Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191096 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sandra
"ABSTRAK
Ketika anak berada dalam tahap middle childhood, seringkali terjadi masalah dalam hubungannya dengan orangtua karena orangtua yang mengalami kesulitan dalam mengubah pola asuh atau berperan sesuai dengan tuntutan perkembangan anak. Pada tahap middle childhood sudah mampu mengembangkan sikap dan persepsi tertentu terhadap tingkah laku dan pola asuh orangtuanya. Pada anak dengan orangtua yang menerapkan pola asuh premisif hal ini menjadi penting. Dalam pemeriksaan psikologis, hal-ha! ini dapat terungkap melaiui alat bantu seperti tes proyeksi. Salah satu tes yang
efektif adalah Children Apperception Test. Penelitian ini berusaha melihat apa saja pandangan, perasaan dan kebutuhan terhadap orangtua yang temngkap melalui CAT pada anak yang mengalami masalah dalam hubungan mereka dengan orangtua, yaitu pola asuh yang permisif.
Hasil yang diperoleh adalah anak memandang bahwa hubungan mereka dengan orangtua kurang hangat, dan beberapa subyek memandang tokoh otoritas sebagai tokoh yang tidak berdaya. Anak merasakan kesedihan ketika berpisah dengan orangtua, dan senang ketika bersama orangtua. Kepada tokoh otoritas yang pernah memberikan hukuman kepada mereka, anak mengembangkan dua pilihan perasaan, yaitu merasa takut dan cemas terhadap tokoh tersebut atau merasakan agresi pada tokoh itu Kebutuhan yang terungkap adalah bahwa
sebagian besar subyek menginginkan kedekatan dengan orangtuanya.
Secara umum hasil penelitian ini bersesuaian dengan karakteristik anak middle chilhood. Hal yang menarik adalah anak memandang hubungannya dengan Orangtua cenderung kurang hangat, di mana hal ini sedikit berbeda dengan penjelasan teori bahwa orangtua yang permisif adalah orangtua yang responsif dan tidak menerapkan kendali, bukan orangtua yang tidak responsif. Kedekatan anak dengan orangtua tampak hanya pada hubungan fisik dan bukan emosional."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dhayanti Wisnuwardhani
"Attenrion-Deficit/Hyperacrivity Disorder (ADHD) merupakan suatu bemuk gangguan perilaku. Dengan ciri-ciri tersebut maka anak ADHD dapat mengalami masalah dalam hubungan antar pribadio, keluarga dan hubungan pertemanan. Masalah dalam keluarga terlihat dari interaksi diantara orang-ma dan anak yang negatif, perasaan tidak puas, kontrol yang tinggi dan konflik dngan saudara kandung.
Perilaku anak ADHD membuat orang-tua merasa kewalahan Orang-tua harus memberikan aturan-aturan yang terkadang justru membuat perilaku ADHD mereka muncul. Konflik dengan ibu cenderung semakin parah selama anak berada dalam usia prasekolah dan berlanjut hingga usia sekolah dan remaja. Ibu mcnjadi lebih emosional sehingga seringkali memberikan hukuman fisik kepada anak mereka. Hal ini adalah ironis karena anak ADHD sangat membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan perasaan nyman dad orang-tua terutama ibu.
Di bidang kedokteran belum banyak penelitian yang secara khusus meneliti mengenai bagaimana keadaan anak ADHD dalam keluarga. Adanya kasus-kasus ADHD yang datang ke Klinik Anak Bagian Perkembangan, Fakultas Psikologi UI menunjukkan bahwa terdapat konflik diantara auak ADHD dengan orang-tua, hal tersebut menyebabkan peneliti tertarik untuk melihat lebih lanjut bagaimana persepsi anak ADHD terhadap orang-tua. Untuk dapat mengungkapkan mengenai persepsi tersebut digunakan alat tes CAT. CAT bertujuan untuk melihat bagaimana persepsi anak terhadap tokoh-tokoh yang signiiikan rnelalui stimulus standar kartu CAT.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif sehjngga diperoleh persepsi anak-anak yang mengalami ADHD terhadap orang-tua yang terungkap dalam Children Apperception Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subyek memjliki persepsi yang nyaris sama terhadap orang tua mereka, yaitu anak mempersepsikan orang tua sebagai tokoh yang kurang dapat memberikan kasih sayang dan perhatian kepada mereka.
