Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204760 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shandy
"ABSTRAK
Latar belakang : Cara dokter anestesiologi berkomunikasi dengan pasien menentukan kepuasan dan kecemasan pasien praopeatif. Salah satu metode komunikasi yang awalnya dikembangkan oleh Stuart dan Lieberman untuk pendekatan psikoterapi sederhana adalah metode BATHE. Metode wawancara BATHE (disesuaikan untuk Klinik Praoperatif) terdiri atas empat pertanyaan spesifik mengenai latar Belakang pasien, perasaan (Afeksi) pasien berpikir tentang operasi, hal yang paling diTakutkan pasien menghadapi operasi atau pembiusan, Harapan-harapan pasien, diikuti dengan suatu tanggapan Empati serta pemberian penjelasan (Edukasi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penggunaan metode wawancara BATHE terhadap kepuasan dan kecemasan pasien yang berkunjung di Klinik Praoperatif.
Metode : Penelitian ini dilakukan pada 270 pasien tanpa randomisasi yang berkunjung di Klinik Praoperatif, 135 pasien diwawancara biasa (non BATHE) dan 135 pasien lainnya dengan metode BATHE. Kecemasan pasien dinilai pra dan pascawawancara menggunakan perangkat Visual Analoque Scale, rentang nilai 0 (tidak cemas) sampai 100 (kecemasan maksimal). Kepuasan pasien sesudah kunjungan dinilai melalui kuesioner dengan rentang nilai 1 (tidak puas) sampai 5 (sangat puas).
Hasil : Pasien yang diwawancarai dengan metode BATHE memiliki rata-rata skor kepuasan yang lebih tinggi secara bermakna daripada pasien yang diwawancarai tanpa metode BATHE (3,97 ± 0,49 vs 3,64 ± 0,51). Selain itu, pasien kelompok BATHE memiliki skor kecemasan yang lebih rendah secara bermakna daripada kelompok non BATHE (22,95 ± 16,87 vs 32,57 ± 23,65).
Kesimpulan : Metode wawancara BATHE bermanfaat untuk menambah kepuasan dan mengurangi kecemasan pasien yang berkunjung di Klinik Praoperatif.

ABSTRACT
Background : The way how the anesthesiologists do communicate determines patient satisfaction and also preoperative anxiety. BATHE method is one of the communication method developed by Stuart and Lieberman as a psychotherapy approach. This method (adapted for the Preoperative Clinic) includes four specific questions about patient’s Background, patient’s Affect thinking about operation, most Troubling aspect of having surgery or anesthesia, patient’s Hope, followed by Empathy expression and giving Education. The aim of this study was to know the effect of BATHE method on patient satisfaction and anxiety in the Preoperative Clinic.
Method : This study was conducted on 270 non-randomized patients who visited in Preoperative Clinic, 135 patients interviewed by usual method (non BATHE) and 135 other patients by BATHE method. Visual Analoque Scale, range from 0 (no anxiety) until 100 (maximal anxiety), was used to asses patient anxiety pre and post interviewed. Patient satisfaction was assessed using quesionaire, the score range from 1 (very poor) until 5 (very good).
Result : The mean overall patient satisfaction in the BATHE group was higher significantly than the non BATHE group (3,97 ± 0,49 vs 3,64 ± 0,51). Moreover, the mean anxiety score in the BATHE group was lower significantly than the non BATHE group (22,95 ± 16,87 vs 32,57 ± 23,65).
Conclusion : The BATHE method improves patient satisfaction and decreases patient anxiety in the setting of Preoperative Clinic."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmita Frizanggi
"Dampak dari perawatan di ruang rawat inap isolasi selama berhari-hari pada klien yang terkonfirmasi positif COVID-19 dapat menimbulkan masalah psikososial yaitu ansietas. Karya ilmiah ini menjelaskan asuhan keperawatan ansietas pada klien COVID-19 yang sedang melakukan perawatan di ruang rawat inap dengan teknik relaksasi, teknik distraksi dan kolaborasi medikasi. Metode karya ilmiah yang digunakan adalah laporan kasus tunggal. Karya ilmiah dilakukan selama 4 hari di ruang rawat inap isolasi RS Universitas Indonesia. Laporan kasus ini berfokus kepada klien Ny. F usia 25 tahun yang setelah dipindahkan dari IGD ke ruang rawat inap mengeluhkan napas tidak teratur dan sulit untuk tidur karena takut sendirian di ruang perawatan. Hasil evaluasi yang didapatkan adalah hilangnya tanda dan gejala ansietas, serta penurunan hasil Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) dari abnormal menjadi normal.

