Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97572 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitrianda Bachtiar
"ABSTRAK
Menjalani operasi adalah suatu pengalaman yang menimbulkan stres
karena melibatkan ancaman terbadap integritas tubuh dan kadang ancaman
kematian (dalam Uddin et al., 2002). Dalam rnengbadapi operasi diperlukan
kesiapen fisik dan kesiapan psikologis dari pasien. Kesiapan psikologis untuk
menjalani operasi berpengaruh pada kesembuhan pasien di mana semakin cemas
pasien sebelum operasi, semakin sullt penyesuaian dan pernulihan pasca operasi
(Aderson, Masur, & Johnson, dalam Sarafino, 1998). Kecemasan adalah respon
dasar manusia terhadap bahaya yang tidak dapat dihindarkan dan salah satu reaksi
paling umurn terhadap penyakit (dalam Grieve, 2002).
Penelitian Uddin et at (2002) mengenai kecemasan pra-operasi
mendapatkan bahwa 55 persen pasien pra-operasi memgekspresikan ketakutan
merek. Pasien dari kelompok usia yang lebih muda ( di bawah 38
talmn) merasa lebih tegang namun tidak ditemukan perbedaan yang berkaitan
dengan jenis kelamin maupun tingkat pendidikan Berdasarkan penelitian Egber
(dalam Uddin et at, 2002) dan Epczyk, Raleigh, Rowley (dalam Wieru;, 1998)
diperoleh basil pasien perempuan lebih cernas dihandingkan pasien laki-laki.
Walaupun demikian, penelitian lain mendapaftkan hasil pasien Iaki-laki lebih
cemas (Friedlander et at, dalam Wiens, 1998). Pada umurnnya kebanyakan
pasien pra-operasi merasa cemas namun mereka tidak dapat menyebutkan secara
spesifik hal yang dicemaskan (dalam Long, 1996; dalam Moennan & Van Dam,
1995). Seeara teoritis dikatakan bahwa hila penyebab kecemasan dapat diketahui,
maka penanganan yang spesifik dapat diberikan Oleh karena itu penelitian ini
bermaksud meng-identifiaksi surnber utama kecemasan pra operasi yang
dirasakan pasien yang akan menjalani operasi berencana, yaitu operasi yang telah
dijadwalkan pelaksanaannya.
Penelitian ini adalah penelitian eksploratif dan deskriptif dengan
menggunakan pandekatan kuantitatif. Subyek diambil berdasarkan tekuik
purposive sampling. Subyek penelitian (N~30) adalah pasien yang akan
menjalani operasi berencana di rumah sakit Krakatau Medika. Alat nkur yang
dipakai untnk mengambil data adalah inventori surnber kecemasan pra operasi
yang dikembangan untuk penelihan ini, yang terdiri dan 10 domain yaitu
persiapan operasi, anestesi~ operasi, rasa sakit pasca-operasi, penampilan fisik,
ekonomi, keluarga, pekerjaan, kisah buruk seputar operasi, dan hambatan
aktivitas.
Data yang didapat diolah dengan metode analisis coefficient alpha
Cronbach, statistik deskriptif dan t-test. Penghitungan dilakukan dengan bantuan
program SPSS 11.
Hasil penelitian mendapatkan sumber utama kecernasan pra-Qperasi
berbeda-beda pada tiap pasien. Kebanyakan subyek dalam penelitian ini memilih
aspek persiapan operasi sebagai sumber utama kecemasan mereka. Dalam
penelitian ini didapatkan hasil ada perbedaan yang signifikan pada aspek
pekeijaan dan hambatan aktivitas berdasarkan jenis kelamin subyek. Hal ini
berkaitan dengan staus pekeljaan subyek di mana sebagian besar subyek
perempuan adalah ibu rumah tangga Selain itu persepsi mengenai peran gender
dianggap mempengaruhi perbedaan ini. Aspek hambatan aktivitas berkeitan pula
dengan aspek pekerjaan sebah bila seseorang tidak dapat beraktivitas maka ia
akan kesulitan melaksanakan pekerjaannya. Hal baru yang muncul dalam
penelitian ini yang tidak dijumpai dalam penelitian sebelumnya adalah sumber
kecemasan ekonomi.
