Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158227 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Arif Mansjoer
"Latar Belakang. Lama rawat intensif pasien pascabedah jantung yang memanjang mempengaruhi alur pasien bedah jantung berikutnya. Pengaturan pasien berdasarkan lama rawat diperlukan agar alur pasien lancar.
Tujuan. Membuat prediksi lama rawat intensif 48 jam berdasarkan nilai skor dari model EuroSCORE dan model yang dimodifikasi dari faktor-faktor EuroSCORE.
Metode. Penelitian restrospektif dilakukan pada Januari 2012 - Desember 2013 pada 249 pasien yang menjalani bedah jantung di Unit Pelayanan Jantung RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Analisis survival dan regresi Cox dilakukan untuk membuat prediksi lama rawat intensif 48 jam.
Hasil. Median kesintasan lama rawat intensif 43 jam. Nilai skor EuroSCORE tidak memenuhi asumsi hazard proporsional. Model baru telah dibuat dari 7 variabel EuroSCORE yang secara substansi berhubungan dengan lama rawat intensif (AUC 0,67).
Kesimpulan. Model baru dari tujuh faktor EuroSCORE cukup dapat memprediksi lama rawat intensif 48 jam.

Background. Prolonged intensive care unit length of stay (ICU-LOS) in a postcardiac surgery may shortage of ICU beds due to clog of patient flow. Improving ICU-LOS may lead to better patient flow.
Objectives. To predict 48-hour ICU-LOS based on EuroSCORE model and to create a modified EuroSCORE factors model.
Methods. A retrospective study was conducted from January 2012 to December 2013 among 249 patients who underwent cardiac surgery at Integrated Cardiac Services, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Survival analysis and Cox?s regression were performed to make a prediction model for 48-hour ICU-LOS.
Results. Median survival of ICU-LOS was 43-hour. The EuroSCORE model did not meet the proporsional hazard assumption. A new substantial model from 7- EuroSCORE factors was created to predict 48 hours ICU-LOS (AUC 0.67).
Conclusions. Seven EuroSCORE factors was sufficient as a new model to predict the 48-hour ICU-LOS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"Dalam perkembangannya menuju sasaran, PJT-RSCM belum mampu mencapai target yang diinginkannya, BOR sebesar 85 % untuk 42 tempat tidur pada tahun 2009, dimana dengan jumlah kunjungan sekarang BOR PJT-RSCM hanya sebesar 36,5 % untuk 42 tempat tidur.
Dalam rangka meningkatkan angka cakupan PJT-RSCM perlu kiranya dilakukan usaha pemasaran yang berbeda dan yang lebih sesuai untuk PJT-RSCM yang merupakan rumah sakit pemerintah. Hal yang menjadi fokus penelitian adalah salah satu dari strategi pemasaran yaitu bauran pemasaran ,sosial. Akan diteliti pula masalah-masalah internal PJT-RSCM yang menjadi kendala tidak tercapainya keinginan PJT-RSCM dalam mencapai targetnya.
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan metode pengumpulan data dokumen, kuesioner terhadap responden dan wawancara terhadap informan. Lingkup penelitian adalah melakukan analisis situasi dan stakeholder PJT-RSCM dan menganalisis hasil kuesioner untuk mendapatkan produk, harga, tempat, promosi, kebijakan dan kerjasama bauran pemasaran sosial yang tepat untuk PJT-RSCM. Hasil penelitian berupa data-data yang memuat masalah-masalah yang ada di PJT-RSCM dan data-data bauran pemasaran sosial dari PJT-RSCM.
