Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216495 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dedi Fahlevi
"Salah satu penyebab tingginya tingkal kematian bayi dan banyaknya balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia adalah terkait dengan praktek pemberian ASI yang dilakukan. Scpcrti bclum adanya kesadaran akan pentingnya pemberian ASI secara eksklusifl pemberian kolostrum, pemberian MP-ASI yang tidak tepat, kualitas gizi dari ASI itu sendiri, dan lain-lain.
Untuk mengamati permasalahan tersebut, maka tesis ini khusus akan mempelajari tentang risiko penghentian pemberian ASI pada balita berdasarkan faktor-faktor sosial, ekonomi dan demograii pada tiga walayah pengamatan, yaitu Indonesia, DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Barat. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran tentang pengaruh masing-masing karakteristik pengamatan tcrhadap risiko pcnghcntian pemberian ASI pada balita. Metode yang digunakan adalah dengan tabulasi silang untuk analisis desk1iptii§ dan Regresi Cox untuk analisis inferensialnya.
Hasilnya secara umum menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka pengaruhnya semakin besar tcrhadap risiko penghentian pemberian ASI, begitu juga dengan status ekonomi rumahtangga. Sedangkan umur ibu saat melahirkan menunjukkan pola bahwa semakin muda ibu saat melahirkan maka kecenderungan untuk mengalami risiko penghentian pemberian ASI juga semakin besar. Dilihat dari status bekezja ibu, maka ibu yang mempunyai kecenderungan lebih besar untuk mengalami risiko penghcntian pernberian ASI adalah ibu yang bekeqja di luar rumah, teruzama jika dibandingkan dengan ibu yang tidak bekenja. Sedangkan untuk urutan anak, maka bayi yang merupakan anak ttmggal cenderung lebih cepat mengalami penghentian pemberian ASI. Kernudian dari vaxiabel keberadaan famili lain dalam rllmahiangga, temyata ada atau tidak adanya famili Iain dalam rumahtangga tidak rnenunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap risiko penghentian pemberian ASI pada balita.

One of the causes of high infant mortality rate and high malnutrition rate in Indonesia is breastfeeding (Air Susu lbu) activity. The causes are such as no awareness of the importance of breastfeeding exclusively, colostrums giving activity, inappropriate MP-ASI, the nutrition's quality of breastfeeding, and others.
To observe the problems, this thesis will describe and learn risk of termination on breastfeeding. The case is based on social factor, economic factor and demographic factor on three regions; there are Indonesia, DKI Jakarta and West Nusa Tenggara. The aim of this research is to give description about the influence of each characteristic into the risk of termination on breastfeeding. The research's methods are cross-tabulation for descriptive analysis and Cox regression for inference analysis.
The research's result is about education level. The higher mother's education and household economic status influences higher risk of breastfeeding termination. Based on the mother's age of birth, the yotmger mother influences higher risk of termination on breastfeeding. Based on mother's working status, compared by housewife, the mother works outside of home affects the higher risk of termination on breastfeeding. Based on order of child, single baby is tendency to higher risk of termination on breastfeeding. Based on relative families in the household variable, there is no significant correlation on the risk of breastfeeding.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34250
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Allisya Aurelia
"Pemberian ASI eksklusif memiliki dampak positif baik bagi ibu maupun bayinya, namun persentase cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Nusa Tenggara Barat berdasarkan data Riskesdas 2018 hanya sebesar 20,3%. Hal ini masih dibawah target pencapaian indikator ASI Eksklusif yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-23 bulan di NTB. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional dengan sampel 802 bayi usia 0-23 bulan yang tinggal di NTB. Data yang digunakan bersumber dari Riskesdas 2018. Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil menunjukan bahwa, 56,7% diberikan ASI eksklusif. Analisis bivariat juga menunjukan antara paritas dan IMD dengan pemberian ASI eksklusif (p-value < 0,05). Analisis multivariat menu that parity and early initiation of breastfeeding (EIBF) were significantly associated with EBF (p-value < 0,05). Parity was the most dominant risk factor of EBF (p-value = 0,002 ; OR : 1,6 ; 95% CI : 1,1 – 2,1)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftakhuddiniyah
"Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang seperti di Indonesia. Prevalens diare di Indonesia berdasarkan SDKI 2007 adalah 14 % . Insidens diare cenderung naik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 IR penyakit diare 301/ 1000 penduduk, sampai dengan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya diare yang belum tertangani dengan baik di masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI dengan kejadian diare pada anak usia 6-59 bulan di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional menggunakan data SDKI Tahun 2007 dengan sampel sebanyak 11.627 anak. Analisis multivariat menggunakan logistic regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan pemberian ASI terhadap kejadian diare dipengaruhi oleh status ekonomi dan berinteraksi dengan kebiasaan membuang tinja anak terkecil. Hal ini berarti bahwa efek pemberian ASI terhadap kejadian diare bervariasi, tergantung pada kebiasaan membuang tinja anak terkecil. Pada anak yang tidak ASI (proxi ASI eksklusif) dan yang ibunya mempunyai kebiasaan membuang tinja anak terkecil ke jamban, tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap kejadian diare dengan PR=1,05 (95 % CI : 0,89-1.24). Pada anak yang tidak mendapat ASI (proxi ASI eksklusif) dan ibunya mempunyai kebiasaan membuang tinja anak terkecil ke tempat selain jamban,terdapat hubungan yang bermakna terhadap diare dengan PR=1,72 (95 % CI : 1,50-1,97). Pada anak yang mendapat ASI (proxi ASI eksklusif) dan ibunya mempunyai kebiasaan membuang tinja anak ke tempat selain jamban, didapatkan hubungan yang signifikan terhadap kejadian diare dengan PR=1,31 (95 % CI : 1,09-1,58). Oleh karenanya usaha untuk memberikan ASI eksklusif kepada anak dan membuang tinja anak dengan benar akan membantu menurunkan terjadinya diare pada anak.

countries such as Indonesia. Prevalence of diarrhea in Indonesia by IDHS 2007 was 14,0%. The trend incidence of diarrhea to go up from year to year. In 2000 IR diarrhea 301/1000 population, until 2010 to 411/1000 population. This is possible because many risk factors that affect the occurrence of diarrhea that has not been handled properly in society.
This study aims to determine the association of breastfeeding with diarrhea in children aged 6-59 months in Indonesia. The study was conducted with a crosssectional design using data IDHS 2007 with sample 11.627 children. Multivariate analysis using logistic regression.
The results showed that association of breastfeeding on diarrhea is influenced by economic status and interact with the habit of throwing feces smallest child. That means, the effect of breastfeeding on diarrhea varies, depending on the habit of throwing feces smallest child. Children who are not breastfeed (exclusive breastfeeding proxy) and the mother had a habit of throwing feces smallest child to the toilet, there was no significant association with diarrhea, PR=1,05 (95% CI : 0,89-1,24). Children who are not breastfeed (exclusive breastfeeding proxy) and his mother had a habit of throwing feces smallest child to a place other than latrines, there was a significant association of diarrhea with PR=1,72 (95% CI : 1,50-1.97).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35056
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Zahra Lydia Cross
"ASI eksklusif terbukti menjadi makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada anaknya selama 6 bulan pertama. Rendahnya cakupan ASI eksklusif di Indonesia perlu menjadi perhatian mengingat tingginya risiko kesehatan yang dapat mengancam pertumbuhan, kesehatan, hingga menyebabkan kematian bayi jika tidak ASI eksklusif. Berbagai faktor ditemukan menjadi penentu dalam praktik pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia. Desain yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder IFLS-5 tahun 2014-2015 yang memiliki sampel anak usia 6-23 bulan sebanyak 1550 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan prevalensi pemberian ASI eksklusif hingga usia minimal 5 bulan adalah sebesar 24,9%. Analisis bivariat menemukan beberapa faktor yang berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif, yaitu usia ibu, pendidikan ibu, berat badan lahir, tempat persalinan, penolong persalinan, dan kunjungan ANC. Faktor status pekerjaan, status perkawinan, paritas, pengetahuan terkait ASI eksklusif, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, dan kunjungan PNC ditemukan tidak berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif dalam penelitian ini. Hasil analisis multivariat menemukan usia ibu sebagai faktor dominan pemberian ASI eksklusif pada ibu dengan anak usia 6-23 bulan di Indonesia dengan OR 2,13. Penelitian ini menunjukkan bahwa optimalisasi praktik menyusui pada usia reproduktif dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan hingga 2,1 kali lebih tinggi.