Saran yang dianjurkanan untuk perbaikan penelitian ini adalah pengayaan
behan pustaka, mempertimbangkan lagi keseimbangan jumlah pemyataan dan
sejauh mana mereke mewakili aspek yang akan diukur, memperbenyak jumlah
dan variasi sampet, dan penelitian pra operasi sebaiknya diikuti deng:an penelitian
pasca-operasi agar basil yang didapat lebih komprehensiff' Selain itu penelitian
mengenai sumber kecemasan pra operasi dapat juga dilengkapi dengan
pengukuran tingkat kecemasan agar dapat dilakukan perhltungan statistik untuk
meng-identifikasi sumber kecemasan pra-operasi mana yang paling berpengaruh
terhadap kecemasan pra-oPerasi."
2005
T38215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Gina Adriana
"Latar Belakang: Kecemasan praoperasi selalu menjadi perhatian bagi pasien maupun dokter anestesiologis dan dokter bedah. Pasien-pasien yang dihadapkan pada kenyataan harus menjalani operasi khususnya operasi jantung mungkin akan mengalami kecemasan yang lebih tinggi karena keadaan jantung mereka yang tidak baik, konsep operasi jantung yang menakutkan dan ketidakpastian terhadap hasilnya. Kecemasan akan mengaktifkan stres respon yang menyebabkan stimulasi sistem saraf simpatis yang kemudian akan menstimulasi kardiovaskular dengan meningkatkan jumlah katekolamin darah yang menyebabkan takikardi, hipertensi, iskemik dan infark miokardial. Respon tersebut mungkin mempunyai efek merugikan pada sirkulasi koroner, yang menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Berbagai penanganan telah dikembangkan, salah satunya adalah dengan pemberian informasi (edukasi). Dengan pemberian edukasi melalui komunikasi efektif, informatif dan empati diharapkan terjadi penurunan tingkat kecemasan pasien sebelum menjalani pembiusan dan pembedahan. Penelitian ini secara umum ingin mengetahui pengaruh edukasi pra-anestesia terhadap tingkat kecemasan pasien dewasa yang akan menjalani operasi jantung terbuka di Instalasi PJT RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Metode: Penelitian ini menggunakan uji kuasi eksperimen pada pasien dewasa yang akan menjalani operasi jantung terbuka di Instalasi PJT RSUPN Cipto Mangunkusumo. Setelah mendapatkan ijin komite medik dan informed consent, sebanyak 36 subyek didapatkan dengan consecutive sampling pada bulan Maret 2016. Sebelum dilakukan penilaian tingkat kecemasan sebelum edukasi dengan menggunakan instrumen APAIS, terlebih dahulu dilakukan pengukuran tanda vital, kemudian dilanjutkan dengan pemberian edukasi dan diskusi. Jika subyek tidak mengalami gaduh gelisah dan atau tanda bahaya kardiovaskular, maka keesokan hari sebelum subyek dibawa ke ruang operasi, akan dilakukan penilaian ulang tingkat kecemasan subyek dengan menggunakan instrumen yang sama.
Hasil: Uji Wilcoxon menunjukkan terdapat penurunan bermakna rerata tingkat kecemasan sebelum edukasi dibandingkan dengan sesudah edukasi (p<0,001).
Simpulan: Edukasi pra-anestesia menurunkan tingkat kecemasan pasien dewasa yang akan menjalani operasi jantung terbuka di Instalasi PJT RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Background: Preoperative anxiety is always a concern for patients, anesthetist and surgeon. Patients are faced with the reality had to undergo surgery, especially heart surgery may experience higher anxiety because their heart condition is not good, scary concept of heart surgery and uncertainty of the results. Anxiety will activate the stress response that causes stimulation of the sympathetic nervous system, which then stimulates the cardiovascular by increasing the amount of blood catecholamines that cause tachycardia, hypertension, ischemia and myocardial infarction. The response may have detrimental effects on the coronary circulation, which leads to increase morbidity and mortality. Various handling have been developed, one of which is the provision of information (education). With the provision of education through effective and informative communication with empathy are expected to decline the level of anxiety of patients before undergoing anesthesia and surgery. The objective of this study is to determine the effect of preanesthesia education to the level of anxiety in adult patients undergoing open heart surgery in the Installation of PJT Cipto Mangunkusumo.
