Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146537 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aisyah Putri Mayangsari
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26477
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prislia Nurul Fajrin K
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas evaluasi hasil terapi ARV terhadap perubahan jumlah CD4 dan berat badan, serta terapi OAT terhadap perubahan berat badan pada pasien koinfeksi TB/HIV di RSCM tahun 2009. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan terapi ARV dan OAT, serta melihat pengaruh karakteristik demografi terhadap perubahan berat dan jumlah CD4 pada pasien koinfeksi TB/HIV di RSCM. Desain studi yang dipakai adalah Cross sectional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pasien yang mendapat terapi ARV
mengalami peningkatan jumlah CD4 rata - rata sebesar 200,44 sel/mm3 dengan p value 0,0005 (bermakna secara statistik). Pada pengukuran berat badan, ternyata terapi ARV meningkatkan berat badan pasien rata - rata sebesar 5,12 kg dengan p value 0,0005 (bermakna secara statistik), dan pada pasien yang mendapatkan
terapi OAT secara lengkap berat badan meningkat rata ? rata sebesar 4,79 kg dengan p value sebesar 0,0005 (bermakna secara statistik). Berdasarkan karakteristik demografi, bahwa pada pasien dengan kelompok umur lebih dari 30 tahun, pendidikan lebih dari SMA, sudah menikah, bekerja dan jenis kelamin laki-laki mempunyai peningkatan berat badan yang lebih tinggi, namun uji statistik tidak signifikan. Jika dilihat dari peningkatan jumlah CD4, pasien dengan kelompok umur lebih dari 30 tahun, pendidikan lebih dari SMA, sudah menikah,
bekerja dan jenis kelamin perempuan mempunyai peningkatan jumlah CD4 yang lebih tinggi, namun uji statistik tidak signifikan. Maka, kesimpulannya adalah karakteristik demografi tidak mempengaruhi peningkatan berat badan maupun jumlah CD4.

ABSTRACT
This research discusses the evaluation results of antiretroviral therapy on CD4 cell count changes and weight, and OAT therapy on weight changes in patients coinfected with TB/HIV in RSCM in 2009. The study was conducted to determine the effectiveness of ARV therapy and OAT and see the impact of demographic characteristics to changes in weight and CD4 count in patients coinfected with TB/HIV in RSCM. Study designed used was cross sectional. Research shows that patients who received antiretroviral therapy experienced an increase in mean CD4 counts average of 200,44 cell/mm3 with a p value 0.0005
(statistically significant). In the measurement of body weight, ARV therapy can increase a patients weight average of 5,12 kg with a p value 0.0005 (statistically significant), and in patient receiving OAT full weight increase average of 4,79 kg with a p value of 0.0005 (statistically significant). Based on demographic characteristics, that in patients with age group over 30 years, more than high that in patients with age group over 30 years, more than high school education, married, working and male gender had a weight gain is higher, but the test was not statistically significant. If viewed from an increase in CD4 cell counts, patients with the age group over 30 years, more than high school education, married, working and women gender have increased CD4 counts are higher, but the test was not statistically significant. Thus, the conclusion is the demographic characteristics did not affect weight gain and CD4 cell count"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S1497
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ken Ayu Mastini
"Latar Belakang : Pemberian kotrimoksazol diberikan sebagai standar pencegahan primer terhadap infeksi toksoplasmosis dan pneumonia Pneumocystis jirovecii (PCP) pada pasien HIV dengan CD4 kurang dari 200 sel/mm3 dan pasien tuberkulosis. Beberapa penelitian di luar negeri mendapatkan bahwa pemberian profilaksis kotrimoksazol belum sesuai dengan panduan nasional, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menilai kepatuhan dokter dalam meresepkan profilaksis primer kotrimoksazol.
Tujuan : mengetahui pola peresepan dokter terutama dalam memulai, menghentikan, dosis obat, efek samping, durasi pemberian dan persentase lama pemberian profilaksis primer kotrimoksazol pada pasien HIV.
