Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157289 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sabella
"Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronik. Penyakit diabetes mellitus ini diduga akan meningkat jumlahnya di masa datang. Berdasarkan penelitian, dikatakan bahwa diabetes mellitus tipe 2 dapat menyebabkan dislipidemia, yaitu hipertrigliseridemia, kadar HDL yang rendah serta peningkatan kadar sLDL. Meskipun mekanisme pastinya belum dipahami sepenuhnya, diduga bahwa resistensi insulin menyebabkan peningkatan asam lemak bebas dari adiposit sehingga terjadi peningkatan sintesis VLDL dan trigliserida yang akhirnya dapat menyebabkan dislipidemia. Penelitian ini dirancang untuk meneliti gambaran kadar HDL pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di poliklinik IPD RSCM tahun 2010. Data dari 108 orang yang diambil secara simple random sampling dan random diperoleh dari data sekunder di Poliklinik IPD RSCM. Hasilnya adalah nilai rerata kadar gula darah puasa adalah 186,5 (114-559) mg/dL, sedangkan rerata kadar gula darah 2PP adalah 291(178-582) mg/dL. Dengan uji Mann-Whitney, didapatkan berturut-turut nilai p=0,383 dan p=0,208. Dengan demikian, dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa dan kadar gula darah 2PP dengan kadar HDL.

Diabetes mellitus is a chronic disease. This diabetes mellitus disease is expected to increase in the future. According to studies, diabetes mellitus type 2 can cause dyslipidemia, which include hypertriglyceridemia, low HDL level, and high sLDL level. Although the exact mechanism has not yet fully understood, it is suspected that insulin resistance can cause an increase in free fatty acid level from adipocytes which end up in increased synthesis of VLDL and triglyceride and eventually dyslipidemia develops. This study is designed to study HDL profile in patients with diabetes mellitus type 2 in RSCM Internal Medicine polyclinic in 2010. Results from 108 patients taken with simple random sampling were obtained from secondary data in RSCM Internal Medicine Polyclinic. The average value of fasting blood glucose was 186,5 (114-559) mg/dL, while the average value of 2PP blood glucose was 291 (178-582) mg/dL. With Mann Whitney test, p value of fasting blood glucose and HDL level was 0,383 and p value of 2PP blood glucose and HDL level was 0,208. Therefore, it can be concluded that there is no significant difference between fasting blood glucose and 2PP blood glucose with HDL level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S1988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Rasalhaque
"Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyebab kematian ke-2 pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan, sedangkan di pedesaan menduduki peringkat ke-6. Angka kejadiannya berhubungan dengan adanya resistensi insulin akibat berbagai macam faktor. Pola paling umum dijumpai adalah dislipidemia terutama hipertrigliseridemia dan pengurangan kadar HDL. Penelitian ini dirancang untuk melihat gambaran kadar trigliserida pada pasien DM tipe 2 yang berobat ke Poli IPD RSCM pada tahun 2010. Didapatkan bahwa dari 108 subyek, 55 orang berusia ≥55 tahun, 68 orang berjenis kelamin perempuan, 71 orang tidak merokok, dan 84 orang dengan kadar trigliserida normal. Dari hasil analisis didapat hubungan tidak bermakna antara kadar trigliserida dengan usia (Mann-Whitney, p = 0.104), jenis kelamin (Chi-square, p = 0.062), perilaku merokok (Chi-square, p = 0,973), kadar gula darah puasa (Mann-Whitney, p = 0.973), dan kadar gula darah dua jam post prandial. (Mann-Whitney, p = 0.539). Rerata TG berdasarkan analisis data adalah 140,5 (49-1144) mg/dL. Nilai rerata kadar glukosa darah puasa (GDP) 186,5 (114-559) mg/dL. Analisis data menunjukkan sebaran tidak normal dengan rerata kadar gula darah dua jam post prandial (GD2PP) sebesar 291 (178-582) mg/dL.

