Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27661 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riska Rosiana
"Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menyusun suatu panduan wawancara yang dapat digunakan pada tahap asesmen dalam terapi perkawinan. Hal ini dilakukan atas dasar pentingnya informasi yang diperoleh pada tahap tersebut. Informasi tersebut akan digunakan untuk mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi oleh klien, mengidentifikasi aspek-aspek yang menyebabkan timbulnya masalah dan menentukan intervensi interaksi yang sesuai. Perkawinan adalah interaksi individu yang paling kompleks dan melibatkan banyak pihak, oleh karena itu jika seorang terapis melakukan analisis masalah perkawinan yang dihadapi oleh kliennya, maka ia harus melihat semua aspek dalam kehidupan perkawinan klien tersebut.
Panduan wawancara yang dihasilkan dalam penelitian ini bertujuan untuk membantu terapis dalam memahami kehidupan perkawinan klien secara menyeluruh karena disusun berdasarkan vulnerability-stress-adaptation model of marriage yang dikemukakan memahami kehidupan perkawinan klien secara menyeluruh karena disusun berdasarkan vulnerabilify-sfress-adapralion model of marriage yang dikemukakan oleh Bradbury (1995). Model teoritis tersebut diyakini Bradbury telah mencakup semua domain yang penting di dalam perkawinan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif pada awalnya dibuat suatu panduan wawancara yang kemudian diujicobakan terhadap tiga orang subyek. Berdasarkan hasil uji coba tersebut, dilakukan revisi terhadap panduan wawancara awal. Saran-saran yang diajukan antara lain : hendaknya panduan wawancara ini digunakan secara fleksibel disesuaikan dengan kondisi klien. Jika dilakukan penelitian lebih lanjut disarankan agar melakukan Studi literatur yang lebih luas mengenai setiap domain yang dikemukakan oleh Bradbury sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai hal tersebut, dan disarankan juga supaya menggunakan subjek yang memiliki latar belakang yang lebih bervariasi agar diperoleh masukan yang lebih banyak lagi untuk semakin memperbaiki panduan wawancara ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michiko Listiyo Komala
"Mengambil keputusan merupakan tindakan yang biasa dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari Pengambilan keputusan adalah proses mencari informasi tentang alternatif-alternatif` yang relevan dan membuat pilihan yang tepat (Atwater,1983). Empat tahap pencarian informasi sebelum pengambilan keputusan, meliputi : screening, memilih alternatif yang paling menjanjikan, dominance building, dan jika tidak berhasil, kembali ke masalah dan memilih altenatif yang paling menjanjikan (Montgomery dalam Lewicka, 1997). Menurut teori subjective expecred ulility, variabel yang mempengaruhi pengambilan keputusan adaiah subjective probability dan utility (Lewicka, 1997).
Pcngambilan keputusan terdiri dari yang sederhana. sampai yang kompleks,seperti memutuskan untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Saat ini, remaja kota dan daerah banyak yang telah melakukan hubungan seksual pranikah (“Prilaku’°, 2001; “93%”, 2001; “Remaja”, 2001). Padahal banyak akibat negatif yang dapat ditimbulkan dari hubungan seksual pranikah (Sarwono, 1991). Salah satunya adalah kehamilan di Iuar nikah_ Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mencatat bahwa setiap tahunnya diperkirakan terjadi 1,5 juta kehamilan yang tidak dikehendaki dan sebagian besar dialami oleh remaja yang belum menikah (“Banyak", l999). Dibandingkan dengan remaja awal, remaja akhir lebih kompeten dalam mengambil keputusan (Rice, 1999). Jadi seharusnya remqa akhir sudah lebih mampu membuat keputusan daripada remaja awal. Tetapi mengapa ada remaja akhir yang memutuskan untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran proses pengambilan keputusan remaja akhir untuk melakukan hubungan seksual pranikah,dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran proses pengambilan keputusan yang lebih menyeluruh, dan sesuai dengan makna yang dirasakan individu. Subyek penelitian ini berjumlah sepuluh orang, lima perempuan dan lima laki-laki. Karakteristik subjck penelitian ini meliputi 2 remaja yang bemsia 16 - 24 tahun,berjenis kelamin perempuan dan laki-laki, belum pernah menikah, yang sudah melakukan hubungan seksual pranikah, dan remaja yang bukan melakukan hubungan seksual pranikah sebagai pekerjaan Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan pengisian kuesioner (motivasi dan religiusitas). Analisa data dilakukan secara dua tahap, Tahap pertama, analisa dilakukan pada masing-masing kasus. Tahap kedua, analisa dilakukan secara antar kasus.
