Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91579 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulfa Defison
"ABSTRAK
Kebudayaan, khususnya komponen nilai, dapat dipelajari melalui proses
pendidikan. Pendidikan menjadi isu penting karena pendidikan memainkan peran
yang penting dalam sosialisasi pada diri anak-anak. Menjadi sesuatu yang
kontradiktif ketika budaya di sekolah bertentangan budaya di masyarakat,
khususnya budaya di sebagian kalangan pelajar. Misalnya, masyarakat tidak
membenarkan kenakalan pelajar seperti tawuran, pergaulan bebas dan penyalah
gunaan narkoba. Tetapi justru sebagian pelajar justru terlibat dalam kenakalan
pelajar tersebut.Sekolah sebagai lembaga pendidikan tentunya mempunyai peran
penting untuk membendung kenakalan pelajar. Sekolah pada umumnya memiliki
visi, misi, nilai, program dan tata tertib yang menentang kenakalan pelajar
tersebut. Visi, misi, nilai, program dan tata tertib sekolah dapat disebut sebagai
school culture. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan school culture di
SMA Islam Terpadu Nurul Fikri (SMAIT NF) Depok. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus.
Nilai SMART merupakan inti school culture SMAIT NF Depok. School culture
SMAIT NF Depok secara umum cukup berjalan cukup baik. Hal tersebut
didukung oleh pelaksanaan sosialisasi SMART sejak Masa Orientasi Sekolah
(MOS). SMART juga dimasukkan ke dalam buku pedoman tata tertib siswa dan
dievaluasi setiap bulan. SMART juga berlaku bagi guru dan karyawan tetapi
sosialisasi dan evaluasi belum optimal. Tetapi elemen school culture yang masih
lemah di SMAIT NF Depok adalah dokumentasi sejarah dan artefak simbolik.
Nilai SMART yang berlaku bagi semua warga SMAIT NF Depok baik siswa,
guru maupun karyawan seharusnya didukung oleh kebijakan, konsep dan berbagai
perangkat yang lebih tepat guna. Sehingga nilai SMART secara konkret dapat
bekerja sebagai inti shoool culture SMAIT NF Depok.

ABSTRACT
Culture, especially a value component can be learnt through a learning process.
Education becomes an important issue because education plays the crucial role in
socialization especially for children. Being a contradictive when culture in the school
is against the culture in society, especially the culture in students. For instance, the
society blames teenages delinquency for example riot and loothing, free sex, and
drug abuse. However a part of the students are involved in the teenages delinquency.
School as the education institution has the crucial role to prevent teenages
delinquency. Generally, school owns vision, missions, values, program and
regulations which are against the teenages delinquency. Vision, missions, values,
program and regulations are mentioned as a school culture. The research aims to
describe school culture in Nurul Fikri Depok Integrated Islamic Senior High School
(SMAIT NF). This research uses qualitative approach by case study strategy.
SMART value is the core of the school culture of SMAIT NF Depok. Generally, the
school culture of SMAIT NF Depok carries out well. It has been supported by an
implementation of SMART socialization since School Orientation Period
(SOP/MOS). SMART is included in a guidance book of students regulations and it
is evaluated every month. SMART is also intended for teachers and staff, however
the socialization and evaluation have not been optimal. The weak elements of school
culture in SMAIT NF Depok are historical documentation and symbolic artefact.
SMART value which is valid for all SMAIT NF Depok society both students,
teachers and staff must be supported by the exact and useable policy, concept and
various frames. Therefore SMART value can concretely work as the school culture
core of SMAIT NF Depok."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfa Defison
"[ABSTRAK
Kebudayaan, khususnya komponen nilai, dapat dipelajari melalui proses
pendidikan. Pendidikan menjadi isu penting karena pendidikan memainkan peran
yang penting dalam sosialisasi pada diri anak-anak. Menjadi sesuatu yang
kontradiktif ketika budaya di sekolah bertentangan budaya di masyarakat,
khususnya budaya di sebagian kalangan pelajar. Misalnya, masyarakat tidak
membenarkan kenakalan pelajar seperti tawuran, pergaulan bebas dan penyalah
gunaan narkoba. Tetapi justru sebagian pelajar justru terlibat dalam kenakalan
pelajar tersebut.Sekolah sebagai lembaga pendidikan tentunya mempunyai peran
penting untuk membendung kenakalan pelajar. Sekolah pada umumnya memiliki
visi, misi, nilai, program dan tata tertib yang menentang kenakalan pelajar
tersebut. Visi, misi, nilai, program dan tata tertib sekolah dapat disebut sebagai
school culture. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan school culture di
SMA Islam Terpadu Nurul Fikri (SMAIT NF) Depok. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus.