Type 2 diabetic melitus is the second death cause on urban residencies age ranged 45-54 year old, while it is the 6th leading death cause on rural area, based on RISKEDA 2007. High rate of prevalencies is because insulin resistancies as results of multifactorial. Most common patern is dislipidemia especially hypertriglyceride and low level of HDL. This researh is designed to picture triglyceride level on type 2 diabetic melitus patients in RSCM on year 2010. Known that from 108 subjects, 55 are aged ≥55 year old, 68 are women, 71 don’t smoke and 84 with normal level of triglyceride. From analitic processes, known that triglyceride level is not associated with age (Mann-hitney, p = 0.104), sex (Chi-square, p = 0.062), smoking habbit (Chi-square, p = 0,973), fasting blood glucose (Mann-Whitney, p = 0.973), and 2 hours post-prandial blood glucose (Mann-Whitney, p = 0.539). Mean rate of triglyceride level is 140,5 (49-1144) mg/dL. Mean rate fasting blood glucose is 186,5 (114-559) mg/dL. Data analysis doesn’t show normal distribution on mean rate of level 2 hours post prandial blood glucose 291 (178-582) mg/dL."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farissa Luthfia
"

Pendahuluan. Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular dengan peningkatan low density lipoprotein sebagai mekanisme utama terjadinya aterosklerosis. PCSK9 adalah regulator reseptor LDL utama sehingga kaitannya dengan aterosklerosis saat ini sedang banyak diteliti. Beberapa studi mengenai hubungan kadar PCSK9 dengan aterosklerosis pada penyandang DM tipe 2 telah tersedia namun bersifat inkonsisten.

Metode. Penelitian ini berbentuk telaah sistematis yang telah didaftarkan di PROSPERO. Penelusuran pustaka sesuai panduan PRISMA dilakukan pada tanggal 18 Juli – 02 September 2020. Setelah dilakukan penilaian risiko bias dengan Newcastle Ottawa Scale kemudian dilakukan telaah naratif pada pustaka yang didapatkan oleh dua penilai independen.

Hasil. Didapatkan 4 studi yang relevan dengan total subjek 430. Tiga studi memiliki kategori kualitas tinggi sementara satu studi dengan kualitas sedang. Hubungan antara kadar PCSK9 dengan aterosklerosis pada penyandang DM tipe 2 didapatkan pada studi oleh Guo dkk. dengan nilai OR: 1,12 (IK 95% 1,041 – 1,204), p: 0,002 dan studi oleh Ma, dkk. dengan p: <0,05. Sementara dua studi lainnya melaporkan tidak ada hubungan antara kadar PCSK9 dengan aterosklerosis pada penyandang DM tipe 2, Cheng, dkk. Melaporkan nilai β: 1,08 (IK 95% -0,59 -2,75) dan Xie, dkk melaporkan nilai p: 0,334 (IK 95% -18 – 10).

Simpulan. Belum ada bukti yang cukup untuk menjelaskan hubungan antara PCSK9 dengan aterosklerosis pada pasien DM tipe 2 sehingga penelitian primer yang bersifat longitudinal dibutuhkan.

 


Introduction. Type 2 diabetes melitus is the leading cause of cardiovascular event with high level of low density lipoprotein as the main predictor marker of atherosclerosis. PCSK9 is playing a role in LDL-receptor regulation, its association with atherosclerosis had been investigated but the result is inconsistent. The aim of this study is to see an association of PCSK9 level with atherosclerosis in people with type 2 diabetes.

Methods. Literature searching was done in July 18 – September 02, 2020 and registered in PROSPERO. Risk of bias of each study was analyzed with Newcastle Ottawa Scale tools. The studies that involved in this study then narratively analyzed by two independent reviewers.

Results. There are 430 subjects involved from 4 studies. Guo, et al. reported that there is a significant association between PCSK9 level with atherosclerosis in type 2 diabetes melitus (OR: 1,12 (CI 95% 1.041 – 1.204), p: 0.002), those association was also reported by Ma et al. with p value <0,05. While a different result came from Xie et al. (p: 0,334 (CI 95% -18 – 10)

And Cheng, et al. (𝛽: 1,08 (IK 95% -0,59 -2,75).

Conclusions. There is still insufficient evidence that show the association between PCSK9 level and atherosclerosis in type 2 DM. Longitudinal primary research is needed to see the association.

