Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Haryani
"Kejadian Kecelakaan kerja di Rumah sakit yang menyebabkan cidera pada petugas ataupun pasien dapat dicegah dengan menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Salah satu sasaran program K3 adalah perhatian pada faktor manusia (petugas, pasien, penunggu maupun pengunjung rumah sakit), seiain pada pihak manajemen, peraiatan, design dan tehniknya. Program pengembangan SDM sebagai salah satu program K3 dapat diterapkan dengan melakukan pelatihan, kampanye K3, penyuluhan, tennasuk didalamnya adalah pengembangan program budaya K3. Pengembangan dapat dilakukan dengan menge!ahui profil safety climate pada rumah sakit. Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat dikembangkan kegiatan-kegiatan K3 yang bervariasf terhadap safety climate agar mendapatkan hasil yang lebib baik selain dilakukan pengawasan serta pengembangannya. Untuk itu perlu diketahui gambaran profil terhadap safety climate.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil safety climate pada tenaga kesehatan di Instalasi Gawat Darurat RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung, dengan Responden tenaga profesi kesehatan meliputi tenaga medis (dokter dan residen), para medis (perawat dan bidan) dan tenaga penunjang (Analis, Apoteker, radiographer, pekarya dan petugas medical record). Metode penelitian yang digunakan adalah dengan kuantitatif dan kualitatif yaitu dengan survey langsung pada tenaga kesehatan dengan pengisian kuesioner, wawancara pada kepala unit kerja dan telaah dokumen. Analisa data dilakukan dengan metoda analisis isi yaitu membandingkan hasil penelitiaan dengan teori dalam kepustakaan.
Hasil penelitian didapatkan bahwa profit safety climate pada tenaga kesehatan di Gedung Emergency RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung sebagian besar lemah. Diantara profesi tenaga kesehatan yang mempunyai profil safety climate paling kuat adalah tenaga paramedis. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dan cek list dokumen yaitu : Bahwa kepala Instalasi Gawat Darurat secara rutin memberi informasi K3 kepada seluruh staf 1GD yaitu melalui rapat rutin selalu berkomunikasi dengan penanggung jawab ruangan ataupun staf IGD untuk menginformasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan keselamatan Hubungan atasan dan bawahan terlihat sangat baik demikian juga hubungan antar petugas juga terlihat baik tidak ada konflik. kondisi-kondisi tidak aman ataupun kerusakan selalu dilaporkan kepada atasan. Kerjasama dengan bidang penunjang medis cukup baik walaupun sering terjadi kesalahan komunikasi dan inform.asi dari petugas dibagian administrasi, laboratorium ataupun radiologi. Misalnya karena ketidakjelasan penulisan dan waktu pemeriksaan lama, dokumen foto hilang terutama pada sore dan malam hari saat pasien datang dengan jumlah banyak.

In order to prevent working accident at hospital which cause injury on employee or patient Occupational Health and Safety Program should be implemented. One of Occupational Health and Safety (OHS) program objective is attention for human factor (officer, patient, family or visitor of hospital), beside management, equipment,. design and technique, Human resource development program as part of OHS program can be implemented by conducting training. socialization, dissemination including development of OHS culture program. Developing of OHS program can be perfonned by understanding safety climate profile of the hospital. Based on this assessmenvarious OHS activity of safety climate can be developed in order to obtain better result beside supervision and development. Therefore, profil of safety climate should be understood.
The research putpose to understand safety climate profile on medical officer at Emergency Unit of Dr. Hasan Sadikin hospital with respondent from medical officer covering doctor and resident:. paramedic (nurse and midwife) and supporting officer (Analyst, pharmacist, radiographer, administrator and medical record officer). Research methodology using quantitative and qualitative with direct survey on medical officer by questionnaire, interview on head of working unit and document assessment. Data analysis is performed using substance analysis by comparing result of research and references.
The result showed that the profile of safety climate of medical officer at Emergency unit Dr. Hasan Sadikin Bandung mostly is weak. Highest safety climate profile among medical officer is paramedic. This is supported by interview and document check list result Le. dissemination OHS infonnation regularly to all emergency staff conducting by Chief of Emergency unit on routine meting and during Communication with all emergency staff regarding safety. The relation between subordinate and hierarchy is in harmony. Unsafe conditions has reported to subordinate. Relationship with medic is good, sometime has miscommunication and information from administrator, laboratory and radiology. Examples, wrong name, examination duration time, missing document especially during afternoon and night shift when hospital full of patient."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20861
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wawang Setiawan Sukarya
"Rumah sakit sehagai suatu organisasi, supaya dapat berkembang dengan sukses dan berhasil dengan baik, selain memerlukan manajemen yang tepat, juga harus mernberikan perhatian yang penuh terhadap martabat pekerjanya terutama terhadap kebutuhan mereka untuk mendapatkan kelayakan dan kesejahteraan yang dianggap memadai. Iklim kerja adalah salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap kepuasan kerja seseorang. Penelitian-penelitian membuktikan adanya hubungan yang positif antara iklim kerja dan kepuasan kerja. Hasil analisa kuesioner tentang kepuasan kerja di UGDRS. Hasan Sadikin Bandung waktu tugas residensi tahun 1995, menunjukkan jumlah para perawat yang merasa kurang puas terhadap pekerjaannya cukup banyak yaitu sebesar 38.34%. Terdapat berbagai dimensi pengukuran iklim kerja, antara lain adalah pengukuran menurut Liken Litwin-Stringer dan menurut Litwin-Meyer.
