Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 219022 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Dalam keluarga peran orang tua akan lebih dituntut apabila anak yang sakit menjalani
perawatan di rumah sakit. Anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang Iebih
dari orang tuanya karena di rumah sakit anak harus menghadapi lingkungan asing,
pemberi asuhan yang tidak dikenal, menjalani prosedur yang menimbulkan nyeri,
kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang tidak diketahui. Keadaan ini dapat
memungkinkan timbulnya respon emosional terhadap orang tua. Orang tua mengalami
cemas menghadapi anaknya yang Sakit tersebut. Salah satu upaya untuk menurunkan
keeemasan orang tua adalah memperhatikan tingkat pengetahuan orang tua dengan
memberikan infomaasi yang benar tentang prosedur pamasangan infus. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran hubungan tingkat pengetahuan
tentang manfaat dan prosedur pemasangan infus dengan kecemasan Orang tua terhadap
anaknya yang dilakukan tindakan pemasangan infus. Penelitian ini dilakukan di RSUP
Fatmawati Jakarta dengan jumlah responden 30 orang. Desain penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kolerasi dengan instrumen berupa kuesioner. Analisa data
yang digunakan adalah analisa univariat dalam bentuk distribusi frekuensi dan analisa
bivarial dengan uji chi-square. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang manfaat dan prosedur
pemasangan infus dengan keeemasan orang tua terhadap anaknya yang dilakukan
tindakan pemasangan infus. Nilai p value yang diperoleh (p value:0,882 ; a=0,05).
Penelitian ini merekomendasikan dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan desain
penelitian dan analisa penelitian yang lain, misalnya deskriptif korelasi dengan analisa
multivariat untuk mencari hubungan masing-masing varibel dari faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan terhadap orung tua."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5476
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Niluh Archi Sri Ramandari
"Penelitian ini bertujuan menilai dan membandingkan efektivitas injeksi subkonjungtiva bevacizumab dosis 5 mg dengan dosis 2.5 mg dalam menurunkan area neovaskularisasi kornea. Sampel adalah dua puluh empat pasien dengan neovaskularisasi kornea oleh karena berbagai etiologi. Pemeriksaan pada sampel dilakukan sebelum, satu minggu setelah injeksi dan empat minggu setelah injeksi yang meliputi penilaian area neovaskularisasi kornea dengan menggunakan image J analysis, pemeriksaan tajam penglihatan tanpa dan dengan koreksi, derajat kekeruhan kornea serta kadar vascular endothelial growth factor (VEGF) air mata. Pada satu minggu dan empat minggu paska injeksi perubahan area neovaskularisasi kornea pada dosis 5 mg (5.21% dan 5.37%) lebih besar dibandingkan dosis 2.5 mg (3.77% dan 4.13%). Hasil yang serupa juga didapatkan pada etiologi non-infeksi dan area neovaskularisasi kornea yang melibatkan lebih dari dua kuadran kornea. Pada keluaran sekunder yaitu tajam penglihatan, derajat kekeruhan kornea dan kadar VEGF air mata di kedua dosis cenderung stabil jika dibandingkan sebelum dan sesudah injeksi. Injeksi subkonjungtiva bevacizumab dosis 5 mg menurunkan area neovaskularisasi kornea lebih banyak dibandingkan dosis 2.5 mg terutama pada etiologi non-infeksi dan keterlibatan kuadran kornea yang meliputi lebih dari dua kuadran.

