Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211428 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zilda Oktarina
"Lebih dari sepertiga balita di Indonesia mengalami stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita dan faktor paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel sebanyak 1239 sampel balita usia 24-59 bulan di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung yang memiliki kelengkapan data variabel penelitian diambil dari data Riskesdas 2010. Pengumpulan data Riskesdas 2010 menggunakan kuesioner. Analisis Chi Square dan Regresi Logistik digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko dengan kejadian stunting pada balita dan faktor dominan yang paling berhubungan dengan kejadian stunting pada balita.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi balita yang mengalami stunting 44,1%. Berat lahir, tinggi badan ibu, tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi lemak, status ekonomi keluarga, jumlah anggota rumah tangga, dan sumber air minum memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada balita. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting pada balita adalah jumlah anggota rumah tangga. Peneliti menyarankan kepada keluarga agar dapat membatasi jumlah anak sesuai dengan program Keluarga Berencana (KB).

More than one-third of young childrens in Indonesia have stunted. The purpose of this study was to identify correlates factors and dominant factors with stunting in young children. Cross sectional's design study was conducted in 1239 children aged 24-59 months at Aceh, North Sumatera, South Sumatera, and Lampung who have completed in data study variable in Riskesdas 2010. The data were collected by questionnaire. Chi square analyze and regression logistic were used to assess the association between risk factors with stunting in children and dominant factor for stunting in children.
The result reveals that prevalence of stunting among children is 44.1%. birth weight, mother's height, energy intake, fat intake, economic status, family size, and drink water have associate with stunting in children. Then, dominant factor that associate with stunting in children is family size. Researcher suggest that family can control of total children as Keluarga Berencana (KB)'s program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri
"Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan motorik terlambat, dan terhambatnya pertumbuhan mental. Tujuan umum dari penelitian adalah diketahuinya faktor yang paling dominan berhubungan dengan stunting pada balita (12 ? 59 Bulan) di Sumatera tahun 2010. Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan desain penelitian cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 3126 balita.
Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data Riskesdas 2010 pada bulan September ? Desember 2011, sedangkan Riskesdas 2010 dilaksanakan pada bulan Mei ? Agustus 2010. Variabel yang digunakan antara lain stunting, berat lahir, asupan energi, asupan protein, umur, jenis kelamin balita, pendidikan ibu, jumlah anggota rumah tangga, wilayah tempat tinggal dan status ekonomi keluarga yang telah dikumpulkan oleh tim Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji chi square (bivariat) dan regresi logistik ganda (multivariat).
Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan indeks TB/U maka balita yang stunting sebanyak 37.5% dan normal sebanyak 62.5%. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara stunting dengan berat lahir, asupan energi, asupan protein, jenis kelamin, pendidikan ibu, wilayah tempat tinggal dan status ekonomi keluarga. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel berat lahir merupakan faktor dominan berhubungan dengan stunting setelah dikontrol variabel jenis kelamin, wilayah tempat tinggal dan status ekonomi keluarga.

