Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134209 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurly Hestika Wardhani
"ABSTRAK
Modernisasi kota-kota besar di Indonesia terutama Jakarta meningkatkan jumlah
perempuan bekerja dengan pcrubahan terhadap gaya hidup terutama dalam jumlah
dan komposisi asupan makanan. Hal tersebut bila disertai dengan mulai
meourunnya honnon estrogen pada perempuan di awal masa klimakterlum,
dikhawatirkan telah teljadi perubahan profil lipid dan distribusi lemak. Tujuan
pcnalitian ini adalah diketahuinya asupan total energi dan asupan makronutrien
serta profit lipid karyawati di awal rna.- klimakterium yaitu usia 35-45 tahun,
serta hubungannya dengan ukuran lingkar pinggang. Stodi ini adalah studi potong
lingtang yang dilakukan di Poliklinik Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RJ.
Sebanyak 66 orang karyawati menandatangani lembar persetujuan menjadi
subyek pcnelitian, dengan 52 orang (78,8%) subyek menyelesaikan studi ini.
Pengumpulan data ditakukan dengan wawancara, pcngukuran antropometri dan
pcaitaian asupan makanan menggunakan merode food record 3x24 jam.
Dilakukan juga pemeriksaan tahoratorium untuk mengukur kadar kolesterol LDL,
HDL dan trigliserida serum. Rerata ulruran lingkar pinggang subyek adalah 84,8 ±
9,42 em dengao sebagian besar subyek (67,3%) tennasuk dalarn kategori lebih.
Rerata asupan total energi subyek penelitian adalah 1571 ± 303,2 kkal, dengan
sebagian besar subyek tennasuk dalarn kategori cukup jika dibandingkan dengan
kebutoba energi total. Rerata asupan makronutrien untuk karbohidrat adalah 213,7
± 40,73 gr (54,7 ± 6,24 o/oE), sera! 11,2 ± 4,52 gr, protein 54,0 ± 13,25 gr (13,7 ±
1,89 %E), lemak 56,0 ± 17,76 gr (31,6 ± 5,62 %E), SAFA 25,8 ± 8,84 gr (14,6 ±
3,44 %E), MUFA 14,1 ± 5,07 gr (8,0 ± 2,02 %E), PUFA 12,3 ± 5,85 gr (6,9 ±
2,84 %E) dan kotesterol 242,2 ± 118,36 mg per hari. Berdesarkan aujuran asupan
oleh PERKENI, asupan kaibohidrat, protein, MUF A dan PUF A sebagian besar
subyek dikategorlkan cukup. Sementara asupan lemak, SAP A dan kotesterol
sebagian besar subyek dikategorikan lebih dan asupan serat kurang. Kadar
kolesterol LDL, HDL dan trigliserida subyek berturut-turut adalah 126,3 ± 29,71
m8fdL, 58,2 ± 9,46 mg/dL dan 84,7 ± 35,81 mg/dL. Kadar ko1esterol LDL dan
trigliserida serum sebagian besar subyek dalam kategori normal. Kader kolesterol
HDL serum seluruh subyek dahun kategori normal. Tidak terdapat hubungan
bermakna antara jumlah asupan energi total dan masing-masing makronutrien
terhadap ukuran lingkar pinggang. Namun terdepat korelasi derajat lemak
antara kadar trigliserida serum dan ukuran lingkar pinggang.

