Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 816 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Singapore: Churchill Livingstone Elsevier, 2011
617.53 NEC
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Sugiyono
"Latar belakang: Nyeri leher merupakan salah satu keluhan muskuloskeletal tersering menduduki urutan ke 2 setelah nyeri punggung bawah dalam menyebabkan disabilitas, kehilangan produktivitas dalam pekerjaan dan rekurensi. Nyeri leher berhubungan dengan berbagai hendaya dan disabilitas mulai dari nyeri, kekakuan, gangguan keseimbangan, kognitif dan gangguan emosi serta mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan berpengaruh pada kualitas hidup. Pengukuran disabilitas akibat nyeri leher menggunakan self-reported questionnaire yang sahih dan andal menjadi komponen penting dalam evaluasi dan pemantauan nyeri, disabilitas dan keadaan psikososial pada pasien nyeri leher. Tujuan studi ini adalah untuk menilai kesahihan dan keandalan Neck Disability Index (NDI) untuk mengukur disabilitas pasien nyeri leher di Indonesia. Metode: Kuesioner NDI orisinil dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan metode adaptasi transkultural dari Mapi Research Trust ke bahasa Indonesia melalui proses forward translation, backward translation, cognitive debriefing dan proofreading. Kuesioner NDI bahasa Indonesia yang telah disetujui oleh peneliti dan pengelola kuesioner dinilai kesahihan dan keandalannya dengan diuji pada 50 pasien nyeri leher di Poliklinik Rehabilitasi Medik RS Cipto Mangunkusumo. Kesahihan konstruksi dinilai dengan menggunakan korelasi antar item terhadap skor total. Keandalan dinilai dengan konsistensi internal berdasarkan Cronbach alpha dan keandalan test-retest yang dinilai dalam jangka waktu 2-3 jam dengan kuesioner kedua yang telah dirandomisasi.
Hasil: Subjek penelitian berada pada rentang usia 45.3±14.7 tahun dengan 74% merupakan perempuan. Kesahihan konstruksi dari kuesioner didapatkan korelasi sedang – kuat dengan koefisien korelasi 0.416-0.761. Konsistensi internal didapatkan baik dengan Cronbach 0.839. Keandalan test-retest didapatkan baik dengan intraclass correlation sebesar 0.92 (95% CI 0.86-0.955).
Kesimpulan: Kuesioner Neck Disability Index bahasa Indonesia merupakan kuesioner yang sahih dan andal dalam penilaian disabilitas pada pasien nyeri leher.

Background: Neck pain is one of the most common musculoskeletal complaint and ranks second after low back pain. It causes disability, loss of productivity at work and recurrence. Neck pain is associated with various disabilities ranging from pain, stiffness, balance disorders, cognitive and emotional disorders and affects daily activities and quality of life. Measurement of disability due to pain using self-reported questionnaires that is valid and reliable becomes an important component in the evaluation and monitoring of pain, disability and psychosocial conditions in neck pain patients. The aim of this study was to assess the validity and reliability of Neck Disability Index (NDI) to measure disability in neck pain patients in Indonesia.
Method: The original English NDI questionnaire was translated using the transcultural adaptation method from Mapi Research Trust into Indonesian through the process of forward translation, backward translation, cognitive debriefing and proofreading. The Indonesian NDI questionnaire which was approved by the NDI developer was assessed for validity and reliability by being tested on 50 neck pain patients at the Medical Rehabilitation Polyclinic of Cipto Mangunkusumo Hospital. The construct validity was assessed using the item-total correlation. Reliability was assessed by internal consistency based on Cronbach alpha and test-retest reliability which was assessed within a period of 2-3 hours with a second randomized questionnaire.
Results: The research subjects were in the age range of 45.3±14.7 years with 74% being women. The validity of the construction of the questionnaire obtained a moderate - strong correlation with a correlation coefficient of 0.416-0.761. Internal consistency was good with Cronbach 0.839. Test-retest reliability was good with an intraclass correlation of 0.92 (95% CI 0.86-0.955).
