Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196122 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muldiasman
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pantangan makan, anjuran makan dan makan lebih banyak dengan kejadian anemia ibu hamil di provinsi Jambi tahun 2005 setelah dikontrol dengan variabel umur, umur leehamilan, fiekucnsi pemenksaan kehamilan, tenaga pemeliksa kehamilan, pengalaman hamil, pengaiaman bersalin, pengalarnan keguguran, pengetahuan tentang tablet tambah darah, minum tablet tambah darah dan lingkar lengan atas. Penelitian ini menggunakan data hasil survei cepat anemia ibu hamil di Provinsi Jambi tahun 2005. Survei dilakukan di 9 Kabupaten/Kota dengan jumlah sampel 2296 ibu hamil.
Analisis multivanat dengan analisis regresi logistik ganda. Bahan makanan yang dipantang oleh ibu selama hamil merupakan sumber protein dan zat besi berupa jangek/lcrecek (15.3%), udang (14.3%) dan ikan (l1.2%), serta beberapa bahan rnalcanan lainnya. Malcanan ini dipantang dengan alasan terbanyak adalah dipercaya dapat menyebabkan kesulitan untuk melahirkan (47_96%), kemudian dapat menycbabkan keguguran (17.35%) dan beberapa alasan lainnya. Informasi ini diperoleh dari 69 orang yang melakukan pantangan makan selama hamil.
Selama hamil ibu dianjurkan untuk makan makanan sumber protein zat besi bempa sayur (40.34%), susu (28.33%) dan buah (l'7.64%) serta beberapa makanan lain. Makanan ini dianjurkan dengan alasan ibu dan janin sehat (99.06%), tidak mual (0.38%), meningkatkan selera makan (0.19%) serta beberapa alasan Iainnya. Informasi ini diperoleh dari 322 orang yang mempunyai anjuran makan saat hamil.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada hubungan pantangan makan dengan kejadian anemia ibu hamil setelah dikonuol oleh variabel anjuran makan, makan lebih banyak, umur, umur kehamilan, pengalaman keguguran, minum tablet tambah darah, lingkar lengan atas dan interaksi antara anjuran makan dengan pengalaman keguguran. Ibu hamil yang mempunyai pantangan makan 3.28 kali lebih besar kemungkinannya untuk mengalami anemia dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai pantangan makan (OR=3.28; 95%CI = 1.65 - 6.54). Tidak ada hubungan anjuran makan dan makan lebih banyak dengan kejadian anemia ibu hamil. Variabel umur, umur kehamilan, pengalaman keguguran, minum tablet tambah darah dan lingkar lengan atas berhubungan dengan kejadian anemia ibu hamil.

The purpose of this research for studying relation of three items, avoidance of several foods, food suggestions, and eating more with anemia in pregnancy in Province ot' Jambi in 2005 after adjusted by variables, age, pregnant age, pregnant inspection frequency, pregnant inspector, pregnant frequency, parity experience, abortion experience, knowing Fe supplement, Fe supplement consumption, and arm circumference. We used data from rapid survey of anemia in province Jambi in 2005. the total sample was 2296 samples collected trom 9 sub district.
We analyzed the data using logistic regression. The avoidance foods ware source of protein and Fe foods. Those ware jangek/krecek (l5,3%), shrimps (l4,3%), fish (1 l.2%), and others. The reasons to avoid those food ware believing those will make difficulty in birth (47.9%), making abortion (17,3%) and others. We took the information from 69 pregnancy women.
The food suggestions ware source of protein and Fe foods. Those ware vegetables (40,3%), milk (28,3%), fruit (17.6%), and others. The reasons of food suggestion ware making mother and fetus be health (99.1%), no nausea (O.4%), and others. We took the information from 322 pregnancy women.
From this research we know that there is relation between avoidance of several foods with anemia in pregnancy after adjusted by variables, tbod suggestion, eating more, age, pregnant age, abortion, Fe supplement consumption, arm circumference, and interaction between food suggestion and abortion experience (OR=3.28; 95% CI =l.65-6.54). And no relation between food suggestion, and eating more with anemia in pregnancy. Variables, age, pregnant age, abortion, Fe supplement consumption, and arm circumference related with anemia in pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resna Nurhantika Sary
"Latar belakang: Pramugari harus memiliki kesehatan yang prima karena memiliki tugas utama menjaga keselamatan penumpang selama penerbangan. Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering kali mengenai wanita usia produktif dan dapat mengganggu kesehatan.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada pramugari penerbangan sipil di Indonesia.
