Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155068 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ambartyas Niken Wijayaningrum
"Kecacingan masih menjadi masalah kesehatan pada anak Indonesia di pedesaan dan daeran perkotaan yang padat penduduk dengan sanitasi dan higiene yang kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian kecacingan pada anak SD “X” di Cilincing Jakarta Utara. Penelitian dilakukan secara cross-sectional. Data didapatkan melalui wawancara dan pengisian kuesioner pada 104 siswa SD “X” kelas 3-5. Selanjutnya dilakukan skor penilaian dan dianalisis secara statistik dengan program SPSS v 13.0 dan uji Fisher. Hasil penelitian memperlihatkan 65 siswa (62,5%) mengalami kecacingan terdiri dari 30 anak terinfeksi A. lumbricoides, 10 anak terinfeksi T. trichiura dan 25 anak dengan infeksi campuran. Analisis kebiasaan mencuci tangan menunjukkan 100 orang siswa (96.2%) memiliki kebiasaan mencuci tangan yang baik yaitu selalu mencuci tangan sebelum makan, setelah defekasi maupun bermain. Analisis statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian kecacingan. (p = 1,000; p > 0,05) Untuk itu diperlukan rancangan penelitian yang melibatkan kelompok studi dan control serta observasi mendalam.

Intestinal helminthiasis is still a problem among school children in Indonesia and affect mostly those living in rural area or densely populated urban area with inadequate hygiene and sanitation. This study was aimed to investigate the association between hand washing habits with intestinal helminthiasis among the elementary school students in Cilincing, North Jakarta. A cross-sectional study was performed involving 104 students from grade 3 – 5. Data was obtained through questionnaires and interview, was then scored, analyzed statistically with SPSS v 13.0 program and Fisher test. The result showed that 65 out of 104 students (62.5%) were infected with worms, majority by Ascaris lumbricoides (46.2%), followed by Trichuris trichiura (15.4%) and the rest was a mixed infection (38.5%). Analysis of hand washing habit showed 100 students (96.2%) had good habit which was statistically no significant association between hand washing habit with worm infection (p = 1,000; p > 0,05). Better study design involving case control groups and close observation are necessary to elucidate the association."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi kecacingan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang berperan adalah perilaku hidup bersih. Berdasarkan penelitian pada salah SD X di Jakarta Utara didapatkan angka kecacingan tinggi dan sebagian anak-anak SD tersebut suka bermain tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan bermain tanah pada siswa SD X Cilincing dan hubungannya dengan kejadian kecacingan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder dari penelitian Departemen Parasitologi FKUI selama Mei-Juni 2009. Data kemudian dianalisa secara statistik dengan uji Chi Square untuk mengetahui kemaknaannya. Dari 104 siswa yang mengikuti penelitian didapatkan hasil 65 siswa (62,5%) mengalami kecacingan, mayoritas terinfeksi Ascaris lumbricoides. Analisis kebiasaan bermain tanah didapatkan 33 siswa. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dan kebiasaan bermain tanah terhadap kejadian kecacingan (p > 0,05). Faktor kontak tanah langsung saat bermain tanah dan mencuci tangan menunjukkan hubungan bermakna secara statistik (p < 0.05).

Indonesia is a country with high prevalence of worm infections, particularly among school- age children. There are several factors contribute to it such as playing games on soil. This study aimed to know the relationship between high prevalence of worm infections with playing games on soil of students SD X Cilincing. The data was collected using questionneres and secondary data from Department of Parasitology FMUI on May-June 2009. The data then analyzed statistically using Chi Square test. Among 104 students, 65 of them (62.5%) were positive detected worm infections, with the majority was caused by Ascaris lumbricoides. 33 of them had playing on contaminated soil- habits. Analysis showed there were no significant relationship between gender, the playing games on soil-habit with worm infections (p > 0.05). Factors the hand contact with the soil and washing hands with soap had significant relationship with worm infection (p < 0.05) among students at SD Negeri X Cilincing."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Armanita
"Infeksi cacing usus Soil-Transmitted Helminthes (STH), yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang merupakan masalah yang cukup serius, terutama di negara-negara berkembang. Prevalensi infeksi kecacingan di Indonesia sendiri masih tinggi, di mana anak-anak usia sekolah memiliki risiko tinggi terinfeksi cacing ini. Perilaku defekasi yang kurang baik dan sanitasi lingkungan yang buruk dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap kejadian infeksi kecacingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan infeksi cacing usus STH dengan kebiasaan defekasi pada siswa SDN 09 Pagi Paseban. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada tanggal 8-10 Desember 2010 dengan mengumpulkan 114 feses siswa dan kuesioner yang diisi oleh responden.