Dengan demikian, peneliti berharap dapat diperoleh suatu pola proses pengambilan keputusan untuk melakukan hubungan seksual pranikah secara individu dan secara ummm. Pada penelitian ini ditemukan bahwa masalah umum yang dialami remaja akhir adalah adanya ajakan untuk melakukan hubungan seksual dari pacar. Dalam proses pengambilan keputusan, remaja akhir dipengaruhi oleh emosional utility sehingga mereka memberikan nilai positif terhadap hubungan seksual pranikah Remaja akhir juga merasa yakin terhadap kemungkinan keberhasilan mereka dalam mencapai tujuan (subjeclive probability) jika melakukan hubungan seksual pranikah Temuan lain penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab remaja akhir melakukan hubungan seksual pranikah, motivasi remaja akhir untuk melakukan hubungan seksual pranikah, religiusitas remaja akhir dan hubungan seksual pranikah, penilaian remaja akhir tentang hubungan seksual pranikah, inisiatif pihak perempuan untuk melakukan hubungan seksual pranikah, keutuhan keluarga dan hubungan seksual pranikah remaja akhir, dan keterbukaan subjek dalam menjawab pertanyaan peneliti
Saran praktis yang didapat dari penelitian ini meliputi : informasi tentang hubungan seksual pranikah diberikan sejak dini mengikuti perkembangan seksual remaja; perbanyak kesempatan untuk latihan dan diskusi tentang pengambilan keputusan dengan topik fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan schari-hari orangtua dan anggota keluarga lain mengawasi perilaku seksual anak mereka di rumah dan memberikan kegiatan kepada remaja yang sesuai dengan minat dan hobi sehingga remaja dapat menggunakan waktu mereka dengan kegiatan yang berguna."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Musdalifah
"Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja adalah membangun dan membentuk konsep diri (Grinder, 1990). Bagi anak kembar, adanya kesamaan dan kekompakan yang merupakan hal paling menonjol terutama pada kembar identik, menyebabkan orangtua dan orang-orang di sekitar memperlakukan mereka dengan sama., seolah-olah mereka sebagai suatu unit bukan sebagai individu (Mulyadi, 1996). Selain itu, adanya kecenderungan pada anak kembar untuk mengambangkan hubungan yang terlalu dekat dan saling tergantung satu sama lain juga dapat menghambat mereka untuk berkembang menjadi diri sendiri serta menghambat perkembangan mental dan sosialnya (Scheinfeld, 1973) Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran konsep diri pada remaja kembar identik. Gambaran konsep diri ini mengacu pada 3 dimensi dari Hattie (1992), yaitu Academic Self Concept, Social Self Concept dan Self Regard atau Presentation of Self berdasarkan tes Human Figure Drawings, House Tree Person dan Sack’s Sentence Completion Test. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan dokumentasi serta catatan arsip sebagai metode pengumpulan data yang diperoleh dari arsip-arsip kasus yang tersedia di klinik bimbingan anak Pakultas Psikologi UI pada tahun 2002. Namun karena keterbatasan data yang tersedia, maka hanya ditemukan satu kasus sepasang remaja kembar identik dengan jenis kelamin laki-Iaki yang dijadikan subyek dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil analisa dan mengacu pada 3 dimensi konsep diri dari Hattie (1992), terlihat bahwa ada beberapa konsep diri yang digambarkan sama namun juga beberapa di antaranya digambarkan berbeda. Pada dimensi academic self concept terdapat perbedaan konsep diri yang ditunjukkan oleh kedua subyek. Namun pada dimensi social self concept dan seff regard/presentation of self beberapa sub dimensi tersebut sebagian diantaranya digambarkan sama dan sebagian lainnya berbeda. Adanya persamaan sekaligus perbedaan ini menunjukkan bahwa proses pembentukan konsep diri yang dialami kedua subyek terlihat lebih kompleks dimana di satu sisi mereka harus dapat menunjukkan pribadi mereka masing-masing, namun di sisi lain keberadaan mereka sebagai anak kembar menyebabkan adanya berbagai kesamaan dalam hal-hal tertentu. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar jumlah sampel yang digunakan lebih banyak. Pengambilan sampel sebaiknya tidak hanya terpaku pada data yang tersedia di bagian arsip namun juga berusaha untuk mencari subyek di lapangan. Selain itu sebaiknya penelitian juga dilakukan pada remaja kembar identik perempuan