Metode : Studi ini merupakan studi kohort retrospektif dan mengambil data semua pasien HIV usia lebih dari 18 tahun yang berobat ke UPT HIV RSCM tahun 2004-2013 dan memenuhi kriteria pemberian profilaksis primer kotrimoksazol. Variabel yang diteliti adalah pola inisiasi peresepan, penghentian peresepan, dosis, durasi, persentase lama pemberian, serta ada tidaknya efek samping kotrimoksazol.
Hasil : Sejumlah 3818 pasien mempunyai indikasi pemberian kotrimoksazol dengan nilai tengah usia pasien adalah 29 tahun, pria (79,1%), tuberkulosis (58,5%), stadium 3 dan 4 (86%). Nilai tengah CD4 saat awal adalah 51 sel/mm3 (RIK 101). Profilaksis primer kotrimoksazol sudah dimulai pada 83% pasien. Pemberian dosis kotrimoksazol sudah sesuai pedoman pada 99,8% pasien. Efek samping yang dari yang paling sering sampai yang jarang terjadi adalah peningkatan transaminase (38,1%), leukopenia (16,9%), anemia (16,5%), mual (15,4%), muntah (7,8%), trombositopenia (7,4%) dan alergi (5,3%). Efek samping yang menyebabkan penghentian peresepan adalah alergi (100%), anemia (2,4%), peningkatan transaminase (2,1%), muntah (0,8%) dan leukopenia (0,6%). Pola penghentian peresepan tidak sesuai pedoman pada 61,6% dengan nilai tengah persentase lama pemberian 87,5% (RIK 39) dan nilai tengah durasi pemberian profilaksis primer kotrimoksazol adalah 20 bulan (RIK 20). Durasi pada pasien dengan CD4≤100 sel/mm3 dan >100 sel/mm3 adalah 21 bulan (RIK 22) dan 12,5 bulan (RIK 14,75) dengan nilai p=0,000.
Kesimpulan : walaupun pada saat awal 83% pasien HIV dewasa dilakukan pemberian profilaksis primer kotrimoksazol dengan pengaturan dosis yang sangat baik, namun 61,6% penghentian peresepan tidak sesuai pedoman.

Background : Cotrimoxazole was standard of primary prevention against toxoplasmosis infection and Pneumocystis jirovecii pneumonia (PCP) in patients with CD4 less than 200 cell/mm3 and tuberculosis. Some study found that prophylactic use cotrimoxazole in patients with HIV was inappropriate with national guideline. It was necessary to have research in order to know clinician adherence to prescribe primary cotrimoxazole prophylaxis.
Objective : to know initiation, discontinuation, dosage, adverse events, duration and duration percentage of primary cotrimoxazole prophylaxis in HIV patients.
Methods : This was cohort retrospective study and was done in UPT HIV RSCM and subject of study were all patients more than 18 years old from 2004 to 2013 and had indication of primary cotrimoxazole prophylaxis. Variable in this study were initiation, discontinuation, dosage, duration, duration percentage and adverse events of primary cotrimoxazole prophylaxis.
Result : There were 3818 patients had indication of primary cotrimoxazole prophylaxis with median age of study subjects were 29 years old, 79,1% were male, 58,5% were tuberculosis, WHO clinical stage 3 and 4 were 86%. Median CD4 at beginning was 51 cell/mm3 (IQR 101). Initiation of primary cotrimoxazole prophylaxis was performed in 83% patients who met indication. 99,8% patients used appropriate dose of cotrimoxazole. Frequent adverse events were increasing hepatic transaminase (38,1%), leucopenia (16,9%), anemia (16,5%), nausea (15,4%), vomiting (7,8%), thrombocytopenia (7,4%) and hypersensitivity (5,3%). Adverse event causing discontinuation were hypersensitivity (100%), anemia (2,4%), increasing hepatic transaminase (2,1%), vomiting (0,8%) and leucopenia (0,6%). Inappropriate discontinuation of cotrimoxazole was 61,6% with median duration percentage was 87,5% (IQR 39) and median of duration was 20 month (IQR 20). Duration in patients with CD4≤100 cell/mm3 and >100 cell/mm3 was 21 month (IQR 22) and 12,5 month (IQR 14,75) p=0,000.
