Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61050 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tujuan: Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa di Indonesia mempunyai rerata lama hari rawat yang tinggi yatu 54 hari, dan yang paling lama dirawat adalah klien dengan diagnosa skizofrenia. Data rumah sakit jiwa pusat Bogor 2001, menunjukkan rerata lama hari rawat adalah 115 hari dan untuk klien perilaku kekerasan 42 hari. Penelitian ini bertujuan mengurangi lama hari rawat klien skizofrenia dengan perilaku kekerasan dengan meningkatkan kemampuan klien mencegah perilaku kekerasan. Metoda: Metoda penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan disain multipel seri ganda. Penelitian dilakukan di RSJP Bogor, dengan 152 responden (75 orang kelompok intervensi dan 77 orang kelompok non intervensi). Pendidikan diberikan kepada kelompok intervensi tentang cara mencegah perilaku kekerasan. Hasil: Dari hasil penelitian ditemukan bahwa rerata lama hari rawat klien kelompok intervensi adalah 23 hari dan kelompok non intervensi 40 hari. Klien kelompok intervensi yang mempunyai kemampuan mandiri 86,6% dan kemampuan dengan bantuan 13,4% dalam mencegah perilaku kekerasan. Klien kelompok non intervensi semuanya tidak mempunyai kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan. Klien dengan kemampuan mandiri dalam mencegah perilaku kekerasan mempunyai lama hari rawat yang lebih pendek secara bermakna dibandingkan dengan klien yang tidak mempunyai kemampuan (p-value 0.025). Kesimpulan: Disimpulkan, pendidikan kesehatan tentang cara mencegah perilaku kekerasan dapat meningkatkan kemampuan klien dan selanjutnya memperpendek lama hari rawat secara bermakna.

Abstract
Aim: In average, the length of hospital stay in mental hospitals in Indonesia is 54 days, the longest of which occur on schizophrenic clients. In Bogor Mental Hospital, the average length of stay is 115 days. Those with schizophrenic and violence behavior have 42 days length of stay. The purpose of this study was to reduce length of stay for schizophrenic clients by enhancing their abilities to control violence behavior. Methods: This is a quasi experimental study with multiple series design. Study was conducted in Bogor Mental Hospital with 152 respondents (75 intervention and 77 non intervention). Training was given to the intervention group about the ways how to control violence behavior. Results: The results of this study showed that the average length of stay in the hospital for the clients in intervention group was 23 days and non intervention group was 40 days. There were 86.6% of clients in intervention group that independently (without assistance) could control their behavior, whereas 13.4 % still need assistant. All clients in non intervention group had no abilities to control their violence behavior. Clients who were independent in controlling violence behavior had significantly shorter length of stay compared to non independent clients (p < 0.05). Conclusion: Hence, the training control violence behavior can increase the abilities of the clients in controlling their violence behavior and resulting in shorter length of stay in hospital. "
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendidikan kesehatan tentang cara mencegah perilaku kekerasan dapat meningkatkan kemampuan klien dan selanjutnya memperpendek lama hari rawat secara bermakna."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Kristianto
"Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak ditemukan dan merupakan gangguan jiwa berat yang reaksi psikotik mempengaruhi berbagai fungsi dari individu, termasuk pola pikir, komunikasi serta menginterpretasikan realitas, menunjukkan emosi dan perilaku yang tidak dapat diterima secara rasional. Pada residen skizofrenia yang menggunakan zat terlarang sangat berpotensi menimbulkan perilaku kekerasan yang dapat berakibat pada diri sendiri dan orang lain.
Hasil intervensi selama 3 minggu dengan 6 kali pertemuan menggunakan teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan keinginan untuk melakukan perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia paranoid dengan penyalahgunaan NAPZA. Asuhan keperawatan pada residen risiko perilaku kekerasan di RSKO Jakarta perlu ditingkatkan sesuai standar guna mencegah terjadinya perilaku kekerasan.