sehingga diharapkan dapat terlihat perbedaan dinamika konsep diri yang mungkin muncul dari perbedaan jenis kelamin ini. Lebih lanjut lagi, dapat juga dilakukan penelitian dengan membandingkan antara remaja kembar yang tergolong identik serta fratemal. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif maka diharapkan hasil penelitian ini juga dapat lebih dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah yang sama dengan menggunakan pendekatan kuantitatif serta instrumen penelitian lainnya yang lebih sesuai untuk menggambarkan konsep diri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Vini Sagitha Putri
"Fenomena penyalahgunaan zat telah mempengaruhi anak dan remaja di seluruh dunia baik secara langsung dan tidak langsung, tanpa mempertimbangkan usia jenis kelamin, budaya latar belakang etnik. pendidikan, ras dan status sosial ekonomi. Masalah ini telah ada sejak tahun 60-an dan akan terus ada di masa yang akan datang Untuk itu diperlukan treatment khusus untuk penyalahgunaan zat sehingga berdiri rehabilitasi dengan berbagai pendekatan. Dalam penanganan seorang penyalahguna zat, praktisi membutuhkan pemahaman dan terutama diagnosa untuk treatment selanjutnya Penentuan diagnosis menjadi penting karena menentukan treatment atau terapi untuk individu dengan gangguan yang berhubungan dengan zat. Untuk itu diperlukan penentuan diagnosis yang akurat dan dalam waktu yang relatif cepat. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti berusaha untuk menguji reliabilitas dan validitas Panduan Wawancara Terstruktur untuk individu dengan gangguan yang berhubungan dengan zat. Panduan wawancara Terstruktur untuk individu dengan gangguan yang berhubungan dengan zat disusun oleh Tommy Narotama (2003) dengan menggunakan pendekatan symptom-oriented dan menggunakan DSM IV-TR sebagai konstruk penyusunan Diagnosis Aksis I.
Panduan Wawancara Terstruktur untuk individu dengan gangguan yang berhubungan dengan zat berisi sejumlah pertanyaan yang dibagi menjadi 5 (lima) kelompok besar (Narotama. 2003), yaitu data demokratik (keluhan riwayat penggunaan dan treatment); penjabaran kriteria diagnosis aksis I; riwayat psikososial singkat; status mental; evaluasi multiaksial , prognosis dan rencana terapi. Penelitian ini melakukan uji reliabilitas dan validitas Penjabaran Diagnosis Aksis II pada Panduan Wawancara Terstruktur untuk individu dengan gangguan yang berhubungan dengan Zat secara kuantitatif. Untuk melakukan uji reliabilitas peneliti menggunakan teknik Scorer Reliability interrater. Sedangkan untuk uji validitas, peneliti menggunakan teknik criterion related dengan menggunakan kriteria diagnosis dari dokter atau psikolog.
Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan purposive sampling karena karakteristik sampel penelitian ini terbatas. Penelitian ini hanya dapat dilakukan pada individu yang memiliki keluhan yang berhubungan dengan gangguan zat atau individu pada populasi yang spesifik. Karakteristik subjek adalah individu yang berada dalam rehabilitasi atau rumah sakit dengan gangguan yang berhubungan dengan zat dan individu tersebut merupakan pasien baru di dalam rumah sakit atau rehabilitasi yang bersangkutan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Koefisien Kappa. karena datanya bersifat nominal dan ditujukan untuk menguji kesesuaian antara rer. Hasilnya diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.32 dan koefisien validitas 0,902 pada 32 responden (18 responden RSKO dan I4 responden Yayasan Harapan Permata Hati Kita).