Dari pembahasan berdasarkan analisis situasi dan stakeholder diperoleh data bahwa ada beberapa faktor di PJT yang memerlukan perhatian bersama dalam Universitas Indonesia memecahkan masalah-masalah tersebut. Masalah tersebut meliputi masalah ketenagaan, sarana dan prasarana, sumber dana, kebijakan, dukungan dari pihak korporat. Jenis pemasaran yang dapat dilakukan oleh suatu badan usaha nirlaba dan sebagai pusat rujukan penyakit jantung nasional adalah pemasaran sosial.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka upaya yang disarankan adalah usaha-usaha perbaikan pelayanan yang dapat dilakukan oleh PJT-RSCM sebagai sebuah unit dan usaha-usaha serta dukungan yang dapat dilakukan oleh RSCM sebagai korporat manajemen untuk membantu Unit PJT dalam mengatasi permasalahannya.

In a way to achieve the goal, PJT-RSCM has not be able to get the target which they desire as parameter is a BOR of 85% with 42 beds in year 2009, where with the number of patient visited to PJT, they can only get 36,5% of BOR with 42 beds.
In the effort to increase the number of patient to come to PJT-RSCM, a different technique of marketing is needed which suitable for a nonprofit government hospital, built by Ministry of Health for prevention, promotion, and treatment of heart disease such as RSCM. A focus from the study is one of marketing strategy which is mix marketing, particularly social marketing mix that we are going to analyze PJT-RSCM internal issue which become an obstacle for PJT-RSCM to achieve their target.
The study is held in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta by collecting data document, respondents questioner, informant interview method. Scoop of study is to analyze the situation and stakeholder, and product, price, place, promotion, policy, partnership to get the right social marketing mix for PJT-RSCM. The result contain data of PJT-RSCM issues and PJT data's of its social marketing mix.
From discussion we found base on situation analysis and stakeholder analysis through available data, there are few factors in PJT-RSCM need fully attention in solving those issues so PJT-RSCM can fulfill its duty to give Universitas Indonesia integrated cardiac health services. The human resource, financial issue, policy, lag of corporate support. The type of marketing mix which we suggest would be social marketing Mix because RSCM is a government nonprofit hospital and it's also suitable for PJT-RSCM as a national referal hospital.
In solving those issues, PJT as a unit have to improve their health service performance and RSCM as a hospital have to help PJT in solving PJT's problems.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30102
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Verrel Wibisono Surjatin
"Latar Belakang Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostik atau terapeutik yang penting bagi pasien penyakit jantung bawaan (PJB). Meskipun prosedur ini efektif, prosedur ini mempunyai risiko komplikasi dengan minimnya informasi yang dipublikasikan dari negara-negara berpendapatan menengah ke bawah di Asia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian komplikasi mayor saat kateterisasi jantung pada pasien PJB di pusat rujukan nasional di Indonesia. Metode Data cross-sectional pasien anak PJB yang menjalani kateterisasi jantung dengan anestesi umum pada bulan Januari 2020 hingga Februari 2022 di Pelayanan Jantung Terpadu, rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dikumpulkan melalui rekam medis. Data yang dikumpulkan meliputi demografi pasien, jenis PJB, laporan prosedur, dan komplikasi. Kami meninjau dan menjelaskan data kateterisasi jantung anak untuk PJB selama periode 14 bulan. Hasil Tercatat sebanyak 179 prosedur kateterisasi jantung, dengan total 13 komplikasi yang terjadi pada 9 (5,0%) kasus. Dari jumlah tersebut, 7 merupakan komplikasi mayor, yang terjadi pada 5 (2,79%) prosedur. Komplikasi mayor meliputi bradikardia, desaturasi dan hipotensi yang menyebabkan upaya resusitasi atau pemindahan ke unit perawatan intensif jantung (CICU), serta aritmia, dan hipoksemia berat. Komplikasi minor terjadi pada 4 tindakan (2,23%). Komplikasi mayor lebih sering terjadi pada penyakit jantung bawaan yang kompleks dan memiliki median usia dan berat badan yang lebih rendah dibandingkan prosedur tanpa komplikasi. Kesimpulan Insiden prosedur dengan komplikasi mayor selama kateterisasi jantung untuk PJB dengan anestesi umum dalam penelitian ini adalah 2,79%, hal ini konsisten dengan studi lain. Komplikasi mayor masih dapat terjadi dalam prosedur diagnostik, hal ini menyoroti pentingnya kehati-hatian dalam penempatan staf, persiapan, dan pemantauan peri-prosedural, terutama pada pasien berisiko tinggi dan penyakit jantung bawaan kompleks.