Keywords: Atherosclerosis, PCKS9, Type 2 diabetes mellitus

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Irene Hendrata
"Latar Belakang: Prevalensi Diabetes Melitus (DM) tipe 2 cenderung meningkat di seluruh dunia dan keteraturan pengobatan masih menjadi masalah hingga saat ini. Penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat hubungan antara temperamen dengan kontrol glukosa namun belum banyak penelitian yang membahas hal ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara temperamen dengan terkontrol atau tidak terkontrolnya DM tipe 2.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling pada 110 penyandang DM tipe 2 di Poliklinik Metabolik Endokrin RSCM selama bulan Agustus-Desember 2015. Responden dikelompokkan menjadi penyandang DM terkontrol atau DM tidak terkontrol berdasarkan hasil laboratorium HbA1c terakhir. Responden mengisi kuesioner Modified-Temperament and Character Inventory versi bahasa Indonesia.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor temperamen harm avoidance, novelty seeking, dan reward dependence tidak berhubungan bermakna dengan terkontrol atau tidak terkontrolnya DM tipe 2.
Simpulan: Tidak ada hubungan bermakna antara temperamen dengan pengendalian kadar HbA1c pada penyandang DM tipe 2.

Background: Prevalence on type 2 Diabetes Mellitus (DM) tend to increase across the world and regulating treatment still being one of the matters to be discussed until recently. Previous research had found that there are correlations between temperament with glucose control but with limited study on that area. This research aim to qualify the relationship between temperament to controllable or uncontrollable type 2 DM.
Method: This research is a cross sectional sampling method. Sampling conducted with consecutive sampling on 110 respondents with type 2 DM in RSCM Metabolism Endocrine Polyclinic, sampling was done between August to December 2015. Respondents are grouped to two different groups which is controllable DM and uncontrollable DM based on last HbA1c laboratory results. Respondents were requested to fill up Modified-Temperament and Character Inventory questionnaire in Bahasa Indonesia.
Results: Result on this research indicates that temperament score in harm avoidance, novelty seeking, and reward dependence are unrelated with whether Type 2 DM being controllable or uncontrollable.
Conclusion: Absent of significant relation between temperament and HbA1c level control in type 2 DM patients.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Tri Pagita
"Depresi banyak ditemui pada orang dengan penyakit kronis, antara lain diabetes mellitus tipe 2. Salah satu penelitian menemukan bahwa sekitar 45% dari seluruh menderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami gangguan depresi namun tidak menjadi perhatian. Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang depresi mengalami dampak yang cukup besar terhadap kualitas hidup. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif potong lintang (cross sectional) untuk mengetahui adanya hubungan antara gangguan depresi dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSCM. Hasil dari penelitian ini menyatakan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami gangguan depresi secara keseluruhan lebih buruk dibandingkan yang tidak mengalami gangguan depresi. Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami gangguan depresi memiliki dampak yang cukup besar terhadap kualitas mereka.

Depression is commonly found in people with chronic diseases, such as diabetes mellitus type 2. One study found that approximately 45% of all diabetes mellitus type 2 who suffered from depression but was not a concern. Type 2 diabetes mellitus patients with depression experience a considerable impact on quality of life. The methodology of this study is a cross-sectional quantitative analytic to investigate the relationship between depression and quality of life of patients with diabetes mellitus type 2 in the Endocrine Clinic RSCM. The results of this study states the quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus who have depressive disorders are generally worse than that is not experiencing depression. Patients with type 2 diabetes mellitus who experience depression have a considerable impact on their quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zwesty Viera Putri Rimba
"ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Selain terjadi gangguan metabolisme gula, pasien DM juga mengalami gangguan metabolisme lipid, disertai kenaikan berat badan sampai terjadinya obesitas, dan gejala hipertensi. Kadar kolesterol total yang tinggi (>240 mg/dL) pada pasien DM tipe 2 menaikkan risiko penyakit koroner. Penelitian ini menggunakan survai cross-sectional analitik untuk mendapatkan hubungan nilai kolesterol total dengan DM tipe 2, pada pasien DM tipe 2 yang berobat di poliklinik IPD RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2010. Hasilnya yaitu hanya 13,9% subyek yang berusia di atas 54 tahun dan memiliki nilai kolesterol tinggi, dan hanya 12% subyek yang perokok dan memiliki nilai kolesterol tinggi. Pada kelompok kolesterol total tinggi, proporsi wanita 17,6% sementara pria 11,1%. Rerata gula darah puasa pada kelompok kolesterol tidak tinggi dan yang tinggi yaitu 189,0 (114-411) dan 185,0 (130-559). Rerata gula darah 2 jam post-prandial pada kelompok koresterol tidak tinggi dan yang tinggi yaitu 290,0 (178-582), dan 306,6 (SD 78,9).