Conclusion : although initiation of primary cotrimoxazole prophylaxis was done in 83% adult HIV patients with appropriate dosage, but 61,6% discontinuation was inappropriate with guideline.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T58766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Murniati
"ABSTRAK
Tindakan pembedahan dapat menimbulkan kecemasan pasien sebelum tindakan pembedahan. Kecemasan dapat diakibatkan karena ketidaktahuan akan prosedur pembedahan. Pemberian informasi kesehatan sebagai salah satu tindakan preoperatif bertujuan untuk memberi pemahaman bagi pasien tentang pembedahan yang akan dilakukan dan dukungan sosial yang diberikan dapat menimbulkan rasa nyaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian informasi kesehatan, dukungan sosial dan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani transplantasi ginjal di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta. Sampel berjumlah 32 responden yang didapat dengan menggunakan teknik total sampling. Desain penelitian adalah analitik korelasi dengan pendekatan Cross Sectional dan data dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner pemberian informasi, Social Previsions Scale, dan kuesioner HAM-A. Hasil Analisis Chi Square diperoleh adanya hubungan antara pemberian informasi dan kecemasan p value = 0,013 dan terdapat hubungan pemberian dukungan sosial dan kecemasan p value = 0,014 . Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien preoperasi, dan intervensi yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan pasien.

ABSTRACT
Abstract Surgery may lead to preoperative anxiety for the patient. Anxiety may be caused by ignorance of surgical procedure. Providing health information as a preoperative intervention is aimed to facilitate patient rsquo s understanding of the procedure and social support may provide comfort. This study aimedto identify the relationship between providing health information, social support and patients rsquo anxiety level before kidney transplantation in RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta. This analytic descriptive study used cross sectional approach that involved 32 respondents. Questionnaire of information provision, Social Previsions Scale, and HAM A were used to collect the data. Result of chi square analysis indicated that there was a significant correlation between providing health information and anxiety pvalue 0,013 and there was a significant correlation between social support and anxiety p value 0,014 . The study suggests a further research for investigating other factors associated with anxiety in preoperative patient and methods used to relieve anxiety. "
2017
S68718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muliadara Haraska
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26734
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henni Kusuma
"Kualitas hidup pada pasien HIV/AIDS sangat penting untuk diperhatikan karena penyakit infeksi ini bersifat kronis dan progresif sehingga berdampak luas pada segala aspek kehidupan baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual. Masalah psikososial khususnya depresi dan kurangnya dukungan keluarga terkadang lebih berat dihadapi oleh pasien sehingga dapat menurunkan kualitas hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan antara depresi dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang dan merekrut sampel sebanyak 92 responden dengan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kualitas hidup kurang baik (63,0%), mengalami depresi (51,1%), dukungan keluarga non-supportif (55,4%), berjenis kelamin laki-laki (70,7%), berpendidikan tinggi (93,5%), bekerja (79,3%), berstatus tidak kawin (52,2%), mempunyai penghasilan tinggi (68,5%), berada pada stadium penyakit lanjut (80,4%), rata-rata usia 30,43 tahun, dan rata-rata lama mengidap penyakit 37,09 bulan. Pada analisis korelasi didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara depresi dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup (p=0,000 & p=0,000, α=0,05).
Selanjutnya, hasil uji regresi logistik menunjukkan responden yang mengalami depresi dan mempersepsikan dukungan keluarganya non-supportif beresiko untuk memiliki kualitas hidup kurang baik setelah dikontrol oleh jenis kelamin, status marital, dan stadium penyakit. Selain itu, diketahui pula bahwa dukungan keluarga merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kualitas hidup dengan nilai OR=12,06.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukan intervensi untuk memberdayakan keluarga agar dapat senantiasa memberikan dukungan pada pasien HIV/AIDS dan upaya pencegahan serta penanganan terhadap masalah depresi agar dapat memperbaiki kualitas hidup pasien HIV/AIDS.

Quality of life of patients with HIV/AIDS become a main concern since this chronic and progressive illness may impact in all aspects of patient?s life: physical, psychological, social, and spiritual. Psychosocial problems especially depression and lack of family support are frequently faced of this patients which effect in reducing their quality of life. The purpose of this study was to identify and to explain the relationship between depression and family support with quality of life in patients with HIV / AIDS. This study used cross-sectional study design, with a total sample is 92 respondents that recruited by purposive sampling technique.