Methods: This study used a quasi-experimental trials of adult patients undergoing open heart surgery in the Installation of PJT Cipto Mangunkusumo. After getting permission from the medical committee and getting informed consent, a total of 36 subjects is obtained by consecutive sampling in March 2016. Prior to the assessment of the level of anxiety before education using APAIS instrument, first performed measurements of vital signs, and then continued with education and discussion. If the subject is not experiencing restless and rowdy or cardiovascular distress signal, then the next day before the subject is taken to the operating room, the level of anxiety of the subject will be reassessed using the same instrument.
Results: Wilcoxon test showed that there was a significant decrease in the average level of anxiety before education compared with after education (p<0.001).
Conclusion: Preanesthesia education lowers the level of anxiety in adult patients undergoing open heart surgery in the Installation of PJT Cipto Mangunkusumo.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Betty
"Pasien dengan hemodialisa ( HD ) memerlukan jangka waktu yang lama dalam terapinya yang memungkinkannya untuk menjadi stres. Stres dapat hersumber dari internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran sumber- sumber stres pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa di RS. PGI. Cikini. Desain yang digunakan adalah desain deskriptif sederhana. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, dirnana jumlah responden sebanyak 53 orang, pasien hernodialisa diminta untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner penelitian. Dari hasil analisis didapat sumber internal yang rnempengaruhi timbulnya stres pda pasien yang menjalani terapi hemodialisa yaitu yang berusia 35-39 tahun dan 45-49 tahun (18,9% ), pendidikan SLTA (37,7%], kepercayaan yang baik (64,2%), emosi yang baik (50,9% ), hidup penuh arti ( 54,7% ), tingkat pengetahuan yang baik (50,9%). Sumber eksternal yang mempengaruhi timbulnya stres pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa yaitu dukungan keluarga ( 75,5 %), dukungan sosial ( 54,7 %), status ekonomi yang memadai (54,7%)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5884
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Pradita Rikardi
"Kecemasan pra operasi merupakan kondisi yang lazim dialami oleh pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan. Tingkat kecemasan pra operasi yang tinggi dapat memberikan dampak negatif terhadap pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pra operasi pada pasien-pasien yang menjalani operasi di Instalasi Pelayanan Bedah Terpadu RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini menggunakan desain cross- sectional dengan 393 responden yang diseleksi melalui metode consecutive sampling. Skala kecemasan menggunakan The Amsterdam Preoperative and Anxiety Scale (APAIS). Data dianalisis dengan menggunakan analisis bivariat dan multivariat. Gambaran tingkat kecemasan pra operasi sebesar 54.2%. Tidak ada hubungan signifikan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pernikahan, jenis operasi, dan pembiusan terhadap tingkat kecemasan pra operasi (p > 0.05). Jenis operasi merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pra operasi (OR = 3.501;CI = 95%). Studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mengidentifikasi faktor yang secara spesifik berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pra operasi.