Abstract
Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia due to abnormalities in insulin secretion, insulin action, or both. In addition to disruption of sugar metabolism, diabetic patients also experience impaired lipid metabolism, accompanied by weight gain until the occurrence of obesity, and hypertension symptoms. High total cholesterol levels (> 240 mg/dL) in patients with type 2 diabetes increase the risk of coronary disease. This study used cross-sectional analytic survey to get a total cholesterol value the relationship with type 2 diabetes, in patients type 2 diabetes who seek treatment at polyclinics IPD Cipto Mangunkusumo in 2010. The result is only 13.9% of subjects over the age of 54 years and have high cholesterol values, and only 12% of subjects who smoked and had high cholesterol values. In the group of high total cholesterol, the proportion of women 17.6% while in men 11.1%.The mean fasting blood sugar of
?not high cholesterol group? and ?high cholesterol group? is 189.0 (114-411) and 185.0 (130-559). The mean blood glucose 2 hours post-prandial of ?not high cholesterol group? and ?high cholesterol group? is 290.0 (178-582) and 306.6 (SD 78.9)."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evins
"Dislipidemia atau abnormalitas kadar lipid dalam darah yang merupakan penyebab utama terjadinya penyakit kardiovaskular dapat diprediksi dengan melihat rasio total kolesterol/K-HDL. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor risiko yang berhubungan dengan rasio total kolesterol/K-HDL pada guru Sekolah Dasar di Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2013.
Hasil penelitian menunjukkan 21,7% responden memiliki rasio total kolesterol/K-HDL berisiko (≥ 5). Hasil analisis bivariat menunjukkan jenis kelamin, lingkar pinggang, frekuensi makan sayur, dan kebiasaan merokok berhubungan secara signifikan dengan rasio total kolesterol/K-HDL. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin, lingkar pinggang, dan frekuensi makan sayur dapat menjelaskan 17,7% variasi variabel rasio total kolesterol/K-HDL. Jenis kelamin dan frekuensi makan sayur merupakan faktor predominan terhadap rasio total kolesterol/K-HDL.
Peneliti menyarankan untuk dilakukan program Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), sehingga dapat menambah wawasan untuk mencapai rasio total kolesterol/K-HDL yang optimal.