Introduction Cardiac catheterisation is an essential diagnostic and therapeutic tool in patients with congenital heart disease (CHD). While it is effective, the procedure carries a risk of complications, with little information published from low-middle income countries in Asia. This study aimed to investigate the incidence of major complications during cardiac catheterisation in patients with CHD at a national referral centre in Indonesia. Method Cross sectional data for paediatric patients with CHD who underwent cardiac catheterisation under general anaesthesia from January 2020 to February 2022 at Pelayanan Jantung Terpadu, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, were collected via medical records. Data on patient demographics, types of CHD, procedural details, and complications were collected. We review and describe the data on paediatric cardiac catheterisations for CHD over a period of 14 months. Results A total of 179 cardiac catheterisation procedures were recorded, with a total of 13 complications which occurred in 9 (5.0%) cases. Of these, 7 were major complications, which occurred in 5 (2.79%) procedures. Major complications included bradycardia, desaturation and hypotension leading to resuscitation efforts or transfer to cardiac intensive care unit, as well as arrhythmias, and severe hypoxemia. Minor complications occurred in 4 procedures (2.23%). Major complications occurred more often in complex congenital heart disease cases and had a lower median age and weight relative to procedures without complications. Conclusion The incidence of procedures with major complications during cardiac catheterisation for CHD under general anaesthesia in this study was 2.79%, which is consistent with other studies. Major complications can still occur in diagnostic procedures, highlighting the importance of careful staffing, preparation and peri-procedural monitoring, especially in higher risk patients and complex congenital heart disease."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Muthmainah Suhendar
"Perawat ICU khusus cardiothoraxic rentan mengalami stres kerja. Kondisi kritis pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular memicu terjadinya stres kerja di ruangan ICU PJT RSCM. Penelitian ini dilakukan menggunakan teknik total sampling dengan desain deskriptif sederhana. Hasil penelitian diperoleh gambaran 60.7% perawat mengalami stres kerja ringan dan 39.3% mengalami stres kerja sedang. Faktor instrinsik pekerjaan berupa beban kerja yang dipersepsikan berat merupakan faktor penyebab terjadinya stres kerja yang dominan. Sehingga diperlukan adanya penilaian kembali beban kerja secara lebih objektif sesuai dengan kompetensi perawat ICU khusus cardiothoraxic.

Cardiothoraxic critical care nurses are susceptible to occupational distress. Critical patient with cardiovascular disorders in ICU PJT RSCM can create occupational disstress to their nurse. This study used simple descriptive design with total sampling as their sampling method. The result was described 60.7% nurses had mild occupational distress and 39.3% had moderate occupational distress with the instrinsic job stress factor's as a dominan factor's. So with that result needed workload reappraisal more objectively according to the cardiothoraxic critical care nurses competences."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43774
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Rahmawati
"ABSTRACT
Rehabilitasi jantung merupakan salah satu intervensi utama dari berbagai intervensi yang direkomendasikan untuk pasien setelah sindrom koroner akut, namun partisipasi rehabilitasi jantung pada pasien sindrom koroner akut masih rendah. Penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran hambatan partisipasi rehabilitasi jantung fase II pada pasien sindrom koroner akut di rawat jalan. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 88 pasien dengan sindrom koroner akut yang tidak berpartisipasi dalam rehabilitasi jantung, ditentukan berdasarkan metoda non probability sampling secara consecutive sampling. Instrumen yang digunakan meliputi kuesioner karakteristik demografi, cardiac rehabilitation barrier scale CRBS. Hasil penelitian ini menggambarkan karakteristik responden pasien dengan sindrom koroner akut yang tidak berpartisipasi dalam rehabilitasi jantung fase II dan menggambarkan hambatan partisipasi rehabilitasi jantung fase II pada pasien sindrom koroner akut. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan faktor penghambat terhadap angka partisipasi rehabilitasi jantung.

