Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72280 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginting, Tamaseri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas pelayanan rawat jalan puskesmas Berastagi, yang didasarkan pada kesenjangan antara harapan dengan persepsi pasien terhadap pelayanan dengan menerapkan metode SERVQUAL. Analisis kesenjangan dikaji pada 5 dimensi pelayanan, yaitu dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden, yaitu pasien rawat jalan Puskesmas Berastagi. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kinerja pelayanan rawat jalan Puskesmas Berastagi belum sepenuhnya dapat memberikan kepuasan pada pasien, karena masih terdapat gap antara harapan dengan persepsi pasien pada kelima dimensi pelayanan. Nilai kesenjangan yang paling besar antara persepsi dengan harapan pasien terdapat pada dimensi assurance, diikuti oleh dimensi reliability, dimensi responsiveness, dimensi emphaty, dan dimensi tangible. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rawat jalan puskemas Berastagi pada kelima dimensi pelayanan, sehingga tercipta pelayanan yang mampu meningkatkan kepuasan pasien.

This study aimed to assess the outpatient service quality of Berastagi's public health center, which is based on the gap between the patient's expectation and patient's perception of services by applying SERVQUAL method. Analysis gap studied in 5 dimensions of service, the dimension of tangibles, reliability, responsiveness, assurance and empathy. The research method used is the survey method and cross sectional. Research instrument using questionnaires with a total sample of 100 respondents, namely outpatient of Berastagi's public health center. Based on the results of the study concluded that the outpatient service performance of Berastagi's public health center can not fully satisfy their patients, since there is still a gap between the patient's expectation and patient's perception of the five dimensions of service. The greatest value of the gap between patient's perception and patient's expectation are the assurance dimension, followed by the reliability dimension, responsiveness dimension, empathy dimension, and tangibles dimension. It is necessary need efforts to improve outpatient service quality of Berastagi's public health center in the five dimensions of service, so as to create services that can improve patient satisfaction."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31550
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Tamaseri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas pelayanan rawat jalan puskesmas Berastagi, yang didasarkan pada kesenjangan antara harapan dengan persepsi pasien terhadap pelayanan dengan menerapkan metode SERVQUAL. Analisis kesenjangan dikaji pada 5 dimensi pelayanan, yaitu dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden, yaitu pasien rawat jalan Puskesmas Berastagi. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kinerja pelayanan rawat jalan Puskesmas Berastagi belum sepenuhnya dapat memberikan kepuasan pada pasien, karena masih terdapat gap antara harapan dengan persepsi pasien pada kelima dimensi pelayanan. Nilai kesenjangan yang paling besar antara persepsi dengan harapan pasien terdapat pada dimensi assurance, diikuti oleh dimensi reliability, dimensi responsiveness, dimensi emphaty, dan dimensi tangible. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rawat jalan puskemas Berastagi pada kelima dimensi pelayanan, sehingga tercipta pelayanan yang mampu meningkatkan kepuasan pasien.

This study aimed to assess the outpatient service quality of Berastagi's public health center, which is based on the gap between the patient's expectation and patient's perception of services by applying SERVQUAL method. Analysis gap studied in 5 dimensions of service, the dimension of tangibles, reliability, responsiveness, assurance and empathy. The research method used is the survey method and cross sectional. Research instrument using questionnaires with a total sample of 100 respondents, namely outpatient of Berastagi's public health center. Based on the results of the study concluded that the outpatient service performance of Berastagi's public health center can not fully satisfy their patients, since there is still a gap between the patient's expectation and patient's perception of the five dimensions of service. The greatest value of the gap between patient's perception and patient's expectation are the assurance dimension, followed by the reliability dimension, responsiveness dimension, empathy dimension, and tangibles dimension. It is necessary need efforts to improve outpatient service quality of Berastagi's public health center in the five dimensions of service, so as to create services that can improve patient satisfaction."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Egia Anintana
