Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143613 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Erwin
"Studi cross sectional ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kjnerja program komunikasi tabur gizi di Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah. Hasil studi menunjukkan bahwa program komunikasi tabur gizi sebagai suatu sistem tidak berjalan dengan baik. Hal ini berdampak pada rendahnya tingkat kepatuhan sasaran, yaitu ibu/pengasuh dan anaknya, terhadap penggunaan tabur gizi. Selain itu, kepatuhan ibu untuk menggunakan tabur gizi lebih dipengaruhi oleh kesukaan anak terhadap produk tersebut, daripada program komunikasi itu sendiri. Manajer kesehatan di level kabupaten, dan Puskesmas, Serta kder Posyandu beranggapan bahwa masalah ketidakpatuhan sasaran disebabkan oleh anak balita tidak menyukai makanan yang telah diberi tabur gizi, dan para ibu/pengasuh tidak mau memaksa anaknya untuk mengkonsumsi rnakanan tersebut, serta anggapan ibu bahwa produk tersebut menyebabkan diare dan demam. Alasan lainnya adalah lemahnya aspek manajemen.

This cross sectional study aimed to conduct a performance evaluation on the micronutrients powder (MNP) communication program in Praya Tengah, Lombok Tengah District. The study found that as a system MNP communication program did not well function and it might not reach its potential benefit yet, As a result it leads to low compliance of the beneficiaries on the MNP. Also, the caregiver?s compliance was influence by their children?s compliance, instead of comMunication program. The health managers and Posyandu cadres have perceived several reasons as problem on that program, i.e. most of the under five children did not like MNP, and the caregivers refuse to force feed their child to eat the food when it mix with MNP and also they perceive it might cause of diarrhea and fever. Other reasons that might hamper the program were lack of resources and poor management."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T31616
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muharni
"ABSTRAK
Tabur gizi, sebuah fortilikasi yang mengandung vitamin dan mineral berbentuk serbuk untuk diberikan di rumah, telab terbukti berhasil mengobati dan mencegab anemia hingga 49-91%. Di Indonesia, program tabur gizi akan dijadikan program nasional seperti halnya pada negara-negara Asia lainnya. Untuk menciptakan suatu program nasional yang efektif dan efisien, diperlukan suatu strategi sistem distribusi yang benar sehingga cak:upan program yang tinggi dan merata akan tercapai dan terpelihara. Tujuan umum penelitian in adalah untuk mengkaji implementasi dari sistem distribusi program tabur gizi yang serlang berjalan di Praya Tengah, kabupaten Lombok Tengah. Sebuah penelitian cross sectional dilaksanakan dengan melaknkan interview pada 240 ibufpengasuh yang memiliki anak usia 12- 59 bulan, 48 kader Posyandu dan petugas kcsehatan yang bertanggungjawab atas program tabur gizi di Puskesmas, Dinas Kesehatan (Dinkes) dan UNICEF. Metode lain yang digunakan adalab interview mendalam, observasi dan telaah dokumen. Semua data di analisa secara deskriptif. Tidak ada mekanisme sistem permintaan dari Posyandu ke Dinkes. Distribusi tabur gizi juga berjalan tanpa catatan logistik dari Dinkes hingga ke Posyandu. Posyandu sebagai saluran distrihusi utama tabur gizi mudah dijangkau oleh hampir semua kader (95.8%) dan ibufpangasuh (78.3%). Perencanaan dan manajemen di Puskesmas buruk dan kurang akan supervisi yang efektif terhadap Posyandu, maupun supervisi dari Dinkes ke Puskesmas. Pelatihan untuk kader hanya berlangsung dua kali yang berpangaruh terhadap rendabnya pangetabuan kader terlatih tentang program tabur gizi Hanya sekitar 30.2% kader yang peruab mengikuti pelatihan program tabur gizi. Sebanyak 79.2% Posyandu telab memasukkan laporan distribusi tabur gizi ke Puskesmas, Sebagi~m besar Posyandu (85.4%) mengalami kelebihan persediaan tabur gizi dan sebagian besar oleh karena distribusi dari persediaan yang berlebih dari Puskesmas. Partipasi masyarakat terutama kepala dusun tidak begitu berperan: Cakupan distribusi yang menerima 60 bungkus tabur gizi pada enam bulan terakhir hanya sekitar 37.9%. Hampir semua komponen esensial pada sistem distribusi tabur gizi tidak berfungsi dengan baik. Setiap komponen saling berkaitan dengan komponen lainnya, sehingga malfungsi dari suatu komponen akan juga berpengaruh pada komponen lainnya, yang pada akhirya akan berpengaruh pada rendahnya cakupan distribusi tabur gizi.