The impact of hospitalization in single treatment room for days to the patients who COVID-19 positive tested could lead to the psychosocial problems, one of them is anxiety. This study explained an overview of anxiety nursing care in a patient with COVID-19 who was hospitalized in single treatment room by means of relaxation and distraction techniques also collaboration in medication. The method of this study is single case study. The study was conducted for 4 days in single treatment room of University Indonesia’s Hospital. This study focused on Mrs. F, the 25 years old patient that after being transferred from the emergency room to the single treatment room, the patient complains of having irregular breathing and could not sleep at night because the patient was too afraid to be alone in the room. The evaluation result obtained were the disappearance of sign and symptoms of anxiety and the decreasing result of Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) form abnormal to normal."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Kecemasan dapat dialami oleh klien TB Paru yang akan menjalani tihdakan
pemasangan Water Sealed Drainage (WSD). Tindakan pemasangan Water Sealed
Drainage (WSD) merupakan tindakan diagnostik medis, tindakan invasif yang dapat
mengalami beberapa efek samping dad pengobatan. Penelitian ini bertujuan
mengidentitikasi kecemasan klien TB. Paru yang akan menjalani tindakan
pemasangan Water Sealed Drainage (WSD). Metode penelitian yang digunakan yaitu
metode deskriptif sederhana- dengan responden 30 orang sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan Sedangkan metoda pengambilan data dilakukan dengan cara
memberikan kuesioner untuk mengetahui tingkat kecemasan klien TB. Paru yang
akan menjalani tindakan pemasangan Water Sealed Drainage (WSD). Data yang telah
terkumpul dianalisa dengan menggunakan nilai rata-rata kemudian diskoring. lalu
dibagi dalam masing-masing tingkat kecemasan ringan, sedang, berat, panik.
Kemudian dibuat prosentase dari tiap-tiap tingkat kecemasan yang didapat. Hasil
yang diperoleh rata-rata: 413% yaitu tingkat kecemasan sedang. Presentase dari
semua adalah ringan 0%, sedang 90%, bérat 10% dan panik 0%. Agar penelitian lebih
akurat, untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti melakukan observasi
langsung terhadap respon klien."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA4982
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Yulie Cynthia
"Latar Belakang : Penilaian kepuasan pasien terhadap pelayanan perioperatif anestesia cukup kompleks dengan menggunakan kuesioner yang melibatkan berbagai aspek kepuasan pasien, antara lain pemberian informasi, ketidaknyamanan dan ketakutan serta interaksi staf dan pasien. Kuesioner tersebut harus dilakukan validasi terlebih dahulu agar dapat diterapkan pada pasien di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Tujuan penelitian ini adalah Mendapatkan tingkat kepuasan pasien dan mengetahui hubungan antara tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan perioperatif anestesia di RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Metode : Sebanyak 120 pasien pascaoperasi elektif ikutserta dalam penelitian dengan rancang potong lintang di RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan menggunakan kuesioner kepuasan, di mana 30 pasien dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Penilaian kepuasan pasien dari perhitungan skor kepuasan dalam kuesioner.
Hasil : Kuesioner kepuasan yang digunakan memiliki validitas yang baik dengan nilai Cronbach alpha 0,923 dan koefisien korelasi 0,808-0,844 untuk item informasi, Cronbach alpha 0,335 untuk item ketidaknyamanan, Cronbach alpha 0,786 item ketakutan serta Cronbach alpha 1,000 item interaksi staf dan pasien. Kepuasan pasien terhadap pemberian informasi berhubungan bermakna dengan jenis pembiusan (p<0,05).
Kesimpulan : Pasien merasa puas terhadap pelayanan perioperatif anestesia terkait pemberian informasi, juga terkait dengan interaksi staf dan pasien.

