Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109334 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emmelia Ratnawati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran serta keluarga dalam perawatan rehabilitasi dan tingkat kekambuhan klien penyalahgunaan NAPZA. Sampel terdiri dari 28 orang klien penyalahgunaan NAPZA yang ditentukan secara sample random sampling di Rumah Sakit Mitra Keluarga Jakarta. Berdasarkan uji statistik Pearson Product Moment Corelation didapatkan hubungan negatif antara peran serta keluarga dalam perawatan rehabilitasi terhadap tingkat kekambuhan klien penyalahgunaan NAPZA dengan r = - 0,19 Hal ini berarti tidak ada hubungan antara peran serta keluarga dengan tingkat kekambuhan klien penyalahgunaan NAPZA."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5082
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mustikasari
"Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang terrnasuk dalam katagori NAPZA pada akhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari media cetak koran dan majalah serta media elektrolit seperti TV dan radio. Kecenderungannya semakin makin banyak masyarakat yang memakai zat tergolong kelompok NAPZA tersebut, khususnya anak remaja (15-24 tahun) sepertinya menjadi suatu model perilaku baru bagi kallangan remaja (DepKes, 2001).
Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara Iain karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut serta kemudahan untuk mendapatkannya. Kurangnya pengetahuan masyarakat bukan karena pendidikan yang rendah tetapi kadangkala disebabkan karena faktor individu, faktor keluarga dan faktor lingkungan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muharriza
"Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional, ada sekitar 3,5 juta orang penyalahguna NAPZA di Indonesia dan usia rata-rata pertama kali menggunakan adalah 15 tahun (BNN, 2004). Salah satu faktor yang ikut berkontribusi adalah faktor keluarga (Depkes, 2001). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan lingkungan keluarga dengan perilaku penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study, dengan tekhnik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian di lakukan pada klien rawat jalan di RSKO Jakarta dengan jumlah responden 79 orang, Metode pengumpulan data menggunakan angket yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Hasil analisa univariat menunjukkan responden adalah Iaki-laki (93,7 %), usia saat ini > 25 tahun (54.4 %), pendidikan terakhir umumnya SMA (64,6 %) dan jenis NAPZA yang digunakan pertama kali sebagian besar adalah ganja / mariyuana (54,4 %). 54,4 % responden tinggal dilingkungan keluarga yang kondusif, usia pertama menggunakan terdapat 49,4 % dibawah 16 tahun dan tingkat penggunaan saat pertama mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan sebagian besar sudah pada tingkat ketergamungan (83,5 %).
Sedangkan hasil uji bivariat dengan Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan usia pertama menggunakan NAPZA (p value=0,000; α = 0,05%), dengan OR 6,000 menunjukkan keluarga yang tidak kondusif berpeluang 6 kali dibandingkan keluarga yang kondusif dalam mempercepat seseorang mengkonsumsi NAPZA. tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan tingkat penggunaan NAPZA (p value=0,401; α = 0,05%).
Disarankan perlunya keluarga menyadari bahwa perilaku anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan keluarga. Tindakan preventif dimulai dari lingkungan keluarga, perlunya keluarga melakukan deteksi awal penyalahgunaan NAPZA pada anak agar dapat meminimalkan penyalahgunaan NAPZA. Perlu dilakukan penelitian dengan lingkup yang lebih luas mencakup jumlah sumpel dan variabel serta desain penelitian. Sampel diharapkan lebih banyak dan menyebar di berbagai wilayah, dengan variabel yang banyak serta perlu dilakukan penelitian dengan pendekatan cohor study."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5460
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Angka penyalahgunaan NAPZA terutama pada remaja dan dewasa awal terlihat
meningkat tajam. Melihat fenomena di alas maka diperlukan upaya penanggulangan
yaitu rehabilitasi. Sayangaya harapan program ini untuk menjadikau korban
penyalahgunaan NAPZA dapat menjalani kehidupannya lebih optimal kurang
tercapai. Studi kepustakaan menunjukkan bahwa angka kekambuhan NAPZA cukup
tinggi yaitu 43,9 % (Pattinson, 1980). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-
faktor yang menyebabkan kekambuhan pada korban penyalahgunaan NAPZA adalah
sugesti sebanyak 28,35 %, pengaruh tcman sebanyak 19,40 %, perasaan malu, rasa
bersalah, tidak berguna sebanyak14,92 %, gangguan psikiatrik/ stres sebanyak 10,45
%, kurang dukungan orang tua dan anggota keluarga yang lain masing-masing
sebanyak 8,96 %, sakit fisik dan kurang dukungan teman masing-masing 4,48 %.