"Tesis ini meliputi gambaran mengenai pemaknaan umat terhadap ornamen-ornamen pada gereja Katolik yang mempunyai tema inkulturasi. Tema inkulturatif disini adalah nama yang dipakai pada sebuah gereja Katolik di Kota Berastagi yang berkisar pada penggunaan arsitektur rumah adat Karo, masyarakat setempat. Penelitian mengenai pemaknaan ornamen pada gereja tema inkulturatif ini mempunyai tujuan berusaha menampilkan gambaran ornamen-ornamen apa yang penting dan tidak penting menurut umat. Selain metode wawancara, peneliti juga melakukan pengamatan, dengan ikut mengikuti kegiatan Gereja Katolik Inkulturatif Karo di Berastagi selama 5 bulan, terhitung dari bulan Juni hingga Desember 2006. Penelitian ini menemukan bahwa pemaknaan terhadap ornamen beragam bentuknya. Umat memaknai ornamen gereja yang sakral dari pada ornamen Karo, dan salib merupakan bentuk simbol yang sangat dimaknai dalam kehidupan orang Katolik. Ornamen Karo dimaknai sebagai tanda yang menunjukkan identitas orang Karo, ornamen Karo yang utama adalah bentuk rumah adat dengan Tersek dan ret-ret. Sejarah pembangunan Gereja Katolik Inkulturatif Karo memiliki latarbelakang rencana yang matang dan sudah menjadi blueprint dari kebijakan Katolik Roma, dari Konsili Vatikan II. Berawal dari adanya beberapa bangunan gereja Katolik dengan tema inkulturatif, Uskup Datubara memindahkan Pastor Leo yang sukses membangun Gereja Katolik Inkulturatif Toba di Pangunguran ke Paroki Kabanjahe. Transformasi budaya atau perubahan budaya terlihat dari penelitian mengenai perubahan pemaknaan ornamen tradisional Karo. Beberapa faktor pendukung terjadinya perubahan pemaknaan ini adalah media dimana dicantumkan ornamen tradisional. Faktor utama perubahan pemaknaan adalah jaman atau waktu. Lalu, faktor berikutnya adalah keadaan masyarakat yang cenderung tidak lagi memakai ornamen tradisional. Kehadiran dari keadaan baru bentuk arsitektur rumah ibadat yang dikolaborasikan dengan rumah adat ini jelas ?menggelitik? rasa pemaknaan yang berbeda baik terhadap sosok sebuah rumah ibadat. Pemaknaan terhadap sesuatu yang baru dapat berimplikasi kepada makna baru, makna yang baru dapat berimplikasi kepada perilaku baru. Budaya baru terlihat dari perubahan pemaknaan komunitas terhadap suatu fenomena yang baru.

This thesis is a description of interp retation of the to Catholic Church ornaments with a theme inculturation. Inculturative is anyway a part of the name of this church, positioned in Berastagi. The theme inculturative on the church is seen on the use of traditional Karonese architecture. This research has a mision to reflect the description which ornaments is important, the churhces ornaments or the traditional ones, to the people in the church itself. Participation observation and interview is the methods used in this research, while following activities in t he Karonese Inculturativ e Catholic Church intensively about 5 months, counted from June to December 206. This research found that the members? interpretation to the ornaments has several variations. The curch members sense the churches ornaments as sacral ornaments rather than the Karonese ones, and cross is a symbol which deeply interpreted in the Catholics lives. Karonese ornaments sensed as a sign which shows the identity of Karonese. Tersek and ret-ret is the ones very sensed as Karonese architectural ornaments. The history of the devel opment of this Karonese Inculturative Catholicchurch is a well planned and a blueprint from the Rome Catholic, started from Konsili Vatikan II. Before this church there are several Cat holic Churches with inculturative theme, Bis hop Datubara moves Father Leo, who succesfully built Tobanese Inculturative Catholic Church in Pangururan to the Kabanjahe Parish. Cultural transformation or cultural change is shown from this research about the changing of interpretation of Karonese traditional ornament. Some factors to this changing is the media where the ornaments are aplied, ti me phase is the primary factors. Next, the condition of people which mainly us e the traditional ornaments no more. New shape of a church architecture, colaborated with traditional architecture, trully challe nge a different interpretation even to a praying house. Interpretation to something new can implicated to new behavior. New culture seen from the changes of comunities interpretaion to a new fenomena."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T22723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Susetyo
"Mutu pelayanan kesehatan yang baik di puskesmas akan memberikan kepuasan kepada pasien sebagai pelanggan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pelayanan rawat jalan poli umum puskesmas di Kota Sabang tahun 2008, dengan desain penelitian cross sectional melalui pendekatan kuantitatif yang kemudian dianalisa secara univariat, bivariat dan multivariate, serta pendekatan kualitatif yang dianalisa dengan menggunakan matrik. Sampelnya adalah pasien yang berkunjung rawat jalan poli umum puskesmas di Kota Sabang pada bulan Februari 2008 berjumlah 110 pasien.