Background : Measuring patient satisfaction on perioperative anesthesia care is complex, using questionnaires which consists on the aspects of patient satisfaction, such as giving information, discomfort, fear and staff-patient satisfaction. The aim of this study is getting to know the level of patient satisfaction and the correlation between the level of patient satisfaction with perioperative anesthetic care in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: A total of 120 elective postoperative patients participated in the study with a cross-sectional design in Cipto Mangunkusumo Hospital using a satisfaction questionnaire, in which 30 patients were tested on the validity and reliability. Assessment of patient satisfaction were done by calculating the satisfaction score in questionnaires.
Results: The satisfaction questionnaire used has good validity with Cronbach's alpha values of correlation coefficients 0.923 and 0.808 to 0.844 for the information items, Cronbach's alpha 0.335 for the discomfort items, Cronbach's alpha 0.786 for fear items and Cronbach's alpha 1,000 for staff and patient interaction items. Patient satisfaction on information was related to the type of anesthesia (p <0.05).
Conclusions : The patients satisfaction with the perioperative anesthetic care were related with the administration of information and the interaction of staff and patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliasih
"Intervensi area perawatan intensif memberikan dampak psikologis bagi pasien sehingga pasien rentan mengalami kecemasan. Terapi musik dapat dikembangkan berdasarkan latar belakang budaya loka seperti musik gamelan dipadukan dengan perkembangan teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengatehui pengaruh aplikasi terapi musik Yar-a terhadap kecemasan pasien di Ruang High Care. Metode penelitian adalah quasi eksperimen pretest postest dengan kelompok kontrol. Sampel penelitian adalah pasien yang dirawat di Ruang High Care dengan total 62 responden. Hasil analisis bivariat terdapat penurunan skor kecemasan pada kelompok intervensi (p=0,000). Ada pengaruh yang signifikan aplikasi terapi musik Yar-a terhadap kecemasan pasien di Ruang High Care (p=0,000). Aplikasi terapi musik Yar-a secara efektif dalam menurunkan kecemasan pasien di Ruang High Care. Terapi musik menggunakan musik gamelan dan suara alam dapat digunakan untuk intervensi menurunkan kecemasan.

Intensive care area interventions have a psychological impact on patients so that patients are vulnerable to experiencing anxiety. Music therapy can be developed based on local cultural backgrounds such as gamelan music combined with technological developments. This research aims to determine the effect of the yar- a music therapy application on patient anxiety in the High Care Room. The research method is a quasi-experimental pretest posttest with a control group. The research sample was patients treated in the High Care Room with a total of 62 respondents. The results of bivariate analysis showed a decrease in anxiety scores in the intervention group (p=0.000). There is a significant effect of the Yar-a music therapy application on patient anxiety in the High Care Room (p=0.000). The Yar- a music therapy application is effective in reducing patient anxiety in the High Care Room. Music therapy using gamelan music and natural sounds can be used as an intervention to reduce anxiety."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha S.F.S.
"ABSTRAK
Di Indonesia, penyakit jantung yaitu penyakit jantung koroner menjadi penyebab

kematian tertinggi pada semua umur setelah stroke, yakni sebesar 12,9% menurut hasil

Survei Sample Registration System (Kemenkes, 2014). Penyakit Jantung pada tahun 2017

juga menempati urutan teratas dengan pembiayaan sebesar Rp 9.5 triliun yang ditanggung

oleh Pemerintah Indonesia melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan (Setkab, 2018). Dana tersebut digunakan untuk membiayai pengobatan baik

operasi, rawat inap dan rawat jalan pasien jantung di seluruh Indonesia. Masalah

kekambuhan dan kematian pasien jantung berkaitan dengan tingkat kepatuhan

pengobatan. Persepsi terhadap penyakit dikenal sebagai salah satu faktor penting yang

dapat dimodifikasi yang memiliki hubungan positif dengan kepatuhan pengobatan

(Maharjan, 2016). Namun persepsi terhadap penyakit hanya mampu menjelaskan namun

tidak memprediksi kepatuhan (Brandes & Mullan, 2014). Peneliti mengasumsikan

terdapat jalur mediasi antara pengaruh persepsi terhadap penyakit pada kepatuhan

pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran kecemasan yang

berfokus pada jantung dan kecenderungan depresi sebagai mediator dalam hubungan

pengaruh persepsi terhadap penyakit pada kepatuhan pengobatan pasien penyakit jantung.

Partisipan penelitian sebanyak 155 orang diberikan pengukuran menggunakan B-IPQ

(persepsi terhadap penyakit), CAQ (kecemasan yang berfokus pada jantung), PHQ-4

(kecenderungan depresi), MMAS-8 (kepatuhan minum obat), dan LAM (kepatuhan

perubahan gaya hidup). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan yang berfokus

pada jantung berperan sebagai mediator dalam pengaruh persepsi terhadap penyakit pada

kepatuhan minum obat (p = 0.028) dan kepatuhan perubahan gaya hidup (p = 0.004.