Metode: Metode yang digunakan adalah potong lintang dan pengambilan sampel dengan metode sampling purposif dan analisa dengan regresi cox. Kriteria anemia apabila kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl.
Hasil: Subjek terdiri dari 185 pramugari penerbangan sipil berusia 18 ? 46 tahun yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan. Persentase anemia pada penelitian ini sebesar 28,1%. Faktor risiko dominan terhadap anemia pada pramugari penerbangan sipil di Indonesia adalah masa kerja > 4 tahun ? 16 tahun (RRa1,51 ;95% CI 0,96 ? 2,37; p 0,073), frekuensi makan daging lebih dari 2 kali seminggu (RR 0,57; 95% CI 0,32 ? 1,03; p 0,064), menstruasi heavyflow (RR 3,45; 95% CI 1,05 ? 3,4; p 0,000) dan jenis penerbangan panjang (RR 1,91; 95% CI 2,36 ? 5,02;p 0,034).
Kesimpulan: Pramugari dengan menstruasi heavyflow dan jenis penerbangan panjang mempunyai risiko lebih besar mengalami anemia.Oleh karena itu perlu penanganan anemia lebih komprehensif pada pramugari yang melibatkan pihak regulator dan operator di Indonesia.

Background: Flight attendants must have good health because their main task is maintaining safety of passengers during the flight. Anemia is one of the health problems that often affects reproductive women and can interfere health. This study was conducted to determine the factors associated with anemia in civilian female flight attendant in Indonesia.
Methode: The method used was cross-sectional with purposive sampling and analysis with cox regresion. Anemia criteria if hemoglobin level less than 12 g/dl.
Result: Subjects consisted of 185 civilian female flight attendants aged 18-46 years who conduct regular health checks at Balai Kesehatan Penerbangan. The percentage of anemia in this study was 28.1%. Dominant risk factor for anemia in civil female flight attendants in Indonesia are working period >4 - 16 years (RR 1.51; 95% CI 0.96- 2.37; p 0.073), frequency of eating red meat more than 2 times a week (RR 0.57; 95% CI 0.32 - 1.03; p 0.064), heavyflow menstruation (RR 3.45; 95% CI 1.05 - 3.4; p 0.000) and long haul flight (RR 1, 91; 95% CI 2.36 - 5.02; p 0.034).
Conclusion: Female flight attendant with heavyflow menstruation and long haul flight have higher risk to anemia. Need more comprehensive treatment of anemia in female flight attendant involving regulators and operators in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Tigor
"Salah satu masalah gizi utama di Indonesia adalah anemia gizi, termasuk didalamnya adalah anemia ibu hamil. SKRT 1992 mendapatkan proporsi anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah menurunkan persentase anemia ibu hamil menjadi 40% pada akhir Repelita VI. Banyak faktor ibu yang mempengaruhi terjadinya anemia ibu hamil.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proporsi anemia ibu hamil trimester III dan hubungannya dengan beberapa faktor ibu.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Studi Prospektif Keluarga Berencana dan Kesehatan di kecamatan Sliyeg dan Kecamatan Gabus Wetan modul rather dare. Jumlah sampel penelitian adalah 788 ibu hamil trimester III dengan disain cross-sectional. Faktor ibu yang diteliti adalah umur ibu, paritas, jarak kelahiran, tinggi badan, lingkar lengan atas, penyakit ibu, kadar Hb sebelum trimester III, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status kekayaan, jumlah anak hidup, peneriksaan kehamilan, makanan ibu, konsumsi tablet besi, dan kebiasaan minum teh.
