Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170576 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fauzia
"Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan yang merupakan ancaman bagi masyarakat, terutama masalah resistensi bakteri terhadap antibiotik. Hal tersebut mendorong dilakukannya penelitian mengenai tanaman penghasil antibakteri alternatif. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari Papua yang sudah dikenal sejak lama sebagai obat tradisional. Tanaman ini diketahui berpotensi mengobati berbagai penyakit seperti eksim, jerawat, dan luka gigitan serangga. Kandungan zat aktif yang terdapat pada tanaman mahkota dewa antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, tanin, dan lignan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri serta konsentrasi terbaik ekstrak etanol daging buah mahkota dewa dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Klebsiella pneumoniae yang telah resisten terhadap beberapa antibiotik. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode uji difusi agar menurut Kirby- Baurer dengan mengamati zona hambat pertumbuhan bakteri uji sebagai parameter. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor, yaitu jenis bakteri dan konsentrasi ekstrak.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan koloni bakteri uji dengan nilai konsentrasi terbaik 50%. Uji statistik dengan sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis bakteri dan konsentrasi ekstrak masing-masing berpengaruh nyata (P<0,05). Interaksi antar kedua faktor tersebut pun memberikan makna yang nyata (P<0,05).

Relatively high intensity in using antibiotics caused variation problem that are a treat to society, especially bacterial resistance to antibiotic problems. This problems need to be solved with doing research about plant that could be used as alternative for producing antibacteri. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) is a native plant, i.e from Papua that have been known as a traditional medicine. This plant is known had potential ability to cure many diseases, such as eczema, acne, and wound caused by insect bits. Active substance in this plant, e.g. alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, tanin, and lignans.
The aims of this study to determine the best concentration of extract ethanol of the crown fruit of Mahkota dewa that showed the highest antibacterial activity in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, and Klebsiella pneumoniae that was resistant to many antibiotics. Antibacterial activity assays was conducted with Kirby-Baurer agar diffusion method by observing bacterial growth inhibition zone as parameter. This study was completely randomized factorial design with two factors, the type of bacteria and extract concentration.
This study showed that the best concentration that inhibit the growth of bacterial colonial tested was 50%. Statistical test for variance analysis showed that difference type of bacteria and each of concentration extract was significantly (P<0,05). Interaction between the two factors also significant (P<0,05).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S44533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Firstya Novani
"Infeksi adalah proses invasi dan pembiakan mikroorganisme yang terjadi di jaringan tubuh manusia yang secara klinis mungkin tidak terlihat atau dapat menimbulkan cidera seluler lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intrasel atau respon antigen-antibodi. Agen penyebab infeksi antara lain adalah bakteri. Timbulnya resistensi bahkan multiresistensi yang menimbulkan banyak masalah dalam pengobatan penyakit infeksi. Sehingga diperlukan usaha untuk mengembangkan obat tradisional berasal dari tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat antibakteri adalah binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) adalah tanaman dari suku Anredera. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakterinya dan zat-zat kimia yang terkandung di dalam tanaman tersebut sebagai zat antibakteri. Ekstraksi tanaman dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut polar yaitu etanol 70 %. Kemudian dibuat 3 konsentarsi ekstrak yaitu 20%, 40%, dan 80%. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram kertas dengan mengamati diameter zona hambat. Hasil uji antibakteri ekstrak daun binahong memperlihatkan adanya aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia, dan Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap beberapa antibiotik. Dan ekstrak daun binahong dengan konsentrasi 80% yang paling besar zona hambatnya. Digunakan kontrol positif yaitu antibiotik amoksisilin + asam klavulanat dan antibiotik siprofloksasin. Sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah etanol 70%.