Conclusion: The Indonesian Neck Disability Index questionnaire is a valid and reliable questionnaire in assessing disability in neck pain patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Marpati Yanti
"ABSTRAK
Tujuan : Membandingkan efektivitas pemberian terapi laser tenaga rendah
yang diaplikasikan setiap hari dengan aplikasi 2 kali perminggu dalam
menurunkan derajat nyeri pada penderita osteoartritis servikal.
Metode : Uji klinis acak tersamar tunggal, empat puluh subyek penelitian
dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok I mendapatkan terapi laser tenaga
rendah tiap hari kerja selama 10 hari terapi (2 minggu), sedangkan kelompok II
mendapatkan terapi laser tenaga rendah 2 kali perminggu selama 10 hari terapi
(5 minggu).
Tempat : Departemen Rehabilitasi Medik RSUPN-CM Jakarta.
Hasil : Hasil intervensi selama 10 kali pertemuan berturut-turut
menunjukkan penurunan nilai VAS yang bermakna (p<0,05). Dengan analisis
general linier model for repeated measure didapatkan tren penurunan nilai VAS
kelompok yang diintervensi setiap hari menunjukkan penurunan yang lebih baik
dibandingkan kelompok yang diintervensi dengan interval 2 kali perminggu. Pada
kelompok pertama didapatkan penurunan nilai VAS lebih besar pada terapi laser
tenaga rendah setiap hari mulai pada pertemuan ke-6 hingga pertemuan ke-10.
Kesimpulan : Laser tenaga rendah efektif menurunkan nyeri leher penderita OA
servikal.Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap penurunan nilai VAS antara
terapi laser tenaga rendah setiap hari dan terapi laser tenaga rendah 2 kali
perminggu, dengan penurunan nilai VAS lebih besar pada terapi laser tenaga
rendah setiap hari

ABSTRACT
Objective : Comparing the effectiveness between everyday and twice weekly
application of Low Level Laser Therapy, in lowering rate of pain in patients with
cervical osteoarthritis.
Design : Single-blind randomized clinical trials, forty subjects were
divided into two groups. Group I get a low level laser therapy everyday for 10
days of therapy (2 weeks), whereas group II get a low level laser therapy twice
weekly for 10 days of therapy (5 weeks).
Setting : Physical Medicine and Rehabilitation Department Dr Cipto
Mangunkusumo Hospital Jakarta.
Result : The results of the intervention for 10 consecutive sessions shows
a significant decrease in VAS values (p <0.05). Result analysis with general linier
model for repeated measure in both groups show a better VAS decline in everyday
application group. In first group, the decrease in VAS is greater in application of
Low Level Laser Therapy from session six to ten.
Conclusion : Low level laser therapy effectively decreased neck pain in
cervical OA. There was significant difference in VAS between everyday and
twice weekly application of low level laser therapy, with a greater reduction in
VAS value in every day application."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nur Ulandini
"Lansia adalah seseorang dengan usia 60 tahun atau lebih yang mengalami proses penuaan dan berdampak terhadap perubahan sistem metabolisme tubuh mereka, salah satunya sistem kardiovaskuler. Salah satu penyakit yang banyak diderita oleh lansia adalah hipertensi. Di tingkat nasional, DKI Jakarta menempati urutan kesembilan mengenai prevalensi hipertensi yaitu 33,43%. Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi. Adapun manifestasi dari hipertensi tengkuk terasa tegang atau nyeri leher yang dapat mengganggu lansia dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya. Penulisan ini dibuat dengan tujuan untuk menyajikan dan memaparkan hasil analisis Asuhan Keperawatan Penurunan Nyeri Tengkuk Pada Lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung dengan terapi manajemen nyeri non-farmakologis berupa kompres hangat warm water zack dan relaksasi napas dalam. Pemberian terapi dengan warm water zack untuk mengompres bagian tubuh yang sakit dan mengurangi keluhan nyeri. Hasil evaluasi pemberian intervensi selama tujuh hari menggunakan instrument Short-Form Mcgill Pain Questionnaire didapatkan skor nyeri menurun dari sebelum intervensi yaitu 16 dan sesudah intervensi menjadi 4. Respon subjektif yang didapatkan seperti klien sudah mengetahui cara mengurangi dan menghilangkan nyeri. Hal ini mengartikan bahwa kompres hangat warm water zack dan relaksasi napas dalam yang dilakukan dapat menurunkan nyeri tengkuk keluhannya. Terapi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat dan staff lahan praktik untuk mengimpelementasikan sebagai salah satu intervensi mandiri perawat.