This study aim to assess and compare the effectiveness of subconjunctival bevacizumab injection 5 mg with 2.5 mg in decreasing the area of corneal neovascularization. Samples consist of twenty-four patients with corneal neovascularization due to various etiologies. The examinations were taken at each visit before injection, 1 week after injection and 4 weeks after injection . Changes in neovascularization evaluated by using image J analysis, visual acuity, density of corneal haziness and level of vascular endothelial growth factor (VEGF) in tears were documented every visit. At 1 week and 4 weeks after injection, changes of neovascularization were higher in 5 mg (5.21% and 5.37%) compare to 2.5 mg (3.77% and 4.13%). The same results were also found in non-infection patient and patient involving more than two quadrants cornea. All of the secondary outcomes showed a stable result before and after injection between the two injections dose. Subconjunctival bevacizumab injection 5 mg is more effective in decreasing corneal neovascularization compare to 2.5 mg especially in non-infection patient and patient involving more than two quadrants cornea. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Zakiyah
"Perawat sering melakukan kesalahan dalam memberikan cairan intravena. Hal ini dapat diminimalkan dengan supervisi, namun kenyataan yang ada kegiatan supervisi belum optimal dan hanya sebatas pengawasan. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh supervisi pimpinan ruang terhadap pelaksanaan pemberian cairan intravena. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Sampel kuantitatif berjumlah 66 responden, partisipan FGD berjumlah 6.
Hasil penelitian ketiga sub variabel supervisi berpengaruh terhadap pemberian cairan intravena. Hasil FGD diidentifikasi 5 tema yaitu pemahaman pimpinan ruang tentang supervisi, mempertahankan kinerja perawat pelaksana, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, pimpinan ruang memberikan dukungan dan dorongan, supervisi yang kurang terstandar. Direkomendasikan untuk meningkatkan kegiatan supervisi secara berjenjang dan membuat suatu perencanaan supervisi yang terstandar.

Nurses often make mistakes in administering intravenous fluids. This can be minimized with supervision, but there is a fact that supervision has not been optimized and this activity limited only on one way control. The purpose of this study was to determine the influence of supervision by head nurse on intravenous therapy administration. The method used was quantitative and qualitative methods. Samples in a quantitative approach were 66 respondents, while the number of participants in Focus Group Discussion was 6 head of wards.
The results obtained indicated that the three sub variables affected the administration of intravenous fluids. The results of FGD identified several themes, namely the understanding of head nurses about supervision, maintaining performance, improving knowledge and skills, providing support and encouragement, and supervision that was less standardized. It is recommended that head nurses need to improve supervision activities on an ongoing basis, to make a standardized plan about supervision.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31200
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Elfrida
"Nyeri pemasangan infus merupakan nyeri yang paling sering dialami oleh anak saat hospitalisasi. Sayangnya, intervensi berbasis bukti untuk mengelola nyeri akibat prosedur ini kurang dimanfaatkan di ruang Unit Gawat Darurat (UGD). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektivitas Buzzy terhadap nyeri saat pemasangan infus pada anak usia sekolah di UGD. Penelitian ini menggunakan desain analitik kuantitatif quasi experimen dengan pendekatan posttest only control grup. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling dan diteliti pada 48 responden. Penelitian ini dilakukan pada anak usia sekolah 6-12 tahun yang diberikan tindakan pemasangan infus dengan kategori triase 2. Instrumen pada penelitian ini menggunakan VAS untuk menilai nyeri pada responden. Uji statistik yang digunakan adalah uji T-independen tidak berpasangan. Hasil yang didapatkan adalah terdapat perbedaan bermakna secara statistik rerata skala nyeri antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (nilai p=0,017). Kesimpulan: Penggunaan Buzzy efektif menurunkan nyeri pada anak usia sekolah saat dipasang infus di UGD. Dari hasil penelitian ini, penggunaan Buzzy direkomendasikan sebagai distraksi yang rutin digunakan kepada anak usia sekolah saat dipasang infus terutama di UGD.