Terhadap masing-masing tokoh menunjukkan bahwa sebagian besar subyek mempersepsikan bahwa ibu adalah tokoh yang memillki banyak aturan yang harus dipatuhi dan sebagai tokoh pemberi hukuman. Dan sebagian besar subyek mempersepsikan ayah sebagai tokoh yang agresif, kurang dapat memberikan kasih sayang dan perhatian.
Saran yang dapat diarahkan untuk melihat perbedaan persepsi anak terhadap orang-tua dengan penggunaan tes CAT pada auak yang mengalami ADHD Inattentive type, Hqneractivity/Impulsivity type, Combined type, dan NOS. Untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan melibatkan situasi sekolah mengingat bahwa perilaku ADHD dapat muncul pada situasi selain di rumah. Hal itu dapat dilakukan dengan melalui alat tes FSCT, sehingga dapat dipahami mengenai perilaku dan sikap anak ADHD di sekolah.
Saran praktis adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang-tua sebaiknya tidak menggunakan kekerasan karena akan menimbulkan perasaan takut, marah, keinginan untuk melawan dan persepsi negatif atas orang-tua. Perilaku ADHD dapat disebabkan adanya disfungsi pada otak, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan neurologis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Yulianti
"Hubungan sibling (antara saudara kandung) memberikan pengaruh yang penting pada kehidupan keluarga dan dalam perkembangan seseorang. Hal ini disebabkan karena hubungan antara saudara kandung merupakan hubungan yang paling lama (longest-fasting) dimiliki oleh individu (Papalia, 1998). Dalam hubungan dengan saudara kandung terdapat empat hal yang muncul, yaitu adanya kehangatan (warmth), status/kekuatan (relative power / status), ada konflik dan juga ada persaingan (rivalry) antara sesama saudara kandung Furman & Buhrmester (dalam Brody, 1996).
Hubungan saudara kandung yang dikatakan sibling rivalry, yaitu bila terdapat adanya persaingan, kecemburuan, kemarahan dan kebencian yang menyangkut pada banyak hal seperti dalam pendidikan, kasih sayang orang tua atau lainnya.
Hubungan antara saudara kandung dipengaruhi oleh beberapa hal. Furman, W. & Lanthier, (1996) antara lain variabel konstelasi keluarga dan juga peran orang tua. Beberapa variabel konstelasi keluarga yang mempengaruhi hubungan antara saudara kandung, antara lain jarak usia antara saudara kandung, persamaan / perbedaan jenis kelamin, besar kecilnya keluarga dan urutan kcluarga. Sedangkan peran orang tua yang mempengaruhi adalah pola asuh orang tua dan perlakuan / treatment dari orang tua.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimanakan gambaran pola asuh orang tua, perlakuan orang tua dan variabel konstelasi keluarga pada anak yang mengalami sibling rivalry.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi kasus. Sampel pada penelitian ini adalah dua orang kakak adik yang mengalami sibling rivalry yang diambil dengan metode pengambilan sampel incidental purposif sampling. Penelitian ini mcnggunakan metode pengambilan data yaitu wawancara dengan pedoman wawancara, dan juga menggunakan alat bantu lainnya seperti alat perekam serta alat tes HTP, SSCT dan family drawing.