Schizofrenia is psychiatric disorder most commonly found and is a severe mental disorder that affect a variety of function pshycotic reactions of individuals, mindset functions, communications and interpreting reality, shows emotions and unacceptable behavior and rational. The resident schizofrenia who use illicit subtances are potentially foster violent behavior that can result in self and others.
Result of the intervention for 3 weeks with 6 sessions using deep breathing relaxation techniques can reduce the desire to determine violent behavior in patients with paranoid schizofrenia with psychotropic drug abuse alcohol and other addictive subtances. residents of nursing care on the risk of violent behavior in Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta should be increased according to standart in order to prevent the occurance of violent behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Wahyuningsih
"ABSTRAK
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku untuk melukai atau mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan secara verbal atau fisik yang sering dijumpai pada Skizoprenia. Perilaku kekerasan adalah alasan masuk utama klien gangguan jiwa dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas, dengan prosentase sebanyak 62 kasus (68%). Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh Assertiveness Training terhadap perilaku kekerasan pada klien Skizoprenia. Desain penelitian quasi eksperimen pendekatan pre post tes with control group. Sampel penelitian adalah klien Skizoprenia dengan perilaku kekerasan berjumlah 72 yaitu 36 responden mendapatkan terapi generalis dan Assertiveness Training dan 36 responden hanya mendapatkan terapi generalis, diambil secara random sampling Sampel penelitian adalah klien Skizoprenia dengan perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan diukur melalui empat respon yaitu respon perilaku, sosial dan fisik yang diukur dengan observasi dan respon kognitif diukur dengan kuisioner. Perbedaan perilaku kekerasan kemudian dianalisis dengan t test. Salah satu terapi yang dapat diberikan pada klien yang mengalami masalah perilaku kekerasan yaitu Assertiveness Training. Assertiveness Training diberikan pada kelompok intervensi dipadu dengan terapi terapi generalis. Terapi ini dilakukan dalam lima sesi dengan metode describing,modelling, role play, feedback dan transferring. Hasil penelitian menunjukkan perilaku kekerasan pada kelompok yang mendapatkan terapi generalis dan Assertiveness Training menurun secara bermakna pada respon perilaku,kognitif, sosial dan fisik (p value< 0,05) dan pada kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis menurun secara bermakna pada respon perilaku, kognitif dan fisik (p value< 0,05). Perilaku kekerasan kelompok yang mendapatkan terapi generalis dan Assertiveness Training menurun lebih rendah secara bermakna dari pada kelompok yang mendapatkan terapi generalis (p value < 0,05). Terapi generalis dan Assertiveness Training terbukti menurunkan perilaku kekerasan pada klien Skizoprenia dan direkomendasikan diterapkan sebagai terapi perawatan dalam merawat klien dengan perilaku kekerasan.

ABSTRACT
Violence behaviour was a behavioural form that hurt or do irreparable damage himself, someone else, or environment in a verbal or physical manner that found of Schizophrenia frequently. Violence behaviour was the mean reason why client with mental disorder should be admitted to Banyumas Hospital, with the 62 cases (68%). This study aimed to investigate the influence of Assertiveness Training toward violence behaviour of Schizophrenia. This study used Quasy experiment study design with pre and post test approach for intervention and control group. Respondent of this study were 72 Schizophrenia clients with violence behaviour which divided into 2 group using random sampling method. Thirthy six (36) respondents was given Assertiveness Training and 36 respondents was not given Assertiveness Training. Violence behaviour was measured through four responses namely behavioral, social and physical responses that was measured by observation, meanwhile cognitive respon was measured by using quesionnaire. Then differences violence behaviour was analized by using t test One of therapy that can be given to client who suffers from violence behavior was Assertiveness Training. Assertiveness training was a therapy to train someone to perform asertif behaviour. This therapy was conducted for 5 session using describing, modelling, role play, feedback and transferring methods. The study result showed that violence behaviour at the group which given generalist therapy and Assertiveness Training was decreased significantly in behavioral, cognitive, social and physical responses (p value < 0,05). The group which given generalist therapy was decreased significantly in behavioral, cognitive and physical responses (p value < 0,05). Violenece behavior at the group which given generalist therapy and Assertiveness Training was decreased more lower than the group which given generalist therapy (p value < 0,05).This result demonstrated that there was an impact of generalist therapy and Assertiveness Training in decreasing violence behaviour and recommended as nursing therapy used to treat client with violence behaviour ."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Jalil
"Insight buruk dimiliki 80% klien skizofrenia dan efikasi dirinya rendah. Insight buruk menurunkan efikasi diri. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh Terapi Penerimaan dan Komitmen (TPK) dan Program Edukasi Pasien (PEP) terhadap insight dan efikasi diri klien skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Desain quasi experimental pre-post test with control group. Sampel 147 diambil dengan teknik simple random sampling. Analisis data dengan Kruskall Wallis Test dan Regresi Linear Ganda. Hasil: Insight dan efikasi diri klien skizofrenia yang mendapatkan TPK-PEP meningkat secara bermakna dan lebih tinggi secara bermakna dari klien yang mendapatkan TPK. TPK-PEP meningkatkan insight sebesar 8,741 poin dan efikasi diri 11,522 poin. TPK-PEP direkomendasikan sebagai terapi keperawatan utama dalam merawat klien skizofrenia dengan insight buruk dan efikasi diri rendah.
Impaired insight and low self-efficacy are common in schizophrenic clients. Bad insight exacerbates self stigma and lowers self-efficacy. This study aimed to determine effect of ACT-PEP on insight and self-efficacy of schizophrenic clients at Prof. Dr. Soeroyo Magelang Hospital. This was a quasiexperimental research, using pre-post test with control group. A number of 147 samples were recruited using simple random sampling technique, divided into 3 groups of ACT-PEP, ACT only and control. Data were analyzed using Kruskall Wallis Test and Linear Regression. Result: insight and self-efficacy of schizophrenia clients who get ACT-PEP was significantly increased and significantly higher than the clients were getting ACT. ACT-PEP increased insight by 8.741 points and increased self-efficacy by 11.522 points. ACT-PEP is recommended as primary therapy in nursing care for clients schizophrenia with poor insight and low self-efficacy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Suryaningrum
"Skizofrenia menduduki peringkat keempat sebagai penyakit yang membebankan di seluruh dunia. Salah satu manifestasi klinik dari skizofrenia adalah perilaku kekerasan. Beban berat yang dirasakan keluarga dapat menurunkan kemampuan keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan.
Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi hubungan beban dengan kemampuan keluarga merawat pasien perilaku kekerasan di Poliklinik Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Desain penelitian adalah analitik dengan tehnik purposive sampling terhadap 103 responden.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara beban dengan kemampuan keluarga dalam merawat pasien perilaku kekerasan (P value <0,05). Penigkatan kemampuan keluarga merawat pasien perilaku kekerasan perlu dilakukan agar beban yang dirasakan keluarga menjadi berkurang.