Preoperative anxiety is a common condition experienced by patients who will undergo a surgery. High levels of preoperative anxiety can cause negative impacts on patients. This study aims to analyze the factors that influence the level of preoperative anxiety in patients undergoing surgery at the Integrated Surgical Service of Cipto Mangunkusumo National Center Hospital. This study used a cross-sectional design with 393 respondents selected through consecutive sampling method. The anxiety scale are measured by The Amsterdam Preoperative and Anxiety Scale (APAIS). Data were analyzed using bivariate and multivariate analysis. The description of the level of preoperative anxiety was 54.2%. There was no significant relationship between age, gender, education level, employment status, marriage, type of surgery, and anesthesia on the level of preoperative anxiety (p > 0.05). Types of surgery is the variable that mostly influenced the level of preoperative anxiety (OR = 3.501; CI = 95%). Further studies are needed to identify factors that specifically influence the level of preoperative anxiety."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyani
"Pada klien yang akan dilakulmn pemeriksaan diagnostik bone scan di I-Ledoklcran nuklir, umumnya helum mengetahui lentnng tujuan dan prosedur yang akan dilakukan. Hal inilah yang mungkin dapat berpengamh terhadap tinglut keoemasan klien. Selnin itu perlu diketabui faktor intemal dan elctemal yang dapat mempengarubi kecemasau dalnrn diri klien. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikssi lmraktcristik klien berdasarknn data demograli serta mengidentifiknsi tinglmt pengetabuan tentang bone scan dan tingkat kecemasan klien. Basil penelitian didapatkan jenis kelamin yang terbanyak percmpuan sebwar 66,7% dan yang mengalami kecemasan 10% adalah perempuan. Tingkat peugctahuan klien tentang bone scan rvcudah sehesar 56,7%.

The client who want to get bone scan diagnostic examination in nuclear medicine, usually they don 'I' know' procedure and purpose want todo. Maybe this can influendal towards level of client anxiety. Beside that need to know the internal and edema! factor that can influential in client muddy. Direction this research to identify characteristic of client demographic data and than identify level of knowledge about bone scan and level of client anxiety. The research result are mostly gender is women 66, 7% and anxiety 10% is women. Level of client knowledge about bone scan is low 56, 7%.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5744
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Sari Rizkiyah
"Anomali kongenital dapat mengakibatkan kematian pada anak apabila tidak ditangani secara tepat. Pembedahan merupakan intervensi utama untuk mencegah mortalitas, namun dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua. Kecemasan orang tua erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan pra-operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan pra-operasi dan tingkat kecemasan orang tua pada anak dengan anomali kongenital. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cross sectional) dengan metode consecutive sampling yang melibatkan 125 orang tua. Instrumen yang digunakan adalah instrumen pengetahuan pra-operasi dan State Trait Anxiety Inventory Form Y-1 (STAI Form Y-1). Analisis uji statistik menggunakan uji Chi-square dan Fisher exact. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan pra-operasi dan tingkat kecemasan orang tua pada anak dengan anomali kongenital (p= 0,014;α= 0,05). Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan ilmu keperawatan dimasa yang akan datang terkait edukasi pra-operasi untuk menurunkan tingkat kecemasan orang tua.

Congenital anomalies can result in death in children if not handled properly. Surgery is the main intervention to prevent mortality, but it can cause anxiety in the parents. Parental anxiety is closely related to the level of pre-operative knowledge. This study aimed to identify the relationship between preoperative knowledge and parents’ anxiety in children with congenital anomalies. The research design was cross-sectional with a consecutive sampling method involving 125 parents. The instruments used were preoperative knowledge instruments and State-Trait Anxiety Inventory Form Y-1 (STAI Form Y-1). Statistical test analysis using the Chi-square test and Fisher's exact. The results showed that there was a significant relationship between the level of preoperative knowledge and the anxiety level of parents in children with congenital anomalies (p= 0,014; α= 0,05). This research is expected to be useful for the development of nursing science in the future related to pre-surgery education to reduce parents' anxiety levels."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Virgin
"The background of the research was the fact that Emergency Care Unit is a particular service unit in hospital which has to be able to respond quickly and effectively in order to achieve the goals of emergency care service and at the same moment to deliver satisfaction to the patients and their families.
From the situational analysis at Emergency Care Unit at Fatmawati General Hospital it had been found that service time for patients who would undergo cito surgeries with the same diagnosis varied greatly.
Therefore, the purpose of this research was to analyze service process for patients at Emergency Care Unit Fatmawati General Hospital who would undergo cito surgeries, which included the measurement of service time.