Kecenderungan depresi berperan sebagai mediator dalam pengaruh persepsi terhadap

penyakit pada kepatuhan perubahan gaya hidup (p = 0.000). Sedangkan dalam pengaruh

persepsi terhadap penyakit pada kepatuhan minum obat, kecenderungan depresi tidak

berperan sebagai mediator (p = 0.184).<


ABSTRACT
In Indonesia, heart disease which is coronary heart disease, is the highest cause of death

at all ages after a stroke, which is 12.9% according to Sample Registration System survey

result (Kemenkes, 2014). Heart Disease in 2017 ranks the top with funding of Rp 9.25

trilion borne by Indonesian Government through Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Kesehatan (Setkab, 2018). The fund are used to fund treatment for both surgery,

inpatient and outpatient cardiac patient throughout Indonesia. The problem of recurrence

and death of cardiac patient is related to the level of medication adherence. Illness

Perception is known as one of the important factor that can be modified which has a

positive relationship with medication adherence (Maharjan, 2016). Illness Perception

only able to explain but not to predict medication adherence (Brandes & Mullan, 2014).

The researcher assumes that there is a mediating pathway between the influence of illness

perception on medication adherence.This study aims to see how the role of heart focused

anxiety and depression tendency as a mediator in the relationship of illness perception

on medication adherence in heart disease patients. The study participants were 155 people

given measurement using B-IPQ (illness perception), CAQ (heart focused anxiety), PHQ-

4 (depression tendency), MMAS-8 (medication adherence), dan LAM (lifestyle

adherence). The result showed that heart-focused anxiety acted as a mediator in

relationship of illness perception on medication adherence (p = 0.028) and lifestyle

adherence (p = 0.004). Depression tendency acted as a mediator in relationship of illness

perception on lifestyle adherence (p = 0.000) but not in medication adherence (p = 0.184)."

2019
T54229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Riandi
"Proses pemulangan pasien rawat inap merupakan bagian dari seluruh rangkaian pelayanan kesehatan yang diterima oleh pasien selama di rumah sakit. Pelayanan yang baik dan memuaskan selama proses perawatan bisa berubah menjadi persepsi yang tidak baik apabila pada akhir proses perawatan yaitu proses pemulangan mengalami hambatan dan membuat proses pemulangan menjadi sangat lama.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa alur proses yang ada sekaligus memberikan usulan perbaikan agar proses pemulangan pasien rawat inap menjadi lebih cepat. Desain penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan metode lean thinking melalui telaah dokumen, wawancara mendalam dan observasi.
Hasil penelitian didapatkan lead time atau waktu yang dibutuhkan untuk pemulangan pasien adalah 252,4 menit (4,2 jam). Total waktu kegiatan yang bersifat value added 168 menit, sedangkan total waktu kegiatan yang bersifat non value added adalah 84,4 menit. Dari identifikasi nilai yang dilakukan terhadap alur proses pemulangan pasien ini ditemukan waste sebesar 63,6 menit yang bila bisa dihilangkan akan memotong lead time menjadi 188,3 menit (3,1 jam).

Process of discharging hospitalized patient is part of service given by the hospital. A Good and satisfying service during hospitalization can turn into unsatisfied perception if at the end of hospitalization there is obstacle in discharging patient and make the process longer.
This research is to analyze the process and give a good suggestion for discharging inpatient process in order to make it more efficient. Design of this research is lean thinking method using document analysis, interview, and observation.
Result of the research indicating lead time or time needed for discharging patient is 252.4 minutes (4.2 hours). Total activity time which is value added is 168 minute, while total activity time which is non value added is 84.4 minute. Base on this value identification found waste value time 63.6 minute can be diminished and cutting lead time to 188.4 minute (3.1hour).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46022
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Tiur Dame Uli
"Pendahuluan: Di negara Indonesia, terdapat hampir 400.000 kasus baru dengan angka kematian sekitar 200.000 orang. Kanker dapat menyebabkan perburukan pada fungsi tubuh. Pasien akan memasuki ruang perawatan intensif untuk mendapat dukungan dari fungsi tubuhnya yang terganggu. kecemasan dapat timbul pada anggota keluarga. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas psikoedukasi terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien kanker di ruang perawatan intensif. Desain: Desain pretest-posttest kelompok kontrol dan metodologi kuasi-eksperimental digunakan dalam desain penelitian ini. Desain ini terdiri dari satu kelompok intervensi dan satu kelompok kontrol. Hasil: Ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi yang mendapatkan psikoedukasi dengan kelompok kontrol (p < 0,001). Kesimpulan: Intervensi psikoedukasi mampu menurunkan kecemasan pada keluarga pasien kaker yang dirawat di Ruang ICU. Rakomendasi: Intervensi psikoedukasi dapat diterapkan pada keluarga pasien kanker yang dirawat di Ruang ICU.

