Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159441 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fahmi Rusnanta
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Kasus DBD juga menjadi masalah kesehatan di Jakarta, termasuk Kelurahan Rawasari dan Cempaka Putih Barat. Dalam pemberantasan vektor, perlu dilakukan survei entomologi terkait pengukuran tingkat penyebaran dan kepadatan vektor DBD. Melalui survei ini, dilakukan identifikasi jenis container dan wilayah rumah sebagai faktor pendukung berkembangnya vektor DBD. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada tanggal 28 Maret 2010 dengan mengunjungi total 200 rumah masing-masing 100 rumah di Rawasari dan 100 rumah di Cempaka Putih Barat. Sampel diambil dengan menggunakan single larval method dan dianalisis dengan uji Chi-square.
Hasil ketiga indeks larva Aedes aegypti menunjukkan Rawasari memiliki nilai Container Index (CI) 6%, House Index (HI)14%, dan Breteau Index (BI) 15 sedangkan Cempaka Putih Barat memiliki nilai CI 6,1%, HI 17%, dan BI 21. Berdasarkan standar WHO, kedua wilayah tersebut termasuk area yang berpotensi menjadi risiko tinggi penularan DBD (CI>5%, HI>10%, 5

Dengue Haemorraghic Fever (DHF) is one of a public health problem in Indonesia, especially in Jakarta, including Rawasari and Cempaka Putih Barat. Entomological survey had to be done for measuring the distribution and density level of DHF vector. The study used cross-sectional design. It was conducted by visiting total of 200 houses with each region consisting of 100 houses that have been choosen at randomly on March 28th 2010. The researcher performed single larval method to choose the sample and analyzed by Chi-square test.
The outcome of Aedes aegypti larval indices showed Rawasari has a value of Container Index (CI) 6%, House Index (HI) 14%, and Breteau Index (BI) 15 while in Cempaka Putih Barat has a value of CI 6,1%, HI 17%, and BI 21. Based on WHO standards, both areas are include in the area where potentially high risk of dengue transmission (CI>5%, HI>10%, 5"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Kumayah
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang masih endemis di Indonesia, khususnya di Jakarta, termasuk Kelurahan Rawasari dan Cempaka Putih Barat. Salah satu faktor yang memengaruhi tingginya angka kejadian DBD adalah keberadaan container di dalam rumah. Container dalam rumah cenderung menjadi tempat perkembangbiakan vektor DBD yang ideal. Oleh karena itu, untuk mengurangi angka kejadiannya, perlu diupayakan pemutusan rantai vektor DBD yang didahului dengan survei entomologi terkait keberadaan larva di container dalam rumah. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross-sectional dengan jumlah sampel 200 rumah, 100 dari Kelurahan Cempaka Putih Barat dan 100 dari Kelurahan Rawasari. Penelitian dilakukan pada 28 Maret 2010. Cara yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah single larval method dan data dianalisis dengan uji Chi-square. Hasil uji Chi-square menunjukkan p=0,950 yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara container di kedua wilayah. Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara asal container dengan keberadaan larva.

Dengue Haemorraghic Fever (DHF) is one of endemic diseases in Indonesia, especially in Jakarta including Rawasari and Cempaka Putih Barat villages. One of factors that affect the level of DHF is indoor container existence. Those containers are the ideal places to larval breeding. Entomological survey must be done to cut the chain of DHF vector breeding for decreasing numbers of DHF diseases. The research used analytic description with cross-sectional design and using the total of 200 houses which 100 houses in each village. This research was done at randomly on March 28th 2010. The researcher used single larval method to take the samples and analyzed by Chi-square test. The results showed that there are no signigficance between indoor container and larval existences (p=0,950). In conclusion, there is no relation between indoor container and larval existence.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muchlis Adenan
"ABSTRAK
Sejak pertama kali dilaporkan adanya penderita DBD tahun 1974 dari Palembang, jumlah penderita DBD di Sumatera Selatan terus menunjukkan kecenderungan untuk meningkat dan merupakan suatu masalah kesehatan yang sulit ditanggulangi. Khusus untuk Kotamadya Palembang, menunjukkan bahwa angka penderita DBD didaerah ini selalu merupakan jumlah, prosentase maupun Incidence Rate DBD tertinggi dibandingkan daerali tingkat II lain yang terdapat di Sumatera Selatan.