ABSTRACT
The cardiac rehabilitation is one of the major recommended intervention for patients with acute coronary syndromes ACS , but the participation in cardiac rehabilitation is still low. This cross sectional study aimed to identify obstacles of the 2nd phase cardiac rehabilitation participation. This study involved 88 respondents with consecutive sampling method. This study used characteristic questionnaires and Cardiac Rehabilitation Barrier Scale CRBS . The results of this study describe the characteristics of respondents who did not participate in 2nd cardiac rehabilitation and describe the barriers of 2nd phase cardiac rehabilitation participation in patients with ACS. Further research on correlation of barriers with the participation rate of cardiac rehabilitation is needed."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Darliana
"Pasien yang menjalani prosedur invasif coronary angiography umumnya akan mengalami stres baik secara psikologis (kecemasan) maupun secara fisiologis berupa peningkatan tekanan darah dan frekuensi nadi. Hal ini sangat berbahaya karena tingginya tekanan darah dan frekuensi nadi akan meningkatkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap kecemasan pasien, tekanan darah dan frekuensi nadi pasien yang menjalani prosedur coronary angiography.
Design penelitian ini adalah Quasi eksperimen dengan non equivalent pretest-posttest with control group. Penelitian ini dilakukan dengan random sampling, 60 orang sampel yaitu 30 kelompok kontrol dan 30 kelompok intervensi. Pengumpulan data kecemasan menggunakan kuesioner sedangkan (Mean Arterial Pressure) MAP dan frekuensi nadi menggunakan sphygmomanometer dan external cardiac monitor.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pengalaman menjalani coronary angiography sebelumnya terhadap kecemasan pasien. Tidak ada hubungan umur dan jenis kelamin pasien terhadap frekuensi nadi pasien dan tidak juga ada hubungan umur dan jenis kelamin pasien terhadap Mean Arterial Pressure (MAP) pasien. Ada hubungan stres (state anxiety) terhadap MAP dan ada hubungan stres (state anxiety) terhadap frekuensi nadi. Ada pengaruh jenis prosedur yang dilakukan dengan kecemasan pasien. Ada pengaruh terapi musik terhadap kecemasan pasien secara signifikan, namun tidak ada pengaruh terapi musik terhadap MAP dan frekuensi nadi pasien yang menjalani coronary angiography. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka terapi musik dapat digunakan untuk mengurangi stres psikologis (kecemasan) pasien yang menjalani prosedur invasif, sehingga terapi musik diharapkan dapat diaplikasikan di pelayanan kesehatan.

Patients having invasive coronary angiography are commonly having psychological stress (state anxiety) and physiological stress (elevated blood pressure and heart rate). These are highly dangerous because elevated blood pressure and heart rate will increase oxygent demand and heart work, thus will increase heart complication. This research was aim to examine effects of music theraphy on patient state anxiety, blood pressure and heart rate of patient having coronary angiography procedure.
Research design was quasi experimental using non equivalent pretest-postest with control group. 60 patients were selected by random sampling, devided into two groups, 30 patients for control group and intervention group respectively. State anxiety data were collected using questioner, Mean Arterial Pressure (MAP) and heart rate were measure by sphygmomanometre and external cardiac monitor.