Introduction: In Indonesia, there are nearly 400.000 new cases with a mortality rate of about 200.000 people. Cancer can cause a deterioration in bodily function. Patients will enter the intensive care unit to receive support for their impaired bodily functions. Anxiety may arise among family members. Objective: This study aims to determine the effectiveness of psychoeducation on the anxiety levels of families of cancer patients in the intensive care unit. Design: A pretest-posttest control group design and a quasi-experimental methodology were used in this study. This design consists of one intervention group and one control group. Results: There is a significant difference between the intervention group that received psychoeducation and the control group (p < 0,001). Conclusion: Psychoeducation interventions can reduce anxiety in the families of cancer patients admitted to the ICU. Recommendations: psychoeducation interventions can be applied to the families of cancer patients admitted to the ICU."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririek Andri Christianto
"Dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat serta kemudahan mengakses dan mendapatkan informasi ditunjang dengan meningkatnya tingkat pendidikan , maka saat ini masyarakat menuntut pelayanan yang diterimanya harus bermutu diantaranya pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit, sebagai pelayanan yang bersifat jasa maka mutu diterjemahkan menjadi kepuasan akan pelayanan yang diberikan.
Instalasi rawat jalan merupakan gerbang dan rumah sakit, jadi menggambarkan citra rumah sakit, karena dalam segi jumlah pasien bagian ini yang umumnya paling banyak dalam melayani pasien. Instalasi rawat jalan RSUD Majenang relatif masih muda usianya yakni 2 tahun dan sebagaian besar merupakan warisan dari bentuk puskesmas sebelumnya. Pada tahun 2000 terjadi penurunan jumlah pasien yang berkunjung ke instalasi rawat jalan yang berimbas pada penurunan pendapatan instalasi ini. Oleh pimpinan rumah sakit diperkirakan karena pasien tidak puas akan pelayanan yang diberikan apalagi telah beredar rumor di masyarakat bahwa karyawan rumah sakit kurang ramah dalam melayani pasien. Hal yang menjadi inti penelitian ini yakni ingin menganalisa kepuasan pasien dengan pasien dan karyawan instalasi rawat jalan sebagai obyek penelitian.
Dasar teori yang dipergunakan ada dua yakmi dari servequal dan ultimate patient satisfaction yang digabungkan menjadi satu. Servequal mewakili sudut pandang pelanggan dalam hal ini pasien sedangkan UPS mewakili sudut pandang karyawan rurnah sakit. Alasan penggabungan ini karena dalam pelayanan terdapat dua sisi yang saling berkaitan, yakni karyawan sebagai pihak yang memberikan pelayanan dan disisi lain pasien sebagai yang menerima pelayanan yang diberikan. Maka dalam penelitian ini saya mencoba melihat dua sisi tersebut dalam menganalisa kepuasan pasien. Instrumen penelitian digunakan kuesioner yakni kuesioner A dan B diambil clan UPS sedangkan C 1 dan C 2 diambil dari servequal yang disebarkan ke pasien dan karyawan di tiga poliklinik yakni poli umum, poli kebidanan dan kandungan, serta poli anak.
Hasil penelitian adalah bahwa pasien kurang puas akan pelayanan yang diberikan di instalasi rawat jalan RSUD Majenang ( 49%) dan karyawan kurang memahami pentingnya sikap/perilaku dalam melayani pasien sehingga pasien kurang puas akan pelayanan yang diberikan. Usulan dari penelitian ini adalah perbaikan sikap/perilaku karyawan dalam melayani pasien dan pembentukan team gugus kendali mutu.
Semoga saran ini dapat membantu RS UD Majenang mengembalikan citra rumah sakitnya sehingga jumlah kunjungan pasien diharapkan dapat meningkat.