The results showed that the majority of respondents have poor quality of life (63.0%), depression (51.1%), lack of family support (55.4%), male (70.7% ), higher education level (93.5%), work (79.3%), unmarried (52,2%), have higher income (68.5%), in advanced stage of disease (80.4% ), with an average age of 30.43 years, and the average length of illness 37.09 months. Analysis of the correlation showed any significant relationship between depression and family support with quality of life (p=0,000 & p=0,000, α=0,05).
Further analysis with logistic regression test demonstrated that respondents who perceive depressed and family non-supportive are at risk to have poor quality of life after being controlled by gender, marital status, and stage of disease. In addition, this analysis showed that family support is the most influential factors to the quality of life with OR=12,06.
Recommendations from this study is necessary to empower family in order to continously giving support to patients with HIV/AIDS and also needs to prevent and resolve problem of depression in order to improve quality of life of patients with HIV/AIDS.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Aldis Ruslialdi
"HIV/AIDS berdampak kepada peningkatan kerentanan terkena infeksi penyakit lain yang berujung kepada kematian. Menurut UNAIDS, Indonesia termasuk ke dalam daftar negara dengan kematian akibat AIDS tidak mengalami penurunan atau laju penurunannya kurang dari 25%. Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian dan faktor atau determinan utama yang berhubungan dengan kematian berkaitan AIDS pada pasien HIV/AIDS di unit rawat inap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2008-2012. Sampel penelitian ini sebanyak 207 pasien. Data pasien diambil dengan memanfaatkan data rekam medis pasien untuk melihat variabel independen yang terdiri dari jenis kelamin, umur, pekerjaan, kadar CD4, faktor risiko penularan, jumlah penyakit yang diderita, status gizi, riwayat gangguan syaraf pusat, riwayat konsumsi obat ARV, dan kondisi psikologis untuk nantinya dihubungkan dengan status kematian pasien HIV/AIDS. Analisis data dilakukan hingga analisis multivariat dengan model prediksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kematian AIDS sebesar 28,5%. Dari hasil analisis multivariat didapatkan 4 variabel yang berhubungan dengan kematian AIDS, yaitu status gizi kurang dari normal (OR=4,75) dengan 95% CI (2,278-9,917), riwayat gangguan syaraf pusat (OR=1,82) dengan 95%CI (1,025-3,251), jumlah penyakit yang diderita lebih dari 5 penyakit (OR=4,09) dengan 95%CI (1,854-9,043), dan kadar CD4. Kadar CD4 menjadi faktor paling berpengaruh terhadap kematian AIDS dengan nilai OR sebesar 5,9 dengan 95%CI 2,096-17,106. Dari hasil penelitian ini dapat direkomendasikan upaya peningkatan awarenessakan pentingnya kontrol kadar CD4 darah untuk pasien HIV/AIDS dan upaya pendukung lainnya untuk mencegah kematian AIDS seperti peningkatan kualitas gizi pasien AIDS, skrining dan deteksi dini gangguan syaraf pusat, dan pencegahan komplikasi penyakit

HIV/AIDS impact to increased susceptibility to other diseases infections which lead to death. The death of AIDS is also a problem, especially in Indonesia. According to UNAIDS, Indonesia is included in the list of countries where deaths from AIDS do not decline or rate of less than 25% of his descent. This research is observational research, design with cross sectional. This research aims to know the description and the main factors which related to mortality of AIDS HIV/AIDS in inpatient unit RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo in 2008-2012. The sample of this research are 207 patients. Data collected by utilizing the patient's medical record data to see the independent variables consisted of gender, age, job, CD4 levels, risk factors of transmission, the amount of illness suffered, nutritional status, history of central nervous disorders, drug consumption history ARV consumption, and psychological conditions to be linked with the status of a patient's death related with HIV/AIDS. The data analysis done to multivariate analysis with prediction model.