Cara mencegah penularan demam berdarah dengue adalah dengan memutuskan rantai penularannya. Kebijaksanaan maupun strategi yang dianggap paling efektif oleh Departemen Kesehatan RI untuk memutuskan rantai penularan tersebut dewasa ini adalah dengan pengendalian vektor utama penular DBD di Indonesia yaitu Aedes Aegypti. Pengendalian vektor tersebut sangat berkaitan erat dengan perilaku manusia, terutama perilaku pencegahan penyakit DBD.
Survey yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI cq Proyek P2M Propinsi Sumatera Selatan tahun 1990 menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku penduduk Kotamadya Palembang mengenai hal yang berhubungan dengan penyakit DBD ternyata menunjukkan suatu tingkat pengetahuan yang baik dan tinggi. Dilain pihak hasil survey index vektor di Kotamadya Palembang menggambarkan tingkat index yang tinggi atau jelek.
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana hubungan dan pengaruh perilaku pencegahan DBD yang dilaksanakan penduduk Palembang terhadap index vektor DBD sendiri. Dengan metode survey analitik dan deskriptif serta pendekatan cross sectional, dilakukan pengumpulan data primer dengan menggunakan kuesioner wawancara untuk memperoleh data perilaku dan formulir survey index vektor untuk mengetahui index vektor disaat penelitian.
Lokasi penelitian Kotamadya Palembang dengan sample dipilih seiumlah kelurahan yang dianggap memenuhi kriteria sample yang telah ditentukan. Sedangkan responden adalah kepala keluarga atau yang mewakili.
Data diberi skor hingga berbentuk skala interval, lalu diolah dengan uji statistik parametrik secara univariate (deskriptif), bivariate ( korelasi) dan multivariate (multiple regressi), menggunakan piranti lunak SPSS/PC+ dan EPI INFO versi 5.
Hasil penelitian membuktikan secara statistik bahwa perilaku PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan Proteksi mempunyai hubungan bermakna dan berpengaruh terhadap tingkat index vektor yangdiukur dengan CI (Container Index) dan HI (House Index). Sedangkan perilaku Abatisasi secara statistik tidak mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap CI dan HI. Secara keseluruhan perilaku pencegahan penyakit DBD mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap index vektor CI dan HI. Khususnya beberapa perilaku spesifik seperti menanam sampah bekas yang bisa terisi air, membersihkan saluran air limbah hujan, PSN secara massal dan mengurangi pakaian tergantung mempunyai peranan penting dalam hubungan dan pengaruh terhadap CI dan HI.
Beberapa saran antara lain untuk memperhatikan peranan "social support" dan perilaku spesifik daerah agar perilaku pencegahan DBD bisa ditingkatkan sehingga dapat mengendalikan vektor penular DBD. Perencanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD hendaknya juga dikaitkan dengan geiala sosial yang ada disuatu daerah selain angka insidens dan kematian."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Zulkifli Amin
"ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia antara lain di Kecamatan Bayah. Dalam memberantas DBD diperlukan data dasar antara lain tingkat pengetahuan warga mengenai DBD. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga mengenai vektor DBD di kecamatan Bayah. Penelitian ini merupakan survei menggunakan desain cross sectional. Data diambil pada tanggal 12 - 14 Agustus 2009 dengan mewawancarai warga yang berada di kecamatan Bayah pada saat itu. Data diolah menggunakan uji chi square.
Hasilnya menunjukkan warga yang mempunyai tingkat pengetahuan baik mengenai vektor DBD ialah 10 orang (9,4%), cukup 27 orang (25,5%) dan tingkat pengetahuan kurang 69 orang (65,1%%). Warga tersebar merata pada berbagai kelompok usia. Kelompok usia 18-34 tahun sebanyak 45 orang (42,5%), kelompok usia 35-50 tahun sebanyak 39 orang (36,8%), dan kelompok usia > 50 tahun sebanyak 22 orang (20,8%). Sebagian besar warga mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 68 orang (64,2%). Lebih dari setengah warga yang tergabung dalam penelitian ini tidak bekerja yaitu sebanyak 63 orang (59,4%). Kebanyakan dari warga berjenis kelamin perempuan 83 orang (72,3%) Sebagian besar warga hanya mendapatkan informasi dari 1 sumber (43%) dan sumber informasi yang paling berkesan adalah media elektronik (48,1%) sedangkan informasi dari tetangga menempati urutan kedua (28,3%). Dari uji chi square terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai vektor DBD dengan usia dan tingkat pendidikan. Tingkat pengetahuan mengenai vektor DBD dengan jenis kelamin, jumlah sumber informasi, sumber informasi yang paling berkesan, dan status pekerjaan tidak berbeda bermakna. Disimpulkan tingkat pengetahuan warga mengenai vektor DBD kurang dan berhubungan dengan usia dan tingkat pendidikan.