Exclusive breastfeeding (EBF) is proven to be the best food a mother can give to her child during the first 6 months. The low prevalence of EBF in Indonesia needs to be a concern given the many health risk of not breastfeeding exclusively, such as delayed growth, threatened health, and infant mortality. Various factors were found to be determinants in the practice of exclusive breastfeeding. This study was conducted to identify the dominant factor associated with 6-month EBF among children aged 6-23 months in Indonesia. The design used in this study is cross-sectional using IFLS-5 2014-2015 as a secondary data with a sample of 1550 children aged 6-23 months. Data were analyzed using chi square test dan multiple logistic regression test. The result found the prevalence of 5-month EBF was 24,9%. Bivariate analysis found several factors that were significantly related to EBF, which are maternal age, maternal education, birth weight, place of delivery, birth attendant, and ANC visits. The factors of employment status, marital status, parity, knowledge related to EBF, gender, area of residence, and PNC visits were not found to be significantly related to EBF practice in this study. The result of multivariate analysis showed maternal age as the dominant factor of EBF practice in mothers with children aged 6-23 months in Indonesia with an OR of 2,13. This study shows that optimizing breastfeeding practices at reproductive age can increase the success of 6-month EBF up to 2,1 times."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Lestari
"Skripsi ini membahas faktor ibu bayi yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif, terkait bahwa berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 terjadi penurunan persentase pemberian ASI eksklusif (32%) dibandingkan dengan SDKI tahun 2002-2003 (40%). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menyarankan agar banyak pihak bekerja sama dalam upaya meningkatan pemberian ASI eksklusif, yaitu dengan cara membina dan melatih petugas kesehatan dalam memberi penyuluhan mengenai pentingnya ASI eksklusif kepada ibu, terutama yang berpendidikan rendah dan ibu berusia kurang dari 35 tahun, dimana produksi ASI lebih banyak dibandingkan ibu yang berusia lebih dari 35 tahun."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Giri Inayah Abdullah
"Pemerintah Indonesia menargetkan cakupan ASI eksklusif sebesar 80%. Hasil Riset Kesehatan dasar 2010 menunjukkan cakupan ASI eksklusif baru mencapai 15.3%. Dari tahun ke tahun, prevalensi pemberian ASI eksklusif cenderung turun dengan berbagai alasan, salah satunya karena ibu bekerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Kementerian Kesehatan. Instansi ini merupakan salah satu lembaga pemerintah yang bertanggung jawab mensukseskan program ASI eksklusif di Indonesia.
Rancangan penelitian yang dipakai adalah cross sectional pada data primer yang terdiri dari 120 responden. Penelitian dilakukan pada bulai Mei 2012 menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda model prediksi.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Kementerian Kesehatan sebesar 62.5%, lebih rendah dari target nasional (80%). Alasan responden berhenti menyusui eksklusif bukan karena bekerja melainkan karena ASI sedikit. Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada penelitian ini adalah sikap, ketersediaan fasilitas dan dukungan pengasuh. Variabel sikap merupakan faktor paling dominan dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu bekerja yang memiliki sikap positif berpeluang 5,168 kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang memiliki sikap negatif.

Government of Indonesia has a target of 80% exclusive breastfeeding coverage. Health Baseline Research 20120 showed the coverage only reached 15.3.8%. Year by year, the prevalence of exclusive breastfeeding tends to decrease with a variety of reasons. One of the reasons is exclusive breastfeeding on working mothers.
This study aims to determine the prevalence of exclusive breastfeeding on the working mothers in the Ministry of Health. This ministry is one of the government ministries which responsible for the success of exclusive breastfeeding program in Indonesia.
The study design used was cross sectional on the primary data consisted of 120 respondents. The study was conducted on May 2012 using self-administered questionnaire by respondents. Data analysis are univariate, bivariate analysis using chi-square and multivariate analysis using multiple logistic regression prediction model.