Hasil menunjukkan bahwa 13 siswa (11,4%) terinfeksi cacing usus STH, sedangkan 101 lainnya (88,6%) tidak terinfeksi. Jenis cacing yang menginfeksi, antara lain A.lumbricoides, T.trichiura, dan cacing tambang dengan jumlah terbanyak adalah A.lumbricoides. Kebiasaan tidak defekasi di sekolah merupakan karakteristik siswa yang paling banyak ditemukan (66,7%). Dengan menggunakan uji Fisher, diketahui bahwa baik kebiasaan defekasi di sekolah (p=1) maupun kebiasaan menggunakan alas kaki ketika defekasi (p=0,552) tidak memiliki hubungan bermakna dengan angka kejadian infeksi kecacingan. Disimpulkan status infeksi kecacingan pada siswa SDN 09 Pagi Paseban tidak berhubungan dengan kebiasaan defekasi.

Intestinal worm infection caused by soil-transmitted helminthes (STH), such as Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, and hookworm, is still a serious problem, especially in developing countries. Prevalence of worm infection in Indonesia is still high, with school-age children having high risks of being infected. Poor defecation habits and poor environment sanitation could be factors contributing to worm infections. The objective of this study was to identify the association between soil-transmitted helminthes (STH) infections and defecation habits in students of Elementary School 09 Pagi Paseban. The method used was cross sectional with data sampling performed on December 8-10th, 2011, by collecting stool samples from 114 students and questionnaires filled by respondents.
The results showed that 13 students (11,4%) were infected by worms and 101 students (88,6%) were not. Worms found infecting students were A.lumbricoudes, T.trichiura, and hookworms, with A.lumbricoides being the most numerous. The habit of not defecating at school was the student character mostly found (66,7%). Data analyses using Fisher test showed that neither the habit of defecating at school (p=1) nor wearing feet coverings while defecating (p=0,552) had any significant associations with the number of STH infections. It was concluded that the number of STH infections in students of Elementary School 09 Pagi Paseban were not associated with defecation habits.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damar P. Susilaradeya
"Di Indonesia, cacingan merupakan masalah kesehatan yang sering dialami oleh anak balita dan anak usia sekolah dasar. Program pengendalian cacingan berbasis sekolah diidentifikasi sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif dalam masalah biaya. Tujuan penelitian ini adalah menilai tingkat pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai pencegahan cacingan dan hubungannya dengan karakteristik demografi.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada bulan Oktober 2011 dan sejumlah 90 guru dijadikan subjek penelitian (total sampling). Tingkat pengetahuan dan data demografik diperoleh melalui wawancara. Tingkat pengetahuan dinilai dengan kuesioner yang terdiri atas lima pertanyaan mengenai pencegahan cacingan. Data diolah dengan program SPSS versi 11.5 lalu dianalisis dengan uji chi-square dan kolmogorov-smirnov. Didapatkan guru yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebesar 17,4% sedang sebesar 36%, dan kurang sebesar 40,6%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai pencegahan cacingan tidak berhubungan dengan jenis kelamin, kelompok umur, sumber informasi, pengalaman cacingan dan tingkat pendidikan. Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan guru mengenai pencegahan cacingan masih kurang dan tidak berhubungan dengan karakteristik demografi.

Soil-transmitted helminthiasis is still a health problem found in children under 5 years old and elementary school students. Soil-transmitted helminthiasisschool based control programs wasidentificated as one of the most cost-effective health intervention. The aim of this study was to evaluate elementary school teachers’ knowledge on prevention of soil-transmitted helminthiasis and the association with demographic characteristics.
