Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134669 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Feka Angge Pramita
"Penerapan floortime diberikan kepada anak laki~laki berusia 3,9 tahun yang mengalami keterlambatan perkembangan bahasa-bicara, yaitu perkcmhangan bahasa-bicam anak yang mengalami `hamba1an yang tidak sesuai dengan perkcmbangan anak seusianya. Floortime memfokuskan pada meningkatkan kemampuan berinisiatif dan berinteraksi dua arah dengan ibu. Penerapan scsi Floortime berlangsung selama satu bulan dilakukan dalam rangkaian empat sesi pre-rest, delapan belas scsi intervensi, dan dua scsi post rest untuk melihat perubahan interaksi antara anak dengan ibu. Setelah scsi intervensi, diperoleh hasil bahwa anak lebih banyak melalcukan inisiatif dan dapat melakukan interaksi timbai balik dengan ibn. Ibu terlihat lebih memahami anak dan memberikan anak kesempatan untuk mengekspresikan dirinya. Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain: memperbanyak waktu melakukan Floortime setiap hari, menerapkan prinsip dasar floortime di luar waktu scsi floortime dan mulai mclibatkan anggota keluarga lain untuk melakukan sesi Floortime.

Floortime was given for a 3.9 year old boy with Developmental Delay on Speech and Language area, whom delay on speech and language developmental. The focus of Floortime are increase tha ability to initiate and two-way interaction with this caregivers. The Floortime treatment carried out for one month and consists of four sessions of pre»test assessment, eighteen of Floortime treatment, and two sessions of post-test intervention. Posttest session was held to see the change of interaction between the mother and the child. Aher the end of the treatment, the child become more initiate to mother and can do reciprocal interaction with her. Mother become understand the child better and give him an opportunity to express him self. Some suggestion : do Floortime daily, do Floortime outside the session and begin to involve other family members doing Floorime."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34098
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ipak Ismi Ridha
"
Latar Belakang
Keterlambatan bicara adalah kondisi di mana perkembangan bicara anak tertinggal dibanding anak seusianya. Proporsi globalnya bervariasi dari 2,3% hingga 19%. Gangguan pendengaran sering menjadi penyebab utama, namun faktor lain juga berperan. Penelitian mengenai proporsi dan faktor yang memengaruhi keterlambatan bicara dengan ambang pendengaran normal masih terbatas sehingga penelitian ini dilakukan untuk menilai proporsi keterlambatan bicara dengan ambang pendengaran normal.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain observasional deskriptif cross-sectional untuk menilai proporsi keterlambatan bicara dengan ambang pendengaran normal pada anak usia 12-35 bulan di Poli THT RSCM periode Januari 2022-April 2024. Sampel dipilih menggunakan metode whole sampling dari rekam medis pasien yang memenuhi kriteria inklusi dengan diagnosis terlambat bicara dan ambang pendengaran normal (<25 dB) berdasarkan pemeriksaan BERA click. Data dianalisis menggunakan program SPSS versi 26.
Hasil
Dari 881 anak 12-35 bulan yang datang ke Poli THT RSCM pada Januari 2022 – April 2024, didapatkan 96 anak (10,9%) terlambat bicara dengan ambang pendengaran normal sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Dari 96 anak, didapatkan 74 anak (77,1%) laki-laki, 12 anak (12,5%) berat badan lahir rendah, 4 anak (4,2%) sumbing bibir/langit-langit, 15 anak (15,6%) prematuritas, 68 anak (70,8%) gangguan motorik, 6 anak (6,3%) hipotiroid kongenital, 14 anak (14,6%) sindrom, 13 anak (13,5%) autisme, dan 29 anak (30,2%) hiperbilirubinemia.
Kesimpulan
Karakteristik dan faktor yang paling banyak ditemukan pada anak 12-35 bulan yang terlambat bicara dengan ambang pendengaran normal di Poli THT RSCM periode Januari 2022 – April 2024 adalah jenis kelamin laki-laki dan gangguan motorik.