Faktor lain yang juga berpeluang menyebabkan kekambuhan/ relapse pada korban
penyalahgunaan NAPZA adalah usia awal penyalahgunaan NAPZA yang rata-rata
adalah remaja, keinginan untuk coba-coba dan ikut-ikutan, prestasi yang menurun,
kecanduan, depresi, dan tidak tuntasnya program rehabilitasi yang sebelumnya diikuti
oleh responden."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA4976
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Badan Narkotik Nasional (BNN) memperkirakan jumlah pengguna napza 1,3 — 3 juta orang, dan pemakai terbanyak adalah usia 16 — 25 tahun (Samsuridjal. D, 2004). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara spesifik tentang hubungan komunikasi keluarga terhadap angka kekambuhan pada klien napza khususnya remaja. Penelitian ini dilakukan pada klien yang berada di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pusat PeneIitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPKUI), Stigma, dan Exceed Community yang terdiri atas 30 responden, yaitu 22 responden (73%) memiliki pola komunikasi keluarga yang efektif dengan tingkat kekambuhan rendah 9 responden dan tingkat kekambuhan tinggi 13 responden sedangkan 8 responden (26%) memiIiki poIa komunikasi keluarga yang tidak efektif dengan tingkat kekambuhan rendah 5 responden dan tingkat kekambuhan tinggi 3 responden. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan instrumen peneliltian menggunakan kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah Chi square untuk menganalisa hubungan antar variabel katagorik. Hasil penelitian ini menyimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara komunikasi keluarga dengan angka kekambuhan pada remaja pengguna napza (0,5 > P > 0,1 > 0,05). PeneIitian ini menyarankan agar komunikasi pads keluarga dengan remaja dapat ditingkatkan dan lebih diperbanyak lagi penelitian-penelitian yang berhubungan dengan pentingnya komunikasi khususnya pada remaja dari berbagai keilmuan sebagai tonggak penerus bangsa."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5439
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Ni`Ma Hayati
"Fungsi keluarga merupakan salah satu hal yang penting dalam proses pemulihan pecandu NAPZA. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi gambaran pemenuhan fungsi keluarga terhadap anggota keluarga yang menjalani proses rehabilitasi NAPZA di RSKO. Desain penelitian ini adalah deskriptif dari 25 pasien yang menjalani rehabilitasi rawat inap di RSKO dengan teknik total sampling. Hasil penelitian mengidentifikasi pemenuhan fungsi keluarga; 72 % pada fungsi afektif, 64% pada fungsi ekonomi, 60% pada fungsi pemeliharaan kesehatan, 64% pada fungsi reproduksi, dan 48% pada fungsi sosialisasi. Secara umum, 60% responden terpenuhi fungsi keluarganya. Tenaga kesehatan, khususnya perawat, di unit rehabilitasi RSKO diharapkan dapat mengoptimalkan program-program yang mendukung interaksi antara pasien dengan keluarganya agar fungsi keluarga tetap terpenuhi selama proses rehabilitasi.