This cross-sectional study was conducted in October 2011. The subject of this study was 90 children (total sampling). Knowledge and demographic data was obtained by interview. Knowledge was assessed using a 5 item questionnaire regarding prevention of soil transmitted helminthiasis. The data were processed by SPSS program ver. 11.5 and analyzed by chi-square and kolmogorov-smirnov test. About 17,4% teachers had good knowledge, 36% teachers had average knowledge and 40,6% teachers had poor knowledge.
The results showed that knowledge was not associated with gender, age, information source, experience, and education. In conclusion, knowledge of elementary shool teachers on prevention of soil-transmitted helminthiasis was still poor and it was not associated with demographic characteristics.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patra Patiah
"ABSTRAK
Soil-transmitted heminths (STH) dapat menjangkiti anggota keluarga di daerah
endemis. Di Indonesia, prevalensi, intensitas infeksi dan faktor risiko STH pada
anggota keluarga belum diketahui. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
prevalensi, intensitas infeksi dan faktor risiko STH pada anak SD dan anggota
keluarga di Jakarta dan Cipanas. Penelitian ini dilakukan di SDN Kalibaru 07 Jakarta
dan SDN Tarigu Cipanas Jawa Barat selama Januari-Juni 2012 dengan menggunakan
rancangan penelitian cross-sectional. Total sebanyak 841 sampel tinja (241 sampel
dari Jakarta dan 600 Cipanas) diperiksa dengan metode Kato-Katz. Ascaris
lumbricoides dan Trichiuris trichiura paling umum ditemukan dan dianalisis secara
terpisah. Di Jakarta, prevalensi A. lumbricoides dan T. trichiura pada anak SD, orang
tua murid dan anggota keluarga lain berturut-turut 37,5%, 36,5%, 30,4%, 10,1%,
30,5% dan 6,8%, sedangkan di Cipanas, 2,0%, 16,7%, 2,0%, 8,7%, 0,0% dan 4,7%.
Selain itu, di Jakarta, secara total, intensitas infeksi A. lumbricoides ringan
24,1%(58/241), sedang 9,1% (22/241) dan berat 0,4% (1/241), di Cipanas,
intensitas infeksi A. lumbricoides ringan 1,1% (7/600). Di Jakarta, secara total,
intensitas infeksi T. trichiura ringan 20,3% (49/241) dan sedang 0,8% (2/241),
sedangkan di Cipanas intensitas infeksi T. trichiura ringan 8,2% (49/600). Analisis
statistik memperlihatkan di SD Kalibaru 07 Jakarta , prevalensi dan intensitas infeksi
A. lumbricoides pada anak laki-laki berbeda bermakna dengan perempuan (p<0,05)
dan terdapat korelasi positif dan bermakna antara orang tua dan anak yang terinfeksi
A. lumbricoides. Di Kalibaru Jakarta merupakan tempat berisiko untuk infeksi A.
lumbricoides (OR 23,7 95%CI 6,42-87,6), sedangkan di Cipanas tempat yang
berisiko terinfeksi T. trichiura (OR 3,9, 95%CI 1,11-13,49). Jumlah anggota
keluarga terinfeksi STH (A. lumbricoides atau/dan T. trichiura) 1-5 orang di Jakarta
dan 1-4 orang di Cipanas. Analisis regresi logistik memperlihatkan bahwa
pendidikan ibu dan ketersediaan toilet merupakan faktor risiko infeksi A.
lumbricoides di Jakarta. Penelitian ini memperlihatkan bahwa pemberian
anthelmintik dan perbaikan sanitasi sangat diperlukan untuk menurunkan infeksi
STH di Jakarta dan Cipanas.

ABSTRACT
Soil-transmitted heminths (STH) may affect among family members in an endemic
area. In Indonesia, prevalence, intensity of infection and risk factors of STH
among household are known, so far. The aim of this study is to know intensity of
infection and risk factors of STH among school children and family members in
Jakarta and Cipanas. This study was conducted SDN Kalibaru 07 Jakarta and SDN
Tarigu Cipanas West Java, in January until June 2012, using cross-sectional design.