Abstract
Modernization on some major cities in Indonesia specially Jakarta bas raised the
number of working women from year to year, and alter their !!restyle including
their total nutrition intake and macronutrient composition. Accompanied with
decreasing estrogen level in early climacteric women, there was big concern that
there had been alteration on lipid profile and fat distribution among these women.
The aim of the study was to evaluate daily intake of total energy, macronutrients
and lipid profile among healthy female government employee on early
climacteric phase (aged 35-45 years), and their association with waist
circumference. This cross sectional study took place in Cultural and Tourism
Department of Republic Indonesia. Sixty six women have provided consent,
while 52 subjects (78.8%) have completed the study. Data collection were
conducted from interviews, anthropometric measurements and dietary assessment
using 3 x 24 hours food record. Serum triglyceride, LDL, HDL cholesterol level
were assessed as well. Mean value of waist circumference was 84.8 ± 9.42 em,
and categorized as high, as well as on the majority of subjects (67.3 %).Mean
value and standard deviation of to!al energy intake was 1571 ± 303,2 kcal, and
categorized as moderate. The mean intake value of carbohydrate was 213,7 ±
40,73 g (54,7 ± 6,24 %E), fiber 11,2 ± 4.52 gr, protein 54.0 ± 13.25 g (13.7 ± 1.89
%E), fut 56.0 ± 17.76 g (3L6 ± 5.62 %E), SAFA 25.8 ± 8.84 gr (14.6 ± 3.44
%E), MUFA 14.1 ± 5.o7 gr (8.0 ± 2.02 %E), PUFA 12.3 ± 5.85 gr (6.9 ± 2.M
%E) and cholesterol 242.2 ± 118.36 mg!day. Based on PER.KENI
recommendation for macronutrient intake, majority of subject's intake of
carbohydrate, protein, MUFA and PUF A were categorized as moderate, the intake
of daily fat, SAFA and cholesterol were high, and all subject's intake of fiber was
low. Subject's serum LDL and HDL cholesterol level were 126.3 ± 29.71 mg/dL
and 58.2 ± 9.46 mg/dL respectively, while serum triglyceride level was 84.7 ±
35.81 mg!dL. Majority of subject's lipid profile categorized as normal. No
significant associations were found among total energy as well as macronutrients
with waist circumference. Nevertheless, there was weak significant association
between triglyceride serum level and waist circumference."
2009
T32811
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Yesica
"Tesis ini membahas program pemberian makanan tambahan berupa biskuit pabrikan bagi balita gizi kurang (pengukuran perbandingan berat badan menurut panjang atau tinggi badan balita) yang  telah dilakukan Pemerintah Indonesia sejak tahun 2004-2022. Pada praktiknya Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) berupa biskuit pabrikan juga diberikan bagi balita dengan berat badan kurang (pengukuran perbandingan berat badan menurut umur). Perlu adanya analisis untuk mengetahui hubungan pemberian makanan tambahan dengan Prevalensi Balita Berat Badan Kurang dan Gizi Kurang di Indonesia Tahun 2022. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan menggunakan data sekunder dengan desain cross-sectional. Data yang digunakan adalah Data Sekunder Sigizi Terpadu/EPPGBM dari Kementerian Kesehatan RI. Data  tersebut meliputi  jumlah balita penerima PMT-P dan balita dengan berat badan sangat kurang (severely underweight), berat badan kurang (underweight) dan gizi kurang (moderate wasted) seluruh provinsi di Indonesia tahun 2022. Hasil penelitian menunjukkan  ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dengan prevalensi balita berat badan kurang (underweight) nilai P = 0,026 (CI = 0,007-0,101), sangat kurang (severely underweight) nilai P = 0,026 (CI = -0,101 s/d -0,007) dan gizi kurang (moderate wasted) nilai P = 0,021(CI = 0,056-0,650). Seluruh nilai P <0.005 menunjukkan ada hubungan prevalensi balita berat badan kurang dan gizi kurang. Penelitian menyarankan program pemberian makanan tambahan berupa biskuit dilanjutkan diikuti dengan program pendekatan keluarga bagi balita gizi kurang dan adanya penambahan pelaporan faktor determinan kejadian balita gizi kurang di aplikasi EPPGBM.

This thesis discusses the supplementary feeding program in the form of manufactured biscuits for malnourished toddlers (measurement of the ratio of body weight according to the length or height of toddlers) that has been carried out by the Government of Indonesia from 2004-2022. In practice, supplementary feeding in the form of manufactured biscuits is also given to toddlers with underweight (a measure of the ratio of body weight to age). An analysis is needed to determine the relationship between supplementary feeding and the Prevalence of Underweight and Malnourished Children in Indonesia in 2022. This research is a quantitative study using secondary data with a cross-sectional design. The data used is Integrated Nutrition Secondary Data / EPPGBM from the Indonesian Ministry of Health. The data includes the number of toddlers receiving PMT-P and severely underweight, underweight and wasted toddlers in all provinces in Indonesia in 2022. The results show that there is a relationship between supplementary feeding and prevalence of underweight toddlers P value = 0.026 (CI = 0.007-0.101), severely underweight P value = 0.026 (CI = -0.101 to -0.007) and moderate wasted P value = 0.021(CI = 0.056-0.650). All P values <0.005 indicated that there was a relationship between the prevalence of underweight and malnutrition. The research suggested that the supplementary feeding program in the form of biscuits be continued followed by a family approach program for undernourished toddlers and additional reporting of the determinants of the incidence of undernourished toddlers in the EPPGM application."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Saifah
"Anak usia sekolah adalah kelompok yang berisiko terhadap masalah gizi. Salah satu penyebab masalah gizi adalah faktor perilaku. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan peran keluarga, guru, teman sebaya, dan media massa dengan perilaku gizi anak usia sekolah. Desain yang digunakan adalah deskriptif korelasional pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan cluster proportional 174 anak usia sekolah kelas 4,5, dan 6. Hasil menunjukkan ada hubungan bermakna peran keluarga dan media massa dengan perilaku gizi anak usia sekolah (p<0,05), tidak ada hubungan bermakna peran guru dan teman sebaya dengan perilaku gizi anak usia sekolah (ρ>0,05), media massa merupakan faktor dominan. Rekomendasi penelitian adalah integrasi pendidikan gizi dengan kurikulum, pelatihan guru UKS, peningkatan promosi kesehatan, asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah, penelitian selanjutnya tentang faktor predisposisi dan pemungkin perilaku gizi.