The Elderly is someone aged 60 years or more who is experiencing the aging process and has an impact on changes in their body's metabolic system, one of which is the cardiovascular system. One of the most common diseases suffered by the elderly is hypertension. At the national level, DKI Jakarta ranks ninth regarding the prevalence of hypertension, which is 33.43%. Hypertension is a condition where the blood pressure against the artery walls is too high. The manifestations of hypertension are neck tension or neck pain which can interfere with the elderly in carrying out their daily activities. This writing was made with the aim of presenting and explaining the results of the analysis of Nursing Care for Reducing Neck Pain in the Elderly at PSTW Budi Mulia 1 Cipayung with non-pharmacological pain management therapy in the form of warm water zack warm compresses and deep breath relaxation. Giving therapy with warm water zack to compress the sick body part and reduce pain complaints. The results of the evaluation of the intervention for seven days using the Short-Form McGill Pain Questionnaire instrument showed that the pain score decreased from before the intervention, namely 16 and after the intervention to 4. Subjective responses were obtained such as the client already knowing how to reduce and eliminate pain. This means that Zack's warm water compresses and deep breathing relaxation can reduce his neck pain. This therapy is expected to be input for nurses and practice staff to implement it as one of the independent nurse interventions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Triandana Budi Wisesa
"Latar Belakang: Operator crane merupakan pekerjaan yang memiliki resiko tinggi mengalami gangguan muskuloskeletal. Studi epidemiologi yang dilakukan oleh Kuswaha et al menunjukkan bahwa dari 90% operator crane, 63% mengalami nyeri leher.1 Operator crane melakukan sebagian besar aktivitas kerja mereka dengan postur tubuh yang janggal pada leher, bahu dan punggung. Prevalensi nyeri leher yang tinggi dikaitkan dengan derajat fleksi leher yang tinggi serta postur statis dan janggal saat duduk. Postur membungkuk yang terus menerus dapat menyebabkan ketegangan dan tekanan pada jaringan lunak di sekitar tulang belakang. 2 Bekerja mengoperasikan crane dalam posisi duduk statis dan membungkuk ke bawah dan dalam waktu yang lama merupakan bagian dari tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diubah secara teknis, sehingga perlu dilakukan kontrol, salah satunya dengan program peregangan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah peregangan yang dilakukan dalam waktu dua minggu (lebih singkat dari studi referensi) mampu menurunkan nilai VAS nyeri leher pada operator crane, serta untuk mengetahui berapa nilai penurunan VAS tersebut. pengukuran sebelum peregangan dan setelah peregangan.
Metode: Studi analitik dengan desain within group experiment with repeated measurement. Dilakukan terhadap 25 orang responden yang dipilih secara consecutive sampling dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Penelitian dilakukan dengan pemberian edukasi gerakan peregangan yang dilakukan dalam durasi sekitar lima menit, dilakukan dua kali dalam sehari yaitu sebelum dan setelah bekerja, dilakukan lima hari dalam satu minggu, selama dua minggu. Kemudian dilakukan pengukuran nilai Visual Analog Scale (VAS) sebelum dilakukan peregangan dengan sesudah dilakukan 5 hari peregangan dan 10 hari peregangan.