Introduction
Speech delay is a condition where a child's speech development lags behind that of their peers. The global prevalence ranges from 2.3% to 19%. Hearing impairment is often a primary cause, but other factors also contribute. Research on the proportion and factors influencing speech delay in children with normal hearing thresholds is still limited, prompting this study to assess the proportion of speech delay in children with normal hearing.
Method
This study employs a descriptive observational cross-sectional design to evaluate the prevalence of speech delay in children aged 12-35 months with normal hearing thresholds at the ENT Polyclinic of RSCM from January 2022 to April 2024. Samples were selected using whole sampling from medical records of patients who met the inclusion criteria, which are diagnosed with speech delay and normal hearing threshold (<25 dB) based on BERA Click examination. Data were analyzed using SPSS version 26.
Results
Among 881 children aged 1-2 years visiting the ENT Polyclinic of RSCM from January 2022 to April 2024, 96 children (10.9%) were identified as having speech delay with normal hearing according to the inclusion and exclusion criteria. Of these 96 children, 74 (77.1%) were male, 12 (12.5%) had low birth weight, 4 (4.2%) had a cleft lip/palate, 15 (15.6%) were premature, 68 (70.8%) had motor disorders, 6 (6.3%) had congenital hypothyroidism, 14 (14.6%) had syndromes, 13 (13.5%) had autism, and 29 (30.2%) had hyperbilirubinemia.
Conclusion
The most common characteristics and factors found in children aged 12-35 months with speech delay and normal hearing at the ENT Polyclinic of RSCM between January 2022 and April 2024 are male and motor disorders.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhahmadiani Fitri
"Meningitis adalah penyakit infeksi sistem syaraf pusat yang menyerang meningens atau selaput otak. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui manajemen asuhan keperawatan pada anak meningitis dengan risiko keterlambatan perkembangan. Metodologi penulisan adalah case study, dengan melaksanakan asuhan keperawatan langsung kepada klien. Data yang didapat melalui pengkajian dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan mengumpulkan data dari rekam medik klien untuk data penunjang.
Intervensi yang diberikan yaitu berupa stimulasi perkembangan pada klien untuk kelompok umur tahapan tumbuh kembang 0-4 bulan serta juga melakukan pengajaran stimulasi untuk orang tua sebagai persiapan pulang. Hasilnya klien belum mengalami keterlambatan tumbuh kembang dan klien mampu mengikuti beberapa stimulasi yang
diberikan. Orang tua klien paham dan mengerti bahwa anaknya berisiko untuk mengalami keterlambatan dan orang tua mampu melakukan stimulasi secara mandiri setelah dilakukannya demonstrasi stimulasi perkembangan kepada klien. Stimulasi dini penting dilakukan kepada klien yang mempunyai risiko keterlambatan perkembangan. Rekomendasi dari studi ini agar ada follow up berkelanjutan terhadap stimulasi yang diberikan.

Meningitis is an infectious disease of the central nervous system that attacks the meningens or the lining of the brain. This study aims to find out the effect of nursing care in meningitis children with the risk of developmental delay. In this case study, data was obtained through assessment by interviews, physical examination and collecting data from the client`s medical records for supporting data. The interventions that implemented were developmental stimulation to clients for the age group of 0-4 months and teaching the stimulation to parents for discharge planning. The result is that the client has not experienced any developmental delays and the client is able to follow some of the stimulation given. The client`s parents know and understand that their child is at risk of experiencing delays. The parents are able to perform stimulation independently after a
demonstration of developmental stimulation is carried out to the client. This study concludes early stimulation is important for clients who have a risk of developmental delays. Continuous follow up for the stimulation is recommended.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: Psychology Press , 2001
616.89 SPE
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Aprilia Permata Kusumah
"Temper tantrum adalah hal yang umum ditemukan pada toddler, namun dapat dikatakan abnormal jika durasi, frekuensi, dan/atau intensitasnya berlebihan atau disertai dengan mood negatif yang menetap di antara periode tantrum. Tantrum abnormal dapat menimbulkan berbagai masalah perilaku pada anak, distress bagi orangtua, dan kualitas interaksi orangtua-anak yang buruk, yang bertahan hingga dewasa jika tidak diintervensi sejak dini. Salah satu populasi yang rentan menunjukkan tantrum abnormal adalah toddler dengan keterlambatan bicara.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, diketahui bahwa Parent-Child Interaction Therapy PCIT merupakan intervensi yang terbukti efektif mengatasi berbagai perilaku disruptif-termasuk tantrum-pada anak. Oleh karena itu, penelitian single-subject ini menerapkan intervensi dengan prinsip-prinsip PCIT pada seorang toddler dengan keterlambatan bicara. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas intervensi tersebut dalam menurunkan frekuensi dan durasi perilaku tantrum pada partisipan penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi yang diterapkan berhasil menurunkan frekuensi dan durasi perilaku tantrum partisipan sebesar 50 , hingga tergolong ke dalam rentang normal berdasarkan observasi harian ibu . Dilihat dari hasil pengukuran Dyadic Parent-Child Interaction Coding System-III dan Eyberg Child Behavior Inventory yang dilakukan berkala, intervensi juga menurunkan kemunculan berbagai perilaku disruptif lainnya pada partisipan dan meningkatkan kualitas interaksinya dengan ibu.