Proporsi anemia ibu hamil trimester III adalah sebesar 58,1%, proporsi anemia ringan sebesar 53% dan proporsi anemia berat sebesar 5,1% . Terdapat hubungan antara anemia ibu hamil trimester III dengan faktor kadar Hb sebelum trimester III, kebiasaan minum teh, jumlah anak hidup, pendidikan ibu, konsumsi tablet besi, dan status kekayaan. Resiko terjadinya anemia pada ibu hamil trimester III dengan keadaan tidak minum tablet besi, minum teh teratur, jumlah anak hidup lebih dari dua, dan status kekayaan kurang adalah 3,1 kali.
Disarankan agar tablet besi harus tetap diberikan kepada ibu hamil sejak seawal mungkin kehamilannya dan pemantauan agar tablet besi benar-benar diminum oleh ibu hamil."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T8432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mieke Savitri
"Anemia semasa hamil dan perdarahan masa nifas yang merupakan masalah kesehatan maternal di Indonesia karena prevalensinya yang masih cukup tinggi menarik minat peneliti untuk melihat hubungan antara keduanya. Penelitian dilakukan dengan menganalisa data sekunder dari Puska UI dengan metode Case Control. Ternyata hipotesis peneliti yang menyatakan bahwa ada hubungan antara anemia semasa hamil dengan perdarahan masa nifas setelah dikontrol oleh variabel-variabel umur ibu, paritas, jarak kelahiran, pelayanan antenatal, penolong persalinan dan lama partus tidak terbukti. Walaupun demikian, dari perhitungan Atributable Risk % dan Population Atributable Risk % didapatkan angka yang cukup tinggi, kecuali untuk variabel pelayanan antenatal, sehingga hipotesis peneliti tersebut perlu diperhatilcan untuk kepentingan program. Selain itu ditemukan bahwa partus lama memperbesar resiko untuk terjadinya perdarahan masa nifas dan secara statistik hal tersebut bermakna. Dari hasil yang didapat tersebut penulis berharap agar pada masa mendatang pengumpulan data Modul Keharnilan yang dilakukan di wilayah tersebut diperlengkap dan dibuat lebih baik lagi agar dapat dilakukan analisa data yang juga lebih baik. Penulis juga menyarankan agar program Kesehatan Ibu dan Anak di wilayah penelitian tersebut ditingkatkan agar prevalensi anemia dan kejadian perdarahan masa nifas dapat diturunkan. Salah satu cara adalah dengan pelatihan dukun bayi agar lebih trampil dalam menolong persalinan dan peningkatan kemampuan bidan desa dalam menangani persalinan dan mendeteksi kelainan komplikasi yang terjadi sedini mungkin untuk segera merujuk pasien ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

Anemia during pregnancy and postpartum hemorrhage are maternal problems in Indonesia because the prevalence?s are still high, so the author was interested to study the relationship between that two variables. The study was done by using data from The Center for Child Survival, University of Indonesia with Case Control method. The author can not prove the hypothesis that said there is relationship between anemia during pregnancy and postpartum hemorrhage after controlled by the mother's age, parity, space of births , antenatal care, birth attendant and delivery time. However, from the Attributable Risk Percentage and Population Attributable Risk Percentage values, except for antenatal care, health providers should pay attention to the author's hypothesis for increasing the health program's quality. The study also find that if delivery time is more than 18 hours, the risk for having postpartum hemorrhage will increase, and it is significant statistically. From the results of the study, the author hopes that in the future, Mother Care data collection at the area should be done better. The author also suggests that Mother and Child Program at the area of the study should be increased to decrease the prevalence?s of anemia and postpartum hemorrhage. It can be done by training the traditional birth attendant to increase their skill in helping mothers during delivery. It can also be done by increasing the quality of the midwives ( their capability to help delivery and to detect complication during delivery as soon as possible and refers the patients immediately to a higher health services ).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T8431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amran Buana
"Anemia gizi merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Prevalensi anemia gizi pada ibu hamil masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang berat sampai saat ini yaitu sebesar 40% (SKRT, 2001). Sembilan puluh persen anemia gizi pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi. Sementara upaya penanggulangan anemia pada ibu hamil sudah diperioritaskan sejak tahun tujuh puluhan namun belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran prevalensi dan perbedaan proporsi anemia gizi ibu hamil dan mengetahui faktor-faktor yang dominan berhubungan dengan kadar Hb pada ibu hamil di Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Disain penelitian menggunakan metode Cross Sectional dan pengambilan sampel dengan simple random sampling. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang ada di Kecamatan Abung Surakarta Tabun 2004. Sampel penelitian sebanyak 120 orang ibu hamil yang terdiri dari 60 orang ibu hamil yang anemia dan 60 orang ibu hamil yang tidak anemia. Penelitian dilakukan di Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung pada Bulan Maret sampai Mei 2004.