Penulis memilih pengukuran iklim kerja menurut Litwin dan Meyer karena alat ukur dari Litwin dan Meyer belum pernah diteliti, dicoba dan dipergunakan di rumah sakit. Lokasi penelitian dipilih dilakukan di Unit Gawat Darurat karena situasinya yang khusus, yaitu adanya Pelayanan. dalam 24 jam dan pasien yang datang pada umumnya dalam kondisi stres karena menderita penyakit akut atau trauma kecelakaan sehingga perlu memerlukan pelayanan yang serba cepat, akurat dan memuaskan Situasi seperti ini diduga menyebabkan para pekerja di unit ini mempunyai ketegangan psikofisik yang relatif lebih tinggi dibanding bagian lainnya, sehingga masalah iklim dan kepuasan kerja kemungkinan akan lebih dirasakan. Yang diteliti adalah faktor-faktor yang diduga mempengaruhi iklim kerja menurut Litwin & Meyer yaitu: conformity, responsibility, standard, reward, clarity dan team spirit. Pengukuran ini diharapkan dapat menunjukkan adanya kesenjangan antara iklim kerja yang dirasakan dan iklim kerja yang diharapkan, dan ada tidaknya korelasi antara iiklim kerja yang ada dengan derajat kepuasan yang dihayati para perawat dalam melakukan pekerjaannya ; terutama terhadap tujuh faktor kepuasan kerja yang diukur oleh alat ukur dari A.S.I.A (De attitude Schaal moor Industriale-Arbeid) yang meliputi kondisi-kondisi teknis organisatoris, kepemimpinan langsung, sistem upah gaji, ketegangan psikofisik, komunikasi atasar--bawaban, pandangan pekerja terhadap rumah sakit secara union, dan hal otonorni.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara kesenjangan dari iklim kenja yang dirasakan dan yang diharapkan dengan kepuasan kerja.
Metodologi: Penelitian ini merupakan studi `Cross Sectional' terhadap 60 paramedis perawatan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yang memenuhi kriteria penelitian dilihat dari jenis pekerjaan, pendidikan dan lama kerja. Pengambilan sampel dilakukan secara `proporsional purposive random sampling'. Data IKR dan IKH diperoleh dari jawaban terhadap kuesioner dari Litwin dan Meyer, sedangkan data kepuasan kerja didapat dari kuesioner menurut A.S.I.A Analisis statistik yang dipergunakan adalah tabel frekuennsi, distnbusi dan statistik deskriptif untuk analysis univariat, serta uji ANOVA dan analisis korelasi untuk analisis bivariat.
Hasil: Tenaga paramedis perawatan di UGD-RSHS merupakan kelompok tenaga yang potensial selain karena jumlahnya yang besar, juga karena peranannya untuk kelanca ran pelayanan kesehatan. Tujuh puluh persen responden terdiri dan golongan II dan yang mempunyai mass kerja > 5 tahun adalah 83.33%. Kelompok yang merasa long puns terhadap kerjanya cukup banyak yaitu 39% dengan ranking kepuasan kerja terendah terhadap hal otonomi Responden yang merasakan ikliim kerja yang dirasakan lehih besar danpada yang diharapkan adalah yang terbanyak, sedangkan yang paling sedikit adalah yang merasakan tidak ada perbedaan. Empat variabel bebas (conformity, responsibility, standard dan team spirit ) menunjukkan perbedaan rata-rata kepuasan kerja yang bar-manna secara statistik, sedangkan 2 variabel babas lainnya (reward dan clarity) perbedaan rata-rata tersebut tidak bermaima_ Uji korelasi Pearson, menunjukkan 4 variabel bebas tersehut mempunyai hubungan dengan kepuasan kaja sedangkan faktor reward dan clarity terbukti tidak ada hubungan.
Kesimpulan: Konsep penelitian ternyata tidak mampu membuktikan semua faktor yang menurut Litwin dan Meyer berhubungan dengan kepuasan kerja. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan konsep yang berbeda untuk meneliti faktor-faktor lain yang diduga ada hubungannya dengan kepuasan kerja seperti faktor organisasi, kepemimpinan, tujuan, kontrol, proses pengaruh interaksi, pengambilan keputusan, risiko, warmth, support, conflict, identity dan motivasi komunikasi. Dengan mengetahui iklim kerja dan kepuasan kerja, maka pimpinan rumah sakit dapat melakukan upaya-upaya perbaikan sesuai dengan prioritas, paling tidak terhadap conformity, responsibility, standard dan team spirit dengan tidak mengabaikan kedua faktor lainnya yaitu reward dan clarity. Sebaiknya masalah iklim kerja dan kepuasan kerja dapat dipaatau secara berkala.