Infection is the invasion and breeding of microorganisms that occurs in human body tissue which may not be apparent clinically or may cause local cellular injury due to competitive metabolism, toxins, intracellular replication or antigen-antibody response. Infectious agents include bacteria. The emergence of resistance or even multi-resistance can cause a lot of problems in the treatment for infectious diseases. Therefore, multi-resistance towards antibiotics becomes a severe problem. Thus, it is necessary to develop traditional medicines derived from plants that can kill the bacteria which resistant towards antibiotics. One of the plants empirically used as antibacterial drugs is binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) is a plant from Anredera species. The research has been conducted to determine the antibacterial activity and chemical substances contained within the plant as an antibacterial agent. The extraction plant has been done by maceration method using a polar solvent that is 70% ethanol. Then made 3 extract concentrations of 20%, 40%, and 80%. Antibacterial activity has tested by using paper disc diffusion method in order to observing the inhibition zone. Antibacterial test results of binahong leaf extraction showed the activity against Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, and Pseudomonas aeruginosa which were resistant to multiple antibiotics. And the leaf extract with a concentration of 80% binahong greatest inhibition zone. The positive control that was used are amoxicillin antibiotic + clavulanic acid and ciprofloxacin antibiotic, while the negative control that was used is 70% of ethanol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiyanti
"Latar belakang: Mahkota dewa, (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari Papua Tanaman ini dikenal di Indonesia, secara empiris banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit Uji in vivo pada hewan coba menunjukkan bahwa mahkota dewa dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetabui efek bubuk daging buah mahkota dewa dalam menurunkan kadar glukosa darah pada manusia sehat setelah pembebanan glukosa, dan untuk mengetahui besarnya dosis mahkota dewa yang efektif untuk menurunkan glukosa darah.
Rancangan penelitian: Desain yang digunakan adalah uji Mimic terbuka (tanpa pembanding) dengan dosis yang ditingkatkan, titrasi tidak dipaksakan (unforced titration) Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bubuk daging buah mahkota dewa yang dimasukkan ke dalam kapsul. Lima belas sukarelawan dibenkan pembebanan glukosa 75 gram setelah puasa 10 jam untuk mendapatkan kadar glukosa swami baseline. Tiga hari kemudian dilakukan kembali pembebanan glukosa disertai dengan pemberian mahkota dewa dosis 250 mg. Untuk mehliat respon drlibat kadar glukosa serum pads 0 menit dan 15, 30, 60, 120, 180, dan 240 menit setelah pembebanan glukosa raja maupum setelah pembebanan glukosa + mahkota dewa. Setelah itu dihitung luas area di bawah kurva kadar glukosa serum terhadap waktu sampai dengan 4 jam (AUG 04 jam). Bila pada pemberian mahkota dewa 250 mg diperoleh pengurangan mlai AUC < 10 % dibandingkan AUC baseline maka dilakukan peningkatan dosis menjadi 500 mg atau menjadi 1000 mg bila dengan pemberian dosis 500 mg penunman nilai AUC < 10 % dibandingkan AUC baseline.
Hasil dan kesimpulan: Hasil penelitian ini memberikan hasil bahwa bubuk daging buah mahkota dewa dosis 500 mg mernperlihatkan pennnman ndai AUC yang secara statistik bermakna (p< 0,05). Penurunan kadar glukosa serum bergantung pada dosis yang diberrkan, makin besar dosis yang diberikan makin besar penurunan kadar glukosa serum.
Disimpulkan bahwa bubuk daging buah mahkota dewa dosis 500 mg dapat menurunkan kadar glukosa darah orang sehat. Mash perlu dilakukan uji klimk lebih lanjut untuk menilai efikasi bush mahkota dewa pada penderita diabetes melitus, sebelum dipergunakan sebagai obat tambahan/alternatif

Background: Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Schell) Boerl) is an original Indonesian plant derived from Papua This plant is well-known in Indonesia and has been empirically used for the treatment of various diseases. In vivo test in experimental animals indicates that mahkota dewa could reduce blood glucose level.
Objective: The objective of this study was to evaluate the effect of mahkota dewa mesocarp fruit powder in reducing the increased blood glucose level in glucose loading healthy volunteers, and to determine the effective dose of mahkota dewa in reducing blood glucose level.
Methods: The study design was open clinical study (without control group) with increasing doses and unforced titration. The material used in this study was capsules containing mahkota dewa mesocarp fruit powder. Fifteen healthy volunteers were induced hyperglicernic by loading of 75 gram of glucose after 10 hour fasting . The resulting blood glucose level upon loading alone was described as the serum basal level of glucose. Three days later, the glucose loading procedure was repeated together with the administration of 250 mg mahkota dewa. In order to examine the response, blood glucose levels were observed in 0 minute, 15, 30, 60, 120, 180 and 240 minute after being loaded by glucose in absence and presence mahkota dewa. Subsequently, the area under the curve of blood glucose level aligned with 4 hour lime axis (AUC o.-0 hour) was calculated. lithe AUC value decreased < 10% after 250 mg mahkota dewa administration compared to baseline AUC then the dose was increased to 500 mg or it would be increased to 1000 mg if the AUC value decreased < 10% after 500 mg dose administration compared to baseline AUC.