The Analysis of Patient Satisfaction in Policlinic Installation of District Hospital Majenang, 2000.With the growth up of society consciousness, openness accessibility, information and supported by education level of Society, now the society demand high quality of services, including health services provided by hospital. Then, as services product, hospital services are defined as satisfaction on services, provided by hospital.
The Policlinic is a gateway of hospital, and describing the hospital image, because in quantity of patients, this part gives much more services than another parts. The Policlinic of District hospital of Majenang, relatively new at age, 2 years. And most parts of it are heritage of last Puskesmas. On the years of 2000, the decreasing quantity of patients visited this policlinic, gives impact to the revenue of this installation. The Director of the hospital assumed its all because the patients dissatisfaction with services provided by hospital, and the rumors of policlinic employee inhospitality in servicing patients. This research focusing on analysis to patients satisfaction and patients and employee as the object of this research.
There are two basic theory used for this which are servequal and ultimate patient satisfaction combine to unite. Servequal represent patient, on other hand ultimate patient satisfaction represent hospital staffs. The reason for this is because in the service area, there are two parts interrelated, employee as a party provides services and patients as a part who accept the services. So, in this research I tried to look this both parts on analysis of patients satisfaction. The research instrument used questioner A and B taken from ultimate patient satisfaction, while C 1 and C 2 taken from servequal gives to patient and hospital staffs in three installation which are general policlinic, pediatric policlinic and abstetric and gynecologic policlinic.
The result of this research shows, the patients are not satisfied with the policlinic services of district hospital Majenang (49 %) and the employee less understand with the importance of attitude in servicing patients. so it makes dissatisfaction of services that had given.
This research proposed recovery of employee attitude in order of servicing the patients and the establishing of quality control committee.
I hope my suggestion may support the district hospital Majenang recover its image and then may increasing the quantity of patients visiting this hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T409
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Riady
"Ada dua permasalahan yang biasanya dihadapi yaitu pertama, mutu menurut standar provider kadang kala berbeda dengan mutu menurut standar setiap pasien. Agar usaha peningkatan mutu layanan dapat mencapai sasarannya secara optimal, dalam arti dapat memenuhi kepuasan pasien, seyogianya masalah mutu ini perlu juga ditelaah melalui pendekatan dari sudut pandang pasien (pengguna jasa).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor (variabel bebas) yang berhubungan dengan persepsi pasien rawat inap (variabel terikat) dalam menilai pelayanan faktor di RSQ. Di samping mengetahui varibel bebas apa saja yang berhubungan dengan .variabel terikat, juga bertujuan melihat bagaimana pola hubungannya yang kemudian dilakukan analisis terhadap pola hubungan dimaksud.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat variabel bebas (dari 14 variabel) yang berhubungan secara bermakna dengan persepsi pasien dalam menilai layanan & law, yaitu variabel Kelas Perawatan, Penjamin Biaya, Layanan Visite Dokter, dan Jumlah Jenis Layanan. Hubungan Kelas Perawatan dengan Persepsi Pasien terhadap Layanan Faktur (setelah uji ulang), menunjukkan pola hubungannya berbentuk linier dan berbanding terbalik dengan tingkatan kelas perawatan, yaitu semakin tinggi kelas perawatannya, semakin kecil proporsinya yang mengatakan layanan faktur di RSQ, cepat. Sebaliknya, semakin rendah kelas perawatannya, semakin besar proporsi yang mengatakan cepat. Pada variabel Penjamin Biaya Perawatan, pola hubungan yang terjadi adalah proporsi terbesar yang mengatakan cepat ditemukan pada pasien yang biaya perawatannya dijamin oleh lembaga, kemudian diikuti oleh pasien tanpa penjamin. Proporsi terkecil ditemukan pada pasien yang dijamin oleh perseorangan. Sedangkan pada variabel Layanan Visite.
Dokter, proporsi lebih besar dari pasien yang mengatakan layanan faktur cepat, terdapat pada pasien yang intensitas layanan visite dokter (pertemuan dokter - pasien) yang lebih banyak, dibanding pasien yang intensitas pertemuannya lebih sedikit. Terakhir, variabel Jumlah Jenis Layanan menunjukkan bahwa pasien yang mengatakan cepat, proporsinya lebih besar ditemukan pada pasien yang mendapat jenis layanan dengan jumlah lebih banyak, dibanding yang mendapat jenis layanan lebih sedikit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T6302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>