In order to develop successfully and to be successful, the hospital as an organization needs an appropriate management and have to give full attention to the workers' prestige, especially to their needs in getting enough properness and welfare. Job climate is one of the factors which is have enough affect to someone's job satisfaction. Many research proved the positive relationship between job's climate and job's satisfaction. The result of questionnaire analysis about job's satisfaction at Emergency Unit of Hasan Sadikin Hospital in 1995, indicate a great number of nurses who feels less satisfied with their jobs that is 38.34 percent. There are various measurement dimensions of job's climate, for example according to Likert, Litwin-Stringer and Litwin-Meyer.
The writer choose the job's climate measurement by Litwin and Meyer because the measure instruments from Litwin and Meyer have never researched, tried and used at a hospital. The Emergency Unit is chosen as a research site because its special situation, that is a service in 24 hours & the patient generally come in stress condition because of suffering an acute diseases or accident trauma. So they need a fast , accurate and satisfying service. A condition like this, have affected workers in this unit to have a psychophysics stress which is higher relative to another division, so the climate and job's satisfaction problem may be more felt_ Factors which are researched to be affected job's climate according to Litwin and Meyer are conformity, responsibility, standard, reward, clarity and team spirit. These measurements are hoped would be able to indicate the discrepancy between job's climate which is felt and which is hoped, and there are or there aren't the correlation between job's climate exist and the satisfaction degree which is felt by nurses in doing their jobs ; especially with seven factors job's satisfaction which is measured by measure instrument from A.S.I.A (De attitude Schaal voor lndustriale-Arbeid) to cover a technical organizational conditions, a direct leadership, a wage/salary system, a psycho-physic stress, a higher-subordinate communication, workers' opinion about hospital in general, and autonomy problem.
Objectives: The research objectives are to see the connection of discrepancy between job's climate which is felt and which is hoped with job's satisfaction.
Methodology: This research is a form of "Cross Sectional" study to 60 paramedic at Emergency Unit of Hasan Sadikin Hospital Bandung who are fulfill the research's criteria observed from a kind of job, education and the duration of working. The sample taking are done by "proportional purposive random sampling"_ The job's climate which is felt and which is hoped data are found from the answers of questionnaire from Litwin and Meyer and job's satisfaction data from the questionnaire according to A.S_I_A. The statistical analysis uses table of frequency, distribution and descriptive statistic for univariate analyses and ANOVA test and correlation analysis for bivariat analyses.
Result: The paramedics in Emergency Unit are the potential workers because they are in great number and their role in smoothness health services. Seventy percent respondents are coming from the second level group and the most part (83.33 %) have the duration of working more than 5 years. The group who feels less satisfying to their job about 39 percent with the lowest rank of job's satisfaction to the autonomy problem_ Most of respondent group felt the job's climate is higher to the job's climate is hoped. On the other hand, the group which feels nothing different is the least. There are four intervening variables (conformity, responsibility, standard and team spirit)which is pointed out the average differences of job's satisfaction that have meaning statistically, while another two intervening variables (reward and clarity) those average differences have no meaning. The Pearson's correlation test shows those four intervening variables have relationship with job's satisfaction. The reward and clarity factors is proven having no connection with job's satisfaction.
Conclusion: The research concept, are not able to prove all factors according to Litwin and Meyer, have relationship with job's satisfaction. Further research by different concept based on another framework of theory, which has existed, are needed to examine to another factors being estimated have connection with job's satisfaction such as organization factor, leadership, purposes, control, interaction influence process, decision malting, risks, warmth, support, conflict, identity & communication motivation. By knowing job's climate and job's satisfaction, the Board of Direction of the hospital would be able to do improvement efforts which is appropriate with priority, at least direction to conformity, responsibility, standard and team spirit, with no ignore to another two factors like reward and clarity. It is preferable to monitor the job's climate and job's satisfaction problems regularly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyati
"Telah dilakukan penelitian tentang masalah bagaimana peluang pasar program HHC di RSHS Bandung tahun 1998, dengan tujuan utama diperolehnya informasi tentang kondisi peluang pasar program HHC RSHS Bandung. Ruang lingkup penelitian meliputi empat indikan peluang pasar ialah indikan Pelanggan, Pasar, Kontpetitor dan Lingkungan, dimana indikan Pelanggan membentuk kriteria daya tarik, sedangkan ketiga indikan lainnya membentuk kriteria kemungkinan keberhasilan bagi program HHC RSHS Bandung.
Penelitian ini terdiri dari berbagai rancangan ialah:
Studi data primer tentang pelanggan, yang terbagi dalam dua bagian ialah rancangan kualitatif dengan cara FGD untuk aspek sensitivitas pelanggan terhadap 4P dan perilaku pelanggan, dan rancangan kuantitatif untuk segmentasi pelanggan. Studi data sekunder tentang Pasar, dengan menggunakan rancangan time series. Studi data primer tentang kompetitor, dengan rancangan survei deskriptif, untuk mencari informasi pelayanan primer program HHC dan berapa besar pembayarannya.