Hasil: Didapatkanya nilai prevalensi nyeri tengkuk sebanyak 39,6% serta terdapat penurunan signifikan dari nilai nyeri sebelum dilakukan peregangan (VAS = 5 (3-7)) dengan nilai nyeri setelah dilakukan peregangan (VAS = 3 (1-5)) dengan nilai p<0,01 dari uji wilcoxon. Tidak didapatkannya perubahan yang bermakna terhadap faktor individu yang dinilai, baik berdasarkan variabel umur, status gizi, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok.
Kesimpulan: Peregangan otot dapat menurunkan nilai nyeri tengkuk leher pada subjek penelitian operator crane, yang diukur berdasarkan Visual Analogue Scale (VAS) dengan intervensi peregangan dilakukan  selama 2 minggu.      

Background: Working to operate a crane in a sitting position for a long time with the back and neck bent is considered to be associated with an increased risk of neck and back pain disorders in crane operators, and is part of the job demands that cannot be changed technically. It is necessary to control the incidence of neck pain in crane operators, one of which is by stretching. The purpose of this study was to prove whether stretching that was carried out within two weeks (shorter than the reference study) was able to reduce the VAS value in neck pain in crane operators.
Methods: This study used an analytical study in the form of within group experiment with repeated measurement design. This research was conducted at the X container terminal located in North Sumatra, carried out when there were still social restrictions on the Covid-19 pandemic in October 2020. This study involved 25 respondents, who were obtained through consecutive sampling. Interventions were carried out by providing education for the McKenzie stretching movements which were about five minutes duration, twice a day, before and after work, for five days a week, in two weeks. Then the Visual Analog Scale (VAS) value was measured before stretching, 5 days of stretching and 10 days of stretching. The stretching and VAS measurement activities were monitored by the company doctor as well as the research team whose perceptions were matched.
Results: The prevalence value of neck pain was 39,6% and there was a statistically significant decrease in VAS levels from VAS = 5 (3-7) before stretching to VAS = 3 (1-5) after stretching for 2 weeks with p values 0.000. There were no significant changes in individual factors that could potentially be confounding factors, such as age, nutritional status, exercise habits, and smoking habits during the experiment.
Conclusion: Muscle stretching can reduce the value of neck pain in crane operator research subjects, which was measured based on the Visual Analog Scale (VAS) with stretching interventions carried out for 2 weeks.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Iryana
"Latar Belakang. Nyeri tengkuk merupakan keluhan yang sangat umum, dimana 70% populasi pekerja pernah mengalami nyeri tengkuk.Para pekerja penjahit yang bekerja dengan posisi duduk menunduk banyak yang mengeluhkan nyeri tengkuk.Untuk mengatasi keluhan nyeri tengkukkarena kekakuanotot salah satunya dapat dengan menggunakan latihan peregangan.
Tujuan. Menilai pengaruh latihan peregangan dan penyuluhanterhadap berkurangnya keluhan nyeri tengkuk dibandingkan pemberian penyuluhan saja pada pekerja penjahit diUsaha Mikro, Kecil, danMenengah (UMKM) pembuatan boneka di Bogor.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian uji non randomized control trial yang dilakukan dengan intervensi latihan peregangan dan penyuluhan. Pengumpulan data meliputi wawancara, pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan spesifik tengkuk serta pemeriksaan intensitas nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS).
Hasil. Dari 42 subyek penelitian yang terdiri dari 21 subyek pada kelompok kontrol yang mendapatkan penyuluhan saja dan 21 subyek pada kelompok intervensi dengan latihan peregangan dan penyuluhan didapatkan hasil ada perbedaan bermaknapada nilai VAS setelah intervensi. Penurunan nilai VAS pada kelompok intervensi yang lebih besardengan rerata 1,904 + 1,578 di bandingkan dengan kelompok kontrol 0,476 + 1,986. Pada perbedaan nilai VAS pagi sebelum bekerja, nilai VAS siang pada waktu istirahat dan Nilai VAS sore setelah bekerja ada perbedaan bermakna. Pada analisis multivariat pengaruh intervensi dan masa kerja mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap penurunan nilai VAS.