This type of research was a case study with a qualitative approach. Data and information regarding the service process were obtained from in-depth interviews, while data regarding the service time was gained from recording and calculating the time taken starting from the moment of surgery decision until the moment the patients were-delivered from the Emergency Care Unit to the cito surgery room.
The result from the research showed that the service process varied immensely for patients who would undergo the cito surgeries with the process structure also varied. Nevertheless, there were several common stages of service which would have to be endured by the patients starting from the time the surgery was decided until the time the patient steps out from the Emergency Care Unit to the cito Surgery Room. Those stages were: surgery approval, room reservation, hematologic test, bleeding time and clotting time test, turning-in of surgery schedule, admission process and administration process. It had also been found that the average service time for patients who would undergo cito surgeries with the same diagnosis varied greatly.
The variation of process structure resulted from the lack of clear comprehensive procedures for the service phase orders. For this reason the management of Emergency Care Unit Fatmawati General Hospital shall have to create a written procedure containing the service phase steps which have to be performed by the Emergency Care Unit attendants when delivering service to the patients undergoing cito surgeries.
The large variation of service time was probably due to 2 type of factors. They were the patient factors and the service factors at the Emergency Care Unit. Included in the patient factors were gender, age and approval time for surgery, whereas included in the service factors were consultation time to other specialists, readiness of operator, readiness of cito surgery room and waiting time between various stages of service.
To minimize the variation of service time for patients who will undergo cito surgeries with the same diagnosis, the management of Emergency Care Unit Fatmawati General Hospital shall have to improve coordination with other units. This can be achieved through existing regular meetings at the Fatmawati General Hospital.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kenyataan bahwa Instalasi Rawat Darurat merupakan suatu unit pelayanan di rumah sakit yang harus dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat agar tujuan pelayanan gawat darurat dapat tercapai dan sekaligus memberikan kepuasan kepada pasien atau keluarganya.
Dan analisa situasi di IRD RSUP Fatmawati ditemukan bahwa waktu pelayanan terhadap pasien yang akan menjalani operasi cito dengan diagnosis yang sama sangat bervariasi.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis proses pelayanan terhadap pasien LRD RSUP Fatmawati yang akan menjalani operasi cito, termasuk di dalamnya menghitung waktu pelayanannya.
Janis penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Data dan informasi mengenai proses pelayanan diperoleh melalui in-depth interview, sedangkan data mengenai waktu pelayanan diperoleh melalui pencatatan waktu pelayanan mulai tahap penetapan operasi sampai pasien keluar dari IRD menuju kamar operasi cito.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelayanan terhadap pasien yang akan menjalani operasi cito bervariasi dan urutan prosesnya pun bervariasi , namun ada beberapa tahap pelayanan yang harus dilalui oleh pasien sejak penetapan operasi sarnpai pasien keluar dari IRD menuju Kamar Operasi cito yaitu tahap persetujuan operasi, pemesanan ruang rawat inap, pemeriksaan darah Iengkap, pemeriksaan Bleeding Time dan Clotting Time, pengajuan jadwal operasi, pembuatan Buku Rawat dan penyelesaian administrasi. Ditemukan juga bahwa rata-rata waktu pelayanan terhadap pasien yang akan menjalani operasi cito dengan diagnosis yang sama sangat bervariasi.
Bervariasinya urutan proses pelayanan disebabkan belum adanya prosedur tertulis yang jelas. Untuk itu manajemen lRD RSUP Fatmawati perlu membuat suatu prosedur tertulis yang berisi tentang urutan tahap pelayanan yang harus dilakukan oleh petugas IRD dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang akan menjalani operasi cito.
Besamya variasi waktu pelayanan kemungkinan disebabkan oleh 2 macam faktor yaitu faktor pasien dan faktor pelayanan di IRD. Termasuk dalam faktor pasien adalah jenis kelamin, umur dan waktu persetujuan operasi, sedangkan yang termasuk faktor pelayanan IRD adalah waktu konsul ke SMF lain, kesiapan operator dan kesiapan Kamar Operasi cito dan waktu tunggu diantara tahap-tahap pelayanan.