Stunting is very short state of body so that the deficit exceeded -2 SD below the median length or height. Stunting is a public health issue because it deals with an increased risk of morbidity and mortality, delayed motor development, and mental growth retardation. The general objective of research is to know the dominant factor related with stunting in infants (12-59 months) in Sumatra in 2010. This study uses cross sectional research design and quantitative method with 3126 toddlers sample.
The research was carried out by processing the Riskesdas 2010 data in September - December 2011, while Riskesdas 2010 was held in May-August 2010. Variables are used i.e. stunting, birth weight, energy intake, protein intake, age, sex toddler, maternal education, number of household members, area residence and economic status of families that have been collected by a team of Basic Health Research (Riskesdas) in 2010. Processing and analyzing data using chi square test (bivariate) and multiple logistic regression (multivariate). The analysis showed that based on the index TB/U, stunting toddlers as much as 37.5% and 62.5% of normal.
The results of chi square test showed significant relationship between stunting with birth weight, energy intake, protein intake, sex, maternal education, area of residence and economic status of families. The results of multivariate analysis showed the birth weight variable is the most dominant factor associated with stunting after being controlled with sex, area of residence and economic status of families variables.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30071
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Ningsih
"Sepertiga kasus kegemukan pada orang dewasa telah dimulai sejak masa anak-anak. Kegemukan pada anak-anak dapat menyebabkan timbulnya risiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, dan lain-lain pada saat mereka dewasa nanti. Proporsi kegemukan pada balita dilaporkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Riskesdas menunjukkan peningkatan proporsi kegemukan pada Balita yaitu 12,2% pada 2007 menjadi 14,0% pada 2010 atau meningkat sekitar 1,8% dari hasil Riskesdas pada tahun 2007. Dua belas Provinsi memiliki masalah kegemukan pada Balita di atas angka nasional, DKI Jakarta merupakan provinsi dengan proporsi teratas yang memiliki masalah tersebut. Berdasarkan data tersebut, penulis melakukan penelitian untuk menganalisis hubungan berat lahir dan faktor lainnya dengan kejadian kegemukan pada balita usia 6-59 bulan di Provinsi DKI Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Desain penelitian Riskesdas 2010 adalah potong lintang. Variabel dependen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah status kegemukan pada balita 6-59 bulan berdasarkan IMT/U. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian didapatkan proporsi kegemukan pada anak usia 6-59 bulan adalah 24,3% dan proporsi Berat Lahir Rendah sebesar 4,9%. Hasil uji chi-square diketahui tidak ada hubungan bermakna antara berat lahir dan variabel independen lainnya dengan kegemukan, namun didapatkan status pekerjaan ibu merupakan faktor paling berisiko terhadap kejadian kegemukan di Provinsi DKI Jakarta.

One third of adult overweight cases has begun since children period. Overweight on children can cause a degenerative risk diseases such as cardiovaskuler, diabetes mellitus,etc when they grow up later. The overweight proportion has increase by the year. From health research data was found that overweight on children under five years has increase about 1,8% which on 2007 the proportion was 12,2% become 14,0% on 2010. DKI Jakarta was the first Province from 12 Provinces who has the overweight problem which the proportion more than national rate. Based on that data, the writer want to analyze the association between birth weight and other factors with overweight on children ages 6-59 months in DKI Jakarta Province.
This research is a quantitative research using a secondary data from health research 2010 (Riskesdas 2010). Riskesdas 2010 design is a cross sectional. The dependent variable is an overweight status based on Basal Metabolism Index per Age (BMI/Age). Data analysis are univariat, bivariat and multivariat. The research has found that overweight proportion is 24,3% while the low birth weight proportion is 4,9%. Chi-Square test has found that there is no relationship between birth weight and other independent factors with overweight, which mother occupation has the most risk factor to overweight in DKI Jakarta Province.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31809
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulestari
"Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia Indonesia masa mendatang. Pulau Jawa merupakan pusat industri dan pertumbuhan ekomoni di Indonesia, namun berdasarkan Riskesdas 2010 prevalensi stunting masih tergolong tinggi (31%). Studi ini bertujuan untuk menilai hubungan faktor-faktor sosio-ekonomi dan lingkungan dengan kejadian stunting pada balita 10-59 bulan di Pulau Jawa Tahun 2010. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010 dengan disain penelitian cross sectional dan jumlah sampel 6.869 orang. Studi ini menggunakan uji statistik Chi-square dan Regresi Logistik sederhana.
Hasil penelitian ini menemukan prevalensi stunting pada balita 10-59 bulan sebesar 40,6% dengan hasil menunjukkan adanya hubungan bermakna antara umur ibu (OR=1.2; 95%CI:1,0-1,4), wilayah tempat tinggal (OR=1.3; 95%CI:1,2-1,4), pendidikan ibu (OR=1.6; 95%CI:1,5- 1,8), pengetahuan ibu (OR=1.2; 95%CI:1,1-1,3), status ekonomi (OR=1.5; 95% CI:1,3- 1,6), jarak kelahiran (OR=1.2; 95%CI:1,0-1,5), and sanitasi dasar (OR=1.3; 95%CI:1,1- 1,4) dengan kejadian stunting. Saran dari studi ini adalah memberikan intervensi berupa promosi kesehatan tentang pengetahuan tentang stunting dan faktor yang berhubunngan dengan melibatkan kader, ibu-ibu yang mempunyai balita dan tokoh masyarakat untuk menurunkan prevalensi stunting di masa mendatang.