ABSTRACT
Multiple micronutrients powder (MNP), a home fortification contains of vitamins and minerals in a form of powder have been showed successful in treating and preventing anemia with a cure rate of 49-91%. Scaling-up the :MNP program nationally is addressed to Asian countries including Indonesia. One of the requirements of establishing effective and efficient scale-up program is to define the proper delivery strategy or distribution system, hence high and equitable program coverage will be obtained and well maintained. The general objective of this study was to review the implementation of existing distribution system of MNP program in relation to coverage in Praya Tengah, Central Lombok District. A cross sectional study was conducted by interviewing 240 children aged 12-59 months, 48 Posyandu cadres and health service providers responsible person for MNP program of Puskesmas, District Health Office (DHO) and UNICEF. To reveal the existing distribution system, indepth interview, observation, record checking or document review were also executed. All data were descriptively analyzed. There was no mechanism of requesting system from Posyandu to DHO. The frequency of distribution was inconsistent with no records of MNP logistic from DHO level to Posyandu. Posyandu as the main site of MNP distribution was accessible by most cadres (95.8%) and mother/caregivers (78.3%). Planning and management in Puskesmas was poor~ with lacks of effective supervision either to Posyandu or from DHO. Training for cadres only conducted two times during the last three years, resulting in poor knowledge of trained cadre. Daly 30.2% cadre were ever trained on MNP program. About 79.2% Posyandu submitted last report of MNP distribution to Puskesmas. Most Posyandu (85.4%) had experienced MNP over stocking, mostly due to over dropping by Puskesmas. Community participation on MNP distribution especially community leader was insufficient Only 37.9% of targeted children received 60 sachets in the last six months, considered a low coverage of MNP distribution. Almost all especial components ofMNP distribution system were mostly deficient. As they interrelated to each other, any deficiency might give impact to others; consequently, coverage of MNP distribution was low."
Lengkap +
2010
T32834
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Luther Holan Parasian
"Vitamin D adalah salah satu mikronutrien yang penting bagi manusia terlebih lagi pada ibu hamil. Di beberapa Negara kekurangan vitamin D menjadi masalah yang terabaikan terutama di negara Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Ibu hamil yang kekurangan vitamin D dapat berisiko lebih tinggi untuk mengalami pre eklampsia. Pada bayi yang lahir dari ibu yang mengalami kekurangan vitamin D dapat lahir dengan berat badan yang rendah dan kedepannya dapat mengalami gangguan pada organ penting seperti otak dan tulang. Oleh karena itu, pencegahan harus dilakukan sedini mungkin dari trsimester pertama. Namun terbatasnya fasilitas untuk mengukur tersebut mendorong untuk mencari tahu faktor yang berperan penting dalam kadar vitamin D seperti asupan harian.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2013 sampai 2014 dengan subjek ibu hamil trimester pertama yang tinggal di Jakarta.
Metode penelitian menggunakan pengukuran 25-hidroxivitamin D terstandar untuk memperoleh kadar vitamin D dalam darah subjek serta food-frequency questionnaire (FFQ) untuk mengetahui asupan harian vitamin D subjek. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan piranti lunak SPSS for Windows 20.0 lalu dianalisis dengan uji Spearman. Didapatkan bahwa persentase subjek hipovitaminosis vitamin D adalah sebesar 43,5% (27 orang, n = 62) dan seluruh subjek memiliki asupan vitamin D harian yang rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya korelasi antara asupan harian vitamin D dengan kadar 25-hidroxivitamin D. Banyak faktor lain yang mempengaruhi misalnya adalah sinar matahari.