Nilai SMART merupakan inti school culture SMAIT NF Depok. School culture
SMAIT NF Depok secara umum cukup berjalan cukup baik. Hal tersebut
didukung oleh pelaksanaan sosialisasi SMART sejak Masa Orientasi Sekolah
(MOS). SMART juga dimasukkan ke dalam buku pedoman tata tertib siswa dan
dievaluasi setiap bulan. SMART juga berlaku bagi guru dan karyawan tetapi
sosialisasi dan evaluasi belum optimal. Tetapi elemen school culture yang masih
lemah di SMAIT NF Depok adalah dokumentasi sejarah dan artefak simbolik.
Nilai SMART yang berlaku bagi semua warga SMAIT NF Depok baik siswa,
guru maupun karyawan seharusnya didukung oleh kebijakan, konsep dan berbagai
perangkat yang lebih tepat guna. Sehingga nilai SMART secara konkret dapat
bekerja sebagai inti shoool culture SMAIT NF Depok.

ABSTRACT
Culture, especially a value component can be learnt through a learning process.
Education becomes an important issue because education plays the crucial role in
socialization especially for children. Being a contradictive when culture in the school
is against the culture in society, especially the culture in students. For instance, the
society blames teenages delinquency for example riot and loothing, free sex, and
drug abuse. However a part of the students are involved in the teenages delinquency.
School as the education institution has the crucial role to prevent teenages
delinquency. Generally, school owns vision, missions, values, program and
regulations which are against the teenages delinquency. Vision, missions, values,
program and regulations are mentioned as a school culture. The research aims to
describe school culture in Nurul Fikri Depok Integrated Islamic Senior High School
(SMAIT NF). This research uses qualitative approach by case study strategy.
SMART value is the core of the school culture of SMAIT NF Depok. Generally, the
school culture of SMAIT NF Depok carries out well. It has been supported by an
implementation of SMART socialization since School Orientation Period
(SOP/MOS). SMART is included in a guidance book of students regulations and it
is evaluated every month. SMART is also intended for teachers and staff, however
the socialization and evaluation have not been optimal. The weak elements of school
culture in SMAIT NF Depok are historical documentation and symbolic artefact.
SMART value which is valid for all SMAIT NF Depok society both students,
teachers and staff must be supported by the exact and useable policy, concept and
various frames. Therefore SMART value can concretely work as the school culture
core of SMAIT NF Depok, Culture, especially a value component can be learnt through a learning process.
Education becomes an important issue because education plays the crucial role in
socialization especially for children. Being a contradictive when culture in the school
is against the culture in society, especially the culture in students. For instance, the
society blames teenages delinquency for example riot and loothing, free sex, and
drug abuse. However a part of the students are involved in the teenages delinquency.
School as the education institution has the crucial role to prevent teenages
delinquency. Generally, school owns vision, missions, values, program and
regulations which are against the teenages delinquency. Vision, missions, values,
program and regulations are mentioned as a school culture. The research aims to
describe school culture in Nurul Fikri Depok Integrated Islamic Senior High School
(SMAIT NF). This research uses qualitative approach by case study strategy.
SMART value is the core of the school culture of SMAIT NF Depok. Generally, the
school culture of SMAIT NF Depok carries out well. It has been supported by an
implementation of SMART socialization since School Orientation Period
(SOP/MOS). SMART is included in a guidance book of students regulations and it
is evaluated every month. SMART is also intended for teachers and staff, however
the socialization and evaluation have not been optimal. The weak elements of school
culture in SMAIT NF Depok are historical documentation and symbolic artefact.
SMART value which is valid for all SMAIT NF Depok society both students,
teachers and staff must be supported by the exact and useable policy, concept and
various frames. Therefore SMART value can concretely work as the school culture
core of SMAIT NF Depok]"
2012
T43539
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pounds, Ralph L.
