Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48512 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Catharina W Moeljadi
"Sexual abuse merupakan suatu realita yang terjadi di sekitar kita. Data dari Pusat Krisis Terpadu RSCM menyatakan adanya 270 kasus sexual abuse sepanjang tahun 2002, yang terjadi pada anak usia 2 hingga 18 tahun. Sexual abuse ini merupakan kontak atau aktivitas seksual yang dilakukan pada anak oleh orang dewasa. Anak dipakai untuk mendapatkan stimulasi seksual bagi orang dewasa maupun orang lain. Peristiwa seksual abuse itu tentunya menimbulkan dampak bagi anak, termasuk juga berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak. Untuk dapat menggali serta lebih memahami mengenai perasaan anak setelah peristiwa sexual abuse dapat digunakan tes diagnostik, yang Salah satunya adalah Tes Menggambar Orang. Melalui tes menggambar orang akan dapat diketahui gambaran kepribadian anak, bagaimana anak ineng gambarkan dirinya, hal apa yang penting baginya, serta konflik ataupun keinginannya saat itu.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan subjek sejumlah 4 anak perempuan berusia antara 5 dan 6 tahun yang pernah mengalami sexual abuse, diperoleh dari Pusat Krisis Terpadu RSCM. Data yang digunakan adalah laporan status serla hasil tes menggambar orang. Berdasarkan analisis, tampak bahwa anak yang pernah mengalami sexual abuse memiliki kepribadian dengan kecenderungan inferior, insecure, menarik diri, serta menampakkan kecemasan hal tersebut dapat jadi berkaitan dengan peristiwa sexual abuse yang mereka alami. Seperti dikemukakan oleh para ahli, anak korban sexual abuse menjadi cemas, cenderung menarik diri, menjadi lebih jarang bermain Serta menurunnya rasa percaya diri. Para subjek juga terlihat lebih berorientasi terhadap dirinya sendiri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chitra Annisya
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana penerapan intervensi Resource Development and Installation (RDI) dalam menurunkan gejala-gejala developmental trauma pada R, seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang mengalami kekerasan seksual oleh saudara kandungnya. Tujuan dari intervensi RDI adalah mengurangi gejala-gejala trauma R dengan cara membangkitkan resource yang dimilikinya dan mengubah kognisi negatif menjadi lebih positif sehingga menurunkan tingkat ketergangguan R terhadap pengalaman traumatisnya. Intervensi RDI dilakukan dengan menggunakan teknik Point of Power, Pendulation Exercise, dan Absorption. Teknik Point of Power digunakan untuk membangkitkan sumber daya positif yang dimiliki anak. Pada teknik Pendulation Exercise, anak dihadapkan dengan materi mengganggu berupa ekspresi gambar dan dilatih untuk memindahkan fokus dari kondisi tidak menyenangkan ke kondisi tenang. Pada teknik Absorption, anak memproses ingatan menganggu dan membangkitkan resource untuk menghadapi situasi tersebut.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan penerapan RDI dapat menurunkan gejala developmental trauma pada anak yang mengalami kekerasan seksual yang terukur dari penurunan gejala developmental trauma dan tingkat ketergangguan terhadap pengalaman traumatis. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa RDI dapat memfasilitasi terjadinya Adaptive Information Processing pada anak dengan developmental trauma. Setelah intervensi, R mampu menenangkan dirinya, tidak lagi menghindari situasi keluarga, dan memusatkan perhatian di sekolah.

This study was conducted to measure the effectiveness of Resource Development and Installation (RDI) to reduce symptoms of developmental trauma on R, a 11-year-old boy who experienced sibling sexual abuse. The goal of RDI intervention is to reduce symptoms of developmental trauma by activating the child‟s resources in order to change the negative cognition become more positive so the distress level of traumatic experience will be decreased. RDI performed by using Point of Power, Pendulation Exercise and Absorption Techniques. Point of Power Technique is used to activate positive resources owned by the child. Through Exercise Pendulation technique, the child is confronted with disturbing material in the form of images and learn to shift focus from unpleasant state to calming state. Then, Absorption technique is used to process disturbing memories and activate positive resources of the child and acquire new positive coping strategy to deal with possible traumatic situation in the future.