Results and conclusions: This study suggests the potentially beneficial effect of mahkota dewa mesocarp fruit powder of 500 mg dose in reducing the AUC value of serum glucose after glucose loading, which is statistically significant (p < 0.05). The effect of mahkota dewa in decreasing blood glucose depends on the given dose. The greater the dose given, the greater the decreasing effect of blood glucose occur. In conclusion, mahkota dewa mesocarp fruit powder of 500 mg dose reduces blood glucose level in healthy volunteers after glucose loading. Further clinical studies should be conducted to evaluate the efficacy of mahkota dewa fruit in diabetes mellitus patients before it is used as adjunctive/alternative treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Bahtiar
"Minyak Tradisional X yang mengandung daun sirih, daun pegagan, jahe, lengkuas clan cengkeh merupakan salah satu obat tradisional yang thproduksi di Kawasan Tangerang, biasa dipergunakan dalam kalangan keluarga besar produsen untuk mengobati luka pasca khitan, sehingga luka tersebut menjadi cepat sembuh clan tidak mengalami infeksi. Oleh sebab itu diteliti efek dari Minyak Tradisional X dalam hal penyembuhan luka tersebut. Telah ditakukan Uji Antibakteni pada Minyak Tradisional X, minyak buatan clan infus daun sinih terhadap bakteri yang biasa terdapat pada luka. Pengambilan sampet diambil secara acak sebanyak 3 sampel dari 3 bulan produksi yaitu bulan Juni, Juli, clan Agustus 1996. Juga dilakukan analisa senyawa eugenol dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis. Metode pengujian yang digunakan adalah metode dilusi penipisan lempeng agar untuk penentuan Kadar Hambat Minimal Minyak Tradisional X terhadap bakteni uji Staphylococcus aureus clan Pseudomonas aeruginosa serta pemeriksaan senyawa eugenol dengan Metode kromatog rafi Lapis Tipis. HasH penelitian menunjukan bahwa Minyak Tradisional X dan minyak buatan tidak mempunyai efek hambatan maupun daya bunuh terhadap kedua jenis kuman uji yang dipakai. Infus daun sirih sebagai pembanding menunjukan efek menghambat dan membunuh pada konsentrasi 8% untuk Staphylococcus, aureus dan 16% untuk Pseudomonas aeru ginosa . Minyak Tradisional X dan minyak buatan juga tidak menunjukan adanya senyawa eugenol yang diduga terdapat di dalam Minyak Obat Tradisional dan berefek antibakteri.

The Traditional X Oil containing simplisia Piper betle leaf, pegagan leaf, ginger, Iengkuas, and clover, as one of traditional medicine which is commonly used by members of the big family of the producer for treatment of post circumsision wound, so that the wound shows no infection and cure is achieved in several days only. Therefore, the effect of the Traditional X Oil to the curing of the wounds is examined. Tested is the antimicrobial activity of The Traditional X Oil to microba that might exist in wounds. Collecting sample had been done three times randomly from three months production in June, July, and August 1996. Also, it had been examined oil which made and infusion Piper betle according to the comparison of the Traditional X Oil. In this experiment agar plate thinning dillution methods had been used to determine Minimum Inhibitory Concentration to the tested bacteria, Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa and examining whether such oil contain of eugenol substance by using TLC. As a result of the experiment indicates that the Traditional X Oil had neither bactericide nor bacteriostatic activity to both of species of bacteria which had been used. The made oil also indicated to the same effect within the Traditional X Oil. Infusion of Piper betle which was used as comparison in the experiment showed bacteriostatic effect in a concentration of 8% for Staphylococcus aureus and a 16% for Pseudomonas aeruginosa. The Traditional X Oil had not eugenol constituent that had been predicted before as antibacteria."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S32192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwana
"Permasalahan resistensi antibiotik merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terus meningkat dan menjadi penyebab utama kegagalan pengobatan infeksi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa berbagai senyawa yang diperoleh dari tanaman, berpotensi sebagai antimikroba baru. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antimikroba dari fraksi-fraksi ekstrak etil asetat buah Garcinia latissima terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 . Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya aktivitas antimikroba pada ekstrak etil asetat buah Garcinia latissima terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan menggunakan metode difusi cakram kertas, metode mikrodilusi dengan MTT, dan bioautografi kontak. Dari 22 fraksi, terdapat 14 fraksi yang menunjukkan adanya zona hambatan. Mikrodilusi dengan MTT digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat minimal. Seluruh fraksi diujikan dari rentang konsentrasi 5000 ?g/mL hingga 78 ?g/mL. Terdapat 9 fraksi yang memiliki nilai KHM dalam rentang tersebut, sedangkan fraksi lainnya memiliki nilai KHM lebih dari 5000 ?g/mL. Bioautografi kontak kemudian diujikan terhadap 14 fraksi aktif. Fraksi-fraksi aktif ekstrak etil asetat buah Garcinia latissima dianggap memiliki aktivitas antimikroba yang lemah terhadap Pseudomonas aeruginosa berdasarkan nilai KHM yang dimilikinya. Adapun fraksi yang cukup kuat dari seluruh fraksi yang diujikan adalah fraksi J dan fraksi V.