Selain itu, peneliti juga melakukan revisi pada Panduan Wawancara Terstruktur untuk individu dengan Gangguan yang Berhubungan dengan Zat dan didapatkan koefisien Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,dengan menguji reliabilitas dan validitas Panduan Wawancara Terstruktur untuk individu dengan Gangguan yang Berhubungan dengan Zat secara kualitatif dan kuantitatif dengan menambah jumlah responden. Selain itu. perlu untuk mendapatkan responden dengan diagnosis yang berbeda-beda sehingga bagian Penjabaran Diagnosis Aksis I semakin teruji."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Melvina
"Panggilan hidup setiap orang tentulah berbeda-beda. Setiap panggilan hidup memiliki konsekuensi masing-masing dan dihayati dalam perjalanan kehidupan. Pastor adalah seorang rohaniwan Katolik yang terpanggil untuk mengabdikan hidup Sepenuhnya untuk Tuhan sesuai dengan iman Katolik Pastor bertugas dan bertanggung jawab untuk menggembalakan umatnya Dalam menjalankan semua tugasnya pastor terikat pada 3 kaul yaitu kaul ketaatan, kaul kemiskinan, dan kaul keperawanan atau hidup selibat. Dengan semua komitmen yang ada, pastor tetaplah seorang manusia dengan berbagai kebutuhan serta dorongan-dorongan, termasuk aspek afeksi di dalam hidupnya. Afeksi merupakan pemsaan atau emosi, perasaan atau respon terhadap orang lain, perasaan terhadap diri sendiri. Oleh karena itu maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek afeksi pastor dengan menggunakan teknik proyeksi Rorschach Teknik Rorschach sendiri dipilih karena merupakan teknik dengan stimulus yang tidak terstruktur sehingga subyek memberikan respon yang tidak dipelajari sebelumnya serta tidak mengetahui apa yang hendak diukur dalam teknik tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jumlah sample empat orang Awalnya dilakukan wawancara untuk menjalin rapport sebelum memasuki pengambilan tes Rorschach sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para pastor memahami kebutuhan-kebutuhan afeksi mereka serta menerimanya, namun ada yang tidak sepenuhnya menerima kebutuhan tersebut. Secara umum mereka mampu berinteraksi dan berespon dalam lingkungan sosial, meskipun ada pula yang terhambat dalam mengekspresikan emosi serta mengalami kesulitan dalam situasi emosional. Sedangkan saran bagi penelitian ini yaitu mengenai jumlah sample yang akan lebih baik jika jumlahnya lebih besar."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Istiani
"Differential Item Functioning (DIF) berdasarkan gender menjadi topik utama dalam penelitian terhadap tes baterai multibakat Differential Aptitude Test (DAT). Dalam buku manual DAT edisi ke-5, (1974) disebutkan terdapat perbedaan penormaan terhadap kelompok siswa laki-laki dan siswa perempuan, terutama pada subtes penalaran mekanik. Penelitian ini dilakukan terhadap sampel siswa SMU swasta di Yogyakarta. Sampel diambil dari kelas 1 dan kelas 2. Diantara 5 SMU tersebut terdapat 3 sekolah khusus yaitu satu khusus siswa laki-laki pada kelas 1 dan 2 khusus siswa perempuan pada kelas 2. Analisa karakteristik psikometrik secara umum dilakukan dengan Item and Test Analysis (ITEMAN). Analisa keberadaan DIF berdasarkan gender menggunakan metode Item Response Theory (IRT) dengan menghitung nilai chi-Square dan area antara dua item karakteristik survei item yang sama dari kelompok yang berbeda. Software yang digunakan adalah BILOG untuk memperoleh item parameter.
Analisa terhadap keberadaan DIF berdasarkan gender memberikan hasil positif. Indikasi paling kuat terdapat pada subtes penalaran mekanik. Hasil ini sesuai dengan apa yang disebutkan dalam buku manual DAT edisi ke-5, (1974). Hasil pengolahan data menunjukkan juga item-item tidak fit terhadap data, dan item-item yang mengandung DIF. Sejauh ini pengaruh dari kelompok sekolah khusus tersebut terhadap kelompok masing-masing cukup besar."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T37971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jacinta Fransisca Rini
"Pola asuh orang tua memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian seorang anak. Bagaimana orang tua mengasuh anak banyak dipengaruhi oleh pengalaman pribadi di masa Ialu yang membentuk karakter dan kepribadiannya.
Para orang tua berinteraksi dengan anak dan kedekatan yang terjalin antara mereka amat mempengaruhi persepsi anak terhadap dirinya. Orang tua yang menunjukkan sikap dan tindakan abusive, otoriter, menanamkan rasa malu dan bersalah pada anak sejak dini, merupakan umpan balik yang negatif dan dipersepsi sebagai penolakan yang disebabkan kekurangan dan kelemahan dirinya.
Orang tua yang abusive, dikatakan menerapkan aturan secara kaku disertai hukuman yang menyiksa. Siksaan yang dialami oleh seorang anak, tidak hanya menimbulkan trauma secara fisik (mengalami hambatan perkembangan Fisik dan intelectual), tapi juga secara psikis karena ia akan hidup dalam ketakutan, kemarahan, kebencian, kesedihan, kecemasan, keputusasaan dan ketidakberdayaan atas perlakuan orang tua yang tidak adil. Semua pengalaman emosional yang traumatis dalam kehidupan bersamanya dengan orang tua dapat mendorong berkembangnya gangguan kepribadian paranoid di masa selanjutnya.
