Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119881 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mayuhardi
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26623
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diinii Haniifah
"Kualitas udara dalam ruangan di rumah sakit harus menjadi perhatian khusus karena pasien salah satu sumber pencemar mikroorganisme patogen ke udara yang dapat memicu persebaran infeksi nosokomial, maka dilakukan penelitian terhadap kualitas udara di salah satu rumah sakit di Depok, yaitu Rumah Sakit Tugu Ibu, untuk mengetahui konsentrasi mikroorganisme di udara. Sampel udara diambil menggunakan EMS Bioaerosol Sampler Single Stage Sampler dengan debit aliran udara sebesar 28,3 L/menit. Bakteri di udara diambil selama dua menit pada media Tryptic Soy Agar dan diinkubasi pada temperatur 35-37oC selama 24 jam, sementara itu jamur pada media Malt Extract Agar selama dua menit dan diinkubasi pada temperatur 25-29oC selama 48-72 jam. Koloni yang tumbuh dihitung sebagai colony-forming Units CFU/m3 . Hasil penelitian menunjukkan hasil angka kuman, temperature dan kelembaban udara dalam ruangan pada rentang 1.385-2.930 CFU/m3, 25-28oC dan 72-91 yang mana melebihi batas baku mutu KepMenKes No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Hasil pengukuran konsentrasi diuji secara statistik menggunakan uji non-parametrik untuk menunjukkan korelasi dengan jumlah orang dan hasil menunjukkan korelasi sig< 0,05 pada konsentrasi bakteri dengan jumlah orang dan tidak menunjukkan korelasi sig > 0,05 pada konsentrasi jamur dengan jumlah orang. Berdasarkan pengukuran dan perhitungan, sebagian besar Bilangan Reynold lebih besar dari 2.000 yang mengindikasikan bahwa jenis aliran udara didominasi oleh aliran turbulen. Jumlah pertukaran udara sebagian besar kurang dari 4 kali/jam sehingga tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh ASHRAE 1999 . Besarnya konsentrasi bakteri dan jamur dipengaruhi oleh temperature, kelembaban udara, kecepatan udara, jenis aliran udara, dan pertukaran udara per jam. Sementara itu, jumlah orang sangat berpengaruh terhadap konsentrasi bakteri namun tidak berpengaruh terhadap konsentrasi jamur.

Indoor air quality in hospital has to be considered because patients could be a source of pollutant and lead a nosocomial infection. Therefore, bioaerosol was measured in selected hospitals at city of Depok, which is Tugu Ibu Hospital. Air sampling was conducted by using EMS Bioaerosol Single Stage Sampler and worked at a flowrate of 28.3 l min. Airborne bacteria were collected for two min on Tryptic Soy Agar and then incubated at 35 37oC for 24 h, while fungi on Malt Extract Agar for two min and then incubated at 25 29oC for 48 72 h. The colonies were counted as colony forming units CFU m3 . The result showed that indoor air bacteria and fungi concentrations, air temperature and humidity with the range approximately between 1,385 2,930 CFU m3, 25 28oC and 72 91 , respectively. All the numbers have exceeded the quality of standards by Ministry of Health Decree No. 1204 MENKES SK X 2004. Spearman rank correlation showed strong correlation sig 0.05 between indoor air bacteria concentrations and number of visitors and no correlation sig 0.05 between indoor air fungi concentrations and number of visitors. Based on measurements and calculations, Reynold numbers were mostly over 2,000, which indicated the indoor airflow dominated by turbulent flow. Air change rates were mostly less than 4 times hour and did not meet quality standards by ASHRAE 1999 . Indoor air bacteria and fungi concentrations were influenced by temperature, air humidity and velocity, type of airflow and air change rates. Meanwhile, number of visitors affected the concentration of bacteria but did not on fungi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niza Ayunda
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26567
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Widiasari
"Skripsi ini membahas mengenai waktu pelayanan resep di Instalasi Farmasi dari mulai kedatangan lembar resep sampai pada penyerahan obat untuk setiap lembar adalah untuk mengetahui gambaran waktu pelayanan resep dan hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pengumpulan data dengan lembar check list dimana dilakukan pencatatan waktu pelayanan terhadap 399 lembar resep. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Hasil penelitian mengatakan bahwa rata-rata waktu pelayanan resep adalah 17,18 menit. Hasil penelitian menyarankan untuk mengevaluasi lebih lanjut kinerja petugas, melakukan survey mengenai beban kerja petugas, pemeliharaan dan maintanance pada program komputer dengan meng-upgrade memori server sesuai dengan data yang ada agar lebih cepat dalam penghargaan resep, pemisahan loket penerimaan resep pasien rawat jalan tunai dan pasien rawat jalan jaminan, adanya petugas khusus yang menangani pasien jaminan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai motivasi kerja petugas, dan diharapkan pihak manajemen RS membuat Prosedur Operasional Standar (POS) tertulis yang mengatur mengenai waktu tunggu obat.