The results showed the proportion of exclusive breastfeeding on working mothers in Ministry of Health is 62.5%, lower than the national target (80%). Reasons of respondents stopped breastfeeding is not because of working but because of insufficient breastfeeding supply. Factors associated with this behavior are the attitude, the availability of facilities and support of baby-sitter. Variable of attitude is the most dominant factor in exclusive breastfeeding. Working mothers having positiveness likely 5.168 times give breastfed exclusive compared with mother having negative attitude.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31014
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Shinta
"Kehamilan yang tidak diinginkan setelah melahirkan dapat terjadi karena terlambatnya penggunaan kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi dapat menjadi terlambat apabila baru digunakan setelah masa subur wanita telah kembali, yang salah satunya ditandai dengan berakhirnya masa postpartum amenorrhea. Salah satu cara untuk memperlambat kembalinya masa subur setelah melahirkan adalah dengan menyusui. Hasil penelitian membuktikan bahwa lama menyusui berhubungan dengan waktu penggunaan kontrasepsi dengan faktor sosioekonomi dan demografi, postpartum amenorrhea, pengetahuan, serta jenis kontrasepsi sebagai konfonding. Namun, terlihat indikasi bahwa masih terdapat wanita yang menganggap menyusui saja sudah cukup untuk menunda kembalinya masa subur, tanpa memperhatikan berakhirnya postpartum amenorrhea. Oleh karena itu, sebaiknya pihak-pihak terkait memberikan KIE yang menekankan penggunaan kontrasepsi sebelum masa postpartum amenorrhea berakhir walaupun ibu masih menyusui.

Unwanted pregnancies after delivery can occur due to delay in the use of contraceptives. Contraceptive use can be delayed if use after the woman's fertile period has returned, which is marked with the end of postpartum amenorrhea. One way to delay the return of fertility after delivery is by breastfeeding. The results prove that the duration of breastfeeding associated with time contraceptive use with socioeconomic and demographic factors, postpartum amenorrhea, knowledge, types of contraceptives, as well as the interaction between the duration of breastfeeding with the type of contraception as confounding, But there’s indication that there are women who think breastfeeding is enough to delay the return of fertility, regardless of the end of postpartum amenorrhea. Therefore, the parties concerned should provide IEC which emphasizes the use of postpartum contraception before the end of amenorrhea although mothers are still breastfeeding."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47368
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rapingah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku Tenaga Kesehatan dalam memberikan ASI eksklusif. Metode yang digunakan adalah dengan sequencial explanatory mixed methods (kuantitatif dan kualitatif) dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 85 nakes perempuan yang memiliki bayi umur 7-24 bulan di Puskesmas Kecamatan se-Jakarta Timur. Instrumen penelitian menggunakan angket yang diisi oleh responden (self administer). Analisis data menggunakan chi square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian memperlihatkan proporsi pemberian ASI eksklusif sebesar 54.1%. Variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, dukungan keluarga, dukungan teman kerja, dukungan nakes dengan p value < 0.05.
Hasil analisis multivariat variabel umur dan pengetahuan berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif dan faktor yang paling dominan adalah pengetahuan. Penelitian kualitatif dilakukan sebagai pendukung untuk hasil kuantitatif, jumlah sampel sebanyak 10 informan, teknik pengambilan data dengan wawancara mendalam menggunakan panduan pertanyaan semi terstruktur. Faktor penghambat dalam perilaku pemberian ASI eksklusif adalah komitmen ibu yang kurang, masalah terkait menyusui, kurang pengetahuan keluarga. Saran agar nakes diberikan pelatihan terkait menyusui untuk meningkatkan pengetahuan, kebijakan yang lebih fleksibel kepada nakes yang masih menyusui, dan melengkapi fasilitas untuk menyusui.

This study aims to determine the factors associated with the behavior of female health workers in exclusive breastfeeding. The method that used in this study is the sequential explanatory mixed methods (quantitative and qualitative) with a cross-sectional study design. Number of samples in this study 85 female health workers who have infants aged 7-24 months in the sub-district primary health care throughout East Jakarta. This research using questionnaires filled out by the respondent (self-administer) for the instrument. This research also use chi-square and multiple logistic regression for analizing data. The results shown that the proportion of exclusive breastfeeding is 54.1%. Variables that associated with exclusive breastfeeding are knowledge, attitude, availability of facilities, family support, support co-workers, and support health workers with p value <0.05.