Kesimpulan. Latihan peregangan otot yang dilakukan selama 5-10 menit sebanyak 3 kali sehari selama 2 minggu dan secara teratur dapat mengurangi intensitas nyeri tengkuk.

Background : Neck pain is a very common complaint, where 70% of the working population had experienced neck pain. Seamstresses who work in a bow sitting position have the most complain of neck pain.To reliefthe neck pain problemdue to muscle tightness the option of stretching exercises can be used.
Purpose: To assess the effectiveness of stretching exercises witheducation to the reduction of neck pain complaints, compared with educationonly among seamstresses at Small, Medium Enteprise (SME)dolls in Bogor.
Methods : This study is a non-randomized control trial involving stretching exercises and education interventions. Data collection includes interviews, questionnaires, physical examination, specific inspection of neck and examination of neck pain intensity using Visual Analog Scale (VAS).
Results : Of the 42 study subjects consisting of 21 subjects in the control group who received education only and 21 subjects in the group intervention with stretching exercises and education showedthere is a significant difference in VAS score after intervention. Decreasing VAS value in the intervention group were greater with average value 1,904+1,578 compare with control group 0,476+1,986. On the difference in VAS morning before work, during the VAS value at rest and VAS Value evening after working there were significant differences. In the multivariate analysis the influence of the working groups and a has a significant influence onthe VAS value.
Conclusion : Stretching exercices are done for 5-10 minute of three time a day for 2 weeks regularly can reduce neck pain intensiti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Rahmayani
"ABSTRAK
Pekerja pembuat cincin akik memiliki potensi memiliki gangguan muskulosceletal disorder terkait dengan aktivitas pekerjaan dan postur tubuh selama bekerja. Umumnya, pekerja dengan posisi menunduk melebihi 200 berisiko terhadap kejadian nyeri leher. Survey pendahuluan pada 28 orang pekerja, ditemukan 15 orang dengan keluhan nyeri leher,untuk itulah dilakukan penilaian terhadap risiko ergonomi dengan melihat terjadinya perubahan insiden nyeri leher pada pekerja yang bekerja 4 jam pertama dan 4 jam kedua yang diselingi waktu istirahat.
Tujuan penelitian menilai pengaruh tingkat risiko ergonomi sikap kerja berdasarkan RULA dan faktor ? faktor lainnya dengan nyeri leher pada pekerja industri pembuat cincin.
Metode penelitian cohort prospektif dengan observasi 8 jam kerja pada 40 subyek penelitian dengan 20 kelompok terpapar (yang memiliki skor RULA tinggi) dan 20 kelompok kontrol (yang memiliki skor RULA rendah-sedang).Pengumpulan data dengan observasi skor Rapid Upper Limb Assesment (RULA) beberapa hari sebelumnya, pengisian kuesioner, pemeriksaan spesifik leher serta pemeriksaan intensitas nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS).
Didapatkan hasil bahwa tingkat risiko ergonomi leher tinggi memiliki risiko 3,93 kali dibandingkan tingkat risiko ergonomi leher rendah terhadap kejadian nyeri leher (RR 3,93 ; Cl95% 1,66-9,3 ), dan tingkat risiko ergonomi punggung tinggi mempunyai risiko 5,25 kali dibandingkan tingkat risiko ergonomi punggung rendah terhadap kejadian nyeri leher, (RR 5,25; Cl95% 1,93-14,25 ).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh antara tingkat risiko ergonomi sikap kerja berdasarkan RULA dengan nyeri leher pada pekerja industri pembuat cincin.