Stunting is still a public health problem in Indonesia. Stunting in children under five can result in low productivity and the quality of Indonesian human resources in the future. Java is a center for industry and economy in Indonesia, however Riskesdas 2010 showed the prevalence of stunting still relatively high (31%). This study aims to determine the relationship of socio-economic factors and environmental events of stunting in Javanes children 10-59 months of aged in 2010. This study uses Riskesdas data 2010 with cross-sectional study design and sample size of 6.869. We used Chi- square and simple logistic regression.
This study shows the prevalence of stunting in children 10-59 months is 40.6% and presents a modest significant relationship between maternal age (OR=1.2; 95%CI:1,0-1,4), region of residence (OR=1.3; 95%CI:1,2-1,4), maternal education (OR=1.6; 95%CI:1,5-1,8), knowledge mother (OR=1.2; 95%CI:1,1- 1,3), economic status (OR=1.5; 95% CI:1,3-1,6), birth interval (OR=1.2; 95%CI:1,0- 1,5), and basic sanitation (OR=1.3; 95%CI:1,1-1,4) with the stunting. Providing sufficient and frequent interventions due to health promotion on increasing mathernal knowledge related to stunting and its factors by involving volunteers and community members children and leaders might decrease the prevalence of stunting in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah
"Status gizi berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) dapat digunakan sebagai pengukur masa depan bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang perlu memperhatikan hal tersebut, khususnya status gizi penduduk balita di wilayah perkotaan, karena penduduk perkotaan memegang peran penting dalam kemajuan bangsa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan kejadian stunting pada balita 24-59 bulan di perkotaan Jawa Timur tahun 2010.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dari analisis data sekunder yang bersumber dari hasil penelitian kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Variabel dependen yaitu kejadian stunting dan variabel independen meliputi asupan energi, protein, lemak, jenis kelamin, berat lahir, tinggi badan ibu, IMT ibu, pendidikan ibu, jumlah keluarga, status ekonomi, dan sumber air minum.
Dari 622 responden dalam penelitian ini, diperoleh prevalensi stunting sebesar 43,1%. Serta diperoleh adanya hubungan antara kejadian stunting dengan asupan protein, berat lahir, tinggi badan ibu <145 cm, pendidikan ibu dan status ekonomi. Dari hasil analisis multivariat diperoleh bahwa status ekonomi merupakan faktor dominan yang berhubungan kejadian stunting setelah di kontrol oleh asupan energi, asupan protein, berat lahir dan tinggi badan ibu (p value = 0,002; OR=1,7). Oleh karena itu, dibutuhkan adanya program penanganan stunting bagi balita dengan status ekonomi rendah di perkotaan.

