Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103372 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Fitria Chandra
"Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi bangsa dimasa mendatang. Secara fisik masa remaja ditandai dengan perubahan yang sangat pesat, baik dalam ukuran maupun bentuk tubuh, disertai dengan aktifnya hormon-hormon seksual dan matangnya organ-organ reproduksi. Perubahan ini secara biologis menimbulkan dorongan seksual yang besar dalam diri remaja, ditambah lagi godaan yang datang dari luar, baik dari teman sebaya atau orang disekitar serta arus informasi bernuansa pornografi yang seringkali remaja melakukan aktivitas seksual yang tidak terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual remaja di sekolah menengah kejuruan swasta X2 di Kota Depok.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain penelitian Rapid Assesment Procedure (RAP) dan menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) dalam pengumpulan data. Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku seksual yang dilakukan siswa/siswi saat pacaran adalah pegangan tangan, membelai, pelukan, ciuman dan meraba atau menyentuh bagian sensitif. Adanya pengaruh pengetahuan, sikap, nilai dan lingkungan (teman sebaya) terhadap perilaku seksual siswa/siswi pada penelitian ini. Perlunya penanganan yang intensif dari seluruh pihak baik dari sekolah, Dinas Kesehatan (dalam program PKPR) dan LSM yang bergerak dibidang kesehatan reproduksi dalam pelayanan kesehatan remaja (pemberian informasi kesehatan reproduksi) agar remaja (siswa/siswi) memiliki pengetahuan, sikap dan dapat berperilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya.

Adolescent is a significant of human resource asset as the continuity of the next generation in the future. Phisically, adolescent period is marked the rapid changes, either in size or the body shape. In line with the activity of the sexual hormones and the maturity of reproduction organs. This changing, biologically causes the biggest sexual urge on the adolescent period, and as it supported by the external influences, either from their peers or people around them as well as the information that has porn characteristic that make adolescent do uncontrolable sexual activity. The purpose of the research is to know the image of adolescent sexual behavior in private Vocational High School X2 in Depok 2012.
The method that is applied for the research is qualitative with Rapid Assesment Procedure (RAP) desain and applied the indepth interview as the data collection. The result of the research shown the sexual behavior that was done by the students is holding hands, flattering, hugging, kissing and groping or touching the sensitive area. The influences of knowledge, attitude, value and environment (peers) toward the sexual behavior of the students on this research. The intensive monitoring from all aspects either from school or Public Health Services (in PKPR program) and Non Goverment Organization that handles reproductive health in giving service to adolescent health (giving information about reproductive health) in order to broaden their knowledge, attitude, and can be responsible of their reproductive health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ayu Nurhidayah Oktaria
"Latar Belakang: Remaja memiliki risiko terhadap perilaku kesehatan reproduksinya termasuk perilaku seksual.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja.
Metode: penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. populasi yang diteliti adalah remaja di SMA Negeri "X" Kota Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2012. Analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi square.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa 34% melakukan perilaku seksual berisiko. Berdasarkan uji bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, pengetahuan, sikap, pola asuh, dan paparan media pornografi dengan perilaku seksual remaja.

Background: Adolescent have an increasing risk of reproductive health behavior including sexual behavior.
Objective: This study aims to determine the factors associated with adolescent sexual behavior.
Methods: This study uses analytical research method with cross sectional approach. Population studied was in high school adolescent state "X" Sekayu City Distric of Musi Banyuasin 2012. Bivariate analysis was using Chi square test.
Result: The study showed that 34% to risky sexual behavior. Bivariate test showed a significant relationship between gender, knowledge, attitude, parenting, and exposure to pornographic media with adolescent sexual behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Munirah Bulqini
"Meskipun penelitian mengenai perilaku seksual remaja telah banyak dilakukan, namun gambaran perilaku seksual remaja di Kota Tasikmalaya belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada siswa SMA di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional (n = 373). Sebagian besar siswa berperilaku seksual risiko rendah (83,6%) sementara 16,4% siswa berperilaku seksual risiko tinggi. Variabel yang memiliki hubungan bermakna adalah sikap, relijiusitas, komunikasi teman sebaya, jenis kelamin. Sedangkan variabel paling dominan adalah Sikap. Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan program kesehatan reproduksi remaja sedini mungkin secara sinergi dan berkelanjutan.