Hasil dari penelitian ini yaitu pola asuh orang tua pada anak yang mengalami sibling rivalry pada kedua pasang subyek yaitu pola asuh autoritarian dan pola asuh autoritatif. Perlakuan orang lua pada anak yang mrngalami sibling rivalry pada kedua pasang subyek yailu terdapat perlakuan / treatment khusus yang dilakukan oleh orang Lua pada salah salu saudara kandung mercka. Dua pasang subyek menyadari bahwa perlakuan yang berbeda / khusus pada Salah satu anak tersebut kemudian mempengaruhi pada penenluan anak favorit, pemberian perhatian, pembagian waktu yang diberikan oleh orang tua dan kedekatan antara anak dengan orang tua. Variabel konstelasi keluarga pada anak yang mengalami sibling rivalry pada kedua pasang subyek memiliki kesamaan pada jenis kelamin yang berbeda dan besar kecil keluarga; serta memiliki perbedaan pada variabel jarak usia dan urutan kelahiran."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Nadinda
"Regulasi emosi merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan untuk mencegah masalah dalam aspek sosial emosional anak seperti perilaku internalizing dan externalizing. Usia prasekolah merupakan masa yang kritikal untuk mengembangkan regulasi emosi yang optimal. Orang tua memiliki peranan penting dalam perkembangan regulasi emosi anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah kualitas hubungan orang tua-anak dapat memprediksi regulasi emosi anak usia prasekolah. Partisipan penelitian ini adalah 133 partisipan orang tua dengan anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Indonesia. Pengukuran regulasi emosi anak dilakukan menggunakan alat ukur Emotion Regulation Checklist (ERC), sementara pengukuran kualitas hubungan orang tua-anak dilakukan menggunakan alat ukur Child-Parent Relationship Scale (CPRS). Pengolahan data dilakukan dengan analisis regresi linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hubungan orang tua-anak secara signifikan memprediksi regulasi emosi anak usia prasekolah.

Emotion regulation is one of the skills needed to prevent problems in children’s socio-emotional aspects such as internalizing and externalizing behavior. Preschool is considered to be a critical period for the optimal emotional regulation development. Parents have an important role in the development of children's emotional regulation. This study aims to see whether the quality of parent-child relationship can predict the emotional regulation of preschoolers. There were 133 Indonesian parents of 3-6 years old children involved in the study. Children's emotion regulation was measured using the Emotion Regulation Checklist (ERC), and the quality of the parent-child relationship was measured using the Child-Parent Relationship Scale (CPRS). Data processing is done by linear regression analysis. The results showed that the quality of the parent-child relationship significantly predicted the emotional regulation of preschoolers. It was also shown that both conflict and closeness significantly predicted emotion regulation of preschoolers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Rahmawati
"ABSTRAK
Gangguan mental pada anak-anak dan remaja berkontribusi dalam beban penyakit dunia karena dampak yang ditimbulkan mencakup aspek yang luas. Di Indonesia, gangguan mental usia 15 tahun ke atas cukup tinggi dengan proporsi terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT . Komunikasi orang tua-anak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi emosi dan perilaku anak, terutama pada anak usia 3-6 tahun ketika dimulainya perkembangan kemampuan sosial pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gangguan emosi dan perilaku pada anak usia 3-6 tahun di Provinsi NTT dan hubungannya dengan frekuensi komunikasi orang tua-anak. Desain potong lintang analitik dilakukan terhadap 328 sampel anak usia 36-83 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 49,7 subjek mengalami gangguan emosi dan perilaku. Pada hampir setengah jumlah subjek jarang atau tidak pernah terjadi komunikasi orang tua-anak 44,2 . Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square didapatkan hubungan tidak bermakna antara frekuensi komunikasi orang tua-anak dengan gangguan emosi dan perilaku pada anak p=0,272 . Selain itu, didapatkan hasil yang tidak bermakna antara karakteristik subjek lainnya, yaitu faktor jenis kelamin p=0,505 , gangguan perkembangan p=0,956 , jumlah anak dalam keluarga p=0,244 , dan status ekonomi keluarga p=0,707 . Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa frekuensi komunikasi orang tua-anak tidak berhubungan secara bermakna dengan gangguan emosi dan perilaku pada anak.