This essay discusses length of time services in the Installation Pharmacy from the arrival of each recipe sheet until the recipe delivered. Goal of this research is to know the description of the services related to the prescription and the factors that influence with length of time services. Data collection sheet with the check list which made the recording time of 399 pieces of recipes. This research is a quantitative research with cross sectional approach. Research says that the average time the prescription is 17,18 minutes.
Results suggest that research to further evaluate the performance of officers, conduct a survey on the work load, maintenance on the computer with a program to upgrade the memory in accordance with the data server so that more rapid appreciation in the prescription, the separation of the reception counter outpatient prescription cash and outpatient security, the special officer who handles patient security, need to do further research on the motivation of staff, and hospital management is expected to create Standard Operating Procedures (SOP) about waiting time on drugs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cokorda Gde Bagus Darma Putra
"Komunikasi, khususnya komunikasi interprofesional antara dokter dengan perawat memainkan peranan penting dalarn keselarnatan pasien di rumah saldt. Banyak kejadian fatal dan tidak diinginkan merupakan akibat dari komunikasi yang tidak efektif antar pemberi layanan kesehatan. Joint Commission on the Accreditation af Healthcare Organizations (JCAHO) menyatakan perbaikan komunikasi antar profesi dalarn pelayanan kesehatan sebagai salah satu tujuan program keselamatan pasien.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa disamping aspek-aspek komunikasi yang umum diterima seperti keterbukaan, saling pengertian, ketepatan waktu, dan keakuratan informasi, maka model mental bersama dapat merdngkatkan efektifitas komunikasi. Sikap, pengetahuan, lingkungan, dinatnika interaksi, dan keterampilan individu dalam suatu tim dihipotesiskan mempengaruhi model mental bersama.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan (beserta derajat lmbungan) antara model mental bersarna (tennasuk faktor-faktor yang mempengarahinya) dengan komunikasi efektif pada dokter dan perawat. Penelitian ini menggunakan pendekatan koantitatif dengan analisis jalur menggunnkan model persamaan terstruktur (structural equation modeling/SEM).

Communication. especially interprofessional communication between physician and nurse, plays an important role in patient safety at hospital, Many adverse and sentinel events were the result of ineffective communication between health care providers. Joint Commission on the Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO) adressed improvements of communication between professions in health care as one of their goals in patient safety.
According to recent researches. besides traditional aspects of effective communication, such as openness, mutual underntanding, timely, and information accuracy; shared mental model could improve communication toward effectiveness, There has been hypothetized that attitude, knowledge, environment, interaction dynamics) and skills amongst team members could influence shared mentall.