Hasil penelitian menunjukkan pasien yang merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan sebesar 50,9%. Hasil analisis bivariat didapatkan yang berhubungan adalah status pekerjaan (nilai p = 0,037). Faktor yang dominan berhubungan dengan kepuasan pasien adalah sumber biaya askeskin (nilai p = 0,035). Faktor yang tidak berhubungan dengan kepuasan pasien adalah: umur, jenis kelamin, pendidikan. Hasil pemetaan dimensi mutu didapatkan pernyataan yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki adalah alat periksa tersedia dan lengkap, petugas memberi informasi yang jelas tentang penyakit yang diderita pasien, pasien selalu mendapatkan pelayanan dari dokter, dan petugas memberi kesempatan pasien untuk bertanya dan menyampaikan keluhan.
Perlu adanya alur pelayanan, petunjuk ruangan, pembatas ruangan, SOP, standarisasi tugas, uraian tugas, bimbingan teknis yang baik dan benar, dokter yang selalu melakukan pemeriksaan di poli umum sesuai jadwal piket dan ilmu yang telah didapatkan sesuai profesinya, sehingga memberi kesempatan pasien untuk bertanya dan menyampaikan keluhan, serta memberi informasi penyakit yang diderita pasien.

The good quality of health care on public health centre will give satisfaction to patient as the external customer. The purpose of this research want to find out characteristic of outpatient service satisfaction of poly public health centre in Sabang city in 2008, this research was done by a cross sectional method with quantitative approach and univariate, bivariate, multivariate analyzed, and qualitative approach that analysed by using matrix. The sample in this research was taken from outpatient public poly in Public Health Centre in Sabang City on Februari 2008 amount 110 patient.
Result of research shows of patients feel satisfied with service that give as high as 50,9%. Result of bivariate analysis is got corelated is job status (value p = 0,037). Dominant factor which relation with patient satisfaction is expense source askeskin (p-value = 0,035). Factor is not relation with patient satisfaction is age, gender, education. Whereas statement that become main priority for repaired is tool checks available and complete, officer gives clear information about patient's diseases, patient always gets service from doctor, and officers gives patient opportunity to enquire and submit sigh.
Must existence of service path, room guideline, room constrictor, SOP, duty standardization, duty description, good technical supervision and correctness, docter always serve in public poly on schedule care of service and knowledge that has been got according its profession.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41263
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Rahmadina
"Pelayanan kesehatan merupakan salah satu pelayanan publik yang berperan krusial dalam meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai garda terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan, puskesmas sejatinya harus menyediakan pelayanan yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas pelayanan publik pada pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan dengan menggunakan teori kualitas pelayanan kesehatan oleh Donabedian (2003) melalui tiga dimensi yang diukur yakni structure, process, dan outcome. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data mixed method melalui survei, wawancara mendalam, dan observasi sederhana. Hasil survei kepada 100 responden menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dikategorikan baik dengan dimensi structure memiliki persentase 96% memiliki kategori baik, dimensi process memiliki kategori 85% baik, dan dimensi outcome 95% memiliki kategori baik. Dalam hal ini dimensi process memiliki persentase lebih kecil dibanding dimensi lainnya sehingga diperlukan adanya upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terutama oleh berbagai pihak yang terlibat yakni Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa.