Antibiotic resistance is an increasing public health problem and a major cause of infection treatment failure. Many studies showed that chemical compounds in plants, can potentially be a source of new antimicrobial. The aim of this study was to assess the antimicrobial activity of the fractions of ethyl acetate extract of Garcinia latissima fruit against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 . This study was based on a previous research that reported antimicrobial activity of the ethyl acetate extract of Garcinia latissima fruit against Pseudomonas aeruginosa. Antimicrobial activity of fractions were tested using disc diffusion method, MTT microdilution assay, and contact bioautography. Fourteen out of 22 fractions showed zones of inhibition. MTT microdilution assay was used to determine minimum inhibitory concentrations. All fractions were tested from concentrations ranging from 5000 g mL to 78 g mL. There are 9 fractions that have MIC values in that range, while other fractions have MIC value more than 5000 g mL. Contact bioautography were then used to test 14 active fractions. The active fractions of ethyl acetate extract of Garcinia latissima fruit are considered to have weak antimicrobial activity against Pseudomonas aeruginosa based on their MIC value. The most potent fractions of all tested fractions were fraction J and fraction V."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Purnamasari
"Ekstraksi daging buah mahkota dewa Phaleria macrocarpa menggunakan pelarut cairan ionik ionic liquid belum pernah dilakukan. Akhir-akhir ini, cairan ionik populer sebagai pelarut ekstrasi tanaman karena terbukti menghasilkan hasil ekstraksi yang memuaskan dibandingkan dengan metode konvensional. Disebutkan pada penelitian sebelumnya bahwa salah satu metode ekstraksi yang sesuai untuk mengekstraksi buah mahkota dewa adalah dengan menggunakan Microwave Assisted Extraction MAE. Diharapkan ekstraksi daging buah P. macrocarpa yang menggunakan cairan ionik dan MAE juga dapat memberikan hasil yang memuaskan dengan dilakukannya optimasi pada kondisi-kondisi ekstraksi serta membandingkan hasilnya dengan ekstraksi konvensional. Pelarut cairan ionik yang diuji ada 3 yaitu [BMIM] Br, [BMIM] Cl, dan [BMIM] BF4. Hasil pemilihan pelarut yang dipilih adalah [BMIM] BF4 yang akan digunakan dalam optimasi dan diuji kadar total fenoliknya dengan metode Folin Ciocalteu. Setelah didapat kondisi optimum, aktivitas antioksidan diuji dengan metode DPPH menggunakan microplate reader. Hasil dari optimasi adalah dengan konsentrasi tertinggi, rasio pelarut-sampel tertinggi dan waktu ekstraksi yang tidak berpengaruh pada hasil ekstraksi, didapat kadar total fenolik maksimum sebesar 191,72 mg GAE/g serbuk. Hasil ini terbukti lebih tinggi dibanding metode ekstraksi konvensional. Hasil ekstraksi dalam kondisi ini dimaksimalkan kembali hasilnya dengan dilakukan pretreatment menggunakan urea agar senyawa fenolik yang diekstraksi mendapatkan hasil yang lebih banyak. Percobaan setelah optimasi selesai, dilakukan dengan membandingkan suatu kondisi ekstraksi dengan pretreatment menggunakan urea. Hasil yang didapat adalah ekstraksi yang telah terlebih dahulu diberikan pretreatment menghasilkan kadar total fenolik yang lebih besar dibandingkan dengan tanpa pretreatment.