Studi data sekunder tentang lingkungan dengan rancangan time series, meliputi peraturan, sosial ekonomi, pendidikan , demografi dan epidemiologi di Jawa Barat. Studi data primer terhadap kemungkinan keberhasilan dan daya tank program HHC RSHS, melalui rancangan kualitatif dengan cara nursing expert judgment melalui teknik Delphi. Sebanyak tiga kali putaran.
G. Studi data primer terhadap besarnya peluang pasar program HHC RSHS melalui expert judgment pengambil keputusan bidang keperawatan ( Kabid Keperawatan ) RSHS Bandung.
Melalui penelitian ini telah diperolelb informasi bahwa program HHC di RSHS Bandung mepunyai daya tank dan kemungkinan keberhasilan yang tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa peluang pasar program HHC di RSHS Bandung adalah besar.
Mengingat basil penelitian memberikan informasi bahwa peluang pasar program 1-MC ternyata besar, maka disarankan kepada RSHS Bandung untuk membentuk organisasi khusus yang berada di bawah Kadir Pelayanan Medis dan keperawatan yang berperan dalam penyususunan pcrencanaan stratejik program HHC serta strateji pelaksanaan dan evaluasinya. Hal ini penting, mengingat Direktur telah menginstruksikan kepada Kepala Bidang Keperawatan untuk melaksanakan program HHC dalam bidang keperawatan, mendahului bidang lainnya. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk mengenal lebih jauh kebutuhan dan harapan pelanggan dengan jumlah dan jenis pelanggan yang lebih besar dan bervariasi. Mengingat Program ini merupakan program baru, maka disarankan pula melakukan penelitian untuk melihat efisiensi dan efektifitas program, bail( dari sudut RSHS, piovider maupun pelanggan.

A research concerning the market opportunity of Hospital Home Care Program in RSHS in 1998 has been made with the main aim to get the information about the market opportunity condition of the Hospital Home Care Program in Hasan Sadikin General Hospital Bandung. The scope of research covers four market opportunity indicators, the Consumer, Market, Competitor and Environment, where the Consumer indicator forms the criteria of attractiveness while the other three forms the criteria of the possibility of success for the program.
The research is divided into several designs:
1. Primary data study for the consumer, mainly divided into two sections, the qualitativedesign with FGD design for the aspect of the consumer's sensitivity toward the 4P's (Promotion, Product, Place and Price) and the quantitative design for the consumer's segmentation.
2. Secondary data study concerning the market, using the Time Series Design.
3. Primary data study concerning the primary competitor, using the descriptive survey in order to find the service of and cost charged for the Program.
4. Secondary data study concerning the environment, using the Time Series Design that covers the policies, social economy, education, demography and epidemiology in West Java Province.
5, Primary data study concerning the possibility of success and the attractiveness of Hospital Home Care Program in RSHS Bandung, through the qualitative design, using the Nursing expert judgment with three ruonds Delphi technique.
6. Primary data study concerning the market opportunity through the expert judgment of the decision makers of the Nursing Division of RSHS Bandung.
The research finds that the Hospital Home Care Program in Hasan Sadikin General Hospital has a high attractiveness and possibility of success so that it can be concluded that the market opportunity of the program is high.
As the research result shows that the market opportunity of the program is indeed great, it is recommended for the RSHS Bandung to form a special organization under the authority of Wadir Pelayanan R4edis dan Keperawatan that functions in the strategic planning, actuating and evaluation of the program. This is important, as the Director has instructed The Nursing Division to proceed with the program, ahead of other divisions. For further research, it is recommended to find out the needs and expectancy of the consumer through the FGD with more and varied consumers participate. Since it is new, when starting to work out, it is recommended to make a further research to find out the efficiency and effectiveness of the program, from the RSHS, providers and consumers point of view.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enok Siti Marhumah
"Pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih ditekankan pada pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dimana obat-obatan merupakan salah satu faktor penting dalam penyembuhan penderita, sehingga perlu penanganan yang baik yang menjadi tugas instalasi farmasi. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik instalasi farmasi memerlukan sistem pendistribusian, dalam hal ini adalah prosedur distribusi obat yang cepat dan efisien.
Depo farmasi ruang 11 merupakan bagian dari instalasi farmasi yang berfungsi mengendalikan distribusi obat sehingga penyediaan obat di ruangan senantiasa sesuai dengan perencanaan dan kebutuhan. Pasien ruang 11 terdiri dari pasien umum, pasien kontraktor dan pasien askes. Ruang 11 mempunyai kapasitas sebanyak 43 tempat tidur, terdiri dari VIP A, VIP B dan kelas 1. Sistem distribusi yang digunakan di ruang 11 adalah sistem distribusi persediaan di ruang dan sistem distribusi unit dosis parsial. Sistem distribusi obat tersebut dituangkan dalam bentuk depo farmasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis situasi sistem dan prosedur yang dilaksanakan kaitannya dengan peningkatan pelayanan farmasi di RSHS; mengkaji masalah-masalah yang menghambat dalam pelaksanaan prosedur; serta mencari alternatif yang diharapkan untuk mengurangi masalah tersebut.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode telaah kasus dengan pendekatan deskriptif dengan cara penelusuran proses sejauhmana prosedur tetap yang ada dijalankan. Menggunakan data primer, yaitu melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui catatan dan laporan farmasi bulan Juli 2000, protap, kebijakan, standar pelayanan farmasi, dan lain-lain.