ABSTRACT
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is a health problem for Indonesian people, like in Bayah. In order to exterminate DHF, basic data of people knowledge level of DHF are needed. Therefore, the objective of this research is to know people knowledge level about DHF vector. This research used cross sectional design; done to Bayah?s people by interviewing and filling questionnaires about people knowledge of DHF vector. Data was taken on August 12th-14th, 2009 by interviewing the people at that time. Data was analyzed using chi square test.
The result showed that the people with good, fair, and bad knowledge level of DHF vector are 10 people (9,4%), 27 (25,5%), and 69 (65,1%), consecutively. The people fairly distributed at the age group. The amount at the group of age 18-34 years old is 45 (42,5%), at the group of age 35-50 years old is 39 (36,8%), at the group of age > 50 years old is 22 (20,8%). Most of the people have bad education that is 68 (64,2%). More than half of the people that join in this research don?t work. Most of the people are female 83 (72,3%) Most of the people got information from one information sources (43%) and the most impressive source was electronic media (48,1%); while information from neighbour hold the second position (28,3%). From chi square analysis test, there were significance relation between knowledge level of DHF vector with age and education level. But, there were no significance relation between knowledge level of DHF vector with sex, information sources, and job status. It was concluded that the knowledge of the people was bad and the knowledge level had significant relation with age and education level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adiba Karlen
"Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Jakarta antara lain Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat yang merupakan zona merah. Untuk melakukan pengendalian vektor DBD, perlu diketahui penyebaran dan kepadatan vektor dalam suatu wilayah. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan House Index, yang merupakan ukuran penyebaran vektor pada wilayah Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat dalam upaya persiapan pengendalian vektor penyakit DBD.
Survei larva vektor DBD pada tanggal 28 maret 2010 di Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat yang merupakan zona merah kasus DBD. Pengambilan data dilakukan pada 100 rumah dengan metode single larvae, yaitu mengambil satu larva di tiap container lalu diidentifikasi menggunakan mikroskop. Setelah itu, diidentifikasi rumah yang positif larva dan rumah yang negatif larva di kedua kelurahan tersebut. Dari data yang terkumpul lalu dianalisis menggunakan uji chi square untuk mengetahui perbedaan penyebaran larva pada kedua wilayah.
Dari 100 rumah yang diteliti pada masing-masing kelurahan, didapatkan house index di Kelurahan Cempaka Putih Timur sebesar 38 % dan di Kelurahan Cempaka Putih Barat 17 %. Tingkat penyebaran larva di kedua wilayah ini tergolong tinggi karena nilai house index > 10 %. Dari analisis menggunakan metode chi-square ditemukan perbedaan house index yang bermakna antara Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat, dengan nilai p sebesar 0,003. Kesimpulannya, penyebaran larva Aedes aegypti di Kelurahan Cempaka Putih Timur lebih luas daripada Kelurahan Cempaka Putih Barat

Dengue Hemoragic Fever (DHF) is a disease that cause public healt problem in Jakarta including Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat districts that have become red zone. To control DHF vector, it’s necessary to determine the distribution and density of the vector in the regions. The aim of this research is to determine the comparation of house index which’s a parameter of vector distribution in Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat for preparation of DHF vector control.
DHF larvae survey was conducted at 28 March 2010 in Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat districts that have been a red zone. The data was collected from 100 houses using single larvae method, ie. collect one larvae from each container found, then identify the larvae by microscope. After that, identification is done for both districts to determine which houses the larvae-positive are and which houses the larvae-negative are. Chi square’s test is used to analyze the data that’s collected from both districts.