This result revealed that there was a relationship between procedur and patient state anxiety. There were a relationship between state anxiety and MAP and heart rate. There was a significant effect of music theraphy on patient state anxiety but there was no effect of music theraphy on MAP and heart rate. It is conclude that music theraphy can be used to reduce patient psychological stress (state anxiety) in having invasive coronary angiography procedure. It is recommended to employ music theraphy in health care facilities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Denny S. Hermawati
"Perencanaan merupakan elemen awal dan penting dalam sirkulasi manajemen, mengingat perencanaan merupakan persyaratan penting bagi keberhasilan program organisasi. Proses perencanan sekaligus berfungsi sebagai kontrol pelaksanaan program pengembangan. Salah satu perencanaan yang sangat krusial bagi rumah sakit adalah perencanaan dalam manajemen logistik khususnya perencanaan alat kesehatan atau alat kedokteran, terutama bisnis jantung yang memerlukan investasi sangat mahal. Proses perencanaan pengadaan alat kesehatan di Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (PJT-RSCM) dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kemandirian PJT khususnya dan RSCM umumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses perencanaan pengadaan alat kesehatan di PJT - RSCM, dalam rangka mendapatkan informasi yang berguna bagi pengembangan program PJT. Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan untuk menganalisa kecukupan tenaga, pengalaman serta kompetensi SDM yang terlibat proses perencanaan, dana, data, dokumen, kebijakan, proses dan output perencanaan.
Hasil utama dari penelitian ini, adalah perencanaan pengadaan alat PJT telah berjalan namun bagian perencanaan sebagai sub system perlu dikembangkan adanya kekurangan dari kecukupan dan kompetensi SDM bagian perencanaan perlu diingatkan, sedangkan ketersediaan dana perlu dipikirkan secara komprehensif bagi korporat guna menunjang keselarasan pengembangan PJT antara perencanaan dan realisiasi sesuai kebutuhan organisasi. Prosedur yang panjang dan berbelit - belit dalam persiapan perencanaan ditingkat korporat pentingj untuk diperbaiki, agar unit kerja yang mempunyai prioritas perencanaan dapat merealisasikan sesuai target. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk mengembangkan suatu model sistem perencanaan pengadaan alat di PJT sesuai dengan pendekatan sistem yang baik dan sesuai standart.

Planning is an initial and important element in management circulation, considering the planning is the main prerequisite for the success of organizational programs. Planning process simultaneously serves as a development program implementation control. One of a very crucial planning for hospital is planning in logistics management particularly health equipment or medical equipment planning, particularly cardiac business requiring very costly investment. Planning process of health equipment procurement at Pelayanan Jantung Terpadu Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (PJT - RSCM) conducted with purpose to improve PJT's efficiency and independence in particular and RSCM in general.
This study is aimed at evaluating planning process of health equipment procurement at PJT-RSCM, in order to obtain information beneficial for the development of PJT programs. This study is a case study conducted at Human Resources oracompetence assigned in planning process, finance, data, document, politics, process and output.