Dyslipidemia or abnormality of lipid levels in the blood, which is the major cause of cardiovascular disease, can be predicted by the ratio of total cholesterol/HDL-C. This study is a cross-sectional quantitative approach and aims to explore the risk factors associated with the ratio of total cholesterol/HDL-C among primary school teachers in Cilandak District, South Jakarta in 2013. The results show 21.7% of respondents were high risk ratio (≥ 5).
Bivariate analysis shows that sex, waist circumference, frequency of vegetable consumption, and smoking habits are significantly associated with the ratio. Multivariate analysis shows that sex, waist circumference, and frequency of vegetable consumption explain 17.7% of variation in the ratio. Sex and frequency of vegetable consumption are relatively more predominant factors to the ratio.
Researcher suggests Communication Information and Education (CIE) program to be held as an insight to achieve an optimal total cholesterol/HDL-C ratio.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mamat
"Rendahnya kadar kolesterol HDL dalam darah dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), hypetensi dan stroke. Beberapa penyebab rendahnya kadar kolesterol HDL diantaranya adalah kebiasaan merokok, kurang aktivitas, obese dan konsumsi kurang serat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kolesterol HDL, diantaranya adalah kebiasaan merokok, jenis kelamin, obesitas, aktifitas dan konsumsi serat. Tujuan lainnya juga ingin mengetahui variabel yang dominan mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Desain yang digunakan adalah crossectional dimana seluruh variabel diukur dalam bersamaan dan dalam waktu yang bersamaan pula. Populasinya adalah seluruh keluarga yang ada di Indonesia. Adapun tenknik pengambilan sampel diambil secara multi stage sampling dengan penentuan besar sampelnya dilakukan dengan cara Probabelity Prorsional Size (PPS) dan pengambilan sampel akhir dilakukan secara simple random sampling (SRS). Data yang dikumpulkan berdasarkan laporan data sekunder yang ada di IFLS tahun 2007/2008 lalu data diolah dengan cara mergering dan transforming berdasarkan tujuan hasil akhir analisis yang diinginkan. Analisa data menggunakan desain compleks sampling dengan analisis Logstik regression yang tujuan melihat variabel yang berhubungan dengan kadar kolesterol HDL melalui pengontrolan variabel saat analisis.
Hasil dari analisis diperoleh nilai OR yang paling tinggi atau dominan adalah jenis kelamin yaitu sebesar 2,640 pada 95 % CI (2,255 - 3,092) kemudian disusul oleh kebiasaan merokok berat 2,549 pada 95 % CI (1,613 - 4,028), kebiasaan merokok sedang 1,679 pada 95% CI (1,348 - 2,091), obesitas 1,543 pada 95% CI (1,345 - 1,771) , konsumsi serat 1,253 pada 95% CI (1,109 - 1,417), aktifitas 1,193 pada 95% CI (1,056 - 1,348). Semua variabel yang masuk dalam model menunjukkan nilai p < 0,05 yang artinya baik kebiasaan merokok(ringan, sedang dan berat), jenis kelamin, obesitas, aktifitas dan diet serat memiliki hubungan dengan kadar kolesterol HDL. Dari hasil tersebut juga menunjukkan adanya proporsi kasus yang tinggi pada orang yang memiliki kebiasaan merokok, jenis kelamin laki-laki, obese, aktifitas kurang dan konsumsi serat kurang. Diantara variabel di atas yang paling dominan pengaruhnya adalah jenis kelamin. Beberapa hal yang direkomendasikan pada pihak terkait tinggi kasus kadar kolesterol HDL dan beberapa variabel yang mempengaruhinya diataranya pada pembuat kebijakan agar senantiasa melakukan upaya-upaya mencegah kadar kolesterol tidak normal melalui pelarangan merokok, melakukan olah raga mengatur diet lemak dan diet serat sehingga demikian dapat terhindar dari resiko terjadinya serangan jantung akibat banyak mengandung kolesterol tinggi.

Low level cholesterol HDL could lead to variety of diseases such as Coronary Heart Desease (CHD), hypertension and stroke.This study aimed to identify factors associated with HDL cholesterol, such as smoking habit, sex, obesity, activity and fiber consumtion. Another aim would also like to know is the dominant variable affecting HDL cholesterol. The study desain use is crossectinal where all the variables measured in the same time and at the same time too. The population is entire family in Indonesia. the sampling technique ins multi-stage sampling done by Probability Proportional to Size (PPS) and the final sampling done by Simple Random Sampling (SRS). Data collected based on existing secondary data report on the IFLS the year 2007/2008 and processed by transforming based on objective analysis. Analysis of data using complex sampling desain with logistic regression analysis with the aim of seeing the variables associated with HDL cholesterol level by controlling variables during analysis.
Results obtained from analysis of the highest OR value or dominat is gender that is equal to 2,640 at 95%(2,255 - 3,092) and was followed by heavy smoking 2,549 at 95% CI (1,613 - 4,028), moderat smoking 1,679 at 95% CI (1,348 - 2,091), obesity 1,543 at 95% CI. (1,345 - 1,771), fiber consumtion 1,253 at 95 % CI (1,109 - 1,417), activities of 1,193 at 95% CI (1,056 - 1,348). All variables included in the model shows p value < 0,05, wich mean both smoking habit (mild,moderate and severe), sex, obesity, activity and dietary fiber has a relationship with HDL cholesterol. From these results also showed a high proportion of cases in people who have the habit of smoking, male gender, the obese, less activity and less dietary fiber. Among the variables at the top of the most dominant influence is gender. Some of the things recommended in the case of hight HDL cholesterol level to policy makers is to continue to make efforts to prevent abnormal cholesterol level through a ban on smoking, exercise and dietary fat regulate dietary fiber that can thus avoid the risk of heart attack because many contain high cholesterol."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T30839
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Arianto
"Diabetes melitus dan gizi kurang secara terpisah dikatakan dapat meningkatkan kejadian tuberkulosis. Studi potong lintang analitik ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara gizi kurang dengan prevalensi tuberkulosis paru (TBP) pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Dari keseluruhan 462 pasien DMT2, 125 pasien (27.1%) di antaranya menderita TBP. Total pasien DMT2 yang menderita gizi kurang sebesar 125 pasien (27.1%). Sementara itu, dari keseluruhan pasien DMT2 yang menderita TBP, 78 pasien (62.4%) juga menderita gizi kurang. Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan antara gizi kurang dengan prevalensi TBP yang bermakna secara statistik (p <0.000).