ABSTRACT
The Agate Ring Maker Workers has a potential that can cause health problems such muskulosceletal disorder associated with the activity of work and posture during work. In general, employees working in a sitting position without backrest down or stand down in excess of 200 is at risk of incidence of neck and shoulder pain. At the preliminary survey, from 28 workers, found 15 people with complaints of neck pain. For this reason, it should be made an assessment of ergonomic risk to see the incidence of neck pain in workers who worked the first 4 hours and 4 hours interspersed second rest period.
Purpose to assess the effect of the level of ergonomic working risk based on Asessment of RULA and other factors with neck pain at the agate ring maker industrial workers .
This methode is a prospective cohort study with observation of 8 hours of the 40 study subjects consisting of 20 subjects in the exposed group (which has a high score of RULA) and 20 subject in the controls group (which has low-moderate score of RULA) Data collection includes observation of score Rapid Upper Limb Assessment (RULA) a few days earlier, questionnaires, specific inspection of neck and examination of neck pain intensity using Visual Analog Scale (VAS).
The result showed that the high awkward posture of the neck are at risk 3,93 times than the low awkward posture of the incidence of neck pain (RR 3,93 Cl95% 1,66-9,3 ), and high awkward postures of the back are at risk 5,25 times compared low awkward posture on the incidence of neck pain (RR 5,25; Cl95% 1,93-14,25).
It has influence of the level of ergonomic working posture risk based on Assessment of RULA working with neck pain at the agate ring maker industrial workers.
"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Dwi Astuti
"Latar Belakang Pekerja emping bekerja dengan postur menunduk selama waktu kerja yang dapat menyebabkan nyeri tengkuk. Untuk merencanakan tempat kerja yang ergonomis diperlukan ukuran tinggi meja dan kursi yang sesuai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kesesuaian tinggi meja dan kursi dengan tinggi siku duduk serta poplitea terhadap penurunan skala nyeri tengkuk.
Metode Penelitian menggunakan desain eksperimen one group pre-post. Skala nyeri tengkuk diukur meggunakan Visual Analog Scale. Intervensi yang dilakukan adalah penyesuaian tinggi meja dan kursi dengan tinggi siku duduk serta poplitea selama 14 hari. Kemudian dilakukan uji T berpasangan untuk rerata beda skala nyeri tengkuk pre dan post intervensi. Terhadap variabel bebas dilakukan uji bivariat terhadap perubahan skala nyeri tengkuk yang dilanjutkan uji multivariat.
Hasil Besar sampel penelitian 31 orang dan didapatkan prevalensi nyeri tengkuk sebelum intervensi 82%. Hipotesis terbukti yakni terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata skala nyeri tengkuk sebelum dibandingkan sesudah penyesuaian meja dan kursi kerja selama 14 hari dengan nilai p=0,000, 95%CI=3,35-4,13.
Kesimpulan Kesesuaian tinggi meja dan kursi kerja dengan tinggi siku duduk serta poplitea mempunyai hubungan yang bermakna terhadap penurunan skala nyeri tengkuk dengan masa intervensi selama empat belas hari.

Background: Emping chips labors work in bent body posture may cause neck pain. Designing ergonomically workplace require compatible table and chair height. The objective of this research to understand the effect of table and chair heightadjustment with elbow sitting height and popliteal against changing scale of neck pain.
Research Methodology: The research used experimental design with one group pre-post method. Neck pain scale was measured with Visual Analog Scale. Purposely intervention was adjustment in table and chair height with elbow sitting height and popliteal within 14 (fourteen) days observation. Subsequently, paired T-test was performed to measure mean difference between pre and post intervention against neck pain scale. Uncontrolled variable was examined with bivariate testing toward changing scale of neck pain that continued with multivariate testing.
Result: Subject of the study were 31 employees, and the prevalence neck pain before intervention was 82%. Statistically proven that there was significant difference of mean scale of neck pain between pre and post intervention in adjustment of table and chair height during 14 (fourteen) days observation with p-value = 0.000 and 95% CI= 3.35 - 4.13.