Schizophrenia is the fourth most burdening health problem in the world. One of the clinical manifestation of schizophrenia is violent behavior. Strenous burden perceived by the family could lower the ability of family to care for patient.
The purpose of this study is to indentify the relationship of family's burden and the family ability to care for patient with violent behavior at the Psychiatric Clinic of Marzoeki Mahdi Hospital of Bogor. This study used analitical design and collected 103 samples using the purposive sampling technique.
This study result indicated a significant relationship between family?s burden and family ability to care for patient with violent behavior (p value < 0,05). Study showed it is necessary to increase family capability in caring for patient with abusive behavior in order to lower the burden perceived by the family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emi Wuri Wuryaningsih
"Perilaku kekerasan merupakan masalah yang sering muncul pada pasien gangguan jiwa berat termasuk skizofrenia. Alasan keluarga membawa pasien ke RSJ adalah ketidakmampuan mengatasi perilaku kekerasan pasien di rumah. Keluarga berusaha mencegah kekambuhan perilaku kekerasan pasien pasca rawat inap karena perilaku kekerasan menimbulkan beban bagi keluarga. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pengalaman keluarga mencegah kekambuhan pasien dengan riwayat risiko perilaku kekerasan pasca rawat inap di RSJ. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 8 partisipan dengan purposive sampling. Analisis data menggunakan metode Collaizi.
Hasil penelitian yaitu terdapat 8 tema yang menggambarkan pengalaman keluarga tersebut yaitu: 1) pengetahuan keluarga tentang riwayat perilaku kekerasan; 2) kepekaan keluarga terhadap pencetus kekambuhan, 3) cara pengendalian pasien untuk mencegah kekambuhan; 4) kepedulian keluarga sebagai upaya pencegah kekambuhan, 5) beban keluarga, 6) strategi koping keluarga; 7) bentuk dukungan keluarga, 8) kepasrahan dalam menerima kondisi pasien. Perawat jiwa dapat memberikan pendidikan kesehatan pencegahan dan manajemen perilaku kekerasan kepada pasien dan keluarga. Pelatihan perawat tentang terapi supportif sehingga dapat memfasilitasi terapi supportif pada pasien dan keluarga.

Violence behavior has been the common problem for patients with severe mental illness, including schizophrenia. The reason their family brought them to the psychiatric hospital is their inability to control the patients? violent behavior at home. Their family tried to prevent patients? posthospitalization recurrence because it has been a burden for them. This research was aimed to describe the family experiences in preventing patients? recurrence with risk for violence after being treated in psychiatric hospital. This research used descriptive phenomenology qualitative approach. The research sample was 8 participants taken by purposive sampling method. The data had been analyzed using Collaizi method.
Eight themes were revealed to describe the family experiences: 1) family knowledge of patients? violent behavior history; 2) family sensitivity to trigger violence behavior; 3) the ways of family controlled patient to prevent recurrence; 4) family care as an effort to prevent recurrence; 5) family burden; 6) family coping strategies in preventing recurrence; 7) family support to prevent recurrence; 8) resignation to accept the patients? condition. Nurses can provide mental health preventing education and management of violent behavior to patients and families. Nurse training of supportive therapy to facilitate supportive therapy for patients and families."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Andayani
"Skizofrenia adalah gangguan jiwa atau gangguan otak kronis yang mempengaruhi individu sepanjang kehidupannya. Defisit perawatan diri merupakan salah satu perilaku klien skizofrenia dimana seseorang mengalami gangguan atau hambatan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang meliputi defisit: mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik klien skizofrenia dengan tingkat kemampuan perawatan diri. Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross-sectional melalui metode observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik klien skizofrenia pada umumnya tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan tingkat kemampuan perawatan dirinya, kecuali variabel frekuensi dirawat (P value < 0,05). Rekomendasi penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam penerapan tindakan keperawatan yang tepat dan pembuatan modulmodul terapi keperawatan pada klien skizofrenia sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan secara optimal dan mengurangi tingkat ketergantungan klien skizofrenia dalam perawatan dirinya.