The aim of this research is to find the relationship along with its degree between shared mental model (including factorn that influence it) and effective communication in physicians and nurses interactions. This research used quantitative approach with path analysis using strnctutal equation modeling (SEM) method toward 188 respondents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33519
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Venty Rahma Ayunda
"Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran harapan dan persepsi pasien Ranap terhadap aspek Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy pelayanan Dokter RSTI dan mengukur kesenjangannya. Pengukuran dilakukan terhadap 103 responden dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner, (cross sectional). Analisis data primer menggunakan analisis univariat dan tingkat kesesuaian melalui importance - performance analysis. Hasil penelitian menunjukkan rata - rata tingkat kepuasan adalah 78,41% dengan rincian: Keyakinan, Tampilan, Empati, Kehandalan dan Ketanggapan. Ditemukan 8 faktor yang harus menjadi prioritas utama (kuadran A) yang merupakan kelemahan pelayanan dokter di rawat inap RSTI. Dimensi yang harus menjadi prioritas adalah Dimensi Kehandalan. Disarankan kepada pihak RSTI agar melakukan pemantauan dan evaluasi tingkat kepuasan pasien secara berkesinambungan melalui kotak saran dan survey kepuasan, kajian lebih dalam terhadap harapan pasien, mensosialisasikan hasil survey kepada seluruh Dokter RSTI Ranap."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gebhy Bamba
"Kebutuhan akan pelayanan dasar kesehatan di Kota Depok terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya. Sebagai wilayah penyangga DKI Jakarta, Depok mendapat tekanan migrasi penduduk cukup tinggi. Dibalik perkembangan kota yang begitu pesat, timbul permasalahan sosial seperti munculnya permasalahan kesehatan yaitu angka kematian ibu masih tinggi dan belum mencapai target. Faktor penyebab utama kematian ibu di Kota Depok adalah pendarahan saat melahirkan.
Melihat persoalan tersebut, pentingnya peran institusi pelayanan dasar kesehatan yakni rumah sakit swasta yang tersebar di Kota Depok untuk meminimalisir terjadinya kasus demikian. Sejalan dengan itu, RS Swasta Bunda Margonda dan Tugu Ibu berusaha menawarkan pelayanan dan fasilitas yang terbaik untuk menjangkau ibu hamil sehingga kebutuhan mereka untuk memperoleh pelayanan kesehatan persalinan dapat terpenuhi dengan baik.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pola spasial jangkauan pelayanan kesehatan persalinan RS Swasta Bunda Margonda dan Tugu Ibu di Kota Depok berdasarkan sisi penawaran pihak rumah sakit sebagai variabel meliputi aksesibilitas, fasilitas, dan harga kamar. Metode yang digunakan adalah analisis keruangan spasial diantaranya buffer dan overlay.
Hasil menunjukkan jangkauan pelayanan kesehatan persalinan RS Bunda Margonda lebih jauh dan luas dibandingkan RS Tugu Ibu. Jangkauan pelayanan Bunda Margonda sejauh 20,42 km dan diikuti dengan jumlah 228 pasien. Sedangkan jangkauan Tugu ibu sejauh 12,52 km dengan jumlah 130 pasien. Hal tersebut dikarenakan lokasi RS Bunda Margonda yang strategis berada di pusat kota serta aksesibilitas yang lebih baik dengan jumlah trayek angkutan umum lebih banyak kemudian memiliki fasilitas yang lebih memadai.

The need for basic health services in Depok City continues to increase along with increasing number of population annually. As the buffer zone of DKI Jakarta, Depok City has suffered from high population migration pressure. Behind the rapid development of the city, causing social problems that the maternal mortality rate is still high and has not reached the target. The main cause of maternal mortality in Depok City is bleeding during childbirth.
Seeing the issue, the importance of the role of basic health service institutions, namely private hospitals in Depok City to minimize the occurrence of such cases. In line with that, Bunda Margonda and Tugu Ibu as a private hospital trying to offer the best service and facilities to reach pregnant woment so that their need to get delivery health service can be fulfilled well.
The purpose of this research is to analyze the spatial pattern of coverage of delivery health service of Bunda Margonda and Tugu Ibu private hospital in Depok City based on hospital rsquo s supply side as variable include accessibility, facility, and room price. The method used is spatial analysis such as buffer and overlay.