Variabel penelitian yang berhubungan dengan kadar Hb adalah umur, usia kehamilan, paritas, jarak kelahiran, LILA, pendidikan, ANC, suplementasi tablet besi, konsumsi hem, non hem, enhancer, inhibitor, dan pengetahuan. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pemeriksaan kadar Hb memakai metode Siamnethemoglobin yang diperiksa dengan menggunakan spektrofotometer. Batasan anemia bila kadar haemoglobin lebih kecil dari 11 gr/dl dan tidak anemia bila 11 gr/dl. Analisa data yang dilakukan univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian didapatkan prevalensi anemia sebesar 64,1% yang terdiri dari anemia ringan 7,3%, anemia sedang 37,6% dan anemia berat 19,2%. Pada uji bivariat dengan menggunakan uji chi square didapatkan variabel yang berhubungan bermakna dengan anemia adalah variabel umur, LILA, pendidikan, ANC, suplementasi tablet besi, hem, dan pengetahuan (p 0,05). Pada uji regresi logistik dengan memasukkan variabel yang mempunyai nilai (p < 0,25), maka variabel yang diikutkan pada uji ini adalah umur, usia kehamilan, LILA, pendidikan, ANC, suplementasi tablet besi, hem, enhancer, inhibitor dan pengetahuan. Dan seluruh variabel yang dimasukkan dalam pemodelan, umur, usia kehamilan, LILA, pendidikan dan ANC yang dominan berhubungan dengan terjadinya anemia pads ibu hamil dan variabel yang paling dominan berhubungan dengan status anemia adalah pemeriksaan kehamilan (ANC).
Disarankan kepada pelaksana gizi puskesmas di wilayah Kecamatan Abung Surakarta untuk dapat mengintensifkan distribusi tablet besi atau tablet tambah darah kepada ibu-ibu hamil melalui kunjungan atau pemeriksaan ibu hamil (ANC), baik di puskesmas maupun di posyandu-posyandu di wilayah kecamatan tersebut.

Nutritional Anemia and Its Related Factors Among Pregnant Mothers in Abung Surakarta Sub-district, North Lampung District, Lampung Province Year 2004Nutritional anemia is one of four major nutrition problems in Indonesia. Prevalence of nutritional anemia is very high, i.e. 40% and thus it is considered as severe public health problem (SKRT, 2001). Ninety percent of nutritional anemia is caused by iron deficiency. Although intervention to eradicate nutritional anemia have been prioritized since 1970s, satisfied result is not yet achieved.
The study aimed at describing the prevalence and related factors of nutritional anemia among pregnant mothers in Abung Surakarta Sub-district, North Lampung District, Lampung Province year 2004. Design of the study is cross-sectional with 120 pregnant mothers as subjects taken randomly using simple random sampling from all pregnant mothers in the sub-district as population. The study was conducted during March to May 2004.
Variables conceptualized to be related to Hb level were age, age of pregnancy, parity, distance between pregnancies, MUAC, education, ANC, iron supplementation, consumption of heme, non heme iron, enhancer, and inhibitor, and knowledge. Data were collected using questionnaire and physical and laboratory examination. Hb level was determined using cyanmeth method checked by spectrophotometer. Anemia was defined as Hb level <11 gr/dl. Data were analyzed in univariate, bivariate, and multivariate ways.
The univariate analysis showed that the prevalence of anemia was 64.1% consisted of mild anemia of 7.3%, moderate anemia of 37.6%, and severe anemia of 19.2%. The bivariate analysis using chi-square test showed that variables with significant relationship to Hb level were age, MUAC, education, ANC, iron supplementation, consumption of heme iron sources, and knowledge (p<0.05). Logistic regression showed that the most dominant factor was ANC.