School-age children are the group at risk for nutritional problems. One cause nutritional problems are behavioral factors. This study aims to determine the relationship of families, teachers, peers, and mass media in nutrition behavior of school-age children. The design used was a descriptive correlation approach cross sectional. Proportional cluster sampling with 174 school age children grade 4,5,dan 6. The results showed no significant relationships family roles and the mass media with nutritional behavior of school-age children (p <0.05), there was no significant relationship roles of teachers and peers with nutritional behavior of school-age children (ρ> 0.05), the mass media is dominant factor. Recommended research is the integration of nutrition education with curriculum, teacher training school health, increased health promotion, family nursing care with school-age children, further research on predisposing and enabling factors of nutrition behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Denis Apriyanto
"Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Keseimbangan antara nutrisi yang masuk dan energi dikeluarkan untuk mencapai kesehatan optimal sangatlah penting, termasuk bagi seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu menyusui antara lain usia, genetik, status hormonal, tingkat pendidikan, penghasilan, morbiditas, praktek pemberian ASI eksklusif, dan asupan makanan. Dengan berubahnya faktor-faktor tersebut dapat membuat status gizi ibu menyusui menjadi kurang. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dan dilakukan pada 86 ibu yang mempunyai bayi berusia 1,5 bulan atau lebih yang tinggal di beberapa RW/Posyandu terpilih di Jakarta Utara pada tahun 2009. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian ”Survei Cepat Ibu Menyusui” pada beberapa Kelurahan di DKI Jakarta tahun 2005. Untuk status gizi, responden dibagi menjadi dua bagian berdasarkan indeks massa tubuh menjadi kurang dan tidak kurang dengan batasan 18,49 kg/m2. Lalu dilakukan uji statistik untuk menilai hubungan usia, tingkat pendidikan, penghasilan, morbiditas, praktek menyusui Asi secara eksklusif dengan status gizi ibu menyusui. Pasien memiliki IMT rerata 22.86 ± 3,79 kg/m2, terdiri dari ibu dengan IMT lebih 47,7%, IMT kurang 11,6%, dan IMT normal 40,7%. Dengan uji Chi-Square dan uji Fisher tidak didapatkan hubungan bermakna antara masingmasing variabel yang diteliti dengan status gizi ibu menyusui (p<0,05). Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara antara status gizi subyek dengan usia, tingkat pendidikan, penghasilan, morbiditas, dan praktek pemberian ASI eksklusif di Jakarta Utara pada tahun 2009.