ABSTRACT
Children rsquo s and adolescents rsquo mental disorder attributes to global burden of disease due to its wide impacts. In Indonesia, mental disorder of people aged 15 years old or more is high and Nusa Tenggara Timur NTT has the highest proportion. Parent child communication is one of many factors that influences the development of children rsquo s emotion and behavior, especially when they are 3 6 years old, the time whose social abilities is developing. This research aims to assess the emotional and behavioral disorder of 3 6 years old children in NTT and its association with parent child communication frequency. This analytical cross sectional study is used to 328 subjects of 3 6 years old children. The result shows that 49.7 subjects had emotional and behavioral disorder. Nearly half of the subjects had infrequently parent child communication 44.2 . Bivariate analysis using chi square test shows a nonsignificant association between parent child communication and children rsquo s emotional and behavioral disorder p 0.272 . In addition, there are nonsignificant association with other characteristics of the subjects gender p 0.505 , developmental delay p 0.956 , number of children in the family p 0.244 , and family rsquo s economic status p 0.707 . In conclusion, parent child communication frequency has nonsignificant association with emotional and behavioral disorder among 3 6 years old children in NTT."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Stephani Kartika Wahyuni
"Kualitas dari interaksi orangtua dan anak memegang peran penting dalam perkembangan attachment yang secure pada anak. Tesis dengan desain penelitian single-case ini menggunakan theraplay untuk meningkatkan kualitas dari interaksi orangtua dan anak sekaligus mengatasi insecure attachment. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia tujuh tahun dengan karakteristik insecure attachment dan didiagnosis mengalami parent-child relational problems. Sesi terapi dilakukan sebanyak sembilan sesi selama ±30-40 menit setiap sesinya.
Hasil yang diperoleh adalah penerapan theraplay efektif meningkatkan relasi orangtua dan anak secara positif, sekaligus membangun secure attachment pada anak. Perubahan positif pada interaksi orangtua dan anak teramati melalui tiga dimensi dalam MIM: (1) engagement, (2) nurture, (3) challenge. Selain itu, hasil dari CBCL juga menunjukkan perubahan perilaku anak yang terukur pada skala somatic complaints dan delinquent behavior.

Quality of parent-child interaction plays a very important factor in the development of secure attachment in children. This thesis examined the effectiveness of theraplay to improve the quality of parent-child interaction using a single-case research design. A seven-year old Indonesian girl with insecure style of attachment and is diagnosed of having parent-child relational problems was selected to participate in this study. The study was conducted for a total of nine sessions, and each session was conducted for approximately 30-40 minutes.
The results indicated that theraplay was found to effective in improving positive parent-child relation and in developing secure attachment. As parent-child interaction improved, that were measured from three dimensions? MIM between parent and child increased: (1) engagement; (2) nurture; (3) challenge. The results of CBCL also indicated that the participant?s scores on somatic complaints and delinguent behavior scales were decreased as well.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30650
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Adabina
"Kepuasan hidup merupakan suatu kekuatan psikologis yang memfasilitasi perkembangan adaptif remaja. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kepuasan hidup remaja adalah komunikasi dengan orang tua. Tuntutan pekerjaan seringkali menyulitkan orang tua untuk berkomunikasi dengan remaja. Permasalahan komunikasi saat orang tua berada di tempat kerja dapat diminimalisir dengan penggunaan komunikasi online. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komunikasi online orang tua-anak dan kepuasan hidup remaja yang memiliki kedua orang tua bekerja. Responden penelitian terdiri dari 106 remaja berusia 10-15 tahun yang memiliki kedua orang tua bekerja. Komunikasi online orang tua-anak diukur menggunakan instrumen hasil modifikasi alat ukur Online Parent-Child Communication (Niu et al., 2019). Satisfaction with Life Scale Adapted for Children (SWLS-C; Gadermann, Schonert-Reichl, & Zumbo, 2010) digunakan untuk mengukur kepuasan hidup. Hasil penelitian menemukan hubungan yang signifikan dan positif antara komunikasi online orang tua-anak dan kepuasan hidup remaja yang memiliki orang tua bekerja. Selain itu, ditemukan hubungan yang signifikan dan positif antara komunikasi online orang tua-anak dan kepuasan hidup remaja laki-laki dan kepuasan hidup remaja perempuan yang memiliki kedua orang tua bekerja.