Despite extensive research, little is known about the sexual behavior of adolescent high school students in 2013 Kota Tasikmalaya. The aim of this research is to establish a coherent understanding of sexual behavior among the adolescent. This research used a quantitative method with cross sectional design (n = 373). There were 83,6% students have low sexual behavior risk, while 16,4% students have high sexual behavior risk, in relation with variables such as: attitude,peer communication, gender and religious obedience.The most significant variable is attitude. It is imperative to encourage good partnership among stakeholders to initiate an adolescent reproductive health program synergically, sustainably and as imminent as possible."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rimawati
"Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi risiko kesehatan reproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran perilaku seksual berisiko remaja dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhinya di Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri Kelas X dan XI di Kota Bengkulu Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan besar sampel sebanyak 693 orang siswa dari Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri yang terpilih sebagai sampel penelitian ini. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Gambaran perilaku seksual remaja ditemukan sebanyak 5,3% remaja mengatakan sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Hasil analisis menunjukkan bahwa niat remaja untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah, teman sebaya dan sikap remaja terhadap seksualitas memiliki hubungan dengan perilaku seksual berisiko yang dilakukan remaja (p value < α). Disarankan adanya kerjasama antara instansi pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk meningkatkan layanan kesehatan reproduksi, khususnya layanan informasi, edukasi dan konseling yang turut melibatkan remaja secara langsung dalam program yang ramah remaja.

Adolescence is characterized by growth, change, the emergence of a variety of opportunities and often run the risk of reproductive health. This study was conducted to see the picture of adolescent risky sexual behavior and the factors that associated with in Three Public High School Grade X and XI in Bengkulu City in 2013. This study uses cross-sectional design with a sample size of 693 students from Three Public Senior High Schools that were selected as the study sample. Collecting data in this study using a structured questionnaire and was conducted in May 2013.
The result show that adolescents that engage with risky sexual behavior found as many as 5.3%. The results showed that adolescents intention to have sexual intercourse before marriage, peers and adolescent attitudes toward sexuality have relationships with adolescent risk sexual behavior (p value <α). The suggestion that could be given by this study is the collaboration between government agencies, schools, and communities to improve reproductive health services, especially information services, education and counseling that also directly involve youth in youth-friendly programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jati Ismiyatno
"Sejak ditemukan di Indonesia pada tahun 1987 hingga Maret 2013, tercatat 147.106 orang terinfeksi HIV dan AIDS yang terdiri atas HIV 103.759 dan AIDS 43.347 dengan 8.288 kematian. Sebanyak 50,5 % kasus AIDS terjadi pada usia muda 15-29 tahun (Kemenkes RI). Remaja merupakan usia dengan risiko tinggi terinfeksi virus HIV dan cenderung memperoleh informasi mengenai kesehatan reproduksi melalui teman sebayanya (SKRRI, 2007).Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman sebayanya, maka pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock,1993).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sumber informasi teman sebaya dengan perilaku seksual remaja tingkat SLTA di Jakarta Timur tahun 2013. Penelitian dilakukan kepada 200 siswa di 4 SLTA dengan metode kuantitatif dan design cross sectional.
Penelitian ini sesuai dengan teori Perilaku dari Green, 1980, bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor: (1) Faktor predisposisi: jenis kelamin, usia dan tingkat pengetahuan, (2) Faktor pemungkin: keterpaparan informasi, dan (3) Faktor penguat: teman sebaya dan pendidikan remaja sebaya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa siswa laki-laki lebih banyak melakukan perilaku seksual berisiko dari pada siswa perempuan, Siswa dengan tingkat pengetahuan tentang pencegahan HIV AIDS yang kurang baik lebih banyak melakukan perilaku seksual berisiko dari remaja yang memiliki pengetahuan baik. Dan siswa yang kurang terpapar informasi mengenai pencegahan HIV melalui teman sebaya memiliki perilaku seksual beresiko yang lebih tinggi dari remaja yang terpapar informasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ke 3 faktor tersebut berhubungan dengan perilaku seksual berisiko.

