadap seluruh dimensi komitmen organisasional. Selain itu, hanya komitmen afektif yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap intention to leave. Kepuasan kerja juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intention to leave. Sehingga, komitmen organisasional memediasi penuh hubungan antara kepuasan kerja dengan intention to leave. Saran yang ditawarkan kepada KAP XYZ di antaranya adalah membatasi lembur karyawan, meningkatkan penghargaan kepada karyawan, menambahkan pelatihan-pelatihan sesuai dengan kebutuhan karyawan dan menyusun sistem reward yang lebih menarik.

The aim of the research is to study the impact of organizational justice perception which has three dimensions (distributive, procedural, and interactional) on job satisfaction, organizational commitment which has three dimensions (affactive, normative, and continuance) and intention to leave in auditor of KAP XYZ. Hypothesis tested using data of 204 auditor from a Public Accountant Firm through an online survey.
Results obtained using structural equation modelling suggested that only distributive and procedural justice have were found positively related to job satisfaction. There is no significant impact of interactional justice. Job satisfaction found positively related to all dimensions of organizational commitment. Also, only affective commitment was found negatively related to intention to leave. Moreover, there is significant effect of job satisfaction on intention to leave. Thus, organizational commitment fully mediating relationship of job satisfaction and intention to leave. This research suggests KAP XYZ to limit overtime job, increase praise to workers, conduct more training as needed and promote interesting reward system.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S58919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>