Results of this study suggest that RDI intervention effectively decreased symptoms of developmental trauma on a child with history of sexual abuse. The decrease in developmental trauma symptoms and subjective unit of distress of traumatic memory confirmed that RDI can facilitate the adaptive information processing in children with developmental trauma. After the intervention, R becomes calmer, more open to family, and also shows improvement in concentration and behaviors.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juliawati Utoro, supervisor
"Angka kejadian kekerasan seksual pada anak meningkat dari tahun ke tahun. Keluarga merupakan orang terdekat yang berperan penting dalam merawat anak pasca kekerasan seksual yang dialaminya. Tujuan dari penelitian ini adalah menggali pengalaman orang tua merawat anak yang mengalami kekerasan seksual. Partisipan dalam penelitian ini 5 orang tua yang anaknya mengalami kekerasan seksual yang dipilih secara purposive sampling. Metoda penelitian yang digunakan adalah fenomenologi deskriptif dengan analisis data content analysis Tema yang diperoleh ada 5 yaitu: membangun koping yang adaptif, memperhatikan perubahan anak, mengupayakan segala bentuk upaya pemulihan bagi anak, memberi dukungan emosional serta upaya antisipasi. Penelitian akan datang yang perlu diteliti bagaimana persepsi anak terhadap kondisi yang dialaminya pasca kekerasan seksual.

The incidence of child sexual violence increased from year to year. Family is the closest person who caring in treat for the child after sexual violence that experienced by him. The purpose of this research is to explore the experiences of parents to treat their child who have experienced sexual violence. Participants in this research are 5 parents whose their children suffered sexual violence. Participants were selected by purposive sampling. The method of research used is descriptive phenomenology of data analysis of content analysis. Theme obtained is 5 namely: build koping that adaptive, notice change child, trying entire recovery effort form for child, give emotional support as well as effort anticipation. To next research, that important, how the children with child sexual violence have maintained their condition after sexual violence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iftah Putri Nurdiani
"Penyebarluasan gambar seksual secara non-konsensual merupakan salah satu fenomena yang banyak terjadi dalam era digital ini. Masyarakat yang patriarkal mendorong adanya ketimpangan kekuasaan dan dominasi laki-laki terhadap perempuan, hal ini lah yang kemudian melanggengkan praktik penyebarluasan terus terjadi. Selama ini, konsep revenge porn digunakan untuk melihat dan menjelaskan fenomena ini dalam masyarakat, padahal konsep tersebut banyak menuai perdebatan karena tidak peka dan insensitif terhadap korban. Penulisan ini bertujuan ingin melihat bagaimana praktik penyebarluasan gambar seksual secara non konsensual dijelaskan sebagai sebuah bentuk Image-Based Sexual Abuse (IBSA) atau kekerasan seksual berbasis gambar. Melalui analisis dengan sudut pandang feminisme radikal dan juga analisa berdasar definisi IBSA dan kerugiannya oleh McGlynn dan Rackley, ditemukan bahwa penyebarluasan gambar seksual secara non-konsensual adalah sebuah kejahatan seksual berbasis gambar (IBSA) yang merugikan perempuan dan sangat berkaitan dengan adanya dominasi serta kontrol laki-laki terhadap perempuan dan tubuhnya.

The non-consensual dissemination of sexual images is one of the most common phenomena in this digital era. A patriarchal society encourages inequality of power and male domination of women. Hence the practice of dissemination continues up until now. The concept of revenge porn has been used to explain and understand the phenomena despite its insensitivity to the victims. This writing aims to see how non-consensual dissemination of sexual abuse as a form of Image-Based Sexual Abuse (IBSA). Through the analysis using radical feminism perspective and definition of IBSA by McGlynn and Rackley, the data findings show that the non-consensual dissemination of sexual images is a form of Image-Based Sexual Abuse (IBSA) that harms women and is closely related to male domination and control towards women."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Shinta Noviar Unicha
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas gambaran kekerasan seksual terhadap anak perempuan di Pusat Krisis Terpadu RSUPN dr. Ciptomangunkusumo berdasar temuan dari 49 data rekam medis tahun 2016 ndash; 2017 yang dikumpulkan peneliti. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas korban berusia 6 ndash; 11 tahun 38,8 , berstatus pendidikan SD/ tamat SD, dan datang dengan permintaan visum. Jenis kekerasan seksual terhadap anak perempuan didominasi kasus pemerkosaan oleh pelaku berusia 25 ndash; 40 tahun berjenis kelamin laki ndash; laki yang dikenal dan memiliki hubungan kedekatan dengan korban, seperti tetangga, pacar, teman, guru, dan pengasuh. Mayoritas korban kekerasan seksual terhadap anak perempuan memiliki status ekonomi menengah ndash; menengah ke bawah, status perkawinan orangtua dan hubungan dengan orangtua baik tetapi kurang pengawasan. Diketahui mayoritas kemampuan sosialisasi dan kondisi psikis korban dalam kategori baik ndash; cukup. Kejadian kekerasan seksual mayoritas dilakukan di tempat privasi dan tertutup pada jam 10.01 ndash; 16.00 saat orangtua bekerja dan 16.01 ndash; 22.00 saat anak bebas bermain dan lepas dari pengawasan orangtua. Sebanyak 59,2 korban mengaku mendapatkan paksaan/ ancaman/ iming ndash; iming, unsur pornografi, dan obat/ alkohol menggunakan makanan atau minuman dari pelaku. Mayoritas korban menyatakan tidak memberi perlawanan karena adanya ancaman/ iming ndash; iming dari pelaku, atau tidak tahu hal yang ia lakukan adalah salah, atau dilakukan atas dasar suka sama suka. Diharapkan bagi orangtua melakukan upaya ndash; upaya untuk mencegah anak menjadi korban maupun mencegah kejadian kekerasan seksual terulang kembali dengan mengajarkan anak tentang batasan antara lawan jenis, menggunakan baju yang sopan dan tidak terbuka, bagian tubuh yang tidak boleh disentuh, sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh, cara memberi respon penolakan, perilaku seksual yang berisiko dan akibatnya, serta orangtua meningkatkan pengawasan terhadap anaknya.