The result of multivariate analysis shown that behavior of exclusive breastfeeding is associated with age and knowledge and the most dominant factor is knowledge. Qualitative research is done as supported for quantitative results, total samples are 10 informants and using in-depth interviews with a semi-structured guide questions as a data collection techniques. The factor that inhibit mother for exclusive breastfeeding is lack of commitment, problems that related breastfeeding, and lack of knowledge of the family. Suggestion to health workers to be given a training that related to breastfeeding to improve knowledge, more flexible policies for health workers who are still breastfeeding, complementary facilities for breastfeeding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiatmi
"Di Indonesia praktik Inisiasi Menyusui Segera (IMS) dalam 1 jam setelah persalinan masih rendah, yaitu 44%. Praktik menyusui eksklusif selama 6 bulan (EBF) juga rendah yaitu 32%. Karakteristik ayah dan saluran informasi yang digunakan memengaruhi keberhasilan praktik menyusui tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik dan saluran informasi pada ayah terhadap praktik inisiasi menyusui segera dan pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini adalah analisis data sekunder studi 'Peran Ayah dalam Optimalisasi Praktik Pemberian ASI: Sebuah Studi di Daerah Urban Jakarta, 2007' dari SEAMEO-TROPMED RCCN, Universitas Indonesia.
Disain penelitian Cross sectional, dilakukan pada 536 ayah dan ibu yang memiliki balita sehat berumur 0-6 bulan di Jakarta Selatan, pada Desember 2006 - Oktober 2007 dalan sebuah wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan proporsi praktik IMS di Jakarta adalah 17.5% dan proporsi EBF adalah 29.1%. Terdapat hubungan antara paritas dan komposisi keluarga dengan praktik EBF dan terdapat hubungan antara keaktifan ayah mencari informasi menyusui/makanan bayi dengan praktik IMS. Tidak terdapat hubungan karakteristik ayah dan sumber infromasi serta frekuensi akses dengan praktik IMS. Demikian pula tidak terdapat hubungan saluran informasi dengan praktik EBF.

In Indonesia breastfeeding initiation (BI) within one hour is 44% and exclusive breastfeeding (EBF) practice is 32%. Father?s characteristics and channel information influence successful breastfeeding practice. The purpose of this research was to find out father?s characteristic and channel information that related to breastfeeding initiation and exclusive breastfeeding practiced by the mother. This research used secondary data from the study: Strategic Roles of Fathers in Optimizing Breastfeeding Practices: A Study in Urban Setting of Jakarta, 2007 collected by SEAMEO-TROPMED RCCN, University of Indonesia in December 2006 - October 2007 using questionnaire.
Design study was cross sectional with the sample of 536 pairs parents with healthy infant age 0-6 months. Result showed that proportion of BI in Jakarta is 17.5% and EBF 29.1%. There were relationship between parity and family composition with EBF practice, between father being active looking for breastfeeding information with BI. There were no relationship between father?s characteristics, information source and access frequency with BI. There was no relationship between channel information with EBF.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T41266
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Aprianda
"Pemberian ASI eksklusif memiliki peran penting untuk menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Namun pemberian ASI eksklusif di Indonesia khususnya di wilayah perkotaan masih cukup rendah. Sementara itu, kejadian kehamilan tidak diinginkan di Indonesia cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kehamilan tidak diinginkan dan hubungannya dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian menggunakan desain potong lintang menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar 2010.
Hasil analisis menemukan bahwa sebagian besar ibu di wilayah perkotaan tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dan ibu yang mengalami kehamilan tidak diinginkan cukup tinggi. Setelah dikontrol oleh variabel umur ibu, status pekerjaan ibu, jumlah anak, pelayanan antenatal dan pemberian ASI segera, ibu yang mengalami kehamilan tidak diinginkan cenderung tidak memberikan ASI eksklusif pada kelompok umur 20-35 tahun, tidak bekerja, dan pelayanan antenatal sesuai K4, sedangkan cenderung memberikan ASI eksklusif pada kelompok umur kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun, bekerja, dan pelayanan antenatal tidak sesuai K4.

Exclusively breastfeeding have an important role to maintain health and the survival of the infant. However, the prevalence of exclusively breastfeeding in Indonesia particularly in the urban areas is quite low. Meanwhile, the incidence of unintended pregnancy in Indonesia is quite high. This research aims to know the description of unintended pregnancy and its association to exclusively breastfeeding. Research is using cross sectional design study which use the secondary data analysis of National Basic Health Research 2010.
Results of the analysis found that most of the mothers in urban areas were not exclusively breastfeed their baby and the incidence of unintended pregnancy is quite high. After controlled by maternal age, maternal employment status, parity, antenatal care, and immediate breastfeeding, mothers with unintended pregnancy were less likely to breastfeed their baby if their age were under 20 and above 35 years old, unemployed, and did not access adequate antenatal care, whereas mothers were more likely to breastfeed if their age were 20-35 years old, employed, and did not access antenatal care.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42444
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>