It is recommended to nutrition worker in public health centers in Abung Surakarta sub-district to intensify the distribution of iron pills to pregnant mothers by visiting and conducting ANC in all public health centers and integrated health posts in the area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laili Nur Hidayati
"Anemia hampir terjadi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Ibu hamil adalah salah satu kelompok rawan gizi yang berisiko terjadi anemia. Dampak anemia dalam kehamilan sangat luas baik mulai dari kehamilan itu sendiri sampai melahirkan dan nifas. Secara tidak langsung anemia merupakan penyebab kesakitan dan kematian baik ibu maupun bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan desain cross sectional yang dianalisis menggunakan uji chisquare. Sampel penelitian sebanyak 110 responden yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Palmerah Jakarta Barat pada Mei 2013. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 37,3% responden mengalami anemia dalam kehamilan. Rata-rata Hb adalah 11,5 gr%. Hb terendah 10 gr% dan Hb tertinggi 13 gr%. Analisi bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan anemia (OR=3,04; CI 95%=1,3-7,4), jarak kehamilan (OR=0,017; CI 95%=1,3-6,3), paritas (OR=0,026; CI 95%=1,2-6,7). Terdapat juga hubungan yang signifikan antara pola konsumsi makanan (0,038; 1,1-5,6), edukasi gizi/konseling gizi (0,023; 1,3-11,4), dan pemberian tablet Fe (0,005; 1,6-13,3). Perlu adanya konseling gizi/edukasi gizi baik secara individu maupun kelompok untuk menurunkan kejadian anemia.

Anemia occurs in almost all over the world, especially in developing countries,including Indonesia. Pregnant women are one of the vulnerable groups at risk of nutritional anemia. Impact of anemia in pregnancy is very wide both starting from the pregnancy itself until delivery and postpartum. Indirectly anemia is a cause of morbidity and mortality both mother and \ baby. This study aims to determine the factors associated with the incidence of anemia in pregnant women with a crosssectional design were analyzed using chi-square test. The research sample of 110 respondents conducted in West Jakarta District Health Clinics Palmerah in May 2013. The results showed as much as 37.3% of respondents experienced anemia in pregnancy. The average hemoglobin was 11.5 g%. Lowest Hb 10 g% and the highest Hb 13 g%. Bivariate analysis showed a significant relationship between age and anemia (OR = 3.04; 95% CI = 1.3 to 7.4), spacing of pregnancy (OR =0.017; 95% CI = 1.3 to 6.3) , parity (OR = 0.026; 95% CI = 1.2 to 6.7). There is also a significant correlation between the pattern of food consumption (0.038; 1.1 to 5.6), nutrition education / nutrition counseling (0,023; 1.3 to 11.4), and Fe tablet (0.005; 1.6 to 13 , 3). Need for nutritional counseling / nutrition education,both individually and collectively to reduce the incidence of anemia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Anggraini
"Anemia adalah keadaan di mana kadar hemoglobin lebih rendah dari normal. Puskesmas Pagerbarang merupakan Puskesmas dengan anemia ibu hamil tertinggi di Kabupaten Tegal. Metode penelitian Cross Sectional. Proses pengumpulan data Mei?Juni 2014. Sampel 164 orang.Hasil analisis memperlihatkan kejadian anemia (33,5%) dan yang mempunyai hubungan dengan anemia:pendidikan (OR = 2,35), keberdayaan perempuan (OR = 3,03), pengeluaran (OR = 3,98), pekerjaan suami (OR = 2,42), status gizi (OR = 10,46), infeksi/penyakit kronik (OR = 3,35), umur (OR = 3,15), paritas (OR = 3,29), pemeriksaan kehamilan (OR = 2,52), konsumsi fe (OR = 2,6), dan lokasi pelayanan kesehatan (OR = 3,29).