Diabetes mellitus and undernutrition separately were proved as risk factors of tuberculosis incidence. This analytical cross sectional study aimed to measure the prevalence of lung tuberculosis (TBP) among type 2 diabetes mellitus (DMT2) patients and its association with undernutrition. A total of 462 DMT2 patients were analyzed and the results showed that 125 patients (27.1%) had TBP and 125 patients (27.1%) were undernourished. Within DMT2 patients who had TBP, there were 78 undernourished patients (62.4%). We concluded there is a highly significant statistical association between undernutrition and prevalence of TBP among DMT2 patients (p <0.000)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lontoh, Semuel Robert
"Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian madu PS (Pollen Substitute) terhadap konsentrasi High-Density Lipoprotein (HDL) dan Low-Density Lipoprotein (LDL) dalam plasma darah tikus yang diberi diet tinggi lemak. Dua puluh empat ekor tikus dibagi dalam 4 kelompok, terdiri atas kelompok kontrol normal yang diberi pakan standar (KK1), kelompok kontrol perlakuan yang diberi diet tinggi lemak (KK2), dan kelompok perlakuan yang diberi diet tinggi lemak serta larutan madu PS dengan dua konsentrasi larutan berturut-turut yaitu 10% dan 20% (KP1 dan KP2). Bahan uji diberikan setiap hari selama 14 hari berturut-turut. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 (T0) dan ke-14 (T14), kemudian dilakukan analisis konsentrasi HDL-LDL berdasarkan metode Cholesterol Oxidase-Phenol Amino Phenazone (CHOD-PAP).
Hasil uji Kruskal-Wallis (P > 0,05) untuk konsentrasi HDL menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antar rerata kelompok perlakuan. Sedangkan, hasil uji Anava (P< 0,05) untuk konsentrasi LDL menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata. Hasil penelitian menunjukkan efek pemberian madu PS terhadap penurunakonsentrasi LDL dan peningkatan konsentrasi HDL plasma.

The present study was conducted to investigate the effects of PS Honey intake on plasma High Density Lipoprotein (HDL) and Low-Density Lipoprotein (LDL) concentrations in male Sprague-Dawley rats fed with hyperlipidemic diets. Twenty-four male rats were divided into 4 groups, consisting of normal control group (KK1) fed with standard diets, treatment control group fed with high fat diets (KK2), and treatment group fed with high fat diets and PS honey solution in different concentration, 10% and 20% (KP1 and KP2) respectively. Treatment was given orally and administered daily for 14 consecutive days. HDL and LDL levels were measured at day 0 (T0) and day 14 (T14) using Cholesterol Oxidase- Phenol Amino Phenazone (CHOD-PAP) method.
Kruskal-Wallis test results (P >0,05) showed no significant effect of treatment on HDL concentration. Anova test results (P < 0,05) showed a significant effect of treatment on LDL. The results demonstrated the potential beneficiary effect of dietary PS Honey in lowering LDL and increasing HDL plasma consentrations.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>