Dari hasil penelitian diperoleh prosedur tetap yang ada kurang mendukung terhadap pelayanan dan tidak memberikan kepuasan pasien, sehingga perlu dikembangkan.
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan, apabila sistem distribusi obat didukung oleh prosedur yang baik dan mudah dilaksanakan, personal yang cukup, jumlah dan kemampuan kefarmasiannya meningkat, serta sarana bagi prosedur distribusi yang lengkap, diharapkan dapat mendukung terhadap pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien.

Analysis of Medicine in In-Patient Care of Interne Unit, Hasan Sadikin Hospital, BandungThe health service served by hospital is more emphasized on curative and rehabilitation service, there for drugs is one of essentiale factors in the cure process of the patients. Consequently, management of drugs have to be organized effectively as the main job of pharmacy installation. In applying its job and its function effectively, pharmacy installation requires good distribution system. In this case, the procedure of drugs distribution must be fast and efficient.
Pharmacy stand in Room 11 is a part of pharmacy installation which has function to contrail distribution of drugs, so that drugs supply in that room is suitable to the plan and requirement. There are three types of patient in Room 11, namely general patient, contractor patient and helath insurance patient. Room 11 has capacity; 43 beds contains VIP A, VIP B dan first class. Distribution system used in Room 11 is room supply distribution system and partial dose unit distribution system. The form of that distribution system is pharmacy stand.
This research is aimed to analyze the application of permanent procedure in relation to the improvement of pharmacy service in RSHS (Hasan Sadikin Hospital); to recite problems obstruct in procedure application; and to observe expected alternative in reducing those problems.
Methodology used in this research in case observation method with descriptive approach which try to measure how far the process of permanent procedure has been held by using primary data, that is through observation and interview. Mean while, secondary data is obtained through notes and pharmacy report in July 2000, permanent procedure, policy, pharmacy service standard etc.
The best assumed from the investigation is; if the drug distribution system supported by good procedure and easy to be applied, adequat personnel, increasing in amount and capability of its pharmacy, and sufficient in facility of distribution procedure, so we can expect that all of above factor can develop the health service efficiency and effectively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Patimah
"Laboratorium Mikrobiologi mempunyai risiko tinggi terhadap Penyakit Akibat Kerja dari paparan sampel infeksius dan penggunaan bahan kimia pada proses pewarnaan dan desinfektan, Kecelakaan Kerja sebagai akibat dari penggunaan alat-alat mudah pecah dan bervoltase tinggi, serta adanya bahaya kebakaran dan ledakan dari penggunaan bunsen dan otoclave. Oleh karena itu diperlukan manajemen risiko dalam setiap proses pekerjaannya. Kajian risiko dilakukan berdasarkan pendekatan manajemen risiko AS/NZS 4360:2004 dengan metode semikuantitatif berdasarkan W.T. Fine.
Dari hasil penelitian diketahui setelah pengendalian risiko yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi yaitu engineering control, administrative control, dan penggunaan alat pelindung diri (APD) masih ada residual risk yang berada di tingkat risiko prioritas 1 yaitu bahaya kebakaran dan bahaya ergonomi serta tingkat risiko besar yaitu bahaya biologi dan bahaya kimia. Untuk bahaya fisik seperti tertusuk jarum, tangan terpapar api, terkena pecahan objek gelas, eye strain sudah berada ditingkat risiko prioritas 3 dan diterima, artinya hanya perlu diawasi dan diperhatikan secara kesinambungan.

Microbiology Laboratory has a high risk of Occupational Diseases from exposure to infectious samples and the use of chemicals in the process of coloring and disinfectant, work accident as a result of the use of the tools to break easily, as well as the presence of high danger of fire and explosion of the use of bunsen and autoclave. It is therefore necessary to risk management in every work process. Study of the risk-based approach to risk management is done AS/NZS 4360: 2004 by the method of semi quantitative based on W.T. Fine.