The nutritional status of an individual shows how far the physiological needs have been fulfilled. The balance between the income nutrition and the outcome energy to achieve an optimum health is very important, including for a lactating woman. Factors contributing to the nutritional state of a lactating woman are the age, genetics, hormonal state, level of education, the mother’s income, the mother’s morbidity, the exclusive breastfeeding, and the intake of food. Changing those factors can lead the nutritional state of the lactating mother below the normal range. The design used was the cross-sectional study and had been done in 86 lactating mothers at North Jakarta in the year of 2009. This research uses the secondary data from the ”Quick Survey of Lactating Mother” rersearch at Jakarta in the year of 2005. For the nutritional state, all the respondents are divided into two groups acording to the body mass index, one is underweight group and the other is non-underweight group with the cut off point 18,49 kg/m2. We had been done the statistical test to assess the correlation of the age, level of education, the income, the morbidity, exclusive breastfeeding with the nutritional state of lactating mother. The result is, all the resopndents have a mean of BMI 22.86 ± 3,79 kg/m2, this includes the mothers within the overweight range 47,7%, the mothers within the underweight range 11,6%, and the mothers within the normoweight range 40,7%. With the Chi-Square test and the Fisher test, we did not find the significant relationship between those variables with the nutritional state of lactating mother (p<0,05). So we conclude that there is no significant relationship between the nutritional state of lactating mother with the age, level of education, the income, the morbidity, and the exclusive breastfeeding at North Jakarta in year 2009."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Adelina
"Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran status gizi bayi usia 1,5-8 bulan di Jakarta Selatan dan hubungannya dengan jenis kelamin bayi, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu, penghasilan ibu, usia ibu saat melahirkan, morbiditas diare dan Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), dan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Penelitian menggunakan studi cross-sectional dan dilakukan pada 88 responden yang memiliki bayi usia 1,5 hingga 8 bulan di Jakarta Selatan. Data didapatkan berupa status gizi bayi, jenis kelamin bayi, usia ibu saat melahirkan, tingkat pendidikan ibu, penghasilan ibu, morbiditas diare dan ISPA, dan pemberian ASI yang akan diteliti hubungannya dengan status gizi bayi yang diuji dengan uji Chi-Square (p<0,05). Dari hasil penelitian didapatkan proporsi status gizi wasted sebesar 4,5 % dan status gizi non-wasted sebesar 95,5 %. Dengan proporsi jenis kelamin bayi laki-laki 51,1%, dan perempuan 48,9%, pemberian ASI sebesar 30,7%, ibu bekerja 11,4%, diare dan ISPA bayi dalam kurun waktu 2 minggu terakhir masing-masing 14,8 % dan 60,2%, tingkat pendidikan ibu rendah 54,5%, sedang 34,1 %, dan tinggi 11,1%, tingkat penghasilan keluarga sedang 48,9% dan tinggi 51,1 %, semuanya tidak memiliki hubungan yang bermakna.

Nutritional Status described how great individual physiological requirement has met. Nutritional stauus is corelated to many factors. This research’s aims are first, to know the frequency distribution of infants 1,5-8 months of age in South Jakarta and its corelation with babies’ sex, maternal education level, woking mother, familiy annual income, maternal age of giving birth, dierhea and upper respiratory track infection and eksclusive breast milk in infants.The study design of the research iscross sectional. The number of the respondent is 88. The respondents are mother who have baby 1,5-8 months of age in South Jakarta. The data that were collected are infants’ nutritional status, babies’ sex, maternal age of giving birth, maternal educational level, working mother, familiy annual income level, diarhea and upper respiratory track infection in infant and eksclusive breast milk in infants. All those variables were analyzed with Chi-square test (p<0,05). From this research, the percentage of infants with non-wasting nutritional status is 95,5 % and the percentage of wasting is 4,5 %. The percentage of boys is 51,1 % and girls is 48,9 %. Percentage of babies receiving eksclusive breast milk is 30,7%, working mother 11,4%, Dhiarhea and upper respiratory track infectin in infants rea 14,8% and 60,2%. And all of them show no significant correlation to nutriotional status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Univeristas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Anggarani Idham
"Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi bayi usia 1,5 - 8 bulan di Jakarta Barat dan hubungannya dengan jenis kelamin bayi, morbiditas diare dan Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, pendidikan terakhir ibu, ibu yang bekerja, penghasilan ibu, dan usia ibu saat melahirkan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang menggunakan pendekatan studi cross-sectional dan dilakukan pada 92 responden yang memiliki bayi usia 1,5 – 8 bulan di Jakarta Barat. Data yang didapatkan berupa jenis kelamin bayi, morbiditas diare dan ISPA dalam 14 hari terakhir, pemberian ASI, usia ibu saat melahirkan, tingkat pendidikan terakhir ibu, penghasilan ibu, dan ibu yang bekerja yang akan diteliti hubungannya dengan status gizi bayi dengan uji Chi-Square (p<0.05). Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa dari 92 sampel bayi 1,5 – 8 bulan pada penelitian ini, 97,8% mengalami non wasted, 2,2% mengalami wasted dan dari hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa jenis kelamin(P = 0,503), pemberian ASI eksklusif (P = 1,000), diare dalam 14 hari terakhir(P = 1,000), ISPA dalam 14 hari terakhir (P = 1,000), usia ibu saat melahirkan(P = 1,000), tingkat pendidikan ibu (P = 1,000), ibu yang bekerja (P = 1,000), dan penghasilan keluarga (P = 0,548) semuanya tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi bayi.