Nutritional status based on height to age can be used as an indicator of nation's future. Therefore, as a development country, Indonesia needs to pay attention, especially for nutritional status of under five in urban area, because people in urban area play an important role in developing country. This study aim's to know factors associated with stunting of under five aged 24 - 59 month in urban East Java 2010.
This is a quantitative study from secondary data analysis of "Riset Kesehatan Dasar" (Riskesdas) 2010 with study design was cross sectional study. Dependent variable was stunting and independent variable were energy intake, protein intake, and fat intake, sex, birth weight, mother's height, mother's BMI, mother's education, number of family, economical status, and drinking water source.
The result of this study from 622 actual subject showed stunting prevalence was 43,1%. Protein intake, birth weight, mother's height <145cm, mother's education, and economical status were associated with stunting. Based on multivariate analysis, economical atatus was a dominant factor that associated with stunting after controlled by energy intake, protein intake, birth weight, and mother's height (p value = 0,002; OR=1,7). It's recommended to make a stunting program for handling stunting of under five aged 24 - 59 month with low economical status in urban area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriarni
"Di era globalisasi ini banyak terjadi masalah gizi ganda. Masalah ini terutama banyak terjadi di negara berkembang dan negara miskin. Masalah gizi ganda adalah munculnya masalah gizi lebih dengan gizi kurang juga masih menjadi masalah di negara tersebut. Masalah gizi lebih ini terjadi karena makanan murah yang dikonsumsi banyak mengandung tinggi gula, tinggi lemak, tinggi garam dan tinggi kalori yang dapat menyebabkan kegemukan terutama pada anak-anak. Kegemukan pada anak-anak akan menyebabkan menyebabkan timbulnya risiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, dan lain-lain kelak jika mereka dewasa nanti.
Masa anak-anak merupakan masa yang penting untuk proses tumbuh kembangnya, untuk itu sangat diperlukan konsumsi makanan yang mengandung zatzat gizi yang diperlukan oleh tubuh anak-anak sesuai dengan kebutuhannya. Jika berlebihan akan menimbulkan dampak yang buruk bagi anak-anak. Konsumsi makanan pada anak-anak ditentukan dari apa yang mereka konsumsi sejak dini. Makanan yang pertama kali dikonsumsi oleh anak-anak adalah air susu ibu (ASI). ASI diketahui banyak mengandung gizi penting yang dibutuhkan oleh bayi, untuk itu pemerintah dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama enam bulan kehidupan pertama bayi. ASI juga diketahui memiliki efek protektif terhadap kegemukan pada anak. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji mengenai hubungan antara konsumsi ASI eksklusif dan faktor lainnya dengan kejadian kegemukan pada anak usia 6-23 bulan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Desain penelitian Riskesdas 2010 adalah cross sectional (potong lintang). Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat. Variabel dependen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah status kegemukan pada anak usia 6-23 bulan berdasarkan IMT/U.
Dalam penelitian ini didapatkan hasil proporsi kegemukan pada anak usia 6-23 bulan adalah 22,6% dan proporsi ASI eksklusif sebesar 19,9%. Dari hasil uji chisquare diketahui tidak ada hubungan bermakna antara ASI eksklusif dengan kegemukan, sedangkan hubungan yang bermakna ditemukan pada variabel berat lahir, pekerjaan ibu dan pengeluaran keluarga. Faktor yang paling berhubungan dari semua variabel independen yang diteliti adalah berat lahir.

Globalization era has make a double burden on nutrition problem. This problems happened in the develeloped and poor country. Double burden on nutrition is a problem with overnutrition has come while the undernutrition still become a problem. Overnutrition arise because a children consume cheap food that contain of high sugar, high fat, high salt and high calory that can cause a degenerative diseases such as cardiovaskuler, diabetes mellitus when they grow up later.
Children period plays an important role for their development and growth, and for that they need the food that contain of nutrition that they need. If it more than they need, it will become a bad impact for the child. For babies, the first food that they consume is breastmilk. Breastmilk has been known as an important nutrition for the baby so that the World Health Organization has recommend to give breastmilk only for the first six months of their early life. Breastmilk has a protective effect for overweight on child. Based on that reason, the writer interested to analyze the association between breastfeeding and other factors with overweight on children ages 6-23 months in Indonesia 2010.
This research is a quantitative research using a secondary data from health research 2010 (Riskesdas 2010). Riskesdas 2010 design is a cross sectional. Data analysis are univariat, bivariat and multivariat. The dependent variable is an overweight status based on Basal Metabolism Index per Age (BMI/Age).
This research has found that overweight proportion is 22,6% while the breastfeeding proportion is 19,9%. Chi-Square test has found that there is no relationship between breastfeeding with overweight while the significant relationship has been found on birth weight, mother occupation and family expenses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T29791
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Kurnianingtyas
"Underweight merupakan suatu keadaan dimana anak tidak mencapai berat badan ideal yang mengakibatkan asupan makan tidak sesuai kebutuhan anak pada umurnya. Underweight memiliki resiko terbesar di negara berkembang terhadap beban penyakit. Berdasarkan data Riskesdas 2018 prevalensi underweight di Sumatera Utara sebesar 19,7% yang tergolong tinggi dibandingkan prevalensi nasional. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian underweight pada anak usia 24-59 bulan di Sumatera Utara berdasarkan data IFLS 5 tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunder IFLS 2014 yang dilaksanakan dari bulan Maret hingga April 2020. Jumlah sampel sebanyak 280 anak usia 24-59 bulan yang berlokasi di Sumatera Utara. Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian underweight pada anak usia 24-59 bulan di Sumatera Utara adalah jenis kelamin anak (0,502; 0,292-0,862), status gizi ibu (3,962; 0,965-14,165), dan pengeluaran rokok (1,800; 1,039-3,117)