Vitamin D is one of the important micronutrients for humans especially pregnant women. In some countries, deficiency of vitamin D is one of neglected health problem, especially in South-East countries including Indonesia. Pregnancy women with deficiency vitamin D may be higher risk for having preeclampsia. In infants born from mother who have deficiency vitamin D may be born with low birth weight. Some important organs development will interference such as brain and bone. Therefore, prevention from deficiency vitamin D should be conducted as early as possible from first trimester pregnancy. But there are limitation in vitamin D measurement facilities so these research purpose is to elaborate the others factor that influencing vitamin D in blood and the most important factor is diet vitamin D. These research aims to determine whether a correlation between vitamin D intake and value of vitamin D in blood.
Running a cross-sectional study design, this research uses secondary data from a former research by Faculty Medicine of University Indonesia conducted in 2013 ? 2014 with pregnant women living in Jakarta.
The research method comprised a 25-hydroxyvitamin D measurement and the usage of food-frequency questionnaire (FFQ) to obtain subject's vitamin D in blood and vitamin D intake respectively. Using SPSS for Windows 20.0 software, data is then analyzed by Spearman, resulting 43.5% (n = 62) of subjects being hypovitaminosis D (<10 ng/mL) and the whole subjects receiving under the boundary value of vitamin D (12 mcg/day).
This research shows that no correlation could be found between vitamin d intake and value of vitamin D in blood.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildzah Khairuna Huwaida
"ABSTRAK
Konsumsi sayur merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi seimbang, untuk itu dianjurkan mengonsumsi sayur sebanyak 3-4 porsi/hari. Namun, anjuran tersebut belum terealisasi ditandai dengan tingginya data kurang konsumsi sayur dan buah dalam Riskesdas 2007 93,6 dan 2013 93,5 , khususnya di DKI Jakarta sebesar 94,5 . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan konsumsi sayur menurut faktor individu dan faktor lingkungan serta sumbangannya terhadap kecukupan serat dan zat gizi mikro pada remaja di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dilakukan pada bulan April-Mei 2017 di SLTA X Jakarta Timur dengan 146 murid. Sampel didapatkan dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden dan wawancara 2x24-hour food recall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi sayur murid hanya sebesar 25 g/hari 1,25 porsi/hari . Konsumsi sayur tersebut menyumbang 0,95 terhadap kecukupan serat, 5,08 terhadap kecukupan vitamin A, 3,86 terhadap kecukupan vitamin C, dan 1,32 terhadap kecukupan zat besi. Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada konsumsi sayur murid menurut sikap nilai-p=0,001 , preferensi nilai-p=0,007 , keyakinan diri nilai-p=0,019 , pengaruh teman nilai-p=0,024 , dan pengaruh orang tua 0,005 . Berdasarkan hasil tersebut diharapkan sekolah dapat membuat program kesehatan, khususnya edukasi gizi untuk menambah pengetahuan murid mengenai pentingnya konsumsi sayur setiap hari sesuai anjuran Pedoman Gizi Seimbang.

ABSTRAK
Vegetables consumption is one important part in realizing balanced nutrition, so it recommended to consume vegetables as much as 3 4 servings per day. However, national scale showed that vegetables and fruits consumption was less 93.6 in 2007 and 93.5 in 2013 , especially in DKI Jakarta at 94.5 . This study aims to know the differences of vegetables consumption according to individual factors and environmental factors and their contribution to fiber and micronutrients in adolescents in DKI Jakarta. This study used cross sectional design, conducted in April May 2017 at SLTA X in East Jakarta with 146 students. The sample was obtained by purposive sampling method. Data were collected by using questionnaires filled by respondents and 2x24 hour food recall interview. The results showed that the vegetables consumption students 25 gram per day 1.25 servings per day . Vegetables consumption contributes 0.95 to fiber adequacy, 5.08 to vitamin A adequacy, 3.86 to vitamin C adequacy, and 1.32 to iron adequacy. The bivariate analysis showed that there were significant differences of vegetables consumption according to the attitude, preference, self efficacy, peer influence, and parenal influence p value 0.001, 0.007, 0.019, 0.024, and 0.005 . Based on that, it is expected that schools can create health programs, especially nutrition education to increase students knowledge about the importance of daily consumption of vegetables as recommended by the Balanced Nutrition Guide."