Nutritional status described how big individual physiological requirement fulfilled. Nutrition status influenced by various factors. The aim of the study was to determine the prevalence of infant’s nutritional status aged 1,5 – 8 months at West Jakarta associated with infant’s gender, diarrhea, Upper Respiratory Tract Infection (URTI), exclusive brest feeding, maternal education level, working mother, family’s income, and maternal age at giving birth. This research is an observational analytic research that using cross sectional study conducted to 92 respondents who has infants aged 1,5 – 8 months in West Jakarta. Data obtained from infant’s gender, diarrhea, Upper Respiratory Tract Infection (URTI), exclusive brest feeding, maternal education level, working mother, family’s income, maternal age at giving birth will be related to nutritional status of infants tested with chi square test (p<0,05). The results of this research show that among 92 sample, there were 97,8 % infants wasted and 2,2 % non wasted. At the end of statistic test we obtained that infant’s gender (P = 0,503), exclusive breast feeding (P = 1,000), diarrhea in last 14 days (P = 1,000), URTI in last 14 days (P = 1,000), maternal age at giving birth (P = 1,000), maternal education level (P = 1,000), working mother (P = 1,000), and family’s income (P = 0,548), all of these factors do not have significant relationship with nutritional status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Maharani Pramudya
"Pola asupan makanan yang tidak seimbang banyak dijalani kaum remaja saat ini. Hal tersebut menyebabkan ancaman status gizi berlebih semakin mengintai para remaja. Status gizi remaja dapat tercermin melalui pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Tujuan penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara asupan energi dan komposisi makronutrien dengan IMT pada remaja usia 15-18 tahun. Penelitian menggunakan desain penelitian potong lintang analitik. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta terhadap 75 mahasiswa kedokteran, laki-laki (n=31) dan perempuan (n=44), tingkat 1 tahun 2012 yang diminta untuk menjawab wawancara mengenai asupan hariannya memakai kuisioner Food Frequency Questionnaires (FFQ) semikuantitatif dan menjalani pemeriksaan fisik, berupa tinggi dan berat badan.
Dari penelitian ini, hasilnya, yakni sebaran subjek berdasarkan asupan energi , yaitu kurang (24%), cukup (30,7%), lebih (45,3%). Untuk asupan karbohidrat ialah kurang (10,7%), cukup (77,3%), dan lebih (12%). Sementara itu, asupan lemak yang kurang ada 24%, cukup sebanyak 44%, dan lebih sebesar 32%. Terakhir, sebaran subjek berdasarkan asupan protein, yakni kurang (1,3%) dan cukup (98,7%). Tidak ada responden yang asupan proteinnya lebih. Distribusi subjek berdasarkan IMT, yaitu pada laki-laki 9,7% kurang, 61,3% normal, dan 29% lebih sedangkan pada perempuan 90,9% normal dan 9,1% lebih. Kesimpulan pada penelitian ini ialah tidak terdapat adanya hubungan (p>0,05) antara asupan energi dan komposisi makronutrien dengan IMT pada remaja usia 15-18 tahun.

Unbalance pattern of food intake become trend for many young people at this time. This causes overweight and obesity risk threaten the teens. Adolescent nutritonal status can be defined by Body Mass Index (BMI) measurement. The purpose of this study is to determine the relationship between energy intake and macronutrient composition with BMI in adolescents aged 15-18 years old. Study used cross-sectional analytical study design. Data collection was conducted in Jakarta on 75 first grade medical students, boys (n=31) and girls (n=41), in 2012 who were asked to answer the interview about her daily intake using Food Frequency Questionnaires (FFQ) semiquantitative and underwent a physical examination, such as height and weight.
The results from this study were the respondent distributions of energy intake were less (24%), adequate (30,7%), over normal (45,3%). For carbohydrate intake were less (10,7%), adequate (77,3%), and over normal (12%). Meanwhile, there were 24% respondents with less intake of fat, 44% adequate. and 32% over normal. Last, the distributions of protein intake were less (1,3%) and adequate (98,7%). No respondent with over normal protein intake. Subject distributions of BMI, were in boys 9,7% less, 61,3% normal, and 29% over normal while in girls, 90,9% normal and 9,1% over normal. The conclusion of this study is there is no relationship (p>0,05) between energy intake and macronutrient composition with BMI in adolescents aged 15-18 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jensen, Bernard
Los Angeles: Keats Pub., 2000
615.854 JEN g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gusnedi
"