New York: Mamillan, 1965
370.972 POU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Budidarmawan Prasodjo
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Djamaludin
"Tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebuah ide bahwa perusahaan harus memiliki tanggung jawab tertentu terhadap masyarakat. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan ini telah mengalami pergeseran dari arti yang sempit (Shareholders) kepada arti yang lebih luas (Stakeholders), dimana suatu perusahaan tidak lagi dapat mengabaikan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.
Kabupaten Bengkalis merupakan daerah yang memiliki potensi minyak terbesar di daerah Riau, yaitu terletak di Duri Kecamatan Mandau. Namun kondisi daerah yang kaya ini berbanding terbalik dengan kondisi kehidupan masyarakat yang terbelakang dalam pendidikan dan miskin dalam kehidupannya. Tingkat kesejahteraan rata-rata penduduk di Bengkalis relatif lebih rendah dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Propinsi Riau. Siapa sangka, ternyata Riau pernah menempati urutan kedua setelah Timor-Timur sebagai daerah paling miskin di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, untuk memberikan deskriptif/gambaran tentang tanggung jawab sosial perusahaan PT. Caltex. Dalam penelitian ini, PT. Caltex mengemban tanggung jawab sosial perusahaan yang merupakan wujud keperdulian PT. Caltex terhadap kehidupan masyarakat sebagai timbal balik dari hasil yang telah didapatkan oleh PT. Caltex di Kabupaten Bengkalis. Dengan tanggung jawab sosial tersebut yang diwujudkan rnelalui program pengembangan masyarakat dan pemberian bantuan, khususnya di bidang pendidikan diharapkan PT. Caltex dapat meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten Bengkalis. Melalui peningkatan di bidang pendidikan diharapkan masyarakat menjadi lebih produktif sehingga dapat bersaing dalam meraih lapangan pekerjaan yang pada akhirnya diharapkan masyarakat mampu memperbaild kesejahteraan hidupnya. Dengan keberadaan PT. Caltex di Kabupaten Bengkalis memunculkan pertanyaan mengenai : sejauh mana tanggung jawab sosial PT. Caltex terhadap masyarakat di Kabupaten Bengkalis, sejauh mana besarnya pengalokasian dana yang ditujukan untuk program tanggung jawab sosial PT. Caltex, serta sejauh mana penentuan lokasi dan sasaran program bantuan PT. Caltex dapat bermanfaat bagi masyarakat di Kabupaten Bengkalis.
Latar belakang dan pertanyaan tersebut mendasari penelitian ini yang bertujuan untuk : (1) tujuan umum, yaitu mengetahui sejauhmana gambaran tentang pelaksanaan tanggung jawab sosial PT. Caltex melalui peningkatan bidang pendidikan di Kabupaten Bengkalis, (2) tujuan Khusus yaitu ; (a) mengetahui sejauh mana pengalokasian dana yang ditujukan untuk program tanggung jawab sosial PT. Caltex dalam upaya peningkatan bidang pendidikan di Kabupaten Bengkalis, dan (b) mengetahui sejauh mana pelaksanaan program tanggung jawab sosial PT. Caltex di bidang pendidikan yang dilihat dari penentuan lokasi dan sasaran yang dituju.
Dalam penelitian ini telah berhasil diidentifikasi dan dideskripsikan berbagai program tanggung jawab sosial PT. Caltex. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial PT. Caltex sebagai wujud keperdulian perusahaan kepada kehidupan masyarakat masih sangat kecil. Sampai dengan tahun 2000 program tanggung jawab sosial PT. Caltex di bidang pendidikan yang diwujudkan dengan pemberian bantuan baru hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat di Kabupaten Bengkalis. Dengan demikian keberadaan PT. Caltex yang diharapkan dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan pendidikan ternyata tidak dapat diharapkan. Sebagian besar daerah di Kabupaten masih banyak kekurangan fasilitas gedung sekolah yang menyebabkan daya tampung sekolah terhadap anak-anak usia sekolah sangat terbatas sehingga menyebabkan banyak anak usia sekolah tidak dapat bersekolah.