Functioning of family is the one important thing in the recovery process of drug addicts. This study aims to identify the description of the functioning of the family against family members undergoing drug rehabilitation in RSKO. This study design is descriptive of the 25 patients undergoing inpatient rehabilitation in RSKO with total sampling technique. Results of the study identify the functioning of the family; 72% on affective function, 64% in the functioning of the economy, 60% on health care function, 64% of the reproductive function, and 48% in the socialization function. In general, 60% of respondents met the family function. Health workers, particularly nurses, in rehabilitation unit of RSKO is expected to optimize the programs that support the interaction between patients with their families in order to keep the family functioning during the rehabilitation process.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mita Dwi Aprilianti
"Skripsi ini dilatarbelakangi pandemi Covid-19 yang berdampak menimbulkan kendala pemberian pelayanan rehabilitasi sosial pada remaja korban penyalahgunaan Napza berupa adanya peran pekerja sosial yang tidak dapat dilakukan secara langsung. Urgensi dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengungkapkan solusi yang dilakukan terkait peran pekerja sosial dalam melakukan rehabilitasi sosial kepada remaja korban penyalahgunaan Napza pada masa pandemi Covid-19 di BRSKPN Bambu Apus, yang dibahas dari disiplin ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini dilaksanakan pada rentang waktu Desember 2021 - November 2022, menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui studi dokumentasi dan wawancara dengan sembilan informan. Informan dipilih secara purposive sampling berdasarkan kriteria kebutuhan penelitian ini. Analisa data dilakukan dengan open coding, axial coding, dan selective coding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pandemi Covid-19 kegiatan rehabilitasi sosial remaja korban penyalahgunaan Napza yang terpaksa diberhentikan sementara adalah bimbingan fisik, visit keluarga, konseling terapi kelompok, kegiatan vokasional dan kegiatan di luar balai. Kegiatan tersebut diganti dengan alternatif berupa kegiatan secara daring/online, dinamika kelompok dan kegiatan di luar ruangan. Terdapat pula pembatasan waktu pada setiap kegiatan, dari biasanya 1 jam menjadi hanya 30 menit. Dengan adanya penyesuaian terhadap kegiatan yang dilakukan, maka hal ini berdampak pada perubahan penerapan peran pekerja sosial dalam melakukan manajemen kasus, sebagai edukator, enabler, fasilitator dan expert. Pekerja sosial memperhatikan perspektif person-in-environment tentang bagaimana menilai situasi klien dan mengidentifikasi alternatif solusi bagi mereka. Dalam memberikan pelayanan rehabilitasi sosial di masa pandemi Covid-19, pekerja sosial menghadapi kendala eksternal maupun internal. Kendala tersebut diantaranya kegiatan assessment menjadi terbatas, kegiatan pelayanan secara daring, dilema perasaan, penggunaan teknologi masih sulit. Agar pelayanan rehabilitasi sosial remaja korban penyalahgunaan Napza tetap berjalan dengan baik sesuai standar operasional, maka pekerja sosial melakukan solusi berupa menjaga kesehatan fisik dan mental, saling sharing pengalaman dan memotivasi, mengikuti pelatihan atau workshop, rekomendasi rawat jalan dan lain sebagainya, Kesimpulan penelitian ini adalah kegiatan rehabilitasi sosial pada masa pandemi Covid-19 mengalami beberapa penyesuaian dan peran pekerja sosial pun mengalami beberapa penyesuaian dalam melakukan proses rehabilitasi sosial pada remaja korban penyalahgunaan Napza. Kontribusi skripsi ini pada pengembangan ilmu kesejahteraan sosial adalah untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan bagaimana peran pekerja sosial dan bagaimana cara menghadapi situasi tak terduga sebagaimana pandemi Covid-19.