The use of ionic liquids as solvent to extract flesh of fruit of mahkota dewa Phaleria macrocarpa has not been studied yet. In the last decades, ionic liquids was popular as solvent for extracting plant material because of its higher extraction yield compared to conventional methods. It is said in one previous research, that one of many suitable extraction methods to extract flesh of fruit of mahkota dewa is Microwave Assisted Extraction MAE. We hypothesized that plant extraction using ionic liquids in MAE method would give satisfying results by optimizing extraction conditions and comparing the result with conventional extraction method. Three different kinds of ionic liquids, BMIM Br, BMIM Cl, and BMIM BF4 were investigated. The ionic liquids, BMIM BF4 were elected and further used in optimization and tested for its total phenolic content TPC with Folin Ciocalteu method. Afterwards, antioxidant activity were tested by DPPH method in optimum condition. Both tests used microplate reader. Maximum total phenolic content were obtained with higher solvent concentration, higher solvent sample ratio, and an insignificant extraction time with 191,717 mg GAE g plant powder. This result proves that it is higher than the conventional extraction method. The extraction yield were maximized by applying pretreatment with urea to obtain higher total phenolic content after extraction. After optimization experiment were done by comparing the extract from optimum condition without urea, with after urea pretreatment extract. The result shows that pre treated sample with urea pretreatment gives higher total phenolic content compared with non pretreated sample.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad F.A. Rahim
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2019
610 UI-IJIM 51:4 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tizia Noveira Aryani
"Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) telah diteliti mengandung flavonoid dan polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan kestabilan fisik dari formulasi sediaan gel yang mengandung ekstrak etanol 70% daging buah Mahkota Dewa dalam konsentrasi yang bervariasi, yaitu 5xIC50 (0,031%), 25xIC50 (0,155%), dan 125xIC50­ (0,775%) dalam basis HPMC. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode peredaman DPPH. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan pengamatan sediaan gel yang disimpan pada tiga suhu yang berbeda, yaitu suhu rendah (4±2°C), suhu ruang (27±2°C), suhu tinggi (40±2°C), dan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gel Mahkota Dewa 125xIC50­ (0,775%) memiliki aktivitas antioksidan tertinggi sebesar 95,536 ppm bila dibandingkan dengan gel Mahkota Dewa 0,031% (233,155 ppm), dan gel Mahkota Dewa 0,155% (150,996 ppm) tetapi lebih rendah dibanding gel Kuersetin (49,724 ppm). Gel Mahkota Dewa 0,031% dan 0,155% stabil secara fisik pada suhu rendah (4±2oC), suhu ruang (27±2°C), suhu tinggi (40±2oC), dan cycling test. Gel Mahkota Dewa 0,775% stabil secara fisik pada suhu rendah (4±2oC), suhu ruang (27±2°C), dan cycling test.

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) has been observed to contain flavonoids and polyphenols that have high antioxidant activity. This research aimed to know the antioxidant activity and physical stability of gel formulation containing 70% ethanol extract of Mahkota Dewa fruit mesocarp in various concentrations, 5xIC50 (0,031%), 25xIC50 (0,155%), and 125xIC50 (0,775%) in HPMC base. Determination of antioxidant activity carried out by the DPPH reduction method. Physical stability test conducted by the observation that gel preparation stored at three different temperatures, low temperature (4±2°C), room temperature (27±2°C), high temperature (40±2°C), and the cycling test. The results showed that the Mahkota Dewa gel 0,775% has the highest antioxidant activity (95,536 ppm) compared to Mahkota Dewa gel 0,031% (233,155 ppm), and Mahkota Dewa gel 0,155% (150,996 ppm) but lower than Quercetin gel (49,724 ppm). Mahkota Dewa gel 0,031% and 0,155% were physically stable at low temperature (4±2°C), room temperature (27±2°C), high temperature (40±2°C), and the cycling test. Mahkota Dewa gel 0,775% was physically stable at low temperature (4±2°C), room temperature (27±2°C), and the cycling test."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Exaudi Ebennezer
"Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terbukti kaya akan kandungan xanton yang memiliki potensi aktivitas antioksidan yang sangat tinggi. Pada penelitian ini digunakan metode peredaman DPPH (2,2-Difenil-1-pikrilhidrazil) untuk mengetahui IC50 dari ektrak etanol kulit buah manggis dan sediaan serum. Penelitian ini merupakan aplikasi dari ekstrak kulit buah manggis dalam sediaan likuid dengan sedikit pelarut dan banyak komponen bioaktif, yang dalam istilah kosmetik disebut sebagai serum. Penelitian ini bertujuan untuk menguji stabilitas fisik dan pengaruh dari vitamin C terhadap aktivitas, stabilitas dan daya penetrasi ekstrak etanol kulit buah manggis pada serum antikerut. Selanjutnya ekstrak diformulasikan ke dalam tiga jenis sediaan yang terdapat variasi vitamin C sebagai peningkat penetrasi dan satu sediaan tanpa ekstrak dan vitamin C. Ketiga sediaan diuji daya penetrasinya secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus betina galur Sprague-Dawley. Nilai IC50 ekstrak etanol kulit manggis adalah 15,27 ppm, sedangkan sediaan formula 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 109.347,45; 13.275,86; 2014,18 dan 126,52 ppm. Jumlah kumulatif xanton total yang terpenetrasi dari sediaan formula 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 15,79±0,18; 26,85±1,03 dan 61,05±2,53%. Fluks dari sediaan formula 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 0,15±0,003; 0,37±0,01 dan 0,92±0,03 μg/cm2.jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya vitamin C akan meningkatkan daya penetrasi sediaan serum. Seluruh sediaan menunjukkan kestabilan secara fisik.

Mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) has been proved to have plenty of xanthone with high antioxidant. This study was done using DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) to determine the IC50 of ethanolic extract of mangosteen pericarp and serum preparations containing extract. This study is an application of mangosteen pericarp extract in liquid preparations with a little solvent and many bioactive components, which in terms of cosmetics called serum. The aims of this study are to test the physical stability and the effect of vitamin C on the activity, stability and penetration ability of ethanolic extract of mangosteen pericarp on antiaging serum. Furthermore, ethanolic extract formulated into three variations in preparation of vitamin C as a penetration enhancer and one preparations without extract and vitamin C. The three preparations were examined their penetration ability by in vitro Franz diffusion cell using rat abdominal skin as diffusion membrane. IC50 values of ethanolic extract of mangosteen pericarp were obtained at 15,27 ppm, whilst the preparations formula 1, 2, 3 and 4 were 109.347,45; 13.275,86; 2014,18 and 126,52 ppm, respectively. Total cumulative penetration of total xanthone from formula 2, 3 and 4 were 15,79±0,18; 26,85±1,03 and 61,05±2,53%, respectively. Flux of total xanthone from formula 2, 3 dan 4 were 0,15±0,003; 0,37±0,01 and 0,92±0,03 μg/cm2.hour, respectively. Based on these results, it can be concluded that the presence of vitamin C will increase the penetration ability of serum preparation. All preparations showed physical stability.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ageng Tri Lestari
"Munculnya penyakit infeksi baru dan peningkatan resistensi bakteri menimbulkan keharusan untuk menemukan antimikroba baru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi potensi antimikroba fraksi-fraksi ekstrak etil asetat buah Garcinia latissima Miq. tanaman obat tradisional dari Indonesia. Aktivitas antimikroba ditentukan menggunakan metode zona hambat metode difusi cakram kertas, metode mikrodilusi secara kolorimetri, dan bioautografi kontak terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633. Hasil dari metode zona hambat menunjukkan bahwa terdapat 14 fraksi yang dapat menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis pada konsentrasi 20 mg/mL. Berdasarkan metode mikrodilusi secara kolorimetri, fraksi O, S, H, dan T memiliki nilai KHM.

The emergence of new infectious diseases and the increase in bacterial resistance have created the necessity for development of new antimicrobials. The objective of this study was to evaluate the antimicrobial potentials of fractions from Garcinia latissima Miq. an ethnomedicinal plant from Indonesia fruits ethyl acetate extract. The antimicrobial activity was determined using agar disc diffusion method, colorimetric broth microdilution method, and contact bioautography against Bacillus subtilis ATCC 6633. The results from the disc diffusion method showed that 14 out of 22 fractions could inhibit the growth of Bacillus subtilis at a concentration of 20 mg mL. Based on a colorimetric broth microdilution method, the MIC values of O, S, H, and T fractions were"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>