Untuk memperkecll variasi waktu pelayanan terhadap pasien yang akan menjalani operasi cito dengan diagnosis yang sama, manajemen IRD RSUP Fatmawati perlu rnemperbaiki koordinasi dengan unitlbagian lain yang terkait melaiui rapat-rapat rutin yang sudah ada di lingkungan RSUP Fatmawati."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T1835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hengky Prabowo Irianto
"Pendahuluan: Insiden kanker kolorektal di Indonesia mencapai 12,8 setiap 100.000 penduduk usia dewasa dan merupakan penyebab dari 9,5% kematian akibat kanker. 40–80% dari semua pasien kanker kolorektal mengalami malnutrisi. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi status nutrisi pada kanker kolorektal dan hubungan karakteristik klinis kanker kolorektal dengan status nutrisi pada pasien yang akan menjalani operasi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode potong lintang. Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah pasien kanker kolorektal yang dilakukan tindakan operatif di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta dan dilakukan admisi pada September-Desember 2022 dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan. Instrumen yang digunakan adalah Mini Nutritional Assessment (MNA). Analisis data bivariat menggunakan Chi-square dilanjutkan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil: Terdapat 71 pasien dengan diagnosis kanker kolorektal di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada periode September-Desember 2022 yang akan menjalani operasi. Karakteristik subjek pada pasien kanker kolorektal sendiri didapatkan sebagian besar pasien memiliki usia 64-78 tahun(57,7%), berjenis kelamin laki-laki (52,1%). Untuk stadium klinis, terlihat sebagian besar pasien memiliki stadium III, IV (78,9%), dengan panjangtumor 1-10,9 cm (76,1%), dan lokasi kanker berada di rectum (59,2%). Untuk hasil kadar CA19-9, terlihat bahwa sebagian besar pasien dengan kadar CA19-9 normal (62,0%) dan kadar CEA meningkat (66,2%). Sedangkan status nutrisi pada kanker kolorektal sebagian besar memiliki status berisiko mengalami malnutrisi (52,1%) diikuti memiliki status malnutrisi (43,7%). Hasil uji bivariat didapatkan karakteristik klinis kanker kolorektal yang bermakna adalah panjang tumor dengan nilai p < 0,05. Hasil multivariat didapatkan variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini hanya memberikan pengaruh sebesar 16,9% terhadap status nutrisi.
Kesimpulan: Kebanyakan kanker kolorektal memiliki risiko malnutrisi dan terdapat hubungan secara statistik dan paling kuat antara panjang tumor dengan status nutrisi pada pasien yang akan menjalani operasi.

Introduction: The incidence of colorectal cancer in Indonesia reaches 12.8 per 100,000 adult population and is the cause of 9.5% of cancer deaths. 40–80% of all colorectal cancer patients are malnourished. This study aims to determine the prevalence of nutritional status in colorectal cancer and the correlation between clinical characteristics of colorectal cancer and nutritional status in patients undergoing surgery.
Methods: This research is an observational study with a cross sectional method. The reachable population of this study were colorectal cancer patients who underwent surgery at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta and admission will take place from September-December 2022 with predetermined inclusion and exclusion criteria. The instrument used is the Mini Nutritional Assessment (MNA). Bivariate data analysis using Chi-square followed by multivariate logistic regression test.
Results: There were 71 patients with a diagnosis of colorectal cancer at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo in the September-December 2022 period who will undergo surgery. Clinical characteristics of colorectal cancer patients themselves showed that most of the patients were 64-78 years old (57.7%), male (52.1%). For clinical stages, it can be seen that the majority of patients have stages III, IV (78.9%), with a large tumor mass of 1-10.9 cm (76.1%), and the location of the cancer is in the rectum (59.2%) ). For the results of CA19-9 levels, it can be seen that most of the patients with normal CA19-9 levels (62.0%) and CEA levels were increased (66.2%). While the nutritional status in colorectal cancer most of them have at risk of malnourished (52.1%) followed by having malnourished(43.7%). The results of the bivariate test showed that the length of tumor was significant a p value <0.05. The multivariate results showed that the independent variables examined in this study only had a 16.9% correlation on nutritional status.