Underweight is a condition where the child doesn’t reach an ideal body weight which result inappropriate food intake to the needs of children at their age. Underweight has the biggest risk in developing country against the burden of disease. Based on Riskesdas data in 2018 the prevalence of underweight in North Sumatera had reached 19,7% and classified as high than the national prevalence.
This Research aims to determine what factors are associated with incidence of underweight in child aged 24-59 months in North Sumatera based on Indonesia Family Life Survey 2014. This research used cross-sectional design using secondary data of 2014 IFLS which implemented from March 2020 untul April 2020. Total sample that used in this research is 280 child aged 24-59 months that located in North Sumatera. Result of bivariate analysis shows that variabel which significantly associated with the incidence of underweight in child aged 24-59 months are gender (0,502; 0,292-0,862), maternal nutritional status (3,962; 0,965-14,165), and cigarette expenditure (1,800; 1,039-3,117).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dhani Yustika
"Anak dengan kondisi stunting mengalami pertumbuhan yang tidak optimal, daya tahan tubuh rendah dan rentan terhadap penyakit, dan kemampuan kognitif yang rendah, meningkatkan risiko kegemukan dan penyakit degeneratif sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan hubungan asupan zat gizi, riwayat ASI eksklusif, riwayat infeksi penyakit, berat lahir, panjang lahir, pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan kejadian stunting. Penelitian cross-sectional ini menggunakan data sekunder Gizi dan Kesehatan Balita di Kecamatan Babakan Madang Tahun 2018 dengan jumlah sampel 134 responden yang didapatkan dengan teknik purposive sampling. Hasil analisis bivariat dengan uji chisquare menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan pendidikan ibu terhadap kejadian stunting (p= 0,040; OR= 2,986; 95%, CI: 1,128-7,903). Diperlukan peran aktif Dinas Kesehatan untuk mensosialisasikan pentingnya asupan gizi seimbang bagi anak serta puskesmas dan posyandu untuk melakukan pengukuran tinggi badan minimal 6 bulan sekali.