LATAR BELAKANG: Praktik diet yang kurang memadai berdampak negatif terhadap asupan zat gizi dan kejadian penyakit kronis yang berhubungan dengan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Panduan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal (PGS-PL) berdasarkan pola makan masyarakat Minangkabau, dalam rangka perbaikan asupan gizi pada wanita usia subur (WUS) penderita dislipidemia. Selanjutnya pada tahap intervensi, dilihat efek promosi PGS-PL terhadap perubahan praktik diet, asupan zat gizi, status gizi dan profil lipid pada WUS Minangkabau dengan dislipidemia.

METODE: Studi tahap pertama menggunakan disain potong lintang, melibatkan 74 WUS suku Minangkabau dengan dislipidemia. Berdasarkan pola makan setempat, identifikasi problem nutrient dan penyusunan PGS-PL dilakukan dengan pendekatan Linear programming, menggunakan tiga dari empat modul pada software Optifood yang dikembangkan oleh WHO. Pada tahap ke dua dilakukan studi intervensi komunitas menggunakan disain pengukuran sebelum dan sesudah dengan kelompok kontrol. Subjek penelitian ditempatkan secara acak yang dikluster ke dalam kelompok PGS-PL (mendapatkan promosi PGS-PL selama 12-minggu) atau kelompok non-PGS-PL (mendapatkan satu kali konsultasi gizi dari pelayanan kesehatan tingkat dasar). Sebanyak 102 WUS (48 pada kelompok PGS-PL dan 54 pada kelompok non-PGSPL) selama 12 minggu. Pada akhir studi, analisis perbedaan antar- dan inter kelompok perlakuan dilakukan untuk melihat perubahan praktik diet, asupan zat gizi, status gizi dan profil lipid darah (kadar kolesterol total, Lipoprotein densitas rendah, Lipoprotein densitas tinggi, dan Trigliserid).

HASIL: Berdasarkan pola makan setempat, ditemukan bahwa asam lemak tidak jenuh (polyunsaturated fatty acid/PUFA, n-3, n-6), serat makanan, zat besi, dan seng merupakan problem nutrient pada WUS suku Minangkabau dengan dislipidemia. PGS-PL yang disusun menekankan penggabungan bahan makanan, kelompok atau sub-kelompok bahan makanan bernilai gizi tinggi yang tersedia secara lokal, untuk meningkatkan asupan problem nutrient tersebut. Promosi PGS-PL dapat meningkatkan skor praktik diet secara bermakna. Peningkatan terutama terjadi pada konsumsi makanan dan sub-kelompok makanan yang dipromosikan (ikan laut, unggas, produk kedelai seperti tahu dan tempe, total sayuran, sayuran hijau, buah-buahan, dan kentang). Tidak ada perubahan bermakna pada konsumsi makanan pokok, makanan selingan, telur, dan makanan yang digoreng pada akhir intervensi. Pengaruh promosi PGS-PL pada asupan zat gizi dapat dilihat pada perubahan yang bermakna pada asupan energi dan karbohidrat, persentase energi dari PUFA dan monounsaturated fatty acid (MUFA), serta rasio PUFA terhadap asam lemak jenuh (saturated fatty acids/SAFA) dalam makanan sehari-hari. Namun, asupan lemak jenuh tidak berubah signifikan. Terdapat perbaikan yang bermakna pada berat badan, indeks massa tubuh, dan lingkar pinggang, namun tidak bermakna terhadap penurunan prevalensi obesitas. Tidak terdapat perubahan profil lipid darah yang bermakna setelah intervensi.

KESIMPULAN: Pendekatan linier programming dapat digunakan dalam menyusun PGS-PL untuk meningkatkan praktik diet dan asupan problem nutrient pada WUS dengan dislipidemia. Promosi PGS-PL secara bermakna berdampak terhadap peningkatan praktik diet, asupan zat gizi, dan status gizi, tetapi belum berpengaruh secara statistik terhadap perbaikan profil lipid WUS dengan dislipidemia.