Overall, 841 stool samples (241 stool samples from Jakarta and 600 from Cipanas)
were examined by Kato-Katz method. Ascaris lumbricoides and Trichiuris trichiura
were common found and spatial analyzed in this study. In parent, and other family
members were 37,5%, 36,5%, 30,4%, 10,1%, 30,5% and 6,8% respectively, while in
Cipanas, 2,0%, 16,7%, 2,0%, 8,7%, 0,0% and 4,7% respectively. In addition, in
Jakarta, overall, intensities of A. lumbricoides infection were 24,1% (58/241) light,
9,1% (22/241) moderate, and 0,4% (1/241) heavy , while in Cipanas, they were
1,1% (7/600) light infections . In Jakarta, overall, intensities of T. trichiura infection
were 20,3% (49/241) light and 0,8% (2/241) moderat, while in Cipanas, it was
8,2% (49/600) light infection only. The statitistical analyses showed that both the
prevalence dan intensity of A. lumbricoides infection were significant different
among male and female school children of SDN Kalibaru 07 Jakarta (p<0,05) and
significant positive correlation (p<0,05) between both parent and school children
infected by A. lumbricoides. In Kalibaru Jakarta was a risk area to have A.
lumbricoides infections (OR 23,7 95%CI 6,42-87,6), while in Cipanas was T.
trichiura risk area (OR 3,9, 95%CI 1,11-13,49). The number of family members
infected by STH (A. lumbricoides or/and T. trichiura) was 1-5 persons in Jakarta
and 1-4 persons in Cipanas. Logistic regression analyses showed taht mothers’
education and toilet were risk factors of A. lumbricoides infection in Jakarta. This
study showed that anthelminthics and improvement of sanitation are considerable
required to reduce STH infections in Jakarta and Cipanas."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kimberly Gabrielle Batanghari
"Prevalensi soil-transmitted helminthes (STH) tinggi di Indonesia, terutama di daerah padat penduduk dan berpenghasilan rendah. Pengetahuan tentang pencegahan infeksi STH adalah kunci penanggulangan masalah ini. Tujuan riset ini untuk mengetahui efektifitas penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan tentang pencegahan infeksi STH pada anak panti. Studi eksperimental ini dilakukan di panti asuhan kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Koleksi data dilakukan tanggal 10 Juni 2012 dimana anak panti asuhan diminta mengisi kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan. Kuesioner meliputi pertanyaan tentang pencegahan infeksi STH. Data diolah menggunakan program SPSS versi 11.5 dan diuji dengan chi square test dan marginal homogeneity. Hasil yang didapat sebagai berikut; Dari 142 anak, 59 (41,5%) laki-laki dan 83 (58,5%) perempuan berpartisipasi, 78 (54,9%) berpendidikan SD, 55 (38.7%) SMP dan 9 (6.4%) SMA. Tingkat pengetahuan respoden tidak berhubungan dengan karakteristik demografi (chi square, p>0,05). Sesudah penyuluhan jumlah responden dengan tingkat pengetahuan sedang dan baik 33 (23,2%) menjadi 42 (29.6%) dan 1 (0.7%) menjadi 14 (9.9%). Tingkat pengetahuan buruk menurun dari 108 (76,1%) menjadi 86 (60,6%). Terdapat perbedaan bermakna pada Uji marginal homogeneity (p<0,001). Disimpulkan penyuluhan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan anak panti asuhan mengenai pencegahan STH.