Health services are one of the public services that play a crucial role in improving health status. As the front guard in providing health services, community health centers must provide quality services. This research aims to analyze the quality of public services in health services at the Jagakarsa District Health Center, South Jakarta using the theory of health service quality by Donabedian (2003) through three measured dimensions, namely structure, process and outcome. This research uses a quantitative approach with mixed method data collection techniques through surveys, in-depth interviews and simple observations. The results of a survey of 100 respondents stated that the quality of health services at the Jagakarsa District Health Center was categorized as good, with the structure dimension having a percentage of 96% in the good category, the process dimension having a good category of 85%, and the outcome dimension being 95% in the good category. In this case, the process dimension has a smaller percentage than other dimensions, so efforts are needed to improve the quality of health services, especially by the various parties involved, namely the DKI Jakarta Provincial Health Service and the Jagakarsa District Health Center."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Maytasari
"Latar Belakang: Masyarakat yang menerima pelayanan secara langsung merasakan bagaimana tingkat kepuasan pelayanan yang diberikan instansi pemerintah. Tingkat kepuasan masyarakat tersebut diukur dengan menggunakan instrument seperti
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Hasil pengukuran kepuasan pelanggan yang obyektif dan akurat dapat membantu puskesmas dalam merumuskan bentuk pelayanan yang lebih baik. Rata-rata Indeks Kepuasan Masyarakat di 36 Puskesmas pada Tahun
2019 sebesar 84,28. Target IKM pada Tahun 2019 adalah 82.8 sedangkan Puskesmas X tidak mencapai target dan memiliki skor IKM terendah yaitu sebesar 77.75. Dari hasil IKM di Puskesmas X Tahun 2019 diketahui terdapat 3 unsur pelayanan dengan nilai
mutu layanan kurang baik (<3,06) yaitu unsur kecepatan pelayanan dengan nilai 2.89, unsur kejelasan dan kepastian pelayanan dengan nilai 2.95, dan dan unsur kewajaran biaya 2.98. Tujuan: Mengetahui informasi mendalam mengenai kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan rawat jalan di Puskesmas X Tahun 2020. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu studi kasus, instrument yang digunakan pedoman wawancara mendalam dan telaah dokumen, informan dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang kepala puskesmas, 6 orang
petugas puskesmas dan 5 orang pasien. Hasil: Kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan rawat jalan di puskesmas X sudah baik, seluruh informan pasien merasa puas untuk dimensi jaminan, kehandalan, ketanggapan dan empati, namun seluruh informan pasien merasa tidak puas pada dimensi bukti fisik. Kualitas pelayanan pada dimensi
bukti fisik cukup baik dalam kelengkapan sarana dan prasarana, namun masih kurang memadai kondisi gedung dan penempatan media informasi kurang optimal karena tidak semua pasien melihat media tersebut. Pada dimensi jaminan pasien merasa aman dan percaya terhadap petugas, kemampuan petugas cukup baik dan sopan santun. Pada dimensi daya tanggap petugas selalu memberitahukan kapan pelayanan akan diberikan, petugas memberikan pelayanan dengan cepat. Pada dimensi kehandalan jadwal pelayanan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dan sudah memberikan pelayanan
maksimal sesuai SOP, untuk penanganan keluhan pasien disediakan kotak saran, namun ada informan pasien yang tidak tahu adanya kotak saran. Pada dimensi empati, informan merasakan petugas sudah cukup baik dalam berempati dengan memberikan perhatian dan memberikan bantuan kepada pasien. Kesimpulan: Kualitas pelayanan pada dimensi
bukti fisik, jaminan, kehandalan, ketanggapan dan empati sudah cukup baik, sehingga
pasien merasa puas namun pasien menyatakan kurang puas pada dimensi bukti fisik
khususnya terkendala dengan gedung puskesmas yang kecil, sempit dan panas

Background: People who receive services directly feel the level of satisfaction of
services provided by government agencies. The level of public satisfaction is measured
using instruments such as the Community Satisfaction Index (IKM). The results of
measuring customer satisfaction that are objective and accurate can help health
community service in formulating a better form of service. The average Community
Satisfaction Index at 36 health community service in 2019 was 84.28. The IKM target in
2019 is 82.8, while health community service X does not reach the target and has the
lowest IKM score, namely 77.75. From the results of the IKM at health community
service X in 2019, it is known that there are 3 elements of service with poor service
quality values (<3.06), namely elements of service speed with a value of 2.89, elements
of clarity and certainty of service with a value of 2.95, and elements of fairness of costs
2.98. Objective: To find in-depth information about patient satisfaction with the quality
of outpatient services at health community service X in 2020. Methods: This research is
descriptive using qualitative research methods, namely case studies, the instruments
used are in-depth interview guidelines and document review, the informants in this
study consisted of 1 head health community service, 6 health community service
officers and 5 patients. Results: Patient satisfaction with the quality of outpatient
services was good, all patient informants were satisfied with the dimensions of
assurance, reliability, responsiveness and empathy, but all patient informants were
dissatisfied with the dimensions of physical evidence. The quality of service in the
physical evidence dimension is quite good in terms of the completeness of facilities and
infrastructure, but the building conditions are still inadequate and the placement of
