Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 234056 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Holida Lafrisyah
"Perkembangan pendidikan dalam era globalisasi diharapkan seiring dengan perkembangan jaman sehingga harus terus diupayakan peningkatan kualitasnya yang salah satunya melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk mendorong SMK berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) maka salah satu kebijakan Direktorat Pembinaan SMK adalah dengan mengembangkan SMK sebagai Pusat Layanan TIK SMK, yaitu SMK yang dijadikan sebagai pusat data dan informasi serta memberikan layanan pembelajaran TIK bagi SMK lain disekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi program pemberdayaan Pusat Layanan TIK SMK dalam mendukung pembelajaran. Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisa program Logic Model, yang mencakup 4 aspek input, activities, output, outcome. Setiap aspek terdiri atas komponen dan indikator kinerja. Mengacu pada hasil penelitian diatas maka ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan untuk Direktorat Pembinaan SMK perlu memberikan bantuan dana yang lebih besar khususnya penulisan pembelajaran berbasis TIK sehingga tenaga pendidik lebih termotivasi untuk aktif dan kreatif dalam penulisan materi atau modul pembelajaran on line untuk Dinas Pendidikan Menengah Kota Jakarta Selatan perlu membantu lebih banyak program pelatihan-pelatihan TIK dan peralatan pendukung lainnya dalam pengembangan proses pembelajaran berbasis TIK. Untuk Pusat Layanan TIK SMK Jakarta Selatan perlu ditambah lagi tenaga pendidik Sarjana komputer khususnya bidang multimedia, peningkatan kecepatan pemeliharaan dan perawatan peralatan, perlu diciptakan suasana ruang multimedia yang lebih menarik bagi peserta didik. Perlu memotivasi tenaga pendidik lebih aktif menulis modul pembelajaran sehingga dapat mengisi konten modul pembelajaran (e-learning) untuk seluruh kompetensi keahlian, perlu lebih diperkaya/ditambahkan materi pembelajaran tentang multimedia.

Educat ion development in global iz at ion era is expected to be in l ine wi th the development era, thus i ts qual i ty must be cont inuously improved, and one of them is through the use of informat ion and communicat ion technologies ( ICT). To encourage ICT?based SMK, then one of pol icies of Di rect orate of Technical and Vocat ional Educat ion is by developing SMK as a Informat ion and Communicat ion Technology ( ICT) Service Center of SMK, namely SMK is made as a center for data and informat ion and provides ICT e-learning for SMK in sur rounding areas. Ob ject ive of this research is to evaluate empowerment program on ICT Service Center of SMK in support ing learning. This research uses qual i tat ive descript ive type by applying Logic Model program analysis, including 4 aspects; input , act ivi t ies , output , and outcome. Each aspect consists of component and work indicator . Referring to the above research resul ts then there are several suggest ions necessary to consider the Di rectorate of Technical and Vocat ional Educat ion needs to provide greater fund aid, especial ly Informat ion and communicat ion Technology ( ITC) -based wr i t ing of learning so that the teachers are more mot ivated to become act ive and creat ive in wri t ing onl ine learning materials or modules. For the Department of Secondary Level Educat ion of South Jaka rta Ci ty needs to help more ICT trainings program and other suppor t ing equipments in developing ICT-based learning process.For ICT Service Center of SMK of South Jakarta needs to add the teachers holding Bachelor of Computer Informat ion System, par t icularl y in the field ofmul t imedia, accelerat ion of equipments maintenance and care, needs to create more at tract ive atmosphere of mul t imedia rooms for the students. It is necessary to mot ivate the teachers to be more act ive in wri t ing learning modules so that i t can fi l l e-learning module contents for al l expert ise competencies, needs to be enriched/ added wi th learning mater ial on mul t imedia. (*)"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rinny Arifa
"Program pendidikan inklusif merupakan salah satu program pendidikan yang diadakan oleh Pemerintah di Indonesia. Program pendidikan inklusif ini bertujuan untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dan layak kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 Tahun 2009. Hal ini yang mendorong dilakukannya penelitian ini yang bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program pendidikan inklusif di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Jakarta Rumpun Perhotelan dengan merujuk teori model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) Stufflebeam (2003). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah post-positivist dengan teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi langsung, serta studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program pendidikan inklusif di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Jakarta Rumpun Perhotelan belum berjalan baik sampai saat ini karena sekolah-sekolah tersebut belum melaksanakan sesuai dengan konsep pendidikan inklusif yang ada. Berdasarkan analisis, evaluasi pelaksanaan program pendidikan inklusif dapat dinyatakan tidak sesuai. Ketidaksesuaian tersebut bisa dilihat dari 18 indikator, SMKN 24 Jakarta terdapat 8 indikator yang sudah sesuai, sedangkan 10 indikator tidak sesuai. SMKN 32 Jakarta terdapat 10 indikator yang sudah sesuai, sedangkan 8 indikator tidak sesuai. SMKN 60 Jakarta terdapat 8 indikator yang sudah sesuai, sedangkan 10 indikator tidak sesuai. SMKN 32 Jakarta lebih baik dibandingkan dua sekolah lainnya, hal ini dikarenakan SMKN 32 Jakarta memiliki Guru Pendamping Khusus (GPK) dan adanya fasilitas sarana dan prasarana untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tuna rungu. Sedangkan kedua sekolah lainnya, yaitu SMKN 24 Jakarta dan SMKN 60 Jakarta tidak memilikinya.