Conclusion: There was significant effect of table and chair height adjustment with elbow sitting height and popliteal against reduction of neck pain scale during 14 (fourteen) days observation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faruq Ainul Yaqin
"Pendahuluan: Nyeri prosedural atau nyeri akibat prosedural invasif merupakan sumber nyeri yang paling ditakuti dan paling umum oleh anak-anak. Sayangnya, banyak prosedur invasif akan diperlukan untuk diagnosis dan pengobatan penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh VR (Virtual Reality) terhadap perbedan rata-rata skor nyeri prosedural, karakteristik usia sekolah serta jenis kelamin pada anak dengan kanker. Metode: Penelitian menggunakan desain quasy experimental posttest-only pada 19 pasien kelompok kontrol dan 19 pasien kelompok intervensi. teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan sistem tidak acak (non-probability sampling) dengan cara convenience sampling. Analisis data menggunakan uji T independen. Hasil: Hasil uji statistika menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan skor nyeri antara kelompok kontrol dengan intervensi (p value 0,019), tidak ada perbedaan signifikan rata-rata skor nyeri antara karakteristik usia sekolah dan usia remaja (p value 0.862), tidak ada perbedaan signifikan rata-rata skor nyeri antara karakteristik jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan (p value 0.223), sehingga dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwasanya ada perbedaan signifikan rata-rata skor nyeri antara kelompok intervensi VR (Virtual reality) dan kelompok kontrol terapi standar rumah sakit dengan teknik distraksi nafas dalam, namun tidak ada perbedaan signifikan rata-rata skor nyeri antara karakteristik usia sekolah dan usia remaja dan tidak ada perbedaan signifikan rata-rata skor nyeri antara karakteristik jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan. Rekomendasi: Diharapkan penelitian selanjutnya meneliti sampel yang lebih besar dan perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh VR (Virtual reality) terhadap nyeri akibat prosedur lainnya, tempat penelitian dan instrumen skor nyeri yang berbeda.

Procedural pain or pain due to invasive procedures is the most feared and most common source of pain for children. Unfortunately, many invasive procedures will be required for the diagnosis and treatment of the disease. The purpose of this study was to determine the effect of VR (Virtual Reality) on the difference in average procedural pain scores, school-age characteristics, and gender in children with cancer. Methods: The study used a quasy experimental posttest-only design with 19 patients in the control group and 19 patients in the intervention group. The sampling technique used is non-random sampling (non-probability sampling) using convenience sampling. Data analysis used an independent t-test. Results: The results of the statistical test showed that there was a significant difference in pain scores between the control and intervention groups (p-value 0.019), there was no significant difference in the average pain score between school-age and adolescent characteristics (p-value 0.862), there was no mean significant difference - average pain score between male and female sex characteristics (p-value 0.223), so it can be concluded from this study that there is a significant difference in the average pain score between the VR (Virtual reality) intervention group and the standard home therapy control group pain with the distraction technique of deep breathing, but there was no significant difference in the average pain score between school-age and adolescent characteristics and there was no significant difference in the average pain score between male and female sex characteristics. Recommendation: It is hoped that further research will examine a larger sample and a study is needed to determine the effect of VR (Virtual reality) on pain due to other procedures, research locations, and different pain score instruments."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siani Setiawati S.
"Data World Health Organization (WHO) Tahun 2003 melaporkan bahwa gangguan muskuloskeletal diperkirakan mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja. Nyeri tengkuk (leher belakang) merupakan masalah gangguan muskuloskeletal tubuh bagian atas yang banyak terjadi. Di beberapa negara, nyeri tengkuk mengakibatkan meningkatnya absensi pekerja dan kenaikan biaya pengobatan perusahaan. Pekerja yang berisiko tinggi mengalami nyeri tengkuk adalah pekerja yang dalam pekerjaannya berada pada posisi duduk lama, membentuk posisi tubuh janggal pada kepala-leher dan mempertahankan posisi kepala dalam waktu yang lama, seperti pengemudi taksi. Jika penyebab nyeri tengkuk diketahui lebih awal, maka kerugian yang terjadi dapat dicegah. Diketahuinya penyebab nyeri tengkuk lebih awal dapat mengurangi kerugian yang terjadi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan posisi kepala dan faktor risiko lain terhadap kejadian nyeri tengkuk akut pada pengemudi taksi.