BACKGROUND: Given the impact of unfavorable dietary practices is on inadequate nutrient intake and nutrition-related chronic diseases, we sought the problem nutrient in the community habitual dietary practices, and developed an optimized food-based recommendation (FBR) for Minangkabau women of reproductive age (WoRA) with dyslipidemia. Although the effect of the FBR promotion seemed to be potential at planning phase, but this has not been tested in the community setting. Therefore, we conducted a community trial and explored the effect of FBR promotion using locally available foods on dietary practice, nutrient intakes, nutritional status and lipid profile among Minangkabau WoRA with dyslipidemia.

METHODS: The first stage of the study was a cross-sectional study, which involved 74 Minangkabau WoRA with dyslipidemia. Linear programming analysis using three modules of the WHO Optifood software was employed to identify problem nutrients and develop an optimized FBR. The second phase of the study was a community-based trials using pre-post with control group design. The subjects were cluster randomized into either FBR group (receiving 12-weeks of FBR promotion) or non-FBR group (receiving once standard nutritional counseling from primary health care program). At the end, 102 WoRA (48 and 54 WoRA in the FBR group and the non-FBR group, respectively) completed 12-weeks of intervention. We analyzed within- and between group differences on changes of dietary practices, nutrient intakes, nutritional status and lipid profile (serum Total Cholesterol, Low-Density Lipoprotein, High-Density Lipoprotein and Triglyceride levels) at the completion of the study.

RESULTS: Our results identified PUFA, dietary fiber, iron, and zinc as problem nutrients among Minangkabau WoRA with dyslipidemia. The final food-based recommendations emphasized the incorporation of locally available nutrient-dense foods, food groups, and sub-groups that would improve the intake of the identified problem nutrients. The FBRs promotion significantly increased the overall dietary compliance. An increase was predominantly occurred on the consumption of promoted and subgroups food items (sea fish, poultry, soybean products, total vegetables, dark green leafy vegetables, fruits, and potato). There were no significant changes in the consumption of staple food, snacks, eggs, and fatty foods at the end of intervention.  Effect of FBR promotion on nutrient intake was observed through the significant changes in energy and carbohydrate intakes, percentage of energy from PUFA and MUFA, as well as PUFA to SAFA ratio in daily diet. However, intake of saturated fat remained unchanged. Marginal but significant improvements were observed in body weight, BMI, and waist circumference, but the prevalence of obesity was relatively not affected. There were no significant changes of blood lipid profile at the end of intervention.

CONCLUSIONS: Linear programming approach could be potentially used to develop an optimized food-based recommendation based on the identified problem nutrients and locally available nutrient dense foods. The FBRs promotion produced significant improvement in dietary practice, nutrient intakes, and nutritional status, but did not statistically affect blood lipid profile of Minangkabau WoRA with dyslipidemia. 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Marsa Nadhira
"Status gizi merupakan salah satu aspek penting kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Sayangnya, di Indonesia, status gizi terutama pada anak masih banyak memiliki masalah. Secara umum, status gizi memiliki hubungan dengan faktor internal, misalnya usia, kondisi fisik, dan infeksi; dan faktor eksternal seperti faktor-faktor sosiodemografi. Selain faktor-faktor di atas, status gizi juga berhubungan dengan perkembangan anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan status gizi dengan faktor-faktor sosiodemografi, yaitu usia, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, status ekonomi, dan besar keluarga, juga dengan perkembangan anak usia 6 sampai 60 bulan di Posyandu Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Setelah pengambilan data berupa pengukuran status antropometri dan pengisian kuesioner, hasil analisis bivariat menunjukkan p-value > 0,05 yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara status gizi dengan faktor-faktor sosiodemografi dan perkembangan anak.

Nutritional status is one of the most important aspects of one?s health and welfare. Unfortunately, nutritional status especially among Indonesian children still faces many problems. In general, nutritional status is related to internal factors, such as age, physical condition, and infection; and external factors such as sociodemographic factors. Other than factors stated above, nutritional status is also closely related to children's development.
This research aims to seek for the relation between nutritional status with sociodemographic factors namely age, parents occupation, parents educational background, economic status, and family structures, also with development status on children aged 6 to 60 months old at Posyandu Kampung Melayu, East Jakarta. Data is taken through antropometry measurement and questionnaire filling, and then analyzed in bivariate which shows results of p-value > 0,05. This means that there is no statistically relevant relation between nutritional status with sociodemographic factors and children's developement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>