Life satisfaction acts as a psychological strength that facilitates adolescents‟ adaptive development. Communication with parents is known as one of several factors that related to adolescents‟ life satisfaction. Parental work pressures make it harder for parents to communicate with adolescents. Problems related to communication when parents are at work can be minimalized through the use of online communication. The purpose of this research is to examine the relationship between online parent-child communication and life satisfaction among adolescents who have working parents. 106 adolescents who have working parents participated in this research. Parent-child online communication was measured using modified version of Online Parent-Child Communication (Niu et al., 2019). Life Satisfaction was measured using Satisfaction with Life Scale Adapted for Children (SWLS-C; Gadermann, Schonert-Reichl, & Zumbo, 2010). The result shows a significant and positive relationship between parent-child online communication and life satisfaction among adolescents who have working parents. In addition, this research also shows a significant and positive relationship between parent-child online communication and adolescent boys‟ life satisfaction and adolescents girls‟ life satisfaction, among adolescents who have working parents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Lorraine
"Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia menetapkan Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dengan pendekatan student-centered learning di mana partisipasi mahasiswa merupakan hal yang penting agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Partisipasi mahasiswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pola komunikasi orang tua-anak, persepsi mengenai sikap pengajar, dan kepercayaan diri mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pola komunikasi orang tua-anak dan persepsi mengenai sikap pengajar terhadap partisipasi mahasiswa di Indonesia yang dimediasi oleh kepercayaan diri. Kuesioner penelitian disebarkan pada mahasiswa S1 yang mengikuti pendidikan di universitas di Indonesia (N = 126) dengan metode convenience dan snowball sampling. Empat alat ukur yang dipakai adalah Oral Participation Scale, RFCP-child version, 24-item Classroom Experience Questionnaire dimensi faculty behavior, dan ABC Scale. Hasil analisis mediasi menggunakan PROCESS menemukan bahwa persepsi mengenai sikap pengajar memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kepercayaan diri dan partisipasi mahasiswa (IE = 0,3306) dibandingkan dengan pola komunikasi orang tua-anak (IE = 0,1662). Sikap pengajar yang dipersepsikan positif dapat meningkatkan kepercayaan diri dan partisipasi di kelas. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menganalisis masing-masing dimensi, yaitu conversation orientation dan conformity orientation pada RFCP terhadap kepercayaan diri dan partisipasi mahasiswa pada mahasiswa yang merepresentasikan perguruan tinggi di Indonesia.

The Ministry of Education, Culture, Research, and Technology Indonesia established program called Merdeka Belajar-Kampus Merdeka using student-centered learning approach where student participation has important role for effective learning. Student participation can be influenced by parent-child communication pattern, students’ perception towards lecturers’ attitudes, and self-confidence. This research aims to investigate the effect of parent-child communication pattern and students’ perception towards lecturers’ attitudes on undergraduate student participation in Indonesia mediated by self-confidence. Questionnaire was shared to undergraduate students who study in university in Indonesia (N = 126) through convenience and snowball sampling. Four instruments used in this research are Oral Participation Scale, child version, 24-item Classroom Experience Questionnaire dimension of faculty behavior, and ABC Scale. Based on analysis results using PROCESS, it was found that perception towards lecturers’ attitudes has bigger effect on self-confidence and classroom participation (IE = 0,3306) than parent-child communication pattern (IE = 0,1662). Lecturers’ attitudes that perceived positive could increase self-confidence and classroom participation. Further study is suggested to analyze each dimension of RFCP, which is conversation orientation and conformity orientation with self- confidence and classroom participation in undergraduate students that represent higher education in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Taganing Kurniati
"Angka penyalahgunaan narl-coba di Indonesia menunjukkan peningkatan yang tajam. Jenis zat yang paling banyak dipakai dan mempunyai efek yang paling merusak adalah heroin. Berbagai studi dan literatur menunjukkan adanya pola khas baik pada penyalahguna maupun keluarganya. Di samping penyalahguna sendiri, keluarga juga mempunyai kontribusi terhadap penyalahgunaan zat dan hams menyesuaikan diri terhadap penyalahgunaan zat oleh anak. Oleh karena itu, dalam evaluasi psikologis, diperlukan alat tes yang tidak hanya mengungkap kepribadian atau keadaan klien, tetapi juga hubungan klien dengan orang tua. Salah Satu alat tes yang memungkinkan hal tersebut adalah Thematic Apperception Test (TAT).
Masalah dalam penelitian ini adalah [1] Bagaimana gambaran pola keluarga yang memiliki anak ketergantungan heroin?, [2] Bagaimana penyesuaian keluarga terhadap penggunaan heroin oleh anak?, dan [3] Bagaimana gambaran TAT pada subjek dengan ketergantungan heroin? Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengkaji [1] Pola keluarga yang meliputi kedekatan, adaptabilitas, dan komunikasi keluarga, [2] Penyesuaian keluarga berdasarkan katagori enmeshmen!-derachment, [3] Nada emosi dalam cerita TAT, [4] T ema-tema berkaitan dengan pelaku-pelaku tertentu, dan [5] Gambaran tentang tolcoh pahlawan.