Pada umumnya, penderita gangguan kepribadian paranoid dikatakan oleh para ahli, memiliki orang tua yang abusive. Menurut DSM IV, gangguan kepribadian paranoid bam menampakkan manifestasinya di awal masa dewasa.
Masalahnya, manifestasi gangguan kepribadian paranoid di masa dewasa mempengaruhi seluruh aspek kehidupan individu tersebut, termasuk kehidupan berkeluarga. Sikap dan perilaku individu paranoid akan mempengaruhi pola asuh dan interaksinya baik dengan anak-anak maupun pasangan. Penelitian ini menemukan, bahwa pola asuh yang negatif di masa Ialu tidak hanya mempengaruhi pembentukan karakter individu, namun mempengaruhi cara individu tersebut mendidik dan mengasuh anaknya sendiri di masa selanjutnya.
Penelitian ini menemukan adanya pola-pola yang sama seperti yang terdapat pada generasi sebelumnya, seperti dalam pemilihan pasangan, cara berinteraksi dengan pasangan, cara interaksi dan pengasuhan terhadap anak. Terlihat dalam penelitian ini bagaimana gangguan kepribadian paranoid yang dialami subyek utama penelitian, menyebabkan distimgsi pada keluarga, seperti yang dialami pula dalam keluarga asalnya dahulu. Hal yang membedakan adalah adanya intervensi penanganan terhadap gangguan kepribadian paranoid serta sikap positif yang ditunjukkan pihak keluarganya sendiri (bukan keluarga asal) terhadap subyek utama penelitian ini yang membawa pengamh terhadap pengembalian fungsi keluarga ke arah yang lebih baik.
Penelitian yang bersifat generasional ini pada dasarnya menarik untuk dipelajari dan dilakukan penggalian secara lebih dalam terhadap seluruh anggota keluarga agar dapat menemukan mata rantai yang jelas antara karakter, sikap dan perilaku orang tua terhadap persoalan kejiwaan dan kepribadian yang dialami anggota keluarga yang Iain. Saran yang dapat diberikan bagi peneliti selanjutnya, agar penelitian selanjutnya benar-benar bisa mencari dan menemukan informasi dari anggota keluarga Iain, baik dad satu generasi maupun antar generasi agar lebih bisa mengenali pola-pola yang nampak, yang dapat memberikan pengaruh baik positif maupun negatif pada pembentukan kepribadian seseorang."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jane Simon
"Anak penderita asma memiliki risiko mengalami masalah penyesuaian diri. Pada usia sekolah dan remaja, dimana anak sedang mengalami perkembangan fisik, kognitif£ dan psikososial, mereka juga harus menyesuaikan diri terhadap penyakit kronis yang menghambat fungsi pernafasan yang sulit diduga kapan terjadinya serangan asma tersebut. Keberhasilan seorang penderita asma melakukan penyesuaian diri dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah faktor usia, jenis kelamin, berat ringannya penyakit, relasi keluarga., sikap ibu terhadap anaknya yang sakit, serta sikap anak terhadap penyakitnya.
Penelitian ini bertujuan melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian diri anak penderita asma usia sekolah dan remaja. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif Untuk mengungkapkan hal ini digunakan teknik analisis multiple regression terhadap subyek (N) = 76, yang terdiri alas 37 orang anak usia sekolah dan 39 orang anak usia remaja. Alat ukur yang dipakai adalah tiga buah kuesioner yang disusun berdasarkan teori pendukung serta The Child Attitude Towards Illness Scale (CATIS) dari Austin & Huberty (1993) yang diadaptasi terlebih dahulu.