ABSTRACT
This thesis discusses the description of child sexual abuse on girls in Integrated Crisis Center RSUPN dr. Ciptomangunkusumo based on the findings of 49 medical records from 2016 to 2017 collected by researcher. This research is a quantitative research with descriptive design. The results showed that the majority of victims aged 6 11 years 38.8 , in elementary school education primary school, and come with a visum request. Types of sexual abuse are dominated by rape cases by perpetrators of 25 40 year old who are known and have close relationships with victims, such as neighbors, boyfriends, friends, teachers, and caregivers. The majority of victims have lower middle to lower economic status, parental marital status and good parent relationship but lack of parental supervision. Given the majority of socialization skills and the psychological condition of the victim in either good ndash enough category. The majority of sexual abuses conducted in private place and happen at 10.01 a.m 04.00 p.m. when parents are working and 04.01 p.m. 10.00 p.m. when children are free to play out and out of parental supervision. As many as 59.2 of victims claimed to have coercion threat lure, pornography, and drugs alcohol using food or drink from the perpetrators. The majority of victims said they did not give any rejections caused by the threats lures of the perpetrators, or not knowing what she was doing was wrong, or done the sexual activity on the basis of loving each other. It is desirable for parents to make efforts to prevent children from becoming victims and prevent the occurrence of sexual abuse from recurring by teaching children about the boundaries between the opposite sex, using proper dresses, untouchable body parts, part of ldquo permitted touch rdquo and ldquo not permitted touches rdquo , how to give rejections, risky sexual behaviour and these consequences, also increase parental supervision of their children. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pilgrim, David
"Child sexual abuse is a major public policy challenge. Many child protection measures were beginning to reduce its occurrence. However, that progress was impeded by online grooming, the downloading of indecent images of children and even their abuse online in real time. This now places major demands on national and international policing. The book brings together groundbreaking case studies from a wide range of settings. As well as family members and those near the home, offenders can also be found in religious, sporting and childcare settings.
This extensive picture is drawn deliberately in order to highlight a split in the academic analysis of child sexual abuse. The mainstream or orthodox view, defended by the author, is that child sexual abuse is an under-reported crime. However, a minority view, presented but criticised, is that it is a moral panic created by public hysteria, child protection experts and campaigning politicians. By the end of the book, this division of academic opinion and its implications for public policy are explored in detail.
The book is essential reading for anyone interested in preventing child sexual abuse and the dilemmas of responding to both victims and perpetrators. It will be of particular use to practitioners in social work, the police and in the mental health professions."
Londan: Routledge, 2018
e20529043
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Siva Febriyanti
"Kasus pelecehan seksual pada anak semakin banyak ditemukan terutama pada anak usia sekolah. Terkait hal tersebut, penting untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak usia sekolah tentang pelecehan agar dapat dilakukan pencegahan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan pengalaman anak usia sekolah terkait pelecehan seksual. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik dengan jumlah sampel sebanyak 112 siswa yang diambil melalui teknik cluster sampling. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dan pengalaman pelecehan seksual anak usia sekolah di kota Depok Jawa Barat (p value = 0.001).