Metode penelitian menggunakan Cross sectional dengan jumlah sampel 113 orang yang diambil secara consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara, pemeriksaan fisik dan metode fotografik untuk pengukuran posisi kepala saat mengemudi. Subyek penelitian merupakan pengemudi taksi di PT X di Jakarta dengan kriteria inklusi bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani lembar persetujuan. Kriteria ekslusinya adalah pengemudi telah memiliki keluhan atau rasa tidak nyaman di daerah tengkuk saat awal bekerja pada saat dilaksanakan penelitian, konsumsi obat penghilang nyeri dalam waktu 24 jam terakhir dan penggunaan bantalan leher saat mengemudi.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis multivariat regresi logistik dan nilai titik potong berdasarkan kurva ROC . Didapatkan sebanyak 46,7% responden mengeluhkan nyeri tengkuk akut. Dari analisis multivariat, didapatkan posisi kepala yang berhubungan dengan nyeri tengkuk akut adalah neck-horizontal angle (OR=14.72, 95% CI = 5.08-42.60). Responden dengan neck-horizontal angle ≤ 50° memiliki risiko 15x mengalami nyeri tengkuk akut dibandingkan responden dengan neck-horizontal angle > 50°, dan faktor risiko pekerjaan yang berhubungan dengan nyeri tengkuk akut adalah lama istirahat (OR= 7.61, 95% CI=2.51-23.13). Responden dengan lama istirahat per hari ≤ 3 jam memiliki risiko 8x lebih besar mengalami nyeri tengkuk akut dibandingkan responden dengan lama istirahat >3jam. Tidak ditemukan faktor individu yang berhubungan dengan nyeri tengkuk akut.

Data from the World Health Organization (WHO) 2003 reported that musculoskeletal disorders are estimated account for 60% of all occupational diseases. Neck pain is a common upper body musculoskeletal disorder. In several countries, neck pain causes an increase in worker absenteeism and health expenses of companies. Workers who are at high risk of nape pain are workers who work with prolonged sitting position, form an odd postures on the head-neck position and maintain the position of the head for an extended time, such as taxi drivers. If the cause of neck pain has known earlier, the losses that occur can be prevented. This study aims to determine the relationship of the head position and other risk factors towards the incidence of acute neck pain among taxi driver.
The study method is a cross-sectional design with a sample of 113 respondents via consecutive sampling. Data are collected via interview, physical examination and photographic methods for measuring the head position while driving. The subject of the study is a taxi driver in PT X in Jakarta with the inclusion criteria are willing to follow the study and signed informed consent. Exclusion criteria are the driver with preexisting neck pain or neck discomfort at the initial time of the study, analgesic usage in the last 24 hours and the usage of neck pads while driving.
Data was analyzed by using statistical test of multivariate logistic regression and cutoff point determination based on ROC curve. As much as 46.7% of respondents are found experiencing acute neck pain. Based on multivariate analysis, the head position associated with acute neck pain is neckhorizontal angle (OR = 14.72, 95% CI = 5.08-42.60). Respondents with neckhorizontal angle ≤ 50° have 15 times greater risk of experiencing acute neck pain than respondents with neck-horizontal angle > 50°, the risk factor of occupation associated with acute neck pain is the duration of rest on duty (OR = 7.61, 95% CI = 2:51 to 23:13). Respondents with the duration of rest on duty ≤ 3 hours per day have 8 times greater risk of experiencing acute nape pain than respondents with a longer rest > 3 hours. There is no individual factor found to be associated with acute neck pain."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>