Pendekatan yang digunakan adalah analisis kualitatif terhadap poia keluarga [berdasarkan teori Olson], penyesuaian keluarga [berdasarkan teori Kaufrnann], dan hasil TAT [berdasarkan Telmik Interpretasi Bentuk dan Isi dari Henry dengan berfokus pada Isi Positif]. Kartu yang dipakai adalah 1, 2, 3BM, 4, 6BM, 7 BM, I0, 11, 12M, l3MF. Data penelitian dikumpulkan dengan metode tes, wawancara, dan dokurnen. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode kasus tipikal dengan karakteristik subjek: laki-laki berusia antara 21 hingga 29 tahun yang mengalami ketergantungan terhadap heroin sejak remaja. Jumlah subjek adalah 4 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola keluarga pada tiga subjek [Riz, Dod, dan Rand] cenderung negatii Namun ada satu subjek, yakni lv, yang walaupun pola keluarganya tergolong baik tetapi tetap mengalami ketergantungan terhadap heroin. Penyesuaian yang dilakukan olh keluarga dari tiga subjek [Riz, Dod, dan Rand] tergolong negatii sementara penyesuaian yang dilalcukan keluarga dari sam subjek, yakni lv, tergolong positif Tampak ada kaitan antara pola keluarga dengan penyesuaian keluarga terhadap penggunaan narkoba.
Analisis terhadap hasil TAT menunjukkan bahwa Riz cenderung menghasilkan respon dengan nada emosi negatii sernentara Iv cenderung menghasilkan respon bernada positif dan mampu mengubah nada negatif menjadi positiii Kartu yang oenderung menghasilkan nada negatif adalah 3 BM, 6BM, ISMF, sementara kartu bemada positif adalah 4 dan 10. Sebagian besar subjek menghasilkan respon dengan nada aktifl Nada pasif urnumnya muncul pada kartu 1 dan 3BM. Nada konflik paling banyak muncul pada Dod. Hubungan serasi paling banyak muncul pada Riz yang memunculkan tokoh teman dan pasangan.
Kartu 'hubungan serasi' adalah kartu 10. Analisis terhadap tema menunjukkan bahwa tidak ada tema Iuar biasa Tema berulang rnuncul pada Riz., yang menunjukkan tema ‘kebingungani Tema berkaitan derngan Tokoh Otoritas Wanita diungkap oleh kartu 6BM [iigur ibu]. Tema rasa bersalah muncul pada Iv daan Rand, sementara tema tidak mengabulkan permintaan tokoh pahlawan muncul pada Riz dan Dod. Tema berkaitan dengan Tokoh Otoritas Pria diungkap oleh kartu 7 BM. Tema dari kann ini adalah harapan terhadap tokoh otoritas pria. Tema berkaitan dengan orang tuafkeluarga diungkap oleh kartu 2. Rand menunjukkan keinginan mempunyai keluarga, Iv memunculkan tema keinginan membantu orang tua, Riz menunjukkan perasaan bingung dan kemudian pergi bennain. Frekuensi tema berkaitan dengan keluarga paling banyak muncul pada Dod [1, 2, 3BM]. Tema yang berkaitan dengan lawan jenis sebaya diungkap oleh kartu 10, 4 Lpasangan, pacar] yang diwamai oleh perasaan kasih sayang. Kartu 13 MF mengungkap tema dorongan seksual dan perasaan terhadap seks bebas [`Riz, Iv] dan kekerasan seksual [Rand]. Kartu yang paling baik untuk menjelaskan tokoh pahlawan adalah kartu 3BM [pecandu narkoba, perasaan, keinginan, motivasi untuk sembuh] dan kartul [kondisi internal, motivasi dan daya juang, reaksi terhadap hal baru]. Nada emosi maupun tema yang dikemukakan subjek tampak sesuai dengan keadaan dan kepribadian subjek dan berkaitan dengan pola keluarga serta penyesuaian keluarga.