Sampai sejauh mana tanggung jawab sosial PT. Caltex terhadap peningkatan pendidikan di kabupaten Bengkalis dapat dilihat sebagai berikut : (1) pengalokasian dana yang ditujukan untuk program tanggung jawab sosial PT. Caltex, hasil penelitian menunjukkan bahwa dana yang dialokasikan untuk program tanggung jawab sosial PT. Caltex masih sangat kecil tidak sebanding dengan penghasilan yang didapat PT. Caltex dari daerah Bengkalis ; (2) Lokasi dan sasaran bantuan PT. Caltex, hasil penelitian menunjukkan bahwa program bantuan PT. Caltex sebagai wujud tanggung jawab perusahaan hanya terfokus pada daerah Mandau yang merupakan daerah operasi lapangan minyak Caltex, sedangkan kalau dilihat dari lamanya PT. Caltex beroperasi dan besarnya hasil yang didapat dan daerah Bengkalis seharusnya program tanggung jawab sosial PT. Caltex tidak lagi hanya pada daerah Kecamatan Mandau tetapi sudah lingkup Kabupaten Bengkalis.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial PT. Caltex sebagai wujud keperdulian perusahaan terhadap masyarakat masih sangat kecil, tidak sebanding dengan penghasilan yang diperoleh PT. Caltex dari daerah Bengkalis. Oleh karena itulah saran penelitian ini yang ditujukan kepada PT. Caltex agar lebih meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaannya kepada masyarakat baik dari peningkatan alokasi dana maupun penentuan sasaran yang lebih melihat pada masyarakat yang lebih membutuhkan. "
2001
T1434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonitah
"Disertasi ini mendiskusikan tentang budaya bersekolah dalam perspektif resistensi kultural. Kurikulum sebagai desain akan jalan yang dilalui setiap penuntut ilmu dalam prosesnya mengalami berbagai perubahan pun mengalami perubahan. Kehadiran Sekolah Islam Terpadu (SIT) yang digagas kelompok Tarbiyah sejak awal 1990 membawa nuansa kurikulum tersendiri bagi Pendidikan di Indonesia khususnya di wilayah perkotaan. Kurikulum dalam sistem Pendidikan Nasional dianggap tidak mencukupi bagi terbentuknya generasi Muslim yang akan datang. SIT dalam pelaksanaannya menginfusi kurikulum ketarbiyahan dalam kurikulum terselubung yang akhirnya mempengaruhi kehidupan murid, guru, dan orang tua murid. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Islam Terpadu Nurul Fikri Depok. Data dari penelitian ini dikumpulkan dengan observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan kajian pustaka. Penelitian ini menunjukkan bahwa kurikulum pendidikan pada SIT NF Depok adalah bentuk resistensi kultural aktif dari Muslim perkotaan. Kurikulum sekolah tidak hanya ditempatkan sebagai sarana belajar, tetapi menjadi nilai-nilai yang ingin diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

This dissertation is aimed to discuss schooling culture in the light of cultural resistance perspective. Curriculum as a design of path that every student through in the process experiencing changes thru times and places for the relations that includes School, parents, and state. The emergence of Integrated Islamic School (IIS) since early 1990s brought a specific curriculum ambience as an alternative for Indonesian Muslims to select for their children, especially those who live in urban area. Tarbiyah community that started in campuses at 1980s and initiated IIS recognized that the curriculum of national education was insufficient for developing the next Muslim generation. They managed to instill the tarbiyah curriculum through ways that are hidden, implisit and demonstrate how their hidden curriculum effecting students’, teachers’, and parents’ lives. This research conducted in Nurul FIkri Integrated Islamic School Depok. The data for this research was collected by participant observation, indepth interview, and literature studies. This study reveals that IIS curriculum is form of active cultural resistance for the urban Muslim that embodied Islamic values that desired to be integrated in Urban Muslim everyday life."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Rahmi
"WHO menyatakan rendahnya konsumsi buah dan sayur merupakan salah satu dari 10 faktor utama yang menyebabkan tingginya angka kematian. Rata-rata remaja di negara barat tidak memenuhi rekomendasi WHO untuk mengonsumsi buah dan sayur minimal 400 gram per hari. Di Indonesia, rekomendasi konsumsi buah dan sayur adalah 5 porsi buah dan sayur berdasarkan WHO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi konsumsi buah dan sayur siswa SMAIT Nurul Fikri Depok tahun 2017 serta faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur siswa SMAIT Nurul Fikri Depok tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 156 orang, dilakukan pada bulan Juni 2017 di SMAIT Nurul Fikri Depok. Sumber data penelitian ini adalah data pimer yang dikumpulkan dengan metode pengisian kuesioner dan formulir Food Frequency Questionnaire pada siswa SMAIT Nurul Fikri Depok tahun 2017 dengan alat bantu kuesioner dan formulir Food Frequency Questionnaire.