Since discovered in Indonesia in 1987 until March 2013, there were 147.106 people are infected with HIV and AIDS. HIV with 103.759 cases and AIDS 43.347 cases, deaths 8.288 cases. In Total 50.5% of AIDS cases occur in younger age 15-29 years (Ministry of health). Teenagers are the high risk HIV infection and tend to obtain information on reproductive health through their peers (SKKRI, 2007). More teens are outside their home with peers, the peer influence on attitudes, conversations, interests, appearance, and behavioris more influence than their family (Hurlock, 1993). This study aims to determine the relationship of peer resources with adolescent sexual behavior in East Jakarta high school level in 2013. Study was conducted to 200 students in 4 senior high school with quantitative methods and cross-sectional design.
This research is consistent with the behavior theory from Green, 1980, that behavior is influenced by three factors: (1) predisposing factors: gender, age and level of knowledge, (2) enabling factors: exposure information, and (3) reinforcing factors: peers and peer youth education. From the results of the study, found that male students do more risky sexual behavior than female students, students with the level of knowledge on HIV-AIDS prevention more unfavorable-risk sexual behavior from who have good knowledge. And students who are less expose to information about HIV prevention through peer sexual behavior risk higher than who are exposed to the information. This study suggests that these three factors associated with risky sexual behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56953
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Jusmitasari
"Remaja mengalami berbagai perubahan dan perkembangan demikian juga remaja tunagrahita. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran perilaku seksual remaja tunagrahita di SMPLB dan SMALB Jakarta Timur tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional dengan sampel sebanyak 105 remaja tunagrahita di SMPLB dan SMALB Jakarta Timur. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian ini mendapatkan 69,5% remaja tunagrahita berperilaku seksual berisiko. Reponden remaja tunagrahita yang memiliki perilaku seksual berisiko lebih besar pada : remaja perempuan (91,7%), remaja dengan tingkat pengetahuan tinggi (74,5%), remaja bersikap tidak permisif (77,6%), remaja yang tidak terpapar media pornografi (85,7%), remaja yang terpapar materi pornografi melalui media elektronik (48%), remaja yang terpapar materi pornografi dengan frekuensi jarang (56,3%), remaja tidak berpengaruh teman sebaya (78,4%), remaja dengan perilaku seksual berisiko tidak pernah diberikan informasi topik kesehatan reproduksi oleh orangtua (72%). Perlunya penanganan yang intensif dari seluruh pihak baik orang tua, dinas pendidikan dasar, sekolah, dinas kesehatan dalam pelayanan kesehatan remaja tunagrahita agar remaja dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya.

Adolescent experiencing many changes and developments as well as adolescent mental retardation. This study aims to know the description adolescent sexual behavior SMALB and SMPLB mental retardation in East Jakarta in 2013. This study was conducted using a cross-sectional study, sample of 105 adolescents with mental retardation in SMPLB and SMALB East Jakarta. Collecting data directly from respondents interviewed using a questioner. Results of this study 69.5% of adolescent mental retardation get risky sexual behavior. Mental retardation adolescent respondents who have a greater sexual risk behavior on: adolescent girls (91.7%), adolescents with a high level of knowledge (74.5%), adolescents being so permissive (77.6%), adolescents are not exposed to pornographic media (85.7%), adolescents are exposed to pornographic material through electronic media (48%), adolescents are exposed to pornographic material with uncommon frequency (56.3%), had no effect teen peers (78.4%), adolescents parents (72%). The need for intensive treatment of all parties, both parents, basic education department, schools, health services in the health services for teens teen mental retardation may be responsible for reproductive health."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Octavia
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kontrol sosial keluarga, faktor penguat dan faktor predisposisi dengan perilaku seksual berisiko pada remaja SMK M di Jakarta tahun 2013. Desain penelitian menggunakan pendekatan crossectional dan Rapid Assessment Procedures. Responden berjumlah 108 remaja dan 12 informan sebagai anggota FGD serta informan dua orangtua dan guru kesiswaan SMK M.
Hasil studi ini menunjukan adanya hubungan jenis kelamin, sikap permisif terhadap perilaku seksual, dan pola komunikasi orangtua dengan perilaku seksual berisiko di SMK M. Penelitian ini merekomendasikan perlu adanya komunikasi yang terbuka dan adanya tata aturan keluarga yang jelas dalam pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja.