Prevalence of soil-transmitted helminthes (STH) infection is high in Indonesia, especially amongst those who live in crowded, low-income areas. The knowledge of preventive measures towards STH infection, mainly A. lumbricoides and T. Trichuria could be the pivotal answer in reducing the spread of STH infections. The aim of this research is finding out the effectiveness of health education with the hopes of increasing the knowledge level of the subjects. This experimental study was conducted in an orphanage located in Lubang Buaya, East Jakarta on 10th of June 2012 by filling up questionnaires before and after health education was given. All subjects participated. Questionnaire contains questions pertaining preventive measures to avoid STH infections. Data was processed with SPSS version 11.5 and tested with chi- square test and marginal homogeneity. Collected information showed 59 (41.5%) male and 83 (58.5%) female participants. Of the 142 correspondents, 78 (54.9%) were in primary school, 55 (38.7%) in middle school and 9 (6.4%) in high school. Before and after health education showed an increase in knowledge levels for fair and good; from 33 (23.2%) to 42 (29.6%) and 1 (0.7%) to 14 (9.9%) respectively. Marginal homogeneity test showed a significant difference with p<0.001 between the orphans? knowledge level before and after health education. To conclude, health education for respondents was effective in increasing the knowledge level towards prevention of STH."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Halimi
"Prevalensi infeksi soil-transmitted helminths (STH) di Indonesia cukup tinggi, terutama di daerah perkebunan, dan anak-anak usia sekolah memiliki resiko terinfeksi paling tinggi. Tujuan riset ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap pengetahuan perilaku membersihkan diri berkaitan dengan infeksi (STH) pada murid Madrasah Tsanawiyah (MTs) X, Pacet, Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain pre-post study. Pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan di MTs X dengan mengikutsertakan semua murid, 133 orang. Data dianalisis dengan program SPSS 17.0. Hasilnya menunjukkan terdapat 54,1% murid laki-laki, 41,4% kelas 8, 56,4% tidak pernah terinfeksi cacing STH, dan 78,9% mengetahui orang di sekitar yang pernah cacingan. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara perilaku membersihkan diri terkait infeksi STH dengan gender (Mann-Whitney, p>0,05), kelas (Kruskal-Wallis, p>0,05), dan riwayat infeksi (Mann-Whitney, p>0,05), namun berbeda bermakna dengan riwayat infeksi sekitar (Mann-Whitney, p<0,05). Peningkatan pengetahuan perilaku setelah penyuluhan tidak berbeda bermakna dengan gender (Mann-Whitney, p>0,05), riwayat infeksi (Mann-Whitney, p>0,05), dan riwayat infeksi sekitar (Mann-Whitney, p>0,05), namun berbeda bermakna dengan kelas (Kruskal-Wallis, p<0,05). Setelah penyuluhan, pengetahuan mengenai perilaku kebersihan berbeda bermakna dengan sebelum penyuluhan (Wilcoxon, p<0,05); tampak pada nilai median yang meningkat dari 72 (20-92) menjadi 100 (52-100). Disimpulkan penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan murid mengenai perilaku kebersihan terkait infeksi STH. Peningkatan pengetahuan berhubungan dengan kelas, namun tidak berhubungan dengan gender, riwayat infeksi, dan riwayat infeksi sekitar.

The prevalence of Soil-Transmitted Helminths (STH) infection in Indonesia is high, especially in plantation areas, and school-aged children are at the greatest risk for this infection. The aim of this study is to know the effectiveness of health education on the knowledge of hygienic behavior related to STH infection in students of Madrasah Tsanawiyah (MTs) X, Pacet, Cianjur, West Java. Pre-post study design was used. Data was collected through questionnaires at MTs X filled by all 133 students. Analysis was done using SPSS 17.0 program. Result showed 54,1% were male, 41,4% eighth graders, 56,4% had never been infected with STH, and 78,9% had surrounding acquintances infected with STH. Hygienic behavior has no significant difference with gender (Mann-Whitney, p> 0,05), grade (Kruskal-Wallis, p>0,05), and infected history (Mann-Whitney, p>0,05), but there was a significant difference with surrounding infected history (Mann-Whitney, p<0,05). Knowledge increase after education has no significant difference with gender (Mann-Whitney, p>0,05), infected history (Mann-Whitney, p>0,05), and surrounding infected history (Mann-Whitney, p>0,05), but there was a significant difference with grade (Kruskal-Wallis, p<0,05). After health education, students’ knowledge had significant difference with before education (Wilcoxon test, p<0,05). The median increased from 72 (20-92) to 100 (52-100). In conclusion, health education is effective in improving students’ knowledge of hygienic behavior related to STH infection. Knowledge increase is associated with grade, but not with gender, infected history, and surrounding infected history."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cecilia Anggraini