Analisis data menggunakan uji statistik chi-square dan regresi logistik ganda model faktor dominan. Konsumsi buah dan sayur baik terdapat sebanyak 5.1 siswa. Terdapat 5 variabel yang diduga menjadi faktor dominan konsumsi buah dan sayur di SMAIT Nurul Fikri Depok tahun 2017. Setelah dilakukan analisis, variabel yang dominan berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur adalah keterpaparan media dengan p= 0,012 dan OR=0,048 artinya siswa yang tidak memiliki keterpaparan media yang baik mengenai buah dan sayur berpeluang untuk tidak mengonsumsi buah dan sayur 0,048 kali dibanding yang terpapar media setelah dikontrol oleh ketersediaan di rumah, ketersediaan di sekolah, pengetahuan dan preferensi terhadap buah dan sayur.

WHO report that low consumption of fruit and vegetable causal high fatality rate. Adolescent average in west not comply with a request of WHO for cunsumption fruit and vegetable with a minimum consumption 400 gram day. In Indonesia, recommendation for consumption fruit and vegetables is 5 portion fruit and vegetable per day.. This study purpose for knows distribution consumption of fruit and vegetable student senior high school Islam Terpadu Nurul Fikri Depok 2017 with factor factor related to consumption fruit and vegetable at student senior high school Islam Terpadu Nurul Fikri Depok 2017. This study use desain cross sectional with total sample 156 responden. It going on June 2017 at Senior High Scholl Islam Terpadu Nurul Fikri Depok. Source of data is primer data with filled the questionnaire and form Food Frequency Questionnaire by student senior high school Islam Terpadu Nurul Fikri Depok.
Analisys data use test statistic chi square and regression binary logistic by factor dominant models. Goog consumption fruit and vegetable 5,1 student in senior high school islam terpadu nurul fikri Depok. There are 5 variabels expected as factor dominant consumption fruit and vegetable in senior high school islam terpadu nurul fikri Depok 2017. After do analisys, dominant variabel related with consumption fruit and vegetable is connected mass media p value 0,012 and odd ratio 0,048 its mean students connected mass media consumption fruit and vegetable have opportunity as big as 0,048 times to consumption fruit and vegetable just than student dont connected mass media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephen Pratama
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan terjadinya kekerasan simbolis terhadap peserta didik miskin melalui pengajaran Bahasa Inggris. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil kasus di sebuah Sekolah Menengah Pertama di Jakarta. Kerangka pemikiran Pierre Bourdieu menjadi dasar untuk melakukan analisis atas temuan penelitian. Untuk memperoleh data temuan, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik miskin tidak memiliki kapital budaya dan habitus yang sesuai dengan tuntutan dalam mata pelajaran Bahasa Inggris di arena pendidikan. Mereka mengalami kekerasan simbolis karena dipaksa untuk menguasai Bahasa Inggris yang melampaui kapasitas mereka lalu mengalami kegagalan berulang kali dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Kekerasan simbolis yang terjadi beroperasi melalui enam elemen, yakni Sistem Pendidikan, Otoritas Sekolah, Aksi Pedagogis, Praktik Persekolahan, Praktik Pedagogis, dan Otoritas Pedagogis.

This research aims to describe symbolic violence towards poor students through english teaching. Therefore this research took place at a Junior High School in Jakarta where the case was located. This research utilized Pierre Bourdieu's framework of thought to analyze all research findings. To gather all data this research used qualitative method with case study model. This research found that poor students don't have enough cultural capital and suitable habitus to adjust to the standard of English Subject at the field of education. They experienced a symbolic violence because they were imposed to reach the standard of English that exceeded their capacity which was the source of their recuring failure. Symbolic violence occured through six elements that are Educational System, School Authority, Pedagogic Action, Work of Schooling, Pedagogic Work, and Pedagogic Authority.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McLaren, Peter
London: Routledge, 1995
370.115 MCL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Hjorne
"The main idea of the book is to contribute to a broader understanding of learning, identity and diversity by presenting actual research findings that were retrieved from classroom settings and related social practices. "
Rotterdam: Sense, 2012
e20400376
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>