Conclusion: Most colorectal cancers are at risk of malnourished and there is a statistically strongest correlation between tumor mass and nutritional status in patients undergoing surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Atalya
"Ansietas merupakan hal paling umum yang dapat dialami pada pasien dengan rencana operasi. Ansietas didefinisikan sebagai perasaan takut yang luar biasa, khawatir, dan cemas yang disertai dengan peningkatan aktivitas sistem saraf otonom. Prosedur operasi dapat menimbulkan ansietas pada anak, salah satunya pada anak usia sekolah. Apabila ansietas anak pada tahap pra-operasi dapat teratasi, maka akan mendukung pemulihan pasca operasi yang lebih cepat dan memberikan koping yang efektif pada anak. Biblioterapi adalah pemanfaatan buku sebagai media terapi untuk menurunkan ansietas. Biblioterapi dapat menurunkan tingkat ansietas pada pasien anak usia sekolah dengan ansietas pra-operasi. Ansietas diukur dengan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale. Hasil menunjukkan bahwa asuhan keperawatan menggunakan biblioterapi dapat menurunkan ansietas yang dirasakan oleh anak dengan skor 16 (ansietas ringan) turun menjadi 9 (tidak ansietas). Hasil ini merekomendasikan dilakukannya integrasi asuhan keperawatan psikososial dengan asuhan keperawatan fisik pada anak yang mengalami ansietas pra-operasi.

Anxiety is one of the commonest events that can happen to patients waiting for surgical operations. Anxiety is defined as an overwhelming experience of fear, worry, nervousness, and inreased activity of the autonomic nervous system. School-age children may develop an anxiety before they have surgical procedure. If their anxiety in the pre-surgery can be resolved, it will support they recovery after surgery and provide their effective coping. Bibliotherapy is using book as a therapy for anxiety. Bibliotherapy can decrease anxiety levels in school-age patients with pre-operative anxiety. The data was collected using Hamilton Anxiety Rating Scale. The result showed that biblioteraphy can decrease anxiety felt by the client from score 16 (mild anxiety) to 9 (not anxiety). This analysis recommended the integration of psychosocial nursing care combined with physical nursing care for pediatric with an anxiety pre-surgery."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Seorang primigravida akan mengalami stressor yang lebih besar daripada seorang
multigravida dalam menghadapi proses persalinan baik spontan maupun atas indikasi
operasi. Hal ini terjadi karena belum adanya pengalaman terhadap proses persalinan jika
dibandingkan dengan seorang primigravida. Melihat fenomena yang ada dan kurangnya
riset tentang aspek psikologis ibu-ibu primigravida yang akan dllakukan tindakan operasi
seksio sesaria, maka peneliti tertarik untuk meneliti tingkat kecemasan pada ibu
primigravida yang akan dilakukan tindakan operasi seksio sesaria. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian deskriptif sederhana dengan 19 orang responden.
Instrumen yang digunakan berupa kuisioner yang berisikan tanda atau gejala kecemasan
ringan sampai dengan panik. Data dianalisa dengan menggunakan rumus mean untuk
mendapatkan tingkat kecemasan pada ibu primigravida yang akan dilakukan tindakan
operasi seksio sesaria. Analisa data di lakukan dengan menggunakan deskriptif statistik
yang diuraikan dalam bentuk tabel frekuensi dan perhitungan nilai rata-rata. Penelitian ini
menunjukan bahwa tingkat kecemasan ibu-ibu primigravida yang akan dilakukan
tindakan operasi seksio sesaria adalah kecemasan sedang dengan tanda atau gejala
antara Iain: mulut kering, anoreksia, sering buang air kecil, badan gemetar, ekspresi
wajah ketakutan, gelisah, tidak mampu rileks dan sukar tidur, meremas-remas tangan,
posisi badan sering berubah-ubah, banyak bicara, dan volume suara keras."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5121
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>