Hasilnya ditemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri penderita asma usia sekolah adalah faktor sikap anak terhadap penyakitnya, dan pada penderita asma usia remaja adalah faktor sikap anak terhadap penyakitnya, jenis kelamin, dan sikap ibu terhadap anaknya yang sakit. Pada penelitian ini juga diperoleh hasil tambahan yaitu tidak ditemukan perbedaan penyesuaian diri yang signifikan pada usia anak sekolah dan usia remaja, serta tidak ditemukan pula perbedaan penyesuaian diri yang signifikan pada penderita asma kategori ringan, sedang, dan berat. Namun ditemukan adanya perbedaan penyesuaian diri yang signifikan antara remaja Iaki-Iaki dan remaja perempuan, dimana penyesuaian diremaja perempuan lebih baik dibandingkan remaja laki-laki; sementara pada anak usia sekolah tidak ditemukan perbedaan penyesuaian diri yang sigfinikan antara anak laki-laki dan anak perempuan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Christina Ruth Elisabeth; Junita Elvira Pandji Surya
"Ilustrasi Gambar Cerita (IGC) sebagai salah satu media pengajaran untuk anak prasekolah turut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar anak. Penggunaan IGC pada cerita atau saat cerita disampaikan pada anak prasekolah dimaksudkan untuk membantu anak memahami isi cerita. Hal ini disebabkan karena saat anak mendengar cerita, beberapa kata atau kalimat tidak mereka pahami karena bersifat abstrak atau belum pernah mereka alami.
Pada pendidikan prasekolah sendiri terdapat penekanan untuk menstimulasi kemampuan mengingat anak sebagai salah satu aspek pengembangan kemampuan dasar daya pikir anak (Depdiknas, 2001). Sejalan dengan hal itu pemakaian IGC ditekankan saat mengajar anak dengan bercerita. Dari berbagai penelitian mengenai IGC di luar negeri, didapat pandangan yang berbeda (pro dan kontra) mengenai pengaruh IGC terhadap belajar anak
Pada beberapa penelitian tersebut, diketahui pula bahwa pemaknaan unsur warna dalam IGC membuat IGC lebih berpengaruh secara efektif dalam memahami dan mengingat isi tulisan yang ilustrasikan (Spaulding dalam Anglin, Towers &. Levie, 1996).
Penelitian-penelitian yang disebutkan diatas sebagian besar belum melihat apakah pengaruh IGC menetap dalam waktu yang lama/durable over time (Anglin, Towers & Levie, 1996). Di Indonesia sendiri masih jarang dilakukan penelitian mengenai pengaruh IGC terhadap belajar anal; khususnya kemampuan mengingat anak. Oleh karena itulah penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh IGC terhadap kemampuan mengingat isi cerita jangka pendek dan jangka panjang pada anak prasekolah usia 5-6 tahun. Mengingat warna membuat anak lebih mudah menyimpan informasi dalam memori, maka penelitian ini juga akan meneliti perbedaan pengaruh dari IGC berwarna dan IGC Tidak berwarna terhadap kemampuan mengingat anak.
Pada awalnya direncanakan penelitian ini bersifat eksperimental, tapi pada pelaksanaannya tidak dapat dilakukan random assignment schinggts penelitian ini lebih bersifat quasi-experimental. Penelitian ini dilakukan terhadap anak-anak TK B Sekolah Tina Marla-Yayasan BPK Penabur, Pondok Indah_ Sampel penelitian berjumlah 36 anak yang diperoleh dengan teknik accidental sampling. Dan hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum tingkat kemampuan mengingat isi cerita pada anak prasekolah usia 5-6 tahun, paling rendah jika tidak menggunakan IGC saat cerita disampaikan. Pada kemampuan mengingat jangka pendek, IGC tidak berwarna berpengaruh secara signifikan positifi Pada kemampuan mengingat jangka panjang, baik IGC tidak berwarna maupun IGC berwarna berpengaruh secara signifikan positif hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara IGC berwarna dan IGC tidak berwarna.
Pada penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan random assigment saat pembagian kelompok penelitian dan juga melakukan pengontrolan terhadap kecenderungan gaya belajar anak (visual dan verbal). Jumlah sampel penelitian juga perlu diperbanyak, misalnya dengan melibatkan beberapa sekolah agar hasil penelitian bisa digeneralisir secara lebih luas. Untuk menghindari berpengaruhnya variabel sekunder pencerita, cerita bisa disampaikan pada anak dengan cara mendengarkan cerita yang direkam dalam kaset.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mengingat anak berada pada tingkat paling rendah jika tidak menggunakan IGC dan IGC tidak berwarna memberikan pengaruh yang signifikan positif terhadap kemampuan mengingat isi cerita pada anak prasekolah usia 5-6 tahun. Oleh karena itu disarankan pada pendidik anak prasekolah dan orang tua untuk memakai IGC saat bercerita pada anak, karena informasi yang diberikan akan lebih banyak dipahami dan diingat anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>