Lengkap +
2017
S66862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Switzerland: Nestle Nutrition, 1986
612.392 4 TRA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Fitrianto
"Latar belakang: Kegagalan pertumbuhan sering terjadi pada pasien talasemia mayor (TM). Tata laksana nutrisi merupakan salah satu aspek penting untuk mengoptimalkan hasil luaran klinis. Penilaian komposisi tubuh berupa persentase massa otot, persentase masa lemak dan densitas massa tulang (DMT) menjadi komponen penting dalam mengevaluasi status gizi. Hingga saat ini belum ada penelitian di Indonesia yang mengevaluasi hubungan antara asupan makronutrien dan mikronutrien terhadap komposisi tubuh pada pasien TM remaja serta hubungannya dengan berbagai parameter antropometri. Metode: Penelitian dengan desain studi potong lintang melibatkan 55 pasien TM remaja, berusia 10-18 tahun di Pusat Talasemia RSUPN Cipto Mangunkusumo. Status gizi dievaluasi disertai pengukuran lingkar lengan atas (LILA), triceps skin thicknes (TSK), dan mid-upper arm muscle circumference (MUAMC). Asupan makronutrien dan mikronutrien diperoleh melalui food record selama tiga hari. Persentase massa otot, massa lemak, dan DMT dinilai menggunakan dual-energy X-ray absorptiometry (DXA). Kadar vitamin D diperiksa melalui metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Data dianalisis menggunakan korelasi Pearson dan Spearman sesuai dengan pola distribusi normalitas.
Hasil penelitian: Gizi kurang dijumpai pada 58,2% subjek dan gizi buruk pada 9,1% subjek. Rerata dan median asupan zat gizi harian dibandingkan dengan kebutuhannya pada subyek lelaki yakni asupan energi 85,6 % (SB 20,19), protein 55% (SB 14,19), lemak 112,4% (SB 35,48), karbohidrat 85,5 % (SB 23,31), vitamin D 29% (RIK 15,68-40,80), vitamin E 34,1% (SB 14,77), kalsium 37% (RIK 16,63-43,45), dan asam folat 32,98% (SB 14,6), sedangkan pada subyek perempuan asupan energi 93,6 % (SB 18,61), protein 59% (RIK 51-63), lemak 112,4% (RIK 105-142,5), karbohidrat 93,3 % (SB 25,5), vitamin D 22% (RIK 13,65-43), vitamin E 24% (RIK 21,65-39,7), kalsium 35,7% (RIK 20,45-55,6), dan asam folat 26,3% (RIK 16,2-41,15). Terdapat korelasi  ringan antara asupan energi dengan persentase massa lemak pada subyek lelaki dan perempuan (r= 0,25, p= 0,017; r= 0,38, p= 0,02). Tidak terdapat korelasi antara asupan karbohidrat, lemak, dan protein, vitamin D, vitamin E, kalsium, dan asam folat terhadap persentase massa otot, persentase massa lemak dan DMT. Kadar vitamin D tidak berkorelasi dengan komposisi tubuh. Terdapat korelasi kuat antara LILA dan MUAMC dengan persentase massa otot (r= 0,54, p<0,001; r= 0,68, p<0,001) dan massa lemak (r=0,77, p<0,001; r= 0,61, p<0,001).
Kesimpulan: Lebih dari separuh remaja talasemia mengalami malnutrisi dan kekurangan asupan protein. Komposisi tubuh berkorelasi dengan jumlah asupan energi, tetapi tidak dengan yang lainnya. Kadar vitamin D tidak berkorelasi dengan komposisi tubuh. Lingkar lengan atas (LILA) dan MUAMC berkorelasi dengan persentase massa otot dan massa lemak.

Background:Growth failure is common in thalassemia major (TM) patients. Nutritional management is an imperative aspect to optimize the clinical outcome. Measurement of muscle mass percentage, fat mass percentage, and bone mass density (BMD) on body composition is important component in assessing the nutritional status. There has been no study in Indonesia for the correlation between macronutrient and micronutrient intake on body composition in adolescents with thalassemia major.
Methods: This cross-sectional study involved 55 adolescent TM patients aged 10-18 years old taken through concecutive sampling at the Thalassemia Center dr. Cipto Mangunkusumo National Hospital Jakarta. Nutritional status was evaluated and anthropometric measurements was performed including  mid-upper arm circumference (MUAC), triceps skin thickness (TSK), and mid-upper arm muscle circumference (MUAMC). Macronutrient and micronutrient intake was obtained through a three-day food record. Muscle mass percentage, fat mass percentage, and BMD were assessed by dual-energy X-ray absorptiometry (DXA). The enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method was used to examine vitamin D levels. The data was analyzed by Pearson and Spearman correlation depending on the type of distribution.