"Infeksi soil-transmitted helminths (STH) adalah penyakit yang sering dijumpai di daerah pedesaan dan perkebunan Indonesia. Anak-anak sangat rentan terkena infeksi ini dan komplikasinya adalah terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mencegah infeksi STH. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan tentang perilaku proteksi diri terhadap infeksi STH pada murid tsanawiyah di Madrasah X, Pacet, Cianjur. Desain penelitian adalah pre-post study. Data diambil tanggal 10 September 2011 dengan membagikan kuesioner berisi pertanyaan mengenai perilaku proteksi diri terhadap infeksi STH kepada 133 murid (total populasi). Data diolah dengan program SPSS 17.0. Hasilnya menunjukkan responden terbanyak adalah laki-laki (54,1%), kelas dua (41,4%), riwayat terinfeksi STH negatif (56,%) dan riwayat orang sekitar positif terinfeksi (78,9%). Pada uji Mann-Whitney/Kruskal-Wallis, tidak didapatkan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan sebelum penyuluhan dan delta score dengan jenis kelamin (Mann-Whitney, p>0,05), kelas (Kruskal-Wallis, p>0,05), riwayat infeksi (Mann-Whitney, p>0,05), riwayat infeksi orang sekitar (Mann-Whitney, p>0,05). Sebelum penyuluhan, nilai median adalah 50 (10-82) dan setelah mendapat penyuluhan median menjadi 70 (20-100). Uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Disimpulkan penyuluhan kesehatan memiliki effek dalam meningkatkan pengetahuan perilaku proteksi diri terhadap STH.

Soil-transmitted helminths infection is easily found in rural areas in Indonesia. Moreover, children are really prone to be infected. It can cause the worst complication for them, which is the delay of growth and development. The purpose of this research is to know the effect of health education about protective behavior related to STH among tsanawiyah students in Pacet, Cianjur. Research design was pre-post study. Data were taken at 10 September 2011 by giving questioners about protective behavior of STH to 133 students (total population). The data was analyzed by SPSS 17.0 program. Then, the result showed most students are male (54,1%), second grade (41,4%), negative infected history (56%) and positive surrounding infected history (78,9%). By analyzing the data with Mann-Whitney/Kruskal-Wallis test, there were no association between knowledge level before health education & delta score and gender (Mann-Whitney,p>0,05), grade (Kruskal-Wallis, p>0,05) ,negative infected history (Mann-Whitney,p>0,05) , surrounding infected history (Mann-Whitney,p>0,05). Before health education, median score was 50 (10-82). Then, it increased to 70 (20-100) after health education. In other words, Wilcoxon test described that there was a significant difference between health education and knowledge level. In conclusion, health education has an effect to increase knowledge of protective behavior related to STH. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Di Indonesia, prevalensi infeksi Soil-Transmitted Helminthes (STH) yang terdiri dari A. lumbricoides, T. trichuria, dan hookworm (A. duodenale dan N. americanus) terbilang cukup tinggi terutama di daerah perkebunan, dikarenakan para pekerja kebun lebih sering kontak dengan tanah sehingga menyebabkan mereka beresiko tinggi terkena infeksi STH. Tujuan riset ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan pada pekerja kebun pada perkebunan X di Pacet, Cianjur, Jawa Barat terhadap pengetahuan perilaku membersihkan diri dari infeksi STH.Penelitian ini menggunakan desain pre-post study. Pengumpulan data dilakukan melalui pewawancaraan kuesioner terhadap 42 pekerja kebun. Analisis data menggunakan program SPSS 17.0. Pada hasil analisis terdapat 52.4% adalah pekerja kebun pria, 69% merupakan lulusan sekolah dasar, 59.5% belum pernah terinfeksi STH dan 52.4% tidak mengetahui orang di sekitar yang pernah cacingan. Sebelum penyuluhan, nilai median tingkat pengetahuan adalah 64 (24-100). Uji statistik menunjukkan delta score tidak berbeda makna (p>0.05) terhadap demografi karakteristik responden. Sesudah penyuluhan, nilai median tingkat pengetahuan adalah 100 (10-100). Uji Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan makna pada tingkat pengetahuan para pekerja kebun mengenai perilaku membersihkan diri sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,001). Disimpulkan tingkat pengetahuan para pekerja kebun mengenai perilaku membersihkan diri tidak berhubungan dengan karakteristik responden tetapi dipengaruhi oleh penyuluhan.