Cases of child sexual abuse are increasingly found, especially in school-age children. It is important to recognize the level of knowledge of school-aged children about sexual harassment so that prevention can be carried out. The research aims to determine the relationship between school-age children's knowledge and experiences regarding sexual harassment. This research is a quantitative research with a descriptive analytical design with a sample size of 112 students taken using a cluster sampling technique. The results of this study found that there was a significant relationship between the level of knowledge and experience of sexual abuse of school-age children in the city of Depok, West Java (p value = 0.001)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Naindra Alevia
"ABSTRAK
Latar belakang: Sejak tahun 2000 sampai dengan Juli 2010 terdapat 2579 anak mengalamiperlakuan salah seksual yang terdaftar di Pusat Krisis Terpadu PKT Rumah Sakit CiptoMangunsukomo RSCM . Perlakuan salah seksual memiliki dampak negatif pada korban,keluarga, dan masyarakat sekitarnya. Karakteristik perlakuan salah seksual perludiidentifikasi sehingga dapat dilakukann upaya pencegahan.Tujuan: Mengetahui karakteristik korban, keluarga dan lingkungan, serta pelaku danpencetus perlakuan salah seksual pada anak di Jakarta.Metode: Studi deskriptif retrospektif dengan pengumpulan data dari rekam medis anakkorban perlakuan salah seksual di PKT RSCM dengan mengolah data kasus tahun 20142015.Variabel yang dinilai yaitu faktor anak, lingkungan, pelaku, dan pencetus.Hasil: Terdapat 103 rekam medis yang masuk dalam penelitian. Perlakuan salah seksualterbanyak adalah genito-genital 48,5 , lebih dari 50 disertai kekerasan fisik maupunancaman fisik dan senjata, 47,6 diketahui dari cerita korban. Sebanyak 86,4 korbanadalah perempuan, 42 berusia 13-18 tahun, 32,1 pendidikan tingkat menengah pertamadan atas, dengan pengawasan keluarga yang kurang, dan 26,2 mengalami dampakpsikososial. Sebagian besar orangtua korban bekerja di luar rumah dan 33 berada di bawahgaris kemiskinan. Pelaku 33 merupakan pelajar, tidak bekerja, atau pensiunan. Sekitar 20 pelaku memiliki riwayat penyalahgunaan obat dan alkohol.Simpulan: Anak perempuan, usia rerata 9,97 tahun, berpendidikan menengah dan/atau putussekolah, dengan orangtua yang bekerja, tinggal di lingkungan kumuh dengan penghuni rumahlebih dari 4 orang memiliki peluang lebih besar menjadi korban perlakuan salah seksual.Pelaku memiliki karakterisik laki-laki dewasa, berusia rerata 30 tahun, memiliki hubungantetangga, teman/kenalan dan anggota keluarga, merupakan pelajar, buruh, atau pengangguran,dan sebagian memiliki riwayat konsumsi alkohol dan obat terlarang.Kata kunci: Perlakuan salah seksual anak, karakteristik korban perlakuan salah seksual anak,karakteristik pelaku perlakuan salah seksual anak
ABSTRACT Background Data from Integrated Crisis Center Cipto Magunkusumo Hospital reveals thatfrom 2000 untul 2010, 2759 children became victims of sexual abuse. Sexual abuse has anegative effect on the victims children , their families, and people around them.Characteristics of these cases must be identified to help formulate preventive measures.Objective To identify the characteristics of the victims, families, environment, as well asperpetrators and triggers of child sexual abuse cases in Jakarta.Methods A retrospective descriptive study was conducted between July 25th and September19th 2016 by collecting data from the medical records of child sexual abuse victims atIntegrated Crisis Center Cipto Mangunkusumo Hospital from 2014 2015. Variables identifiedinclude characteristics of the victims, families and environment, perpetrators, and triggers.Results There were 103 medical records analysed in the study. Genito genital accounts forthe most frequent form of abuse 48.5 . More than 50 of abuse were conducted alongwith physical abuse or verbal threat of physical abuse with our without weapons. Close to50 of cases were discovered through confession by the victims. Most of the victims werefemale 86,4 , aged 13 18 years of 42 . Almost a third were students of junior and highschools. More than a quarter of the victims 26.2 suffered from psychosocial effects ofabuse. Most of the parents had occupations but a third of the families lived below povertyline. Around 40 of the perpetrators were students, retired civil servants, or jobless. Around20 of them had history of subtance and alcohol abuse.Conclusion Female children, with mean age of 9.97 years old, with middle schooleducation, working parents, living in poor neighborhood, with more than 4 people in thesame house have greater risk of becoming victims of sexual abuse. Characteristics ofperpetrators include adult male, with mean age of 30 years old, with relationship of neighborfriends acquaintance, and family members, jobless, blue collar workers, or students, andsome have history of alcohol and illicit drugs consumption.Keywords sexual abuse, child, characteristics, prevention "
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adilla Afiani