This study is motivated by the Covid-19 pandemic which has had an impact on the provision of social rehabilitation services for adolescent victims of drug abuse in the form of the role of social workers who cannot be carried out directly. The urgency of conducting this research is to reveal the solutions made regarding the role of social workers in carrying out social rehabilitation for adolescent victims of drug abuse during the Covid-19 pandemic at BRSKPN Bambu Apus, which are discussed from the Social Welfare discipline. This research was carried out in the period December 2021 - November 2022, using a descriptive qualitative approach. Data collection was carried out through documentation studies and interviews with nine informants. Informants are selected by purposive sampling based on the criteria of the needs of this research. Data analysis is done by open coding, axial coding, and selective coding. The results of the research show that during the Covid-19 pandemic the social rehabilitation activities for adolescent victims of drug abuse who had to be temporarily suspended were physical tutoring,visit family, group therapy counseling, vocational activities and activities outside the hall.These activities were replaced with alternatives in the form of online activities/online, group dynamics and outdoor activities. There is also a time limit on each activity, from the usual 1 hour to only 30 minutes. With adjustments to the activities carried out, this has an impact on changes in the implementation of the role of social workers in carrying out case management, as educators, enabler, facilitator andexpert. Social workers pay attention to perspective person-in-environment about how to assess client situations and identify alternative solutions for them. In providing social rehabilitation services during the Covid-19 pandemic, social workers faced external and internal constraints. These obstacles include activities assessment become limited, online service activities, feeling dilemmas, the use of technology is still difficult. In order for social rehabilitation services for adolescent victims of drug abuse to continue to run well according to operational standards, the social worker provides a solution in the form of maintaining physical and mental health, sharing experiences and motivating each other, attend training or workshop, recommendations for outpatient care and so on. The conclusion of this study is that social rehabilitation activities during the Covid-19 pandemic underwent several adjustments and the role of social workers also experienced several adjustments in carrying out the social rehabilitation process for adolescent victims of drug abuse. The contribution of this study to the development of social welfare science is to reveal and describe the role of social workers and how to deal with unexpected situations such as the Covid-19 pandemic."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cucu Maesaroh
"Masalah penyalahgunaan NAPZA di Indonesia telah menunjukan peningkatan baik jumlah, intensitas, maupun peredarannya, sehingga merupakan masalah nasional yang mengancam keamanan, stabilitas, integrasi bangsa, ketahanan nasional, dan lebih jauh lagi merupakan masalah yang dapat mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia. Penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah yang memiliki dimensi yang kompleks terkait dengan berbagai segi kehidupan.
Untuk itu diperlukan suatu penanganan baik oleh pemerintah maupun swasta, salah satunya yaitu melalui rehabilitasi sosial sistem dalam panti, yang dilaksanakan pada PSPP Galih Pakuan Putat Nutug Kabupaten Bogor, yang mana dalam proses rehabilitasi sosial terhadap klien penyalahgunaan NAPZA melibatkan pelaksanaan Konseling.
Pelaksanaan Konseling pada dasarnya merupakan pemberian nasehat-nasehat dan dukungan-dukungan sosial terhadap klien yang dijalankan melalui metode intervensi mikro/bimbingan sosial perseorangan oleh pekerja sosial. Sedangkan rehabilitasi sosial merupakan kegiatan lanjutan dari upaya penyembuhan terhadap klien penyalahgunaan NAPZA dalam rangka memulihkan kondisi/kesehatan, mental psikologi dan sosial dari ketergantungan terhadap NAPZA sehingga klien dapat kembali melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar di masyarakat. Dengan demikian konseling merupakan kegiatan yang mendukung proses rehabilitasi sosial dalam upaya meningkatkan keberfungsian sosial klien.
Hasil penelitian pada PSPP Galih Pakuan di daerah Kabupaten Bogor mengungkapkan bahwa pelaksanaan konseling pada proses rehabilitasi sosial bagi klien penyalahgunaan NAPZA, cukup berpengaruh terhadap terjadinya perubahan perilaku secara positip pada diri klien, yang mencakup baik sikap terhadap dirinya sendiri maupun sikapnya terhadap lingkungan. Hal tersebut terwujud berkat peran konselor atau pekerja sosial sebagai ujung tombak keberhasilan di lapangan. Namun demikian untuk mencapai hasil yang optimal, masih terdapat beberapa hambatan yang bersifat kelembagaan panti, minimnya sarana dan prasarana, minimnya kuantitas dan kualitas tenaga konselor. Selain itu ditemukan kenyataan bahwa pelaksanaan konseling pada proses rehabilitasi itu sendiri baru dimulai pada tahap keempat yakni pembinaan fisik dan bimbingan sosial, hal ini akan mengurangi pencapaian hasil optimal proses rehabilitasi sosial bagi klien penyalahgunaan NAPZA.
Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan konseling pada proses rehabilitasi dimaksud, penulis merekomendasikan kepada berbagai pihak terkait dengan penanganan klien penyalahgunaan NAPZA melalui Rehabilitasi Sosial Sistem Dalam Panti.