Temper tantrums are common among toddler, but could be categorized as abnormal if they are excessive in duration, frequency, and or intensity, or presented with persistent negative mood between episodes. Abnormal tantrum may cause many behavior problems in a child, distress for parents, and low quality of parent child interaction, which could last until adulthood if there is no early intervention introduced. One of many populations with high risk of abnormal tantrum is toddler with speech delay.
Based on previous studies, Parent Child Interaction Therapy PCIT was found as an effective intervention to overcome many disruptive behaviors mdash including tantrum mdash in children. Therefore, this single subject study applied an intervention with PCIT principles to a toddler with speech delay. The purpose of this study is to examine the effectiveness of said intervention in reducing frequency and duration of tantrum behavior in participant.
This study shows that the intervention applied had succeeded in reducing 50 of participant's frequency and duration of tantrum behavior, so that they are within normal range based on her mother's daily observation. Based on repeated measures of Dyadic Parent Child Interaction Coding System III and Eyberg Child Behavior Inventory, the intervention also resulted in decreased other disruptive behaviors in participant and increased interaction quality of her and her mother.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Multazam
"Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeteksi awal keterlambatan bahasa dan bicara menggunakan early language milestone scale 2 (ELMS2) pada anak usia 18-36 bulan dengan faktor yang memengaruhi dan hubungannya dengan riwayat lahir prematur. Jumlah subjek penelitian sebesar 96 subjek, dengan 48 subjek anak lahir prematur (kelompok studi) dan 48 subjek anak lahir cukup bulan (kelompok kontrol). Sebanyak 22 subjek (68,8%) anak dengan riwayat lahir prematur mengalami keterlambatan bahasa dan bicara dibandingkan anak cukup bulan, p = 0,017; OR 3,2 (1,3-7,9). Faktor riwayat perawatan NICU, p < 0,001; OR 5.4 (2.0 - 14.5), riwayat kuning (jaundice), p = 0,046; OR 2.8 (0.9 - 7.7), riwayat kelurga dengan gangguan bahasa dan bicara, p = 0,003; OR 3.4 (2.5 - 4.6), jumlah screen time ³ 2 jam, p= 0, 030; OR 2.6 (1.0 – 6.5), status ekonomi, p= 0,017, dan pendidikan ibu, p<0,001 merupakan faktor yang memengaruhi kejadian keterlambatan bahasa dan bicara, sedangkan jumlah anak, p = 0,378 dan bilingualisme, p= 0,204, tidak memengaruhi kejadian keterlambatan bahasa dan bicara.

This study aims to detect early language and speech delays using the early language milestone scale 2 (ELMS2) in children aged 18-36 months with influencing factors and their relationship with a history of premature birth. The number of study subjects was 96 subjects, with 48 subjects born prematurely (study group) and 48 subjects born at term (control group). A total of 22 subjects (68.8%) of children with a history of preterm birth had language and speech delays compared to full-term children, p = 0.017; OR 3.2 (1.3-7.9). Factors such as history of NICU care, p < 0.001; OR 5.4 (2.0 - 14.5), history of jaundice, p = 0.046; OR 2.8 (0.9 - 7.7), family history of language and speech disorders, p = 0.003; OR 3.4 (2.5 - 4.6), screen time ≥ 2 hours, p = 0, 030; OR 2.6 (1.0 - 6. 5), economic status, p = 0.017, and maternal education, p < 0.001 were factors that influenced the incidence of language and speech delay, while the number of children, p = 0.378 and bilingualism, p = 0.204, did not influence the incidence of language and speech delay."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bishop, D. V. M.
"keterbatasan pemikiran dan ketidaknormalan proses berpikir pada anak-anak"
Philadelphia: Psychology Press, 2000
616.89 SPE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hulit, Lloyd M.
Boston: Allyn and Bacon, 1997
401.93 HUI b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ommy Ariansih
"ABSTRAK
Tujuan. 1. mengetahui hubungan antara FA yang lebar dengan perkembangan motorik
kasar dan bahasa pada anak usia 6-24 bulan, 2. mengetahui hubungan antara fontanel
anterior yang lebar dengan perkembangan otak yang abnormal dari pemeriksaan USG kepala,
3. mengetahui faktor-faktor risiko yang berperan dalam perkembangan motorik kasar dan
bahasa pada anak dengan FA lebar.
Metode. Desain penelitian adalah kasus kontrol untuk menilai perkembangan motorik
kasar dan bahasa menggunakan pemeriksaan Denver II dan perkembangan otak dinilai
dengan pemeriksaan USG kepala, pada anak usia 6-24 bulan dengan ukuran FA lebar (≥ 1 SD)
sesuai kelompok usia. Kelompok kasus jika perkembangan motorik kasar dan bahasanya
terlambat sedangkan kelompok kontrol jika perkembangan motorik kasar dan bahasanya
normal yang dipasangkan sesuai kelompok usianya, yang berobat ke RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo antara bulan Desember 2017 sampai dengan Mei 2018. Faktor-faktor risiko
dianalisis secara bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian. Dari 127 anak dengan FA lebar, 9 anak dieksklusi, sehingga ada 118 anak
sebagai subyek penelitian. Pada kelompok kasus maupun kontrol ada 59 subyek, terdiri dari
18 anak (usia 6-<9 bulan), 16 anak (usia 9-<12 bulan), 17 anak (usia 12-<18 bulan) dan 8
anak (usia 18-<24 bulan). Pada kelompok anak dengan FA lebar (>2SD) lebih banyak
ditemukan pada kelompok kasus, sebaliknya pada anak dengan FA ≥1 SD ≤ 2SD lebih
banyak ditemukan pada kelompok kontrol. Pada analisis bivariat didapatkan faktor
risiko yang bermakna adalah status gizi kurang, kelahiran prematur, LK abnormal dan
hasil USG kepala abnormal. Pada analisis multivariat didapatkan anak dengan FA lebar
berhubungan bermakna dengan riwayat kelahiran prematur (OR 7,5; IK 95% 1,585-35,913)
dan abnormalitas USG kepala (OR 29; IK 95% 3,82-225,37).
Simpulan. Anak dengan FA lebar >2 SD lebih banyak ditemukan perkembangan motorik
kasar dan bahasa yang terlambat, dan berhubungan bermakna dengan kelahiran prematur
dan abnormalitas USG kepala.