Result: Moderate malnourish occurred in 58.2% subjects and severe malnourish in 9,1% subjects. The mean and median daily nutrient intake compared to their needs in male subjects were energy intake 85.6% (SD 20.19), protein 55% (SD 14.19), fat 112.4% (SD 35.48), carbohydrates 85.5% (SD 23.31), vitamin D 29% (IQR 15.68-40.80), vitamin E 34.1% (SD 14.77), calcium 37% (IQR 16.63-43, 45), and folic acid 32.98% (SD 14.6), while in female subjects, energy intake were 93.6% (SD 18.61), protein 59% (IQR 51-63), fat 112.4% (IQR 105-142.5), carbohydrates 93.3% (SD 25.5), vitamin D 22% (IQR 13.65-43), vitamin E 24% (IQR 21.65-39.7), calcium 35 .7% (IQR 20.45-55.6), and folic acid 26.3% (IQR 16.2-41.15). There was a mild correlation between energy intake and fat mass percentage in male and female subjects (r= 0,25, p= 0,017; r= 0,38, p= 0,02). There was no correlation between carbohydrate, fat, and proteis, vitamin D, vitamin E, calcium, and folic acid on the proportion of muscle mass percentage, fat mass percentage, and BMD. Vitamin D levels were not correlated with body composition. There were strong correlation between MUAC and MUAMC with the percentage of muscle mass (r= 0.54, p<0.001; r= 0.68, p <0.001) and fat mass (r=0.77, p<0.001; r= 0.61 , p < 0.001).
Conclusion: More than half of adolescent TM patients are malnourished and lack protein intake. Body composition correlates with total calorie intake, but not with anything else. Vitamin D levels are not correlated with body composition. Mid-upper arm circumference and MUAMC correlate with the percentage of muscle mass and fat mass.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Boca Raton: CRC Press, 2009
630 DEV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This study reported quantifications of fine particle bound trace metals and their potential health risks for residents in guangzhou, a rapidly developing and most populated city in South China...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinna Rahmi
"ABSTRAK
Chelating resin-packed minicolumn preconcentration was used for multielement determination of trace metals in seawater by inductively coupled plasma mass spectrometry (ICP-MS). The chelating resin-packed minicolumn was constructed with two syringe filters (DISMIC 13HP and Millex-LH) and an iminodiacetate chelating resin (Chelex 100, 200-400 mesh), with which trace metals in 50 mL of original seawater sample were concentrated into 0.50 mL of 2 M nitric acid, and then 100-fold preconcentration of trace metals was achieved. Then, 0.50 mL analysis solution was subjected to the multielement determination by ICP-MS equipped with a MicroMist nebulizer for micro-sampling introduction. The preconcentration and elution parameters such as the sample-loading flow rate, the amount of 1 Mammonium acetate for elimination of matrix elements and the amount of 2 M nitric acid for eluting trace metals was
optimized to obtain good recoveries and analytical detection limits for trace metals. The analytical results for V, Mn, Co, Ni, Cu, Zn, Mo, Cd, Pb, and U in three kinds of seawater certified reference materials (CRMs; CASS-3, NASS-4, and NASS-5) agreed well with their certified values. The observed values of rare earth elements (REEs) in the above seawater CRMs were also consistent with the reference values. Therefore, the compiled reference values for the concentrations of REEs in CASS-3, NASS-4, and NASS-5 were proposed based on the observed values and reference data for REEs in these CRMs. "
Lengkap +
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Ministry of Industry, Agency for Indu strial Research and Development, Center for Chemical and Packaging, Ministry of Industry, Agency for Indu strial Research and Development, Center for Chemical and Packaging], 2011
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sunaedi Pradja
"Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) merupakan salah satu upaya pemerintah dalam bidang kesehatan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997. Dalam rangka merespon krisis ekonomi tersebut UNICEF melalui program JPSBK melakukan kegiatan revitalisasi posyandu dengan memberikan makanan tambahan vitadele untuk balita di posyandu sebanyak lebih dari 150.000 balita.