Schizophrenia is a mental disorder or chronic brain disorder that affects human individuals throughout their lives. Self-care deficit is one of the schizophrenia client behaviour in which a person susceptible to interference or hindrance to perform or complete daily activities which include deficit on: bathing, dressing, eating, and elimination. The study aimed to determine the relationship between characteristic of schizophrenia clients with their self-care ability. The study was conducted by using cross-sectional design through direct observation. Results of the study had display generally there are no relationships or any significant difference between characteristic of schizophreniaa client with self-care level, except for the factor of treatment frequency (P value < 0,05). Recommendations suggested by the study can be used as guideline in applying appropriate nursing actions through the production of therapeutic modules on schizophrenia client to increase an optimum nursing care and finally to reduce client dependency on self care ability."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43366
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Ellah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran family functioning dan kualitas hidup pada anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran family functioning menggunakan Family Assessment Device (FAD) dan pengukuran kualitas hidup menggunakan alat ukur WHOQOL-BREF.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum family functioning anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia tidak mengalami masalah pada semua dimensi yang diukur dan kualitas hidup anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia berada pada tingkatan sedang.

This study was conducted to examine family functioning and quality of life of family member who take care for people with schizophrenia. This study used quantitative method. Family functioning was measured by Family Assessment Device (FAD) and quality of life was measured by WHOQOL-BREF.
The result of this study showed that generally family member who take care for people with schizophrenia don't have any problem on each dimension of family functioning and the result showed that they had moderate quality of life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haya Serena
"Skizofrenia merupakan gangguan yang menimbulkan gangguan proses kognitif, disintegrasi kepribadian, gangguan afek, dan munculnya perilaku menarik diri dari lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kekambuhan adalah dengan memberikan pelatihan asertif. Keasertifan merupakan kunci dari keterampilan sosial yang jika dapat dikuasai oleh penderita skizofrenia, maka kecemasan sosial mereka akan menurun sehingga kemungkinan kambuh juga semakin kecil. Asertif merupakan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan dan kemampuan untuk membela hak pribadi dengan tetap menghormati perasaan serta hak dari orang lain.
Peneliti kemudian memberikan pelatihan asertif kepada tiga penderita skizofrenia paranoid yang dirawat di RSMM yang sudah melewati fase akut. Pelatihan diberikan dalam bentuk terapi kelompok yang diharapkan dapat mempersingkat waktu dan biaya serta memfasilitasi partisipan untuk dapat berlatih berinteraksi dengan orang lain. Pelatihan ini dilakukan dengan menggunakan teknik behavioral dan restrukturisasi kognitif untuk menunjang teknik behavioral yang dilakukan. Pelatihan diberikan melalui edukasi dengan metode ceramah, diskusi, role play, dan menonton film. Pelatihan ini berhasil menurunkan kecemasan sosial pada ketiga penderita, dilihat dari penurunan skor pada Social Interaction Anxiety Scale.

Schizophrenia is a group of disorder characterized by severely impaired cognitive processes, personality disintergration, affective disturbances, and social withdrawal. Assertiveness training is one of the intervention that can be given to the patient to prevent relaps. Assertiveness is a key ability to be mastered in order to reduce social anxiety. Thus, their possibility to relaps will also decreased. Assertiveness is the ability to express one?s feeling and assert one?s rights while respecting the feelings and rights of others.
The researcher conducted an assertiveness training for three non acute schizophrenic paranoid patients in RSMM. The training was running in a group therapy form in order to cut time and cost, and also to facilitate the participants to be able to interact with each other. The researcher is using behavioral techniques and also cognitive restructurization to support the behavioral techniques. The subjects is given through education by lectures, group discussion, role play, and movie watching. This training is succeed to reduce social anxiety of all three participants, proven by the decrease of Social Interaction Anxiety Scale."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T35734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>