This study aims to get a picture of family social control, reinforcing factors and predisposing factors with sexual risk behavior in adolescents SMK M in Jakarta in 2013. Research design using cross sectional approach and Rapid Assessment Procedures. Respondents totaled 108 teens and 12 focus group members and informants as informants two parents and teachers of SMK student M.
Results of this study showed an association of sex, permissive attitudes toward sexual behavior, and patterns of parental communication with risky sexual behavior in SMK M. The study recommends the need for open communication and a clear family rules and regulations in the prevention of risky sexual behaviors in adolescents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muflih
"Perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dilihat dengan teori Pender's Health Promotion Model (HPM). Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kepercayaan diri, paparan media internet, dan pendidikan kesehatan UKS dengan perilaku seksual remaja SMAN di Kotamadya Yogyakarta. Desain analisis korelasi dengan pendekatan cross sectional digunakan dalam penelitian pada 131 responden yang diperoleh dengan teknik stratified proportional random sampling. Hasil analisa chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna kepercayaan diri, paparan media internet, dan tidak ada hubungan bermakna pendidikan kesehatan UKS dengan perilaku seksual remaja (p = 0,000; 0,000; dan 0,178; CI 95%). Hasil uji regresi logistik didapatkan bahwa semua variabel independent memiliki hubungan bermakna yang didominasi oleh paparan media internet dengan (p = 0,000, OR = 16,519). Variabel counfounding yang mempengaruhi hubungan adalah jenis kelamin dan pengalaman berpacaran. Program pendidikan seksual perlu ditingkatkan di lingkungan sekolah yang berfokus pada pendidikan internet sehat dan kepribadian remaja.

Sexual behavior is influenced by a variety of factors that can be seen with the theory of Pender's Health Promotion Model (HPM). Research purposes was to identify relationships between Self-Efficacy, Internet Media Exposure, Health Education of School Health Program, and Adolescent Sexual Behavior of Senior High School in Yogyakarta City. The study design was correlation analysis with crossectional that used to 131 respondents were obtained by propotional stratified random sampling technique. Results of chi square analysis showed that significant relationships self-efficacy, internet media exposure and no significant relationship health education of school health program with adolescent sexual behavior (p = 0.000; 0,000; and 0,178; CI 95%). The result of logistic regression showed that all independent variables have significant relationships that dominated by the internet media exposure (p = 0,000, OR = 16,519). Counfounding variables that affect the relationships are sex and dating experiences. Sexual education programs need to be improved in the school environment that focused on healthy internet education and adolescent personality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti
"Skripsi ini membahas tentang Hubungan jenis Kelamin, Keterpaparan Media dan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Remaja di SMPN 6 Palolo Sulawesi Tengah Tahun 2012. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel 116 (Total Sampling). Hasil penelitian memperlihatkan sebagian besar (79,3%) Responden mempunyai perilaku seksual berisiko dan hampir seluruhnya (98,3%) sudah terpapar oleh media porno, terpengaruh oleh teman sebaya sebanyak (91.4%). Dari ketiga variabel yang diteliti satu variabel (jenis Kelamin) yang ada hubungan dengan perilaku seksual berisiko. Variabel keterpaparan media dan pengaruh teman sebaya tidak ada hubungan dengan perilaku seksual berisiko, hal ini disebabkan karena untuk kedua variabel tersebut responden cenderung homogen.