Stunting causing non-optimal growth, low endurance, susceptibility to disease and low cognitive abilities and increase the risk of obesity and degenerative diseases which affected human resources quality. This study aims to determine the relationship between nutrient intake, history of exclusive breastfeeding, history of disease infection, birth weight, length of birth, paternal education and maternal education with stunting. This cross-sectional study using secondary data in Babakan Madang District, Bogor in 2018 with a sample of total 134 children obtained by purposive sampling technique. Bivariate analysis with the chi-squared test showed that there was significant relationship between maternal education and the incidence of stunting (p = 0.04; OR = 2.986; 95%, CI: 1,128-7,903). This study gives us empirical evidence for Ministry of Health to increasing campaign and promotion regarding the importance of balanced nutrition for children under five and Puskesmas and Posyandu should be used to measure height for age at least once in six months.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoerunnisa Tuankotta
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang hubungan pengeluaran keluarga untuk makanan dengan kecukupan total asupan energi pada anak usia 24-59 bulan di provinsi jawa barat tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara pengeluaran keluarga untuk makanan, karakteristik anak dan karakteristik keluarga dengan total asupan energi yang cukup pada anak usia 24-59 bulan di provinsi jawa barat tahun 2010. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010 yang analisisnya dilakukan selama bulan November 2011 ? Januari 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili provinsi jawa barat, sedangkan sampelnya adalah anggota rumah tangga yang berumur 24-59 bulan yang berjumlah 1.811 anak. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi total asupan energi yang cukup pada anak usia 24-59 bulan sebesar 49.6%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengeluaran keluarga untuk makanan, umur anak, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan kepala keluarga, pemanfaatan fasilitas kesehatan, jumlah ruangan dalam rumah tangga dan wilayah tempat tinggal dengan total asupan energi yang pada anak usia 24 ? 59 bulan di Provinsi Jawa Barat tahun 2010. Namun, tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam rumah tangga, serta adanya anggota rumah tangga yang merokok dengan total asupan energi yang cukup pada anak usia 24 ? 59 bulan di Provinsi Jawa Barat tahun 2010.

ABSTRACT
This study discusses the relationship with the family expenses for the adequacy of total food energy intake in children aged 24-59 months in the province of West Java in 2010. The purpose of this study is to know the relationship between family expenditures for food, the characteristics of the child and family characteristics with sufficient total energy intake in children aged 24-59 months in the province of West Java in 2010. The study design used is a Cross Sectional. Riskesdas using secondary data analysis conducted in 2010 that during the month of November 2011 - January 2012. This study population is all households that represent the west Java province, while the sample is a member of the household aged 24-59 months, amounting to 1811 children. The results have a total prevalence of adequate energy intake in children aged 24-59 months at 49.6%. The results of statistical tests showed no significant association between family expenditures for food, child age, maternal education level, employment status of head of household, health facility utilization, number of rooms in households and neighborhoods with a total energy intake in children aged 24-59 month in West Java province in 2010. However, no significant associations between gender, family size, number of children under five in the household, and the presence of household members who smoke with enough total energy intake in children aged 24-59 months in West Java province in 2010."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Pratiwi
"

Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dan memiliki efek jangka panjang pada individu dan masyarakat, termasuk berkurangnya perkembangan kognitif dan fisik, berkurangnya kapasitas produktif dan kesehatan yang buruk dan meningkatnya penyakit degenerative. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukadana Kabupaten Lampung Timur tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dengan jumlah sampel 165 anak yang diambil secara simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2019 pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada anak usia 24-59 bulan sebesar 26,1%. Variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu riwayat pemberian ASI Eksklusif dan riwayat pemberian MP ASI setelah dikontrol variabel berat lahir, panjang badan lahir, riwayat pemberian kapsul vitamin A, riwayat pemberian ASI Eksklusif dan penyapihan. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting adalah riwayat pemberian MP ASI. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan stunting dengan memperhatikan praktik PMBA yang benar dan dilakukan penanggulangan stunting dengan melakukan perbaikan gizi tidak hanya pada anak usia 0-23 bulan tetapi juga usia 24-59 bulan


Stunting is a serious public health problem and has long-term effects on individuals and society, including reduced cognitive and physical development, reduced productive capacity and poor health and worsening degenerative diseases. The aim of this study is to know factors related to the incidence of stunting in children aged 24-59 months in the Sukadana Public Health Center (Puskesmas) Working Area in East Lampung District in 2019. This study was a quantitative study with a cross sectional design which has 165 children as sample and used simple random sample as methode. This research was conducted in May-June 2019 by collecting data through direct interviews using questionnaires and anthropometric measurements. The results showed that variables related to stunting were the history of MP ASI contribution after controlled with variables of birth weight, birth length, giving vitamin A capsule, history of exclusive breastfeeding and weaning.

"
2019
T52720
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>