The results showed that the AIDS death prevalence reach up to 28.5%. The results of Multivariate analysis obtained 4 variables related to the death of AIDS, poor nutritional status (OR=4,75) with 95% CI (2,278-9,917), central nervous disorder history (OR=1,82) with 95% CI (1,025-3,251), the number of illnesses suffered more than 5 disease (OR=4,09) with 95% CI (1,854-9,043), and CD4 levels. CD4 levels became the most influential factors towards AIDS deaths with a value of 5, 9 OR and 95% CI (2,096-17,106). From the results can be recommended the efforts to increased awareness toward control CD4 blood levels for HIV/AIDS patients and other supporting efforts to prevent deaths of AIDS such as improved quality of nutrition AIDS patients, screening and early detection of central nervous disorders, and prevention of complications of the disease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Rizki Amelia
"Tujuan penelitian membahas hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan faktor-faktor lain dengan status lemak tubuh pada pramusaji di Pelayanan Gizi Unit Rawat Inap Terpadu Gedung A RSCM Jakarta. Penelitian bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional, pengambilan sampel secara purposive sampling. Data antropometri didapatkan dengan pengukuran langsung saat penelitian. Analisis data meliputi crosstabs dan chi-square, menggunakan SPSS versi 13.0.
Hasil penelitian, 88.9% dan 38.9% orang berstatus gizi lebih masing-masing memiliki persen lemak tubuh mendekati tinggi/tinggi dan lemak viseral tinggi(p<0.05). Disarankan kepada pramusaji untuk membiasakan sarapan pagi, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan sering beraktivitas fisik.

The aim of this study is how Body Mass Index and Other Factors Related to Body Fat Status on Waitress at Nutrition Service of Integrated Admission Unit Building A RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta. This is a quantitative study with cross sectional approach, samples are collected by purposive sampling. Anthtopometry data are collected directly by measurement. Analysis included crosstabs dan chisquare, by using SPSS version 13.0.
The result, 88.9% dan 38.9% are overweight with each of them have slightly high/high body fat percentage and high visceral level(p<0.05). The researcher sugested that waitress should have breakfast gradually, consume foods containing high dietary fiber, frequent physical activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Mansjoer
"Latar Belakang. Lama rawat intensif pasien pascabedah jantung yang memanjang mempengaruhi alur pasien bedah jantung berikutnya. Pengaturan pasien berdasarkan lama rawat diperlukan agar alur pasien lancar.
Tujuan. Membuat prediksi lama rawat intensif 48 jam berdasarkan nilai skor dari model EuroSCORE dan model yang dimodifikasi dari faktor-faktor EuroSCORE.
Metode. Penelitian restrospektif dilakukan pada Januari 2012 - Desember 2013 pada 249 pasien yang menjalani bedah jantung di Unit Pelayanan Jantung RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Analisis survival dan regresi Cox dilakukan untuk membuat prediksi lama rawat intensif 48 jam.
Hasil. Median kesintasan lama rawat intensif 43 jam. Nilai skor EuroSCORE tidak memenuhi asumsi hazard proporsional. Model baru telah dibuat dari 7 variabel EuroSCORE yang secara substansi berhubungan dengan lama rawat intensif (AUC 0,67).
Kesimpulan. Model baru dari tujuh faktor EuroSCORE cukup dapat memprediksi lama rawat intensif 48 jam.

Background. Prolonged intensive care unit length of stay (ICU-LOS) in a postcardiac surgery may shortage of ICU beds due to clog of patient flow. Improving ICU-LOS may lead to better patient flow.
Objectives. To predict 48-hour ICU-LOS based on EuroSCORE model and to create a modified EuroSCORE factors model.
Methods. A retrospective study was conducted from January 2012 to December 2013 among 249 patients who underwent cardiac surgery at Integrated Cardiac Services, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Survival analysis and Cox?s regression were performed to make a prediction model for 48-hour ICU-LOS.
Results. Median survival of ICU-LOS was 43-hour. The EuroSCORE model did not meet the proporsional hazard assumption. A new substantial model from 7- EuroSCORE factors was created to predict 48 hours ICU-LOS (AUC 0.67).
Conclusions. Seven EuroSCORE factors was sufficient as a new model to predict the 48-hour ICU-LOS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>