information media is not optimal because not all patients see the media. In the assurance
dimension, the patient feels safe and trusts the officer, the ability of the officer is quite
good and polite. In the dimension of responsiveness, officers always tell when services
will be provided, officers provide services quickly. On the reliability dimension, the
service schedule is in accordance with the time set and has provided maximum service
according to the SOP, for handling patient complaints a suggestion box is provided, but
there are patient informants who do not know there is a suggestion box. In the
dimension of empathy, the informant felt that the staff was good enough at empathizing
by giving attention and providing assistance to patients. Conclusion: The quality of
service in the dimensions of physical evidence, assurance, reliability, responsiveness
and empathy is good enough, so that the patient feels satisfied, but the patient states that
he is not satisfied with the dimensions of physical evidence, especially constrained by
the small, narrow and hot health community service building
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Wahyudi
"Dalam menuju target pencapaian MDG?s pada tahun 2015, peran puskesmas sangatlah penting, puskesmas sebagai institusi terdepan tidak hanya pemberi pelayanan kesehatan saja, tetapi juga melaksanakan berbagai program kesehatan untuk mempercepat pencapaian MDG?s tersebut . Beberapa hasil penelitian menunjukkan masih adanya ketidakpuasan yang dialami pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan di puskesmas terutama pelayanan kesehatan di unit rawat jalan. Oleh karena itu dalam aplikasinya, puskesmas harus memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang diberikannya agar kepuasan pasien dapat terpenuhi. Indeks Kepuasan Masyarakat pada tahun 2012 di Puskesmas Cikampek hanya berada pada nilai indeks 78.91 yang artinya puskesmas masih harus meningkatkan mutu pelayanannya agar kepuasan pasien dapat tercapai, karena dengan tercapainya kepuasan pasien maka akan memberikan nilai tambah yang positif bagi Puskesmas Cikampek sendiri, sehingga pada akhirnya puskesmas dapat menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memelihara kesehatannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik pasien dengan persepsinya terhadap mutu pelayanan rawat jalan di Puskesmas Cikampek Kabupaten Karawang pada tahun 2014. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian adalah pasien yang telah mendapatkan pelayanan rawat jalan dan setelah dilakukan penghitungan sampel didapatkanlah sebanyak 96 responden dengan ditambah 15% maka total responden adalah 111 responden, dengan kriteria responden yang telah berumur 16 tahun dan merupakan pasien rawat jalan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan pasien dengan persepsinya terhadap dimensi mutu assurance pada pelayanan rawat jalan di Puskesmas Cikampek, dimana prosentase responden yang puas dengan pelayanan rawat di Puskesmas Cikampek adalah 45.2 % responden dan 54.8 % responden tidak puas dengan pelayanan rawat jalan puskesmas Cikampek.

In towards the achievement of MDG targets by 2015, the role of health center is important, as the health center is not only a leading institution health care providers alone, but also carry out various programs health to accelerate the achievement of the MDG's. puskesmas responsible for the development of health in the working area, so that existence is still very much needed by the community. In its application, health centers should pay attention to the quality of health services that it provides, that patient satisfaction can be met. Cikampek health center should attention to patient satisfaction because it is the achievement of satisfaction patients it will provide added value to the health center positive Cikampek itself, which in turn can be a health center for the community choice to maintain his health.
The purpose of this research is to know relationship of patient characteristics with perceptions of the quality of ambulatory care Cikampek health center street in Karawang district. This study is quantitative research. As for the sample in the study is patient who has received outpatient services, and obtained as much 111 respondents with a simple random sampling technique.
Results of the study shows that there is a relationship between the perception of patient education the quality of outpatient services at the health center with the percentage ikampek 45.2% of patients with ambulatory care health centers and 54.8% Cikampek patients are not satisfied with the service Cikampek outpatient health center.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S57568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihwan Arni Yusuf
"Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan puskesmas di daerah terpencil, salah satu upaya yang diharapkan dapat mencapai kesejahteraan masyarakat, sehingga perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas berdasarkan persepsi pengguna jasa di daerah. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional terhadap kualitas pelayanan puskesmas Cimandala Kecamatan Sukaraja melalui evaluasi kualitas pelayanan yang didasarkan pada persepsi pengguna jasa dengan menerapkan metode evaluasi Ovretveit. Pengumpulan data dilakuakan melalui kuesioner dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kualitas pelayanan puskesmas Cimandala sudah dinyatakan baik dan menyarankan untuk perlu dilakukan perbaikan terhadap pelayanan yang terkait dengan mekanisme pengaduan keluhan dan kejelasan penindak lanjutan laporan maupun keluhan masyarakat pengguna jasa oleh petugas puskesmas Cimandala. Selain itu perlu dilakukan peningkatan terhadap sarana pendukung dan penyusunan standar operasional prosedur yang mampu memberikan layanan berkualitas serta berorientasi pada pasien atau pengguna jasa agar tercipta pelayanan puskesmas Cimandala yang mampu memberikan kepuasan kepada seluruh pasien.