From 100 house surveyed in each district, the house index was 38% for Cempaka Putih Timur, and 17% for Cempaka Putih Barat. The distributions of larvae in the districts are considered high because the house index > 10%. Based on chi square’s analysis, it’s found that there’s significant difference in house index between Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat districts, with p count was 0,003. In conclusion, the distribution of Aedes aegypti larvae in Cempaka Putih Timur district was higher than those in Cempaka Putih Barat district.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andro Sesario
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menjadi masalah utama di Jakarta. Untuk melakukan pemberantasan vektor DBD, perlu diketahui keberadaan larva aedes aegypti kontainer luar rumah dalam suatu wilayah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kontainer luar rumah yang positif larva di kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat dalam upaya persiapan pemberantasan vektor DBD. Survei larva vektor DBD dilakukan pada tanggal 28 maret 2010 di kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat yang merupakan zona merah kasus DBD, pada 100 rumah dengan metode single larvae lalu diidentifikasi di laboratorium Parasitologi FKUI. Dari data yang terkumpul lalu dianalisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui perbedaan keberadaan larva pada kedua wilayah tersebut.
Dari 100 rumah pada masing-masing kelurahan didapatkan kontainer luar rumah positif larva di Cempaka Putih Timur sebesar 33 kontainer atau sekitar 24,8% dan di Cempaka Putih Barat 4 kontainer atau sekitar 6,67 %. Dari analisis menggunakan metode chi-square diperoleh perbedaan yang bermakna antara kontainer luar rumah positif larva di Kelurahan Cempaka Putih Barat dengan Cempaka Putih Timur(p =0,00). Disimpulkan bahwa keberadaan larva Ae.aegypti di Kelurahan Cempaka Putih Barat lebih rendah dibandingkan di kelurahan Cempaka Putih Timur.

Dengue Hemorgic Fever (DHF) is the major problem in Jakarta. To control DHF vector, it’s necessary to find out the existance of Aedes aegypti larvae in outdoor container in a regions. The aim of this research is to determine the comparation of containing positive larva outdoor container at Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat. DHF larvae survey was conducted in 28 March 2010 Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat district have been a red zone at 100 house using single larvae method and identifying the larvae by microscope.We used Chi-square test to analyze the data that’s collected from both districts.
From 100 house surveyed in both districts, there was 33 positive larvae outdoor containers or about 24,8% of total container found at Cempaka Putih Timur, and 4 positive larvae containers or about 6,67% of total container found at Cempaka Putih Barat. Based on chi-square analysis, it’s found that there’s significant difference in house index between Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat districts, with p count is 0,00. In Conclusion, the spreading of larvae in Cempaka Putih Timur district is wider than those in Cempaka Putih Barat district.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Jakarta Pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kepadatan dan penyebaran Aedes aegypti setelah penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Penelitian menggunakan desain cross sectional dan pengambilan data dilakukan satu bulan setelah penyuluhan yaitu tanggal 21 Juni 2009. Survei dilakukan di semua container di 100 rumah dengan single-larval method, yaitu mengambil satu larva dari setiap container lalu diidentifikasi menggunakan mikroskop. Data yang didapat dianalisis dengan chi-square test. Hasil survei menunjukkan house index sebesar 29%, container index sebesar 7,6%, dan breteau index sebesar 35. Hasil tersebut menunjukkan angka kepadatan dan penyebaran DBD di Kelurahan Paseban tergolong tinggi karena melebihi indikator standar (house index >10%, container index >5%, breteau index >50) walaupun warga telah diberikan penyuluhan. Dari chi-square test (p=0,018) didapatkan perbedaan bermakna antara keberadaan larva di bak mandi dan ember dengan jenis container lainnya. Disimpulkan kepadatan dan penyebaran vektor DBD di Paseban Timur masih tinggi walaupun telah diberikan penyuluhan.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a public health problem in Central Jakarta. The purpose of this study was to determine the distribution and density of Aedes aegypti in Paseban Village, Central Jakarta after health education. Using a cross-sectional study design, data collection was done one month after the health education about DHF (June 21, 2009). The survey was conducted in all the containers in 100 houses with a single-larval method, which takes the larvae from each container and then identified using a microscope. The data were analyzed by chi-square test. The results showed, house index was 29%, container index was 7.6%, and breteau index was 35. Ae. aegypti distribution and density was high, exceeding the standard indicators (house index> 10%, container index> 5%, Breteau index> 50), although residents have been given health education. The chi-square test (p = 0.018) showed significant differences between the presence of larvae in the ?bak mandi? and buckets with other container types. To conclude, DHF vector distribution and density in Paseban Village is still high, although it has been given health education."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Wuryani