Rekomendasi diarahkan pada peningkatkan dan penyempurnaan kinerja pelaksanaan konseling, melalui upaya-upaya tertentu diantaranya sebagai berikut : Depsos menetapkan pelibatan pelaksanaan konseling sejak tahap pertama proses rehabilitasi dan menyempurnakan serta meningkatkan profesionalitas pelayanan melalui keterpaduan berbagai profesi dan disiplin ilmu dalam penanganan klien ; pimpinan panti menyelenggarakan pembinaan terhadap pekerja sosial atau pembina sebagai konselor dan petugas panti lainnya secara rutin dan berkala dengan harapan para konselor lebih menguasai teknik pendekatan personal/informal di mana hubungan emosional dengan klien lebih berkembang ; pekerja sosial agar lebih mengembangkan kualitas-kualitas pribadi dan kemampuannya secara lebih optimal, serta dengan menciptakan relasi dan interaksi pada semua pihak-pihak yang terkait terhadap penanganan klien. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T4230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Dini Candra Susila
"Remaja merupakan suatu tahap perkembangan yang terjadi antara usia 11 sampai 20 tahun. Perubahan fisik, kognitif dan emosional dapat menimbulkan kondisi stres dan memicu kondisi unik pada remaja. Keadaaan emosional remaja yang belum stabil menyebabkan sembilan puluh tujuh persen penyalahgunaan NAPZA dilakukan oleh remaja. Penyalahgunaan NAPZA perlu untuk dihentikan karena efek yang merugikan bagi remaja, masyarakat disekitarnya. Dibutuhkan upaya untuk menekan dampak negatif penyalahgunan zat yang telah dilakukan oleh seseorang, salah satunya adalah rehabilitasi. setidaknya tujuh puluh persen penyalahguna NAPZA kembali menggunakan kembali. Kembalinya menggunakan NAPZA bagi mantan penyalahguna biasa disebut kekambuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang pengalaman kegagalan remaja dalam upaya menghadapi kekambuhan NAPZA pasca rehabilitasi, sehingga menyebabkan kembali direhabilitasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi deskriptif, jumlah partisipan sebanyak empat belas orang, tempat penelitian Yayasan Tahta Mulia Bhakti Nusantara Blitar. Hasil penelitian menemukan delapan belas kategori, dua sub tema dan empat tema yakni rehabilitasi tidak menjamin kesembuhan, dorongan dari dalam dan luar diri yang mendukung remaja kembali menyalahgunakan NAPZA, kesia-siaan upaya menghindari kekambuhan dan pelajaran peristiwa kegagalan yang melelahkan sebagai makna kekambuhan bagi remaja penyalahguna NAPZA. Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk mendapatkan partisipan dari berbagai latar belakang untuk mendapatkan data yang lebih kaya.

Adolescence is a developmental stage that occurs between the ages of 11 until 20 years. Physical, cognitive and emotional changes can create stressful conditions and trigger unique conditions in adolescents. The unstable emotional state of adolescents causes ninety-seven percent of drug abuse by adolescents. Drug abuse needs to be stopped because of its bad impacts on adolescents and the surrounding community. Efforts are needed to reduce the negative impact of substance abuse that has been done by a person, one of it is rehabilitation, at least seventy percent of drug abusers return to reuse. The return of using drugs by abusers is usually called relapse. The purpose of this study was to get an overview about in-depth picture of the failure experience of adolescents in an effort to deal with drug relapse after rehabilitation, causing re-rehabilitation. This study used a qualitative descriptive phenomenology approach, the number of participants was fourteen people, research place at Yayasan Tahta Mulia Bhakti Nusantara Blitar. The results of the study are eighteen categories, two sub-themes and four themes, namely rehabilitation does not guarantee healing, internal and external encouragement that supports adolescents from doing drugs abusing again, the futility of efforts to avoid relapse and learning of tiring failure events as a meaning of relapse for adolescent drugs abusers. Further researchs are recommended to get participants from various backgrounds to get richer data."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>