Result are known after existing risk in the laboratory of Microbiology are there engineering control, administrative control, and personal protection there is still residual risk in priority 1, fire hazard and danger of ergonomics. Level great risk namely danger biological and chemical dangers. For physical risk such as needle stick injury, arise fire, and eye strain have been risk priority level 3 and accepted that means need to be observed continuously.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanan Sekarwana
"Sampai dengan PELITA VI, telah terjadi perubahan yang mendasar di berbagai bidang yang berpengaruh terhadap sistem perumahsakitan di Indonesia baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Dalam memberikan pelayanan yang bermutu, komponen barang medis sebagai faktor penunjang mempunyai peranan yang penting dan menentukan. Kelengkapan barang medis, tersedianya barang tepat waktu dan kualitas bearing yang prima untuk memenuhi kebutuhan operasional pelayanan merupakan harapan dari para pengelola rumah sakit. RSUP Dr. Hasan Sadikin yang merupakan Rumah Sakit Ketes B Pendidikan dan pusat rujukan seluruh wilayah Jawa Barat serta sebagai unit swadana, harus mampu memberikan pelayanan yang berkualitas, baik ditinjau dari segi Sumber Daya Manusianya maupun dari segi sarana, prasarana dan alatnya. Telah dilakukan penelitian dengan wawancara, observasi dan analisa data sekunder pada proses perencanaan penggunaan barang medis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Didapatkan hasil bahwa proses perencanaan penggunaan barang medis belum berjalan secara optimal. Dalam penelitian ini ditemukan berbagai faktorfaktor penyebabnya, yaitu : kuantitas dan kualitas unsur perencana dalam menyususn proses perencanaan, pemanfaatan data rekam medis sebagai sumber informasi untuk perencanaan, keterbatasan dana, terdapat kelemahan protap baik mengenai arahan maupun mengenai umpan balik, dan Pola penggunaan Barang Medis. Disarankan untuk mengembangkan proses yang sudah berjalan, baik mengenai sumber daya manusianya, prosedur maupun mengenai penggunaan dana agar tercapai tujuan yang efektif dan efisien. Hasil Penelitian ini merupakan masukan bagi pihak manajemen Rumah Sakit guna mengembangkan proses perencanaan penggunaan barang medis untuk operasional dengan harapan dapat meningkatkan mutu pelayanan sehingga dicapai pelayanan kesehatan yang optimal disegala bidang.

During Pelita VI, fundamental changes in many fields has effects toward the systems to be developed by hospitals in achieving good systems. Medical goods as ancillary factor place an important role in delivering service with acceptable quality with meets necessity. Dr. Hasan Sadikin General Hospital as a B Class Teaching Hospital as well as a Swadana has the obligation in delivering medical service with good quality, including quality of human resources, facilities, etc. The study of planning process in consuming medical goods had been done through interview, observation, and analysis of secondary data.
Result shows the process of planning in consuming medical goods was not done optimally. Factors effecting it are : quantity and quality of the planning it self, such as : optimalization of data recorded by Medical Records Sub Department, budget constrains, In-sufficient SOP, lack of feed back, inappropriate system in consuming medical goods. Development of on-going process is recommended, including the development of human resources, procedures, and systems to be applied in consuming medical goods in order to achieve the objective effectively and efficiently. The result of the study is meant to serve as an input for management in developing the planning in consuming medical goods operationally. A better quality of medical service is also one of its objectives.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Chandra Sukma Kelana
"Penelitian ini membahas hubungan antara kualitas layanan, kepuasan, dan loyalitas pasien. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Responden berjumlah 96 orang dan merupakan pasien yang harus melakukan kunjungan ulang. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penilaian kualitas layanan dengan karakteristik pasien (p-value > 0,05). Tidak terdapat hubungan antara kepuasan dengan karakteristik pasien (pvalue > 0,05). Tidak terdapat hubungan antara loyalitas pasien dengan karakteristik pasien (p-value > 0,05). Terdapat hubungan antara kualitas layanan dengan kepuasan pasien (p-value = 0,000).Terdapat hubungan antara kepuasan dengan loyalitas pasien (p-value = 0,0002). Terdapat hubungan antara kualitas layanan dengan loyalitas pasien (p-value = 0,037). Kembalinya pasien dapat dikarenakan kepercayaan terhadap dokter. Tidak kembalinya pasien dapat dikarenakan pasien kecewa pada pelayanan atau beralih ke sarana pelayanan lain.

This research discussed the relationship of service quality, satisfaction, and patient loyalty. This was a quantitative research with cross-sectional design of study. Data was acquired from 96 respondents who were required to do control by physician. Statistical findings demonstrated that there was no difference of satisfaction service quality with patient's characteristics (p-value > 0,05). There was no difference of satisfaction with patient's characteristics (p-value > 0,05). There was no difference of patient loyalty with patient's characteristics (p-value > 0,05). There was relationship between each dimension of service quality with patient's (p-value > 0.000). There was relationship between of satisfaction with patient loyalty (p-value > 0.0002). There was relationship between service quality with patient loyalty (p-value > 0.037). Actual return behavior could be influenced by the patient's trust to physician. Unreturned behavior of patient due to disappointment ni service quality or switch to another service of facility."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31102
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mantra Nandini
"Penanganan pasangan ingin anak membutuhkan kesabaran dari pihak medis maupun pasien di samping kemampuan mendiagnosa serta pengobatan yang terarah. RSUP Dr. Hasan Sadikin mempunyai kelompok kerja ART (Assisted Reproduktif Technology) dengan surat keputusan Direktur Nomor: Kp 01.01.1.2.231.P tanggal 20 Nopember 1995, untuk mengembangkan Tim Ahli Bayi Tabung di Seksi Infertilitas SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Kememapuan penangann pasangan infertil di RSUP Dr. Hasan Sadikin masih jauh dari memadai, karena keterbatasan sarana, sedangkan kebutuhan akan pelayanan ART sudah mendesak.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memperoleh gambaran trend pelayanan infertilitas di RSUP Dr. Hasan Sadikin dan memilih model strategis yang tepat untuk di terapkan. Penelitian ini adalah operasional riset yang dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian dari analisia situasi menggambarkan total jumlah kunjungan pelayanan mengalami penurunan sekitar 19,21% dan dari total jumlah kasus, 87% kasus usia di bawah 35 tahun potensi untuk ditangani tuntas dan 67% kasuss memerlukan tindakan ART, pada periode tahun 1993-1997.