In order to improve service quality public health center in remote areas, one of the efforts is expected to reach public welfare. So research to find an overview of service quality public health in remote areas based on costumers perseption is needed. This is a cross sectional study of Cimandala Public Health Center service quality through the evaluation of service quality based on Costumers Perception by applied on Ovretveit evaluation model approach. Collecting data carried out through a questionnaire and an interview. The result of this research shown that service quality in this place been declared well. It is suggested necessary improvements to services related to the grievance mechanism and clarity proceded reports and public complaints service user by the staff of Cimandala public health center and be sides that by compiling operational standard of procedure and supporting instruments with focus in costumer oriented in order to improve quality services of Cimandala public health center which can extend statisfaction for the all customers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S55831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Br Ginting, Lea Morry
"Kesehatan ibu dan anak adalah salah satu indikator derajat kesehatan yang dapat dinilai sebagai keberhasilan pelayanan kesehatan dan menjadi komponen indeks pembangunan dan indeks kualitas hidup. Namun, masalah kematian dan kesakitan Ibu dan anak di Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Upaya penurunan angka kematian ibu dan anak diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang memiliki kualitas data dan utilitas data yang baik. Pelaporan dan pencatatan kesehatan ibu dan anak digunakan untuk melihat dan memantau faktor-faktor resiko dan non resiko selama proses kehamilan normal maupun tidak normal dalam melakukan intervensi segera. Puskesmas Berastagi dan Puskesmas Tiga Panah merupakan beberapa dari Puskesmas yang ditemukan ketidaksambungan data, tidak kredibel di Kabupaten Karo. Risiko dari data yang tidak kredibel adalah tidak bisa mengetahui besarnya masalah yang sesungguhnya sehingga tidak bisa memonitor, mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan program. Pukesmas Berastagi dan Tiga Panah menerima pelaporan KIA dari Bidan di Desa. Oleh karena itu diperlukan adanya evaluasi sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan ibu dan anak untuk melihat data kesehatan ibu dan anak yang ada di Puskesmas Berastagi dan Tiga Panah terutama pelaporan data dari Bidan di Desa. Penelitian ini merupakan peneltian kualitatif dengan pengambilan data melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas Berastagi memiliki kualitas data yang lebih baik dibandingkan dengan Puskesmas Tiga Panah namun masih terdapat desa yang harus diperbaiki dalam kualitas data; Penilaian lima komponen fungsi manajemen data, Puskesmas Berastagi memiliki pemanfaatan data dan informasi nilai yang paling rendah sedangkan untuk Puskesmas Tiga Panah dimana Pengolahan dan analisis data serta pemanfaatan data dan informasi memiliki nilai paling rendah ; Puskesmas Berastagi memiliki e-puskesmas namun belum mendukung pencatatan dan pelaporan KIA sedangkan Puskesmas Tiga Panah tidak memiliki e-puskesmas/SIMPUS; tidak terdapat SOP ; Formulir yang tidak tersedia secara rutin untuk Bidan di Desa di Puskesmas Berastagi sedangkan Puskesmas Tiga Panah tersedia secara rutin namun masih ditemukan Bidan di Desa mengirimkan dengan selembar kertas; tidak terdapat kebijakan secara tertulis terkait pencatatan dan pelaporan KIA; tidak pernah dilakukan pre dan post test di Puskesamas Berastagi dan Tiga Panah; Puskesmas Berastagi tidak memiliki dana khusus pencatatan dan pelaporan KIA.