Untuk mengetahui dampak efektivitas revitalisasi posyandu dan pemberian vitadele terhadap status gizi balita maka Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia (PPK-UI) bekerjasama dengan UNICEF melakukan penelitian di 4 propinsi yaitu Sumatera Barat (Sumbar), Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), yang dilakukan pada bulan Juni dan Juli tahun 2002. Data yang di analisis untuk pembuatan tesis ini adalah bagian dari penelitian yang dilaksanakan oleh PPK-UI.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita yaitu karakteristik balita, karakteristik orang tua, Nitadele dan penyakit infeksi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini cross sectional. Sampel adalah ibu balita yang mempunyai balita berumur 10-60 bulan.
Dari hasil analisis dengan menggunakan indikator BB/U dan TB/U, ditemukan balita gizi kurang masing-masing sebanyak 30,7% dan 29,0%. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan status gizi balita berdasarkan indeks TB/U adalah pendidikan ibu balita (p=0,001), pendidikan bapak balita (p=0,003), pekerjaan bapak balita (p),001), pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan balita (p=0.411) untuk TB/U. Sedangkan menurut status gizi indeks BBIU adalah pendidikan ibu balita (p=0.004) dan penyakit ISPA (p=4.001), Hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang paling dorninan untuk terjadinya status gizi kurang berdasarkan indeks TB/U adalah pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan balita dan menurut status gizi kurang berdasarkan indeks BB/U adalah penyakit ISPA.
Ada dua Cara ibu balita untuk mendapatkan vitadele yaitu membeli dan gratis, kemudian sebanyak 19.6% ibu balita menerima vitadele tidak rutin. Persentase jumlah vitadele yang diterima selama program tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan status gizi balita, tetapi mempunyai kecenderungan persentase jumlah vitadele yang diterima semakin sedikit, maka jumlah balita status gizi kurang meningkat. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa anggota keluarga yang ikut mengkonsumsi vitadele adalah (1) balita bukan sasaran, (2) ibu, (3) bapak, dan (4) anggota keluarga lainnya. Konsumsi vitadele terbanyak adalah balita bukan sasaran (72,5%), kemudian dua anggota keluarga (16,4%), tiga anggota keluarga (7,3%) dan semua anggota keluarga ikut mengkonsumsi (3,8%). Jarak akhir menerima vitadele sarnpai dengan saat penelitian tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna. tetapi mempunyai kecenderungan balita status gizi kurang meningkat dengan jarak akhir yang semakin melebar.

Social Security Net (JPS BK) is one of efforts by government in health area to reduce impact of economic crisis since 1997. in order to response this crisis, UNICEF through JPSBK program conduct the revitali7a-ion program of posyandu by giving food supplement vitadele for 150.000 under fives.
To find out effectiveness posyandu revitalization and vitadele distribution to nutritional status of under five, Center of Health Research University of Indonesia (PPKUI) by cooperation with UNICEF conducting research in 4 provinces such as, West Sumatra. West Java, Center of Java and East Java, which carried out at June and July 2002. Data which analyzed by this study is part of that research.
This study objective is to find out factors that related to nutritional status of under-five such as under-five's characteristics, parent's characteristics, vitadele and infectious disease. This study used cross sectional design. Sample is mothers who have under-five aged 10-60 month.
Results of the analysis using indicator BB/U and TB/U, found there are under-fives under nutrition 30.7% and 29,0%. Factors which have relation with nutritional status of under-five based on TB/U index is mother education (p=0,041), Father Education (p=0,003), Father Occupation (p =0,401), mother knowledge about monitoring under-five's growth (p O,011). While based on index BBIU are mother education (p-0,04) and acuter respiratory disease (p=0,001), from multivariate analysis the most dominant factor of under nutrition based on index TB/U is mother knowledge and based on index BB/U is acute respiratory disease.
Mother could get vitadele free or buying, 19,6% under-fives not received vitadele routinely. Percent number vitadele accepted during program has no significant relation with under-five's nutritional status, but tend fewer accepted percent vitadele could increase under-fives with under nutrition. Result of this study showed that there are non target which consume vitadele such as, non target under-five, mother, father, and other family member. The most consumed vitadele is non target under-five (72.5%). Two family member (16.4%), three family member (7.3%) and all family member (3.8%). time range from end for accepting vitadele to starting time of this study have no significant relation, but there is increasing in under-five's nutritional status if more range of time.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>