Hasil analisis metode Dekamposisi menggambarkan faktor trend kunjungan menurun, sehingga sulituntukmerencanakan sasaran jangka panjang, dan Indeks Musim.memperlihatkan peningkatan hanya pada bulan Januari, Maret, Mai, Juni, Nopember dan Desember, sehingga baru dapat mereucanakan sasaran jangka pendek di pelayananinfertilitas.
Hasil analisis metode Delphi menggambarkan derajat pelaksanaan rendah, akselerasi pelayanan lamban, adanya factor pendorong dan penghambat pelaksanaan serta masalah keuangan sebagai faktor kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang Seksi Pelayanan Infertilitas.
Hasil analisis matrike SPACE dalam memposisikan strategi sebagai langkah awal pemilihan model strategi, yaitu pada Kuadran I: Agresif adalah pertumbuhan dan perkembangan.
Pada penelitian ini dibahas dua strategi alternatif untuk memilih model strategi yang tepat, yaitu strategi umum/bisnis dan strategi operasional. Untuk mengembangkan pelayanan infertilitas di RSUP Dr. Hasan Sadikin saat ini dipilih strategi operasional dengan sasaran elemen kunci pengembangan di bidang pemasaran, keuangan, produksi/operasi, riset dan pengembangan, sumber daya manusia serta konsisten dengan target lahir bayi tabung, sehingga. dapat disusun program kerja berdasarkan pendekatan legislatif, edukatif, ekonomi, administratif dan teknis.

Managing couples wishing to have children needs patience from the medical services as well as the patient besides ability to diagnose and well planned medical treatment. Dr. Hasan Sadikin Provincial Hospital developed has an ART (Assisted Reproductive Technology) team work through the Director's Decree: Kp. 01.01.2. 231.P date 20'h November 1995. This Team of Experts of Test-tube Babies at the Infertility Division, Obstetrics and Gynecology Department is developing it capability in managing infertile couples at Dr. Hasan Sadikin Provincial Hospital, however it still far from adequate, due to limited facilities, while the need for ART services is already urgently field.
This is an operational research study, utilizing quantitative and qualitative analysis, aiming at obtaining the trend of the infertility service demand at Dr. Hasan Sadikin Provincial Hospital, and selecting a correct strategy model to be applied.
The situational analysis of this study revealed for that a period of 1993-1997 there was a decrease of around 19,21% in the total number of visits; in which, 87 % of the cases of those under 35 years of age and were potential for complete treatment, while 67% of the cases needed an ART management.
Analysis by decomposition method revealed that the trend factor decreased, so that it was difficult to plan for a long term target, and that the season Index showed an increase only in the months of January, March, May, June, November, and December, so that only a short term plan could be planned in the infertility services.
Analysis by the Delphi method revealed a low level of implementation, a slow acceleration of service, the presence of enchancing and delaying factors in the implementation, and also financial problems as factors of strength, weakness, threat, and opportunity in the infertility services.
Result of SPACE matrix analysis in positioning strategy as an initial step in the selection of a strategy model, is as follows Quadrant I: Aggressive is growth and development.
In this study two alternative strategies were analyzed to choose the right strategy model, i.e. general business strategy and operational strategy to develop the infertility services at Dr. Hasan Sadikin Provincial Hospital. At present the operational strategy was selection with the development key element as the target in the aspect of marketing, finance, production/operation, research and development, human resources, and consistent with the birth of test-tube babies as target, so as to allow the compilation of a working program based on a legislative, educative, economic, administrative, and technical approach.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Kartika
"Dewasa ini sekitar 45% kematian bayi terjadi pada bayi berumur kurang dari satu bulan, dan 20% kematian bayi tersebut disebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Depkes, 1996). Dilihat dari segi kesehatan masyarakat BBLR turut berperan di dalam menentukan sukses tidaknya pembentukan generasi mendatang (Population Report, 1998), karena BBLR dapat mengakibatkan tumbuh kembang bayi dan anak terhambat, serta menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi yang dilahirkan. Banyak upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko BBLR, antara lain dengan meningkatkan pelayanan antenatal care (ANC).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran terjadinya BBLR yang berhubungan dengan frekuensi ANC, pemberian vaksinasi tetanus toxoid, pemberian tablet besi, tinggi fundus uteri, berat badan ibu, tinggi badan ibu, tekanan darah ibu, umur ibu, pendidikan ibu, lingkar lengan atas ibu, kadar Hb ibu, paritas, jarak kehamilan, dan jenis kelamin bayi.