ABSTRACT
Background. Abnormalities in head circumference (HC) and anterior fontanel (AF) size in children may reveal clues to assessment of intrauterine brain growth disorders. Brain growth disorders may lead to clinical manifestations of impaired growth and development of children. Objectives. (1) to determine the relationship between large AF with gross motor and language developmental in children aged 6-24 months, (2) to determine the relationship between large AF with abnormalities of brain growth by cerebral ultrasound, (3) to find the association of risk factors of gross motor and language developmental in children with large AF. Methodes. A case control study was to assess gross motor and language development by using Denver II and brain growth by cerebral ultrasound in children aged 6-24 months with large AF (≥ 1 SD) visiting dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital between December 2017 and May 2018. Case group consisted of gross motor and language developmental delay, control group consisted of similar children but who were normal of gross motor and language development. Both groups were matched according to gender and aged. Bivariate and multivariate analysis were done to identify significant risk factors. Results. Out of 127 large AF children, 9 child who meet exclusion criteria, subject in the study was 118 children. Case groups and control groups were 59 subject; 18 subject (6-<9 months), 16 subject (9-<12 months), 17 subject (12-<18 months) and 8 subject (18-<24 months). Most children of AF >2 SD with gross motor and language development delay were compared to children of AF ≥1 SD- ≤2 SD with normal of gross motor and language development. Bivariate analysis showed that significantly of risk factors were under nutrition, premature, abnormality HC and abnormality cerebral ultrasound. Multivariate analysis showed that significantly prematurity (OR 7,5; IK 95% 1,585-35,913) and abnormality cerebral ultrasound (OR 29; IK 95% 3,82-225,37) in children of large AF with gross motor and language development delay. Conclussions. The most of children of large AF (> 2 SD) were gross motor and language development delay, and significantly with prematurity and abnormality cerebral ultrasound."
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ikin Sodikin
"Sebuah proyek dikatakan sukses apabila dapat memenuhi kriteria mendasar yaitu menyelesaikan dengan tepat waktu, biaya yang dikeluarkan dalam anggaran, dan sesuai dengan persyaratan kualitas yang ditetapkan. Sayangnya, proyek-proyek EPC Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara di Indonesia banyak yang mengalami keterlambatan, sehingga penyelidikan mengenai masalah ini dibutuhkan agar program pembangunan pembangkit listrik mendatang menjadi lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor utama yang menyebabkan terjadinya keterlambatan pada proyek EPC Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara di Indonesia, serta memberikan rekomendasi respon risiko untuk tindakan perbaikan atas terjadinya keterlambatan pada proyek yang sedang berjalan dan pencegahan pada proyek mendatang. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan survey kepada para pakar dan project manager dan tim yang terlibat secara langsung dalam proyek, serta validasi ke proyek yang sedang berjalan.

A project is said to succeed if it can meet the basic criteria that is completed in a timely, cost incurred in the budget, and in accordance with the specified quality requirements. Unfortunately, many EPC power plant projects in Indonesia are delayed, so the investigation on the matter needed for future power plant construction program would be better. The purpose of this study was to identify the major factors causing delays in power plant EPC projects in Indonesia, also make risk respon recommendations for correction of ongoing projects ang prevention of any delays in future projects. The method used is to do a survey to the experts, project managers and teams directly involved in the project, as well as validation to ongoing projects."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T32916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>