Intravenous catheter insertion pain is the most common pain experienced by children during hospitalization. Unfortunately, evidence-based interventions to manage pain from these procedures are underutilized in the Emergency Room (ER). The purpose of this study was to identify the effectiveness of Buzzy to reduce pain during intravenous catheter insertion to school-age children in the ER. This study used a quasi-experimental quantitative analytical design with a posttest only control group approach. Sample selection was carried out by consecutive sampling and examined on 48 respondents. This study was conducted on school-age children 6-12 years who were given the action of intravenous catheter insertion with triage category 2. The instrument in this study used VAS to assess pain in respondents. The statistical test used is an unpaired T-independent test. The result was that there was a statistically significant difference in the mean pain scale between the control group and the intervention group (p value = 0.017). Conclusion: Buzzy was effective in reducing pain in school-age children while intravenous catheter insertion in the ER. From the results of this study, the use of Buzzy is recommended as a distraction that is routinely used for school-age children when installed infusions, especially in the ER."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Omega
"Latar belakang: Relaksasi otak saat pembukaan dura merupakan aspek yang penting pada operasi kraniotomi tumor. Secara teori, lidokain dapat menurunkan metabolisme otak (CMRO2), menurunkan CBF dan CBV, sehingga berpotensi menurunkan ICP dan menghasilkan relaksasi otak yang baik. Lidokain juga diketahui memiliki efek analgesia dan antiinflamasi. Hingga saat ini, belum ada penelitian yang meneliti mengenai efek infus lidokain intravena kontinu intraoperatif terhadap relaksasi otak saat pembukaan dura, kebutuhan opioid intraoperatif dan kepuasan operator pada pasien dewasa yang menjalani operasi kraniotomi.
Metode: Penelitian ini merupakan randomized controlled trial dengan pengambilan sampel secara Consecutive sampling. Sebanyak 60 subjek yang akan menjalani operasi kraniotomi tumor dimasukkan ke dalam penelitian. Subjek penelitian akan diberikan lidokain (2%) intravena bolus 1,5 mg/kg saat induksi dilanjutkan rumatan 2 mg/kg/jam hingga selesai jahit kulit (kelompok lidokain) atau diberikan NaCl 0,9% dengan volume yang sama (kelompok Plasebo). Relaksasi otak saat pembukaan dura dinilai oleh operator Bedah Saraf dengan skala 4 derajat, kebutuhan opioid fentanyl intraoperatif dalam mcg dan mcg/kg/menit, serta kepuasan operator dengan skala 4 derajat.
Hasil: Enam puluh subjek, dengan 30 subjek pada tiap kelompok, mengikuti penelitian hingga selesai. Infus lidokain intravena kontinu intraoperatif menghasilkan relaksasi otak yang baik saat pembukaan dura sebesar 96,7% (vs plasebo sebesar 70%, p = 0,006), kebutuhan opioid fentanyl intraoperatif sebesar 369,2 mcg (vs plasebo sebesar 773,0 mcg, p < 0,001) atau sebesar 0,0107 mcg/kg/menit (vs plasebo sebesar 0,0241 mcg/kg/menit, p < 0,001), dan menghasilkan kepuasan operator yang puas sebesar 96,7% (vs plasebo sebesar 70%, p = 0,006). Tidak ada efek samping lidokain yang tampak selama penelitian.
Simpulan: Infus lidokain intravena kontinu intraoperatif dibandingkan plasebo dapat meningkatkan proporsi relaksasi otak yang baik saat pembukaan dura, menurunkan kebutuhan opioid intraoperatif, dan meningkatkan proporsi kepuasan operator yang puas pada pasien dewasa yang menjalani operasi kraniotomi tumor.

Background: Brain relaxation after dural opening is important aspect in craniotomy tumor removal operation. Theoretically, lidocaine can decrease brain metabolism (CMRO2), decrease CBF and CBV, and has potential to decrease ICP and resulting excellent brain relaxation after dural opening. Lidocaine also has analgesic and anti-inflammatory effect. Until now, there is no study analyze continous intravenous Lidocain infussion effect to brain relaxation, intraoperative opioid consumption and surgeon’s satisfactory in adult population undergo craniotomy tumor removal operation.