In Indonesia, the prevalence of Soil-Transmitted Helminthes (STH) which consists of A. lumbricoides, T. trichuria, and hookworm (A. duodenale and N. americanus) is said to be quite high especially in plantation areas, due to the fact of the workers being in frequent contact with soil which increases the risk of being infected by STH. This research was conducted to know the effectiveness of health education among plantation workers in plantation X at Pacet, Cianjur, West Java and its association with hygiene behavior against STH infection. The research design is pre-post study. Data was collected by means of questionnaires interviews with 42 plantation workers. Data was analyzed using SPSS 17.0 program. The result of the analysis shows 52.4% weremale plantation workers, 69% were elementary school graduates, 59.5% haven’t been infected with STHand 52.4% has no surrounding STH infected history. Before the health education, the median score was 64 (24-100). From the statistic test, the delta score had no association with the respondent’s demographic characteristic (p>0.05). After health education, the median score was 100 (10-100). Wilcoxon test shows there was a significant difference in the knowledge level of hygiene behavior before and after health education (p<0.001). In summary, the knowledge level of STH hygiene behavior did not have any association with the respondent’s demographic characteristic but was influenced by health education."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Andyan Wicaksana
"Rendahnya kesadaran para remaja khususnya murid Madrasah Aliyah terhadap perilaku membuang feses pada tempatnya di perkebunan meningkatkan kemungkinan terinfeksi soil-transmitted helmints (STH). Feses yang terinfeksi telur cacing ini akan mencemari tanah dan sayuran di perkebunan tersebut dan dapat berakibat buruk dikarenakan sayur tersebut didistribusi ke berbagai daerah di Indonesia. Tujuan riset ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas dari penyuluhan kesehatan mengenai pencegahan STH terhadap murid Aliyah di Pacet, Cianjur. Metode yang digunakan adalah studi pre-post yang dilaksanakan pada 10 September 2011 dengan desain total sampling pada 49 murid Madrasah Aliyah X Pacet, Cianjur kelas X, XI, dan XII. Variabel yang digunakan adalah jenis kelamin, tingkat kelas, sejarah terinfeksi, sejarah terinfeksi orang sekitar dan tingkat pengetahuan murid mengenai pencegahan infeksi STH. Data diolah dengan program SPSS 11.5 dan dianalisis secara statistik menggunakan uji Mann-Whitney, Kruskal-Wallis dan Wilcoxon. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar murid adalah perempuan (51%). Jumlah murid terbanyak adalah tingkat pertama sebesar 49%. Lebih dari setengah murid pernah terkena infeksi sebesar 57.1%. Orang di sekeliling murid yang pernah terkena infeksi sebesar 77.6%. Tidak ada perbedaan signifikan antara semua variabel dengan tingkat pengetahuan. Akan tetapi, terdapat perbedaan signifikan antara tingkat pengetahuan murid antara sebelum dan sesudah penyuluhan (p=0.001). Dapat disimpulan bahwa penyuluhan kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan murid-murid Madrasah Aliyah mengenai pencegahan infeksi STH.

Low level of awareness regarding defecating in proper place among Aliyah students in plantation areas has increased the chance of being infected by soil-transmitted helminths (STH). Stools containing worms’ eggs will contaminate the soil and vegetables grown in the plantation areas. The vegetables are distributed to places across Indonesia thus will increase the chance of the infection. This research focused on evaluating the effectiveness of health education related to prevention of STH infection towards Aliyah students in Pacet, Cianjur, Indonesia. A Pre-post study was carried out on 10 September 2011 using health education as the intervention. The research design was total sampling using 49 students of Madrasah Aliyah X Pacet, Cianjur ranging from grade X until XII. The process of the data was done by using SPSS 11.5 and statistically analyzed by using Mann-Whitney, Kruskal-Wallis and Wilcoxon. The result showed that most of the were females (51%). Most of them were first graders as much as 49%. More than half of the students have been infected (57.1%). The people in the students’ surrounding have been infected (77.6%). There was no significant difference of knowledge level in both demography characteristic and delta score of the test. However, there was a significant difference in knowledge before and after the test (p=0.001). In summary, the promotion of health education was effective in improving the knowledge of the Aliyah students related to prevention of STH infection."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>