Maternal and child health is one indicator of health status that can be assessed as the success of health services and is a component of the development index and quality of life index. However, the problem of maternal and child mortality and morbidity in Indonesia is still a big problem. Thus, maternal and child health services are a top priority in health development in Indonesia. Efforts to reduce maternal and child mortality require a recording and reporting system that has good data quality and data utility.Maternal and child health reporting and records are used to view and monitor risk and non-risk factors during normal and abnormal pregnancy processes in carrying out immediate interventions. Puskesmas Berastagi and Puskesmas Tiga Panah are some of the Puskesmas that were found to be data disconnected, not credible in Karo District. The risk of data that is not credible is not being able to know the true magnitude of the problem and so being unable to monitor, evaluate the success or failure of the program. Pukesmas Berastagi and Tiga Panah receive MCH reports from the village midwife. Therefore, it is necessary to have an evaluation of the recording and reporting system for maternal and child health to see the data on maternal and child health at the Berastagi and Tiga Panah Puskesmas, especially the reporting of data from village midwives. This research is a qualitative research by collecting data through observation interviews and documentation studies. The results showed that Puskesmas Berastagi has better data quality than Tiga Panah Puskesmas but there are still villages that need improvement in data quality; b. The assessment of the five components of the data management function, Puskesmas Berastagi has the lowest value data and information utilization, while for Tiga Panah Puskesmas that data processing and analysis as well as data and information utilization has the lowest value; Berastagi Puskesmas has an e-puskesmas but it does not yet support MCH recording and reporting, while the Tiga Panah Puskesmas does not have an e-puskesmas / SIMPUS; there isn’t standard operating procedures; Forms that were not regularly available for Village Midwives at Puskesmas Berastagi while Puskesmas Tiga Panah were available regularly but were still found. Village midwives sent them with a sheet of paper; there is no written policy regarding MCH recording and reporting; never done pre and post test at Puskesamas Berastagi and Tiga Panah; Berastagi Puskesmas does not have special funds for recording and reporting MCH."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Mentari D.C.
"Puskesmas merupakan penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Kabupaten Pandeglang memiliki persentase tertinggi untuk penduduk yang berobat jalan ke Puskemas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lokasi pelayanan puskesmas terhadap kunjungan rawat jalan di Kabupaten Pandeglang dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelayanan puskesmas terhadap kunjungan pasien rawat jalan di Kabupaten Pandeglang. Metode yang digunakan adalah analisis statistik spasial, Regresi Pembobotan Geografis menggunakan perangkat lunak ArcGIS.
Hasil yang diperoleh bahwa Karakteristik Lokasi Pelayanan Puskesmas di Kabupaten Pandeglang digambarkan dengan: (1) mayoritas kualitas jalan yang melewati puskesmas memiliki kondisi yang baik, (2) mayoritas puskesmas terletak di ketinggian 0-100 mdpl dan kelerengan 0-8%, dan (3) mayoritas kepadatan penduduk di wilayah kerja puskesmas berkisar antara 500-1.000 jiwa/km2. Faktor karakteristik lokasi pelayanan puskesmas yang berpengaruh paling tinggi terhadap jumlah kunjungan pasien rawat jalan di puskesmas adalah tersedianya laboratorium kesehatan dan jumlah jenis tenaga kesehatan. Keterbatasan akses dan fasilitas kesehatan di wilayah pedesaan di Kabupaten Pandeglang dapat dibuktikan dengan hampir seluruh wilayah di bagian selatan kabupaten ini dipengaruhi oleh kedua variabel tersebut. Berdasarkan nilai R-Square Local, didapatkan bahwa rasio kunjungan rawat jalan pada sebagian besar wilayah Kabupaten Pandeglang dipengaruhi oleh tersedianya laboratorium kesehatan dan jumlah jenis tenaga kesehatan.

Puskesmas is responsible for organizing health efforts for the first level. Pandeglang has the highest percentage of the population using Puskemas facilities. This research aims to understand the characteristics of puskesmas service locations on outpatient visits and the factors that influence the performance of patient visits health center services to outpatients in Pandeglang Regencies. The Methods is spatial statistical analysis, Geographically Weighted Regression using ArcGIS software.
The results is that The Characteristics Location Services Health Center in Pandeglang described by: (1) the majority of the quality of the road that passes through the health center has a good condition, (2) the majority of the health center is located at an altitude of 0-100 meters above sea level and slope 0- 8% and (3) the majority of the population density in the working area health centers ranged between 500-1000 people/km2. Characteristic location factors that has the highest influence of outpatient visits at health centers is the availability of health laboratories and the number of types of health workers. Limited access to health facilities in rural areas in Pandeglang can be proved by almost all regions in the southern part of the district is influenced by these two variables. Based on the R-Square Local value, it was found that the ratio of outpatient visits in most areas of Pandeglang influenced by the availability of health laboratories and the number of types of health workers."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T42923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>