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kelurahan Cempaka Putih Timur yang tergolong tinggi, sehingga perlu dilakukan pemberantasan vektor DBD. Salah satu larvasida yang aman digunakan untuk memberantas vektor DBD adalah Bacillus thuringiensis (Bti). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keberadaan larva Aedes sp. dengan jenis kontainer setelah pemberian Bti.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan dengan mengambil sampel larva satu bulan setelah pemberian Bti yaitu pada tanggal 25 April 2010 dari masing-masing 100 rumah pada Kelurahan Cempaka Putih Timur (daerah perlakuan: kontainer telah diberi Bti) dan kelurahan Cempaka Putih Barat (daerah kontrol: tanpa pemberian Bti). Data larva diambil dengan cara singlelarvae method dan dianalisis dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian didapatkan house index (HI) 31%, container index (CI) 14,5% dan breteau index (BI) 40 pada daerah perlakuan, sedangkan daerah kontrol didapatkan HI 17 %, CI 7,3 % dan BI 22. Penyebaran larva Aedes sp. lebih banyak ditemukan pada daerah perlakuan dibandingkan dengan daerah kontrol dan berdasarkan uji statistik chi-square didapatkan perbedaan bermakna antara keberadaan larva Aedes sp. dengan jenis container (p = 0,005).
Berdasarkan jenis container diketahui larva banyak ditemukan pada container non TPA dan container ini tidak diberi Bti baik di daerah perlakuan maupun di daerah kontrol. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan larva Aedes sp. berhubungan dengan jenis container setelah pemberian Bti.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one public health problem in Indonesia, including in kelurahan Cempaka Putih Timur which is high, so it needs to be done to eradicate dengue vector. One larvasida that can be used safely to eradicate dengue vector is Bacillus thuringiensis (Bti). This study aims to determine the existence of relationships of larvae Aedes sp. with the type of container after the addition of BTI.
This study used cross-sectional design conducted by taking samples of larvae of one month after addition of BTI on April 25, 2010 from each of the 100 houses in Cempaka Putih Timur (treatment areas: the container has been given a Bti) and the village of Cempaka Putih Barat (local control: without giving Bti). The data retrieved by a single larva-larvae method and analyzed by Chi-square test.
The results obtained house index (HI) 31%, container index (CI) 14.5% and breteau index (BI) 40 at the treatment area, while the control area obtained HI 17%, CI 7, 3% and BI 22. The spread of larvae Aedes sp. more common in the treatment area compared with the control area and based on chisquare statistical tests found significant differences between the presence of larvae of Aedes sp. with the type of container (p = 0.005).
Based on the type of container known larvae found in many non-landfill containers, and containers are not given the Bti in both treatment areas as well as in the control area. Can be concluded that the presence of larvae of Aedes sp. associated with type of container after addition Bti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardian Gunardi
"Salah satu upaya untuk memberantas Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah dengan cara memberantas vektor, yaitu Aedes aegypti. Pemberantasan vektor dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya secara biologis seperti dengan menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Bti dalam memberantas Aedes di tempat penampungan air (TPA). Rancangan penelitian ini bersifat kwasi-eksperimental. Data diambil dua kali dengan single larval method untuk membandingkan keberadaan larva sebelum dan sesudah aplikasi Bti, yaitu tanggal 28 Maret dan 25 April 2010.
Hasil menunjukkan, sebelum aplikasi Bti, keberadaan larva Aedes dalam TPA di Kelurahan Cempaka Putih Timur lebih tinggi secara bermakna (p = 0,01) dibandingkan di Cempaka Putih Barat. Sesudah aplikasi bti, keberadaan larva di TPA Kelurahan Cempaka Putih Barat tidak berubah, sedangkan di Cempaka Putih Timur, keberadaan larva menurun secara bermakna. Meskipun demikian, penurunan tersebut bukan disebabkan oleh Bti karena keberadaan larva di container yang mendapat Bti tidak menurun secara bermakna. Penurunan keberadaan larva disebabkan oleh penurunan larva di drum, ember, dan TPA lain yang tidak permanen. Disimpulkan bahwa Bti bentuk larutan tidak efektif dalam menurunkan keberadaan larva Aedes di TPA.