Anemia is a condition in which the hemoglobin levelis lower than normal. Pagerbarang health centeris a Health Center with the highest maternal anemia in Tegal regency. Methods Cross-sectional study. The process of data collection from May to June2014. Samples 164 people. The results of the analysis showed the incidence of anemia(33.5%) and having a relationship with anemia: education (OR =2.35), the empowerment of women (OR =3.03), spending(OR =3.98), husband's work (OR =2.42), nutritional status (OR =10.46), infectious/chronic disease (OR =3.35), age (OR =3.15), parity (OR =3.29), prenatal care (OR =2.52), fe consumption (OR =2.6), and the location of health services (OR =3.29)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"It was reported that the correlation between some risk factors and the low birth weight (LBW) was significant. ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fachriani Putri
"Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2000, Angka Kematian lbu (AKD di Indonesia sebesar 213/100.000 kelahiran hidup. AKI tersebut masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan AKI negara-negara ASEAN. Salah satu penyebab langsung kematian ibu adalah karena perdarahan (45,2%) sedangkan penyebab tak langsung adalah karena anemia Diketahui bahwa anemia dapat meningkatkan risiko perdarahan dan infeksi selama proses melahirkan yang menjadi penyebab langsung kematian ibu.
Kejadian anemia di negara berkembang Sekitar 56 % dan sebagian besar (80 %) diderita oleh ibu hamil. Penyebab utama anemia pada ibu hamil (90 %) adalah karena defisiensi besi, sehingga anemia pada ibu hamil sering diidentikkan dengan anemia gizi yaitu Anemia Defisiensi Besi. Data SKRT tahun 2001 menunjukkan prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia sebesar 40,1 %. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Riau tahun 2006 menunjukkan prevalensi anemia ibu hamil di Provinsi Riau sebesar 47,8%. Penelitian tentang prevalensi anemia ibu hamil di Kota Pekanbaru belum pernah dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kejadian anemia gizi besi pada ibu hamil pengunjung Puskesmas Wiiayah Kota Pekanbaru tahun 2007 dan faktor- faktor yang berhubungan dengan status anemia gizi besi tersebut, yang terdiri dari faktor internal meliputi variabel umur, usia kehamilan, paritas, jarak kelahiran dan lingkar lengan atas (LILA) dan faktor eksternal meliputi variabel konsumsi makanan, pendidikan, suplementasi tablet tambah darah (TTD) dan pengetahuan.
Metode penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Responden adalah seluruh ibu hamil pengunjung Puskesmas yang datang untuk memeriksakan kehamilannya di 17 Puskesmas Wilayah Kota Pekanbaru pada bulan Maret sampai dengan Mei 2007. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur, pengukuran LILA dengan menggunakan pita ukur LILA dari Depkes dan pengukuran kadar hemoglobin (Hb) darah tepi dengan menggunakan metode Sahli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil pengunjung Puskesmas Wilayah Kota Pekanbaru menderita anemia gizi besi yaitu sebanyak 132 orang (73,3%). Rata-rata kadar Hb ibu hamil sebesar 9,86 g/dl dengan variasi antara 9,67 g/dl - 10,06 g/dl. Hasil analisis penelitian membuktikan bahwa variabel umur, usia kehamilan, paritas dan konsumsi makanan memiliki hubungan secara bermakna dengan status anemia gizi besi pada ibu hamil. Namun variabel paling dominan berhubungan dengan status anemia gizi besi pada ibu hamil adalah paritas. lbu dengan anak lebih dari 2 orang berisiko 4,5 kali menderita anemia gizi besi dibandingkan ibu dengan anak kurang dari 2 orang.

Regarding to the Household and Health Survey in 2000, the Maternal Mortality Ratio (MMR) of Indonesia is as high as 213 per 100,000 live births. The figure is relatively high compare to the MMR of other ASEAN countries. One of the direct causes on maternal death is hemorrhage (45.2%) and one of indirect cause is anemia. It has been known that anemia can elevate the risk of hemorrhage and infection during parturition process which can lead to the direct cause of maternal death.
The prevalence of anemia cases in the developing countries are comprises around 56% and mostly takes place in a pregnant mother (80%), The main cause of anemia among pregnant mothers is iron deficiency (90%). Therefore, the anemia among pregnant mothers are identically called nutrition anemia, i.e. Iron Deiciency Anemia The Household and Health Survey data in 2001 showed that anemia among pregnant mothers has a figure of 40.l%. In 2006, data of The Health Authority of Riau Province show the prevalence of anemia in pregnant mothers in the region is 47.8%. However, there is never been a study on anemia prevalence in pregnant mother of Pekanbaru has carried out.