Penelitian ini merupakan studi observasional dari data sekunder laporan data maternal perinatal dasar RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2000. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebanyak 863 ibu yang melahirkan tunggal dan cukup umur selama tahun 2000. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan uji chi square dan multi variat dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian BBLR dari 863 kelahiran tunggal dan cukup umur adalah sebanyak 53 kelahiran (6,1%), sedangkan kejadian BBLR dan total populasi yaitu dari 2684 kelahiran, termasuk tunggal, kembar prematur dan cukup umur, sebanyak 462 kelahiran (17,2%). Hasil penelitian univariat menunjukkan bahwa yang frekuensi ANCnya tidak adekuat sebesar 14,63%, tinggi fundus uteri yang tidak normal adalah sebesar 34,62%, tinggi badan kurang dari 145 cm sebesar 14,75%, tekanan darah tidak normal sebesar 12, 42%, paritas > 4 sebesar 8,9%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel tersebut dengan kejadian BBLR (p < 0,05), sedangkan variabeI vaksinasi tetanus toxoid, berat badan ibu, umur ibu, pendidikan ibu, LLA ibu, kadar Hb ibu, jarak kehamilan, dan jenis kelamin bayi tidak mempunyai hubungan yang bermakna.Variabel tablet tablet besi tidak dapat dianalisis karena datanya kurang bervariasi. Dari model regresi logistik diketahui ternyata variabel yang paling besar peranannya terhadap kejadian BBLR adalah frekuensi ANC, tinggi fundus uteri, dan tekanan darah ibu, sedangkan yang paling kuat hubungannya dengan kejadian BBLR adalah tinggi fundus uteri, dengan OR 15,46 ( CI 95 % ).
Disarankan agar rumah sakit melakukan pemantauan yang ketat terhadap ibu yang terdeteksi mempunyai risiko BBLR, dan menyiapkan ruangan bersalin khusus dengan sarana yang lengkap untuk persalinan BBLR Untuk petugas lapangan atau penyuluh kesehatan, agar dapat menyebarluaskan informasi mengenai tanda-tanda yang menunjukkan BBLR, serta memberikan informasi mengenai penanganan kejadian BBLR Bagi praktisi kesehatan terutama bidan praktek swasta, agar dapat melakukan deteksi dini kejadian BBLR.

Nowadays about 45% infant mortality occurs to infant in the age less than 1 month, and 20% as stated above caused by low birth weight (LBW) (Depkes, 1996). From the view of public health, LBW has its role to determine the successful future generation formation (Population Report, 1998), because LBW can cause retardation to child growth, also can cause health birth infant problem. There are efforts had been done to reduce LBW risk, such as increase antenatal care (ANC).
This research aim is to know the description LBW occurred which related to the frequency of ANC, tetanus toxoid vaccination, iron tablet distribution, fundus uteri height, mother's weight, mother's height, mother's blood pressure, mother's age, mother's education, mother's upper arm circumference, mother's Hemoglobin level, parity, interval of pregnancy, and infant gender.
This research is observational study by secondary data analyzed. Secondary data is taken from the audit maternal prenatal dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung in year 2000. The design used in this study is cross sectional with 863 mothers who deliver single baby and mature during year 2000. The analysis of this research is using univariate, bivariate with chi square test and multivariate with logistic regression test.
The research showed that from 863 single and mature births, 53 infants are LBW (6,1%), while L13W from total of population from 2684 births, including single, preterm twin and mature, are 462 births (17,2%). The result of univariate test showed that the inadequate ANC are 14,63%, abnormal fundus uteri height are 34,62%, less than 145 cm height are 14,75%, abnormal blood pressure are 12,42%, parity > 4 are 8,9%. The result of statistics analysis showed that there is meaningful relationship between stated variables with LBW (p< 0,005), while tetanus toxoid vaccination, mother's weight, mother's age, mother's education, mother's upper arm circumference, mother's hemoglobin content, spacing of pregnancy, and infant gender, are not related to LBW and the ferrum distribution cannot analyzed because the data is not representatives to analyzed. From the logistic regression is known that the determinant factor to LBW is ANC frequency, fundus uteri height, and mother's blood pressure.
It is suggested that hospital carry out the tight supervision to LBW detected mother, and preparing special delivery room with fully equipped for LBW delivery. Health worker is hoped to spread out the information about the LBW symptom, also spread out the information about taking care of LBW. For the private health practitioners especially private midwife, it is necessary to detect LBW early, and refer immediately if there is no ability to deliver LBW infant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>