A way to exterminate Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is to erradicate the vector of the disease itself, Aedes aegypti. Vector erradication could be done in several ways, one of them is with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). The objective of this research was to know the influence of Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) in erradicating Aedes in water containers. This research used quasi-experimental design. Data was collected two times with single larval method, at March 28 and April 25 2010, to compare the existence of Aedes before and after application of Bti in Cempaka Putih Barat and Cempaka Putih Timur.
The result showed that the existence of Aedes larvae before Bti application in water containers at Cempaka Putih Timur, was significantly higher (p = 0,01) than at Cempaka Putih Barat. After Bti application, the existence of Aedes larvae in containers at Cempaka Putih Barat did not change, while there was a reduction of Aedes larvae existence at Cempaka Putih Timur. However, the reduction was not caused by Bti application, because the existance of Aedes larva in the containers which had been given Bti were not reduced significantly. The reduction was significant in other non-permanent containers. It was concluded that Bti solution was not effective in reducing the existence of Aedes larvae in water containers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kabisat Febiachrulia
"Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga kini masih menjadi masalah kesehatan global yang tidak kunjung terselesaikan. Indonesia pun tidak luput dari gangguan penyakit yang ditularkan melalui nyamuk Aedes sp ini. Berbagai macam cara telah dilakukan untuk mencegah penularan penyakit ini, mulai dari penyuluhan hingga penggunaan zat-zat kimia dengan tujuan memberantas vektornya. Container TPA menjadi fokus penelitian ini karena seharusnya container TPA terpelihara dengan baik mengingat fungsinya yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana keberadaan larva Aedes sp di container TPA setelah mendapatkan Bacillus thuringiensis israelensis dan dilakukan dengan rancangan cross sectional analitik. Populasi penelitian ini yaitu seluruh container TPA yang terdapat di rumah warga Kelurahan Cempaka Putih Barat dengan subjek penelitian 100 rumah di RW 07 (mendapat Bti) dan 100 rumah di RW 03 (tidak mendapat Bti).
Dari hasil penelitian didapatkan HI, CI, dan BI di daerah yang mendapatkan Bti masing-masing sebesar 11%, 4,9%, dan 12 serta di daerah yang tidak mendapatkan Bti masing-masing sebesar 17%, 7,3%, dan 22. Dari 187 container TPA yang ada RW 07, ditemukan 8 container positif larva, dan dari 229 container yang ada di RW 03, 18 di antaranya postif larva. Uji kemaknaan menggunakan Fischer exact menunjukkan tidak adanya hubungan antara jumlah container TPA positif larva di daerah yang mendapatkan Bti dengan jumlah container TPA positif larva yang ada di daerah kontrol. Hasil ini bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti keadaan lingkungan, perbandingan jumlah container TPA yang diteliti, kebiasaan pemilik container, letak container, dan sebagainya.

Until now Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) remains an unsolved global health problem. Indonesia can’t also escape from this Aedes sp-transmitted disease. Various ways have been done to prevent the transmission of this disease, ranging from counseling to the use of chemical substances to control the vector of DHF. Water reservoirs (container TPA) became the focus of this study because they should be mantained well considering their function for daily needs. The study was conducted to determine the presence of Aedes sp larvae in water reservoirs after Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) application and be done with cross sectional analytic design. The population of this study is the entire water reservoirs located in kelurahan Cempaka Putih Barat with 100 houses in RW 07 (applied with Bti) and 100 houses in RW 03 (not applied with Bti) as the subject.
From the research, HI, CI, and BI obtained in areas applied with Bti are 11%, 4.9%, and 12, and in area with no Bti application 17%, 7.3%, and 22 as well. Among 187 containers in RW 07, 8 positive larval containers are found, and 18 positive larval containers are found among 229 containers in RW 03. Significance using Fischer’s exact test shows no relationship between the number of positive larval water reservoirs in area applied with Bti and the positive larval water reservoirs in area with no Bti application. These results can be influenced by many factors, such as environmental condition, ratio of the number of water reservoirs examined between 2 area, habits of the containers’ owners, the location of the containers, and so on.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>