Methods: This study is randomized controlled trial with Consecutive sampling. Sixty subject scheduled for craniotomy removal tumor were enrolled. Subject received either a dose of lidocaine (2%) intravenous bolus 1.5 mg/kg before induction followed by an infussion at a rate 2 mg/kg/h until skin closure (Lidocaine group) or the same volume of NaCl 0.9% (Placebo group). Brain relaxation was evaluated by Neurosurgeon with a four-point scale, total intraoperative opioid consumption in mcg and mcg/kg/minutes, and surgeon’s satisfactory with a four-point scale.
Results: All of sixty subjects completed the study. Lidocaine group resulting good brain relaxation after dural opening in 96.7% subject (vs 70% subject in placebo group, p < 0.006), intraoperative fentanyl consumption was 369.2 mcg (vs 773.0 mcg in placebo group, p < 0,001) or 0.0107 mcg/kg/minutes (vs 0.0241 mcg/kg/minutes in placebo group, p < 0,001), and resulting good surgeon’s satisfactory in 96.7% subject (vs 70% subject in placebo group, p = 0.006). There is no side effect of lidocaine infussion was observed during this study.
Conclusions: Continous lidocaine intravenous infussion intraoperatively can increase proportion of good brain relaxation after dural opening, decrease intraoperative opioid consumption, and increase proportion of good surgeon’s satisfactory compared to Placebo in adult population undergo craniotomy tumor removal operation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku klien yang terpasang infus dalam menjaga kepatenan insersi dengan kejadian flebitis. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan lama pengamatan 3 hari. Sampel yang diambil dijumlah 43 responden. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perilaku klien dalam menjaga kepatenan insersi lebih banyak dari yang tidak menjaga kepatenan insersi. Faktor Iain yang akan meningkatkan resiko terjadinya flebitis adalah teknik pemasangan infus / perawatan infus, kondisi klien, kondisi pembuluh darah vena, kondisi pH dan konsentrasi obat dan cairan infus, ukuran panjang dan bahan dasar kateter. Hal utama yang direkomendasikan dari penelitian ini adalah sebelum memasang infus, perawat harus memberikan edukasi tentang perilaku yang boleh / tidak boleh dilakukan oleh klien pada area yang terpasang infus sehingga angka kejadian flebitis dapat diminimalkan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5709
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gahart, Betty L.
"This edition includes entries for new IV drugs recently approved by the FDA and hundreds of new drug facts. With an alphabetical organization and a detailed appendix of generic and trade names plus pharmacologic actions, this reference makes it easy to find drug information quickly."
St. Louis, Missouri: ElSEVIER Mosby, 2012
R 615.10724 GAH i
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Widyanti
"Prosedur pemasangan intravenous line merupakan sebuah prosedur tindakan invasif yang dapat mengakibatkan trauma dan gambaran yang negatif pada balita dan orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran prosedur pemasangan intravenous line yang dilakukan oleh perawat kepada balita di rumah sakit. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif pada 40 responden dengan metode analisis data univariat. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 55% responden mempunyai gambaran yang baik tentang prosedur pemasangan intravenous line yang dilakukan oleh perawat kepada balita. Berdasarkan hasil penelitian ini prosedur pemasangan IV line sebagian besar sudah dilaksanakan dengan baik oleh perawat. Penelitian ini dapat dijadikan informasi dan hasil evaluasi bagi perawat tentang prosedur pemasangan intravenous line kepada balita.

Intravenous line's procedure is an invasive procedure that can traumatize and gives negative perception for children under five years old and their parents. The purpose of this study was to describe intravenous line’s procedure done by nurses towards children under five years old at hospital. This descriptive study was collected from 40 respondents by using univariate analysis. The result of this study showed that 55% respondent had positive image about intravenous line's procedure done by nurses toward children under five years old. Based on the result showed a lot of nurses have performed intravenous line’s procedure well. This study can be used as information and evaluation’s result for nurses about intravenous line’s procedure toward children under five years old.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maymuchar
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T40416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>