Kesimpulan tentang gambaran TAT adalah sebagai berikut: Karm 1, BBM mernberi gambaran yang baik tentang keadaan diri, Kartu 2 memberi gambaran tentang hubungan dengan orang tuafkeluarga, Kartu 10 dan 4 mengungkap hubungan dengan pasangan, yang diwamai dengan perasaan cinta dan bahagia, Kartu 6BM mengungkap hubungan, perasaan, keinginan terhadap ibu, Kartu 'IBM memberi gambaran tentang harapan terhadap ayab, dan Kartu 13MF memberi gambaran tentang dorongan seksual dan agresivitas Saks. Penelitian ini menunjukkan bahwa TAT mempunyai nilai proyektif dan diagnostik yang baik pada subjek ketergantungan heroin. Saran untuk penelitian lanjutan adalah agar mencakup dimensi lain dari Metode Henry, rnelakukan wawancara Secara Iebih mendalam atau lebih terstruktur untuk menegakkan pola keluarga secara lebih adekuat, rnengkaji perbedaan respon TAT berdasar pola keluarga, dan mengkaji hubungan antara pola keluarga dengan penyesuaian keluarga. Saran untuk Psikolog yang berkenaan dengan penanganan klien dengan ketergantungan zat adalah bahwa TAT sangat proyektif dan dapat digunakan Lultuk mengeksplorasi nada emosi, hubungan interpersonal, dan keadaan serta motivasi klien untuk sembuh. TAT juga dapat nnemberi garnbaran tentang pola keluarga dan penyesuaian keluarga. Sementara saran untnk Keluarga adalah agar melakukan penyesuaian detachment untuk mendukung kesembuhan anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Arieza Fitrizqa
"Pandemi COVID-19 terbukti meningkatkan tingkat distres psikologis pada remaja. Kondisi emosi remaja cenderung mudah terguncang ketika menghadapi situasi yang tidak biasa, seperti situasi pandemi. Salah satu faktor protektif terhadap terjadinya distres psikologis pada remaja adalah hubungan orang tua-anak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya di masa pandemi COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini yaitu kelompok remaja madya berusia 15-18 tahun (M = 16.33, SD = 0,742), berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dan berdomisili di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Pengambilan data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner secara daring kepada 651 partisipan. Hubungan orang tua-anak diukur dengan menggunakan Parent-Adolescent Relationship Scale. Sedangkan, untuk mengukur distres psikologis pada remaja digunakan alat ukur Kessler Psychological Distress Scale (K10) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil uji statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya dengan nilai R2 = 6,3% dan β =-0,254 yang berarti setiap kenaikan 1% nilai hubungan orang tua-anak maka nilai distres psikologis berkurang sebesar 0,254. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat hubungan orang tua-anak, maka akan menurunkan tingkat distress psikologis. Maka disarankan untuk meningkatkan relasi hubungan orang tua- anak agar dapat menurunkan tingkat distres psikologis pada remaja, khususnya selama masa pandemi COVID-19.

The COVID-19 pandemic has been shown to increase the level of psychological distress in adolescents. The condition of adolescents tends to be unstable when faced with unusual situations, such as a pandemic. One of the protective factors against adolescent distress is the parent-child relationship. Therefore, this study aims to investigate the role of parent-child relationship in predicting psychological distress among adolescents during the COVID-19 pandemic. Participants in this study were middle adolescents aged 15-18 years (M = 16.33, SD = 0,742) males and females who lived in Indonesia. This research is a non-experimental study. Data was collected using a quantitative approach by distributing questionnaires online to 651 participants. The questionnaires used include Parent-Adolescent Relationship Scale to measure the level of Parent-child relationship, Kessler Psychological Distress Scale (K10) to measure the level of psychological distress. In addition, the results of simple linear regression analysis shows that parent-child relationships negatively significant predicted adolescents psychological distress with R2 = 6.3% and β =-0,254 which means that for every 1% increase in the value of the parent-child relationship, the psychological distress value decreases by 0.254. Therefore, it can be said that the higher the parent-child relationship, the lower the level of psychological difficulties. Thus, it is suggested the need to develop the parent-child relationship to reduce psychological distress in middle adolescents, especially during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>