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi fenomena victim-perpetrator cycle dalam kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia dan bertujuan untuk melihat gambaran faktor-faktor yang berperan dalam siklus tersebut. Terdapat tiga orang partisipan dalam penelitian ini yang merupakan remaja yang sedang berhadapan dengan hukum terkait kasus kekerasan seksual di Jakarta. Pengambilan data dilakukan dengan metode in-depth interview, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan partisipan memiliki masalah self-control, adanya internalizing dan externalizing behavior terkait pengalaman kekerasan, memiliki masalah keluarga, berasal dari lingkungan rumah dan pertemanan yang berisiko terhadap paparan kekerasan seksual dan kekerasan fisik

ABSTRAK
This research was conducted as an exploration study toward victim perpetrator cycle in sexual abuse case in Indonesia and aimed to describe cotributing factors in that cycle. Three participants were involved in tis resarch who are juvenile prisoners with sexual abuse case in Jakarta. Researcher used an in depth interview methods in gathering the data and thematic analysis was conducted. The result shows that partcipants wee having self conrol problem, showing internalizing and externalizing behavior toward his sexual abuse experience, having family prolems, have been living in a risky peer and neighborhood environment with a high probability of sexual or physical abuse exposure. "
2017
S67073
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azzam Rabbani
"Profesi guru dianggap sebagai profesi terhormat yang menjalankan tugas mulia untuk membimbing dan melindungi anak selama proses pendidikan. Sayangnya, seorang guru yang telah dipercaya untuk menjalankan tugas penting tersebut justru dapat melakukan kekerasan seksual terhadap anak. Kekerasan seksual yang dilakukan oleh guru terhadap siswa seringkali melibatkan penggunaan grooming untuk dapat memanipulasi siswa ke dalam tindakan seksual dan mempertahankan kerahasiaan. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko anak terhadap guru yang menggunakan grooming untuk melakukan kekerasan seksual. Studi ini menggunakan analisis data sekunder dari 40 kasus berita yang bersumber dari media daring di Indonesia selama periode Januari 2016 hingga Mei 2021. Penulis melakukan criminal profiling untuk menggambarkan profil guru pelaku kekerasan seksual, profil siswa yang menjadi korban, metode grooming yang digunakan pelaku, dan bentuk kekerasan seksual. Analisis bivariat juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel independen dengan metode grooming dan tingkat kekerasan seksual sebagai variabel dependen. Hasil profiling kemudian dimasukkan ke dalam kerangka kerja Social Ecological Model SEM) untuk mengidentifikasi faktor risiko anak. Studi ini menemukan bahwa guru dapat menggunakan pemberian perhatian, pemberian suap, atau penggunaan paksaan sebagai metode grooming. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa jenis sekolah korban dan intensitas kekerasan seksual grooming. Jenis kelamin korban, jenjang pendidikan korban, dan jumlah korban memiliki hubungan signifikan dengan tingkat kekerasan seksual. Selain itu, faktor risiko anak terhadap kekerasan seksual oleh guru dapat diidentifikasi dari keempat tingkat SEM, yang dalam studi ini berupa individu, hubungan (dengan guru dan keluarga), komunitas (sekolah), dan masyarakat (kebijakan pendidikan dan konstruksi sosial anak).

Teacher is considered as an honorable profession that carries out a noble task to guide and protect children during the educational process. Unfortunately, a teacher who has been trusted to carry out this important task on the contrary can commit sexual abuse against children. Teacher sexual misconduct against students often involves the use of grooming to manipulate students into sexual acts and maintain secrecy. The purpose of this study was to identify the child risk factors against teachers who use grooming to commit sexual abuse. This study uses secondary data analysis from 40 news cases sourced from online media in Indonesia during the period of January 2016 to May 2021. The author conducts criminal profiling to describe the profiles of teachers who perpetrate sexual abuse, profiles of students who being victimized, grooming methods used by perpetrators, and forms of sexual abuse. Bivariate analysis was also conducted to determine the relationship between several independent variables with the grooming method and the level of sexual abuse as the dependent variable. The results of the profiling are then applied into the Social Ecological Model (SEM) framework to identify child risk factors. This study found that teachers may use attention giving, bribery, or the use of coercion as grooming methods. The crosstabulation results show that the type of school of the victim and the intensity of sexual abuse have a significant relationship with the grooming method. The sex of the victim, victim’s education level, and the number of victims have a significant relationship with the level of sexual abuse. In addition, child risk factors for teacher sexual misconduct can be identified from the four levels of the SEM, which in this study are individual, relationship (with teachers and families), community (school), and society (education policy and social construction of childhood)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>