The results indicate the coverage of health service delivery of Bunda Margonda Hospital is further and wider compared to Tugu Ibu. Bunda Margonda reaches 20.42 km with the amount of 228 patients. While the coverage of Tugu Ibu as far as 12.52 km with the amount of 130 patients. That rsquo s because location of Bunda Margonda Hospital is strategically located in the city center and has better accessibility with more number of public transport routes also has more adequate facilities.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Ummi Masitha
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26653
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fibrian Yusefa Ardi
"Pengelolaan rekam medis adalah untuk menunjang tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang didukung oleh sistem pengelolaan rekam medis yang cepat, tepat, bernilai, dan dapat dipertanggung jawabkan. Waktu penyediaan rekam medis adalah waktu yang diperlukan pada saat pasien mendaftarkan sampai dengan berkas rekam medis pasien diterima oleh petugas rawat jalan. Standar waktunya ≤ 10 menit. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis waktu penyediaan rekam medis rawat jalan di bagian rekam medis RS Tugu Ibu Depok tahun 2015. Jenis Penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan di dukung dengan metode kualitatif.
Hasil penelitian, penyedianan rekam medis rawat jalan belum berjalan secara optimal, hal ini ditunjukan dengan output yang dihasilkan, masih terdapat banyak keluhan tentang rekam medis yang terlambat oleh paien, perawat poliklinik, dan dokter, berdasarkan hasil observasi peneliti berkas rekam tidak sesuai standar mencapai 48%. Faktor-faktor utama mengenai terkait terlambat berkas rekam medis adalah dalam proses pencarian rekam medis, yaitu banyak berkas rekam medis yang dipinjam oleh bagian lain kembali tidak tepat waktu dan berkas rekam medis tidak tersusun dengan rapi di ruang penyimpanan.
Saran dilakukan evaluasi kordinasi terkait dengan penyediaan berkas rekam medis dengan melibatkan pihak-pihak dan bagian yang terkait, perlu dipertimbangkan tentang penambahan ruang dan rak penyimpanan berkas rekam medis dan rekomendasi standar penyedian rekam medis rawat jalan menjadi dasar keputusan manajemen.

Medical record management functions as an assistance for systematical administrative in order to increase hospital’s health service which is supported by fast, accurate, qualified, and certified medical record management. Medical record provision time is a time starting from when the patient registers till medical record file is received by the outpatient’s nurse, the standard time is around 10 minutes. This research is focused on analyzing the outpatient medical record provision time in medical record unit at Tugu Ibu Depok Hospital (2015). The research method is cross sectional with quantitative approach and also supported by qualitative method.
The result of the research is that the provision of medical record has not operated optimally. This can be proven from the generated output such as there are a lot of complaints by patient, polyclinic nurses, and doctors regarding the delayed medical records and medical records that are not suitable are almost 48%, based on researchers’ observation result. The main factors regarding the delayed medical record files are many medical record files while in process of searching the medical record, which is borrowed by other parts are not returned on time and the file of medical records are not neatly arranged in the storage room.
Suggestion an evaluation of coordination associated with the provision of medical record file by involving the parties and the relevant parts, need to be considered on the addition of space and file storage of medical records and also the standard recomendation of medical records outpatient become the base of making decisions for hospital management.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S61224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Dwi Yantinah
"Skripsi ini membahas mengenai kepuasan kerja karyawan di Rumah Sakit Tugu Ibu pada tahun 2009. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja karyawan dan mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan kepuasan kerja karyawan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja karyawan RS Tugu Ibu lebih rendah dibandingkan dengan ketidakpuasannya dan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepuasan kerja. Agar dapat merancang program kepuasan kerja yang tepat sasaran, rumah sakit perlu melakukan survei kepuasan kerja karyawan secara berkala, misalnya setahun sekali.

The focus of this study is job satisfaction employees at Tugu Ibu hospital in 2009. This research is quantitative with cross-sectional study. The purpose of this study is to know degree of job satisfaction employees and relationship between individual characteristics of job satisfaction.
The result of this research is job satisfaction employees of hospital Tugu Ibu more less than dissatisfaction of them and there is relationship between education level of job satisfaction. The researcher suggest that in order to may make a schedule of job satisfaction program appropriate, hospital must be do job satisfaction employees survey for once a year.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>