This thesis discusses the types of Gender Relations, Media Exposure and Influence Friends peer with Sexual Behavior of Youth in Central Sulawesi palolo SMPN 6 2012. This type of quantitative research with cross sectional design. Number of samples 116 (Total Sampling). The results showed the majority (79.3%) respondents had a risky sexual behavior and nearly all (98.3%) had been exposed to pornographic media, influenced by peers as much (91.4%). Of the three variables studied one variable (type of sex) in connection with risky sexual behavior. Variable media exposure and peer influence has nothing to do with sexual risk behavior, this was due to both the respondents tend to be homogeneous variables."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Dorthea Henny Ramba
"Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Perubahan fisik dan psikis yang tidak seimbang menyebabkan remaja remaja memerlukan pengertian, bimbingan dan dukungan lingkungan disekitarnya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Lokasi penelitian di Kabupaten Mimika pada bulan Maret 2008 dengan subjek penelitian remaja 4 Sekolah Menengah Atas dengan sampel 200 responden. Penentuan sampel menggunakan metode klaster dengan jumlah sampel sebanyak 200 siswa. Pengolahan data dilakukan dengan uji regresi logistik.
Hasil analisis ditemukan sebanyak 35% remaja SMA di Kabupaten Mimika memiliki perilaku seksual berisiko, dimana 14% diantaranya sudah pernah berhubungan seksual. Hasil analisis selanjutnya ditemui melalui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja setelah dikontrol yaitu komunikasi dengan teman tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas„ peran adapt/tradisi terhadap berbagai perilaku seksual, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas, sikap terhadap berbagai perilaku seksual, dan keterpaparan dengan media tentang seksualitas. Diantara berbagai faktor tersebut, komunikasi dengan teman merupakan faktor paling dominant berhubungan dengan perilaku seksual remaja pada siswa SMA di Kabupaten Mimika tahun 2008, dimana remaja yang berkomunikasi aktif dengan teman tentang kesehatan reproduksi tentang seksualitas berpeluang 5 kali untuk berperilaku seksual berisiko dibandingkan dengan remaja yang tidak aktif berkomunikasi dengan teman.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk sekolah membentuk peer educator di lingkungan sekolah sedangkan dinas kesehatan (puskesmas) dapat mengaktifkan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Kepada para tokoh agama dan adat diharapkan dapat meningkatkan penyuluhan dan pembelajaran sehingga adapt/tradisi yang permisif secara perlahan akan hilang.

Adolescent period is known as transition period from childhood to adult which indicated by identified with the changes of physical, emotion and psychology of the individual. Adolescent need congeniality support and tuition about him/her because the changes of phychical and psychical uneven. This research was quantitative research that using cross sectional research design. Research location in Mimika in the month of march 2008 with adolescent population at 4 Senior High School and the sample as 200 respondents. Variable studied are consisting of demographic factors (sex), thoughts and feelings factors (knowledge and attitudes), reinforcing factors (communication with the parent, peer and teacher), resources factors (exposure on media) and culture factors (local tradition). Data processing performed by logistics regression examination.
The result of the research showed from 200 Senior High School adolescent in Mimika, 35% have sexual behavior at risk even 14% among others have sexual intercourse. Result of the research analysis, variable that having significantly related to adolescent sexual behavior are: communication with peers about reproduction health, local tradition on a variety sexual behavior, knowledge reproduction health, attitude to a variety sexual behavior and media information exposure. Among those factors, communication with the peers is the dominant factor related with the adolescent sexual behavior at senior high school in Mimika, 2008, where aldolescent communication actively with the peer, were more than five times as high risky sexual behavior.
Based on result this research, it is suggested peers educator at surrounding school, activate Service Health Program for Adolescent Care and counseling and learning increases so that permissive tradition slowly will be decreased.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34351
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>