Main result of this study is that the planning of equipment procurement at PJT has been running property but planning part as a subsystem needed to be futher developed, there was a lack from adequancy and human resource competence part needed to be improved. while the fund availability needed to be considered comprehensively for corporate in order to support the hannonization of PTJ development between the planning and realization in accordance with the organization need. Long and complicated procedure in planning preparation at corporate level was important to be improved in order that the working unit having planning priority may be realized according to target. Based on this study it is suggested Lo develop a model of equipment procurement planning system at PJT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20941
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marcia
"ABSTRAK
Pendahuluan Infeksi pneumonia nosokomial (PN) merupakan masalah utama di negara berkembang terutama pada pasien yang menjalani bedah jantung dan mendapat perawatan di intensive care unit (ICU). Aspirasi mikroorganisme dari kolonisasi rongga mulut merupakan salah satu faktor risiko PN yang perlu diperhatikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dapat tidaknya kondisi rongga mulut menjadi prediktor terjadinya PN. Metode Penelitian ini adalah penelitian kohort prospektif. Subjek penelitian merupakan pasien bedah jantung elektif. Kondisi rongga mulut diwakili oleh oral hygiene index - simplified (OHI-S), decay missing filled - teeth (DMF-T) serta laju aliran saliva tanpa stimulasi (LASTS) diukur pada prabedah dan pascabedah. Terjadinya PN dinilai melalui dua parameter diagnosis yaitu clinical pulmonary infection score (CPIS) dan PN yang didiagnosis berdasarkan pengkajian klinis dokter (diagnosis klinis PN). Hasil Pada penelitian ini didapatkan 35 subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi selama Desember 2012 hingga Maret 2013. Hasil analisis statistik tidak menunjukkan kemaknaan hubungan antara OHI-S, DMF-T, LASTS dengan CPIS(p=0,420; p=0,268; p=0,949). Demikian pula dengan OHI-S, DMF-T tidak terbukti mempunyai hubungan dengan diagnosis klinis PN (p=0,484; p=0,656). Namun, LASTS mempunyai hubungan signifikan dengan diagnosis klinis PN (p=0,017). Rerata LASTS pascabedah mengalami penurunan bermakna dibandingkan dengan prabedah (p=0,000). Kesimpulan Dalam penelitian ini, kondisi rongga mulut belum dapat terbukti sebagai prediktor terjadinya PN walaupun terdapat hubungan antara LASTS dengan PN yang didiagnosis melalui pengkajian klinis dokter.

ABSTRACT
Introduction Nosocomial pneumonia (NP) is a major problem in developing countries, particularly in patients undergoing cardiac surgery and who received treatment in the intensive care unit (ICU). Aspiration of oral microorganism colonization is one of the substantial risk factors. The aim of this study was to determine whether the condition of the oral cavity can be a predictor of NP. Methods A cohort prospective study was performed in this study. Subjects are elective cardiac surgery patients. Oral conditions examination defined by oral hygiene index ? simplified (OHI-S), decay missing filled - teeth (DMF-T) and unstimulated salivary flow rate (SFR) was implemented pre-surgery and post-surgery. Diagnosis of NP was evaluated through two parameters. There were clinical pulmonary infection score (CPIS) and clinical assessment of NP. Results There were 35 subjects participating in this study who meet inclusion criteria since December, 2012 to March, 2013. Statistic analyses have not been able to confirm the link between OHI-S, DMF-T, SFR to CPIS (p=0.420; p=0.268; p=0.949). Similarly, relation of OHI-S, DMF-T and clinical NP has not proven (p=0.484; p=0.656). However, SFR was significantly related to clinical assessment of NP (p=0.017). The mean of post-surgery SFR was remarkably lower than pre-surgery (p=0.000). Conclusions In this study, the oral conditions have not been shown to be predictors of the occurrence of PN although there is a link between SFR and clinical assessment of NP."
2013
T35042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Azizah
"ABSTRAK
Dokumentasi keperawatan merupakan komponen dalam praktik keperawatan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran kelengkapan pendokumentasaian
asuhan keperawatan di ruang rawat Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain
deskriptif sederhana yang melibatkan 35 perawat dan 11 dokumen keperawatan. Uji
statistik menunjukkan kelengkapan dokumentasi keperawatan 100% tidak lengkap.
Hasil penelitian menyarankan untuk melakukan supervisi dari pimpinan ruangan guna
meningkatkan kualitas perawatan di PJT RSCM

ABSTRACT
Nursing documentation is an important component of nursing practice. The purpose of
this study is to identify nursing care documentation completeness in Integrated
Cardiovascular Service Ward Dr. Cipto Mangunkusumo Hopital, Jakarta?. This is a
quantitative study with simple descriptive design that recruited 35 nurses and 118
nursing documents. The result of study showed taht all of nursing document is not
completely documented (100%). The results suggest to supervise and study need to be
done by head nurse to review the quality of nursing care in Integrated Cardiovascular
Service Ward Dr. Cipto Mangunkusumo Hopital."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42253
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>