The study has an aim to describe the prevalence of iron deficiency anemia among pregnant mothers who visit to Community Health Center / Puskesmas in the working area of Pekanbaru in 2007 and factors related to the status of its anemia. The factors consist of intemal factors (age, gestational age, parity, pregnancy interval, and Upper Arm Diameter/ UAD) and external factors (food consumption, level of education, iron tablet supplementation, and knowledge).
The method of the study is using quantitative approach with a cross-sectional design. The respondents are all mothers who visit and have pregnancy checked in 17 Puskesmas at Kota Pekanbaru, from March to May 2007. Data are collected with some methods: interview by using a structured questionnaire, measuring UAD by using measurement band of UAD of MoH, and measuring the level of Haemoglobine (Hb) of capilair blood with a Sahli method.
The result of the study found that most of pregnant mothers who visit the Puskesmas at working area of Pekanbaru have suffered with iron deficiency anemia (73.3%) The average of Hb level in the blood is 9.86 g/dl with variation between 9.67 g/dl to 10.06 g/dl. The analysis of the study showed that variables of age, gestational age, parity and food consumption have a signijqicant relationship with the status of iron deficiency anemia in pregnant mothers. Though, the most dominant factor that significantly related to the status of iron deficiency anemia in pregnant mothers is parity. Mothers with 2 or more children are 4.5 times having a risk to iron deficiency anemia comparing with mothers who have children less than 2.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Welly Anggraeni
"Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat global yang memiliki dampak besar terhadap kesehatan, sosial dan ekonomi. Prevalensi anemia anak usia 5 – 14 tahun di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 yaitu sebesar 26,8% dan pada perempuan usia 15 – 24 tahun sebesar 32,0%. Proporsi anemia remaja putri di Provinsi Jawa Barat masih cukup tinggi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor determinan kejadian anemia pada remaja putri usia 12 – 18 tahun di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 595 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang digunakan adalah Riskesdas 2018. Variabel independen meliputi karakteristik remaja, sosial ekonomi dan lingkungan, status gizi, status KEK dan asupan makanan dan minuman. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda model determinan. Prevalensi anemia remaja putri usia 12 – 18 tahun di Provinsi Jawa Barat tahun 2018 sebesar 26,9%. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa variabel yang berhubungan dengan anemia remaja putri adalah pendidikan remaja (p value 0,025). Analisis multivariat menunjukkan bahwa pendidikan remaja menjadi faktor dominan pada kejadian anemia remaja putri di Provinsi Jawa Barat tahun 2018. Remaja putri dengan pendidikan ≤SMP/ Sederajat memiliki peluang 1,63 kali lebih rendah untuk mengalami anemia dibandingkan remaja putri dengan pendidikan > SMP/ Sederajat.

Anemia is one of the global public health problems that has a major impact on health, social and economic. The prevalence of anemia among children aged 5–14 years in Indonesia based on Riskesdas data in 2018 was 26.8% and among women aged 15–24 years was 32.0%. The proportion of anemia among adolescent girls in West Java Province is still quite high. The study aims to determine the determinants of the incidence of anemia in adolescent girls aged 12–18 years in West Java Province. This study used a cross-sectional design with 595 samples that met the inclusion and exclusion criteria. The data used was Riskesdas 2018. Independent variables included adolescent characteristics, socioeconomic and environmental, nutritional status, SEZ status, and food and beverage intake. Bivariate analysis used the chi-square test, and multivariate analysis used the multiple logistic regression determinant model. The prevalence of anemia among adolescent girls aged 12-18 years in West Java Province in 2018 was 26.9%. The results of bivariate analysis showed that the variable associated with anemia in adolescent girls was adolescent education (p value 0.025). Multivariate analysis showed that adolescent education was the dominant factor in the incidence of anemia among adolescent girls in West Java Province in 2018. Adolescent girls with education ≤ junior high school / equivalent have a 1.63 times lower chance of experiencing anemia than adolescent girls with education > junior high school / equivalent.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>