An inclusive education program is one of the education programs as a policy of Indonesian Government. This inclusive program purposes to give high qualified and worthy education to children with special needs as same as regulation of the Minister of National Education Number 70, 2009. Based on this regulacy, this research purpose to evaluate the implementation of the inclusive education program in Vocational High School Jakarta especially for Department of Hospitality by referring to evaluation model theory of CIPP (Context, Input, Process, Product) Stufflebeam (2003). Approachment method which had been used for this research is post-positivist by collecting the qualitative data techniques by doing in-depth interview, observation, and literature review. The Result of this research shows that the implementation of an inclusive education program in Department of Hospitality Vocational High School Jakarta are not accordance with the regulation mandatory. Based on the analysis, evaluation had been done, program has not been done properly as it supposed to be. The discrepancy can be seen from 18 indicators, SMKN 24 Jakarta there are 8 indicators that are already suitable, while 10 indicators are not suitable. SMKN 32 Jakarta, there are 10 indicators that are suitable, while 8 indicators are not appropriate. There are 8 SMKN Jakarta 60 indicators that are already suitable, while 10 indicators are not appropriate. SMKN 32 Jakarta is better than the two other schools, this is because SMKN 32 Jakarta has Special Assistance Teachers and the availability of facilities and infrastructure for deaf children with special needs. Whereas the two other schools, namely SMKN 24 Jakarta and SMKN 60 Jakarta, do not have it."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Purnama Dewi
"Skripsi ini membahas mengenai analisis peran budaya sekolah dalam mendukung prestasi belajar siswa di SMA Swasta Sugar Group, Lampung. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk menggambarkan dan menganalisis peran budaya sekolah di SMA Sugar Group sebagai pendukung prestasi belajar siswa. Selain itu, penelitian ini juga melihat aspek-aspek di luar budaya sekolah yang menunjang prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif agar didapatkan kedalaman data terhadap topik mengenai peran budaya sekolah dalam mendukung prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian menyatakan bahwa budaya sekolah di SMA Sugar Group, yaitu private study time (PST) dan budaya berbahasa Inggris memang mendukung prestasi belajar siswa. Namun, kedua budaya sekolah tersebut memiliki daya dukung yang lemah terhadap prestasi belajar siswa. Hal tersebut terlihat dari ketidakstabilan nilai yang diperoleh para siswa. Aspek-aspek lain yang mewarnai perolehan prestasi belajar siswa, yaitu tingkat penghasilan dan pola asuh orangtua.

The focus of this study is explaining an analysis the role of school culture in supporting the student's achievement, case study in Private Senior High School of Sugar Group Lampung. The purpose of this study is to describe and analyze the role of school culture in Senior High School of Sugar Group as a supporting factor of student's study achievement. This research is according to qualitative method so the researcher will get comprehensive data about the role of school culture as a supporting factor of student's study achievement.
The results of this research show that Private Study Time (PST) and English usage for daily activities are culture that supporting student's achievement in Private Senior High School of Sugar Group. Beside both of that, the other school culture gives weak supporting only. This fact was seen by unstable mark of the students. The other aspects which affect the student's achievement are the grate of parent's income and their parenting style.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Hidayatullah
"Tidak adanya pemerataan mutu pendidikan di Indonesia menyebabkan tidak meratanya kualitas pendidikan yang diterima masyarakat di setiap daerah. Dengan kondisi yang demikian maka pemerintah membuat kebijakan Standar Nasional Pendidikan yang merupakan kriteria minimal dalam hal penyelenggaraan pendidikan dan berfungsi sebagai penjamin dari pemerataan mutu pendidikan. DKI Jakarta sebagai ibu kota Negara seharusnya dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain dalam pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan.
Karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana implementasi kebijakan Standar Nasional Pendidikan di DKI Jakarta dengan mengambil kasus pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kotamadya Jakarta Barat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui wawancara mendalam dan juga studi dokumen.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pelaksanaan kebijakan Standar Nasional Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Jakarta Barat belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya kesulitan-kesulitan teknis yang dihadapi sekolah, rendahnya pengawasan, dan juga kurang optimalnya pengalokasian dana.

The lack of equity of educational quality in Indonesia cause differences in quality of education that Indonesian society receive. With that condition, the government makes a policy about National Education Standard which is the minimum criteria of education and as assurance of equity in education quality. DKI Jakarta as a capital city of Indonesia should be an example for other province for the implementation of National Education Standard.
Therefore, the goals of this research is to analyze how the implementation of the National Education Standard policy by taking case in Public Junior High School in West Jakarta. The methods of data collection in this research is using qualitative methods by deep interview and document study.
The conclusion of this research prove that the implementation of National Education Standard policy in Public Junior High School in West Jakarta hasn’t been going quite well viewed by many technical difficulties that school faces, lack of supervision, and the lack of optimality in budget allocation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47393
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurilhami
"

Penelitian ini membahas mengenai pelayanan pendidikan pada Dinas Pendidikan Kota Bekasi dalam pelaksanaan pelayanan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online di jenjang SMK pada tahun  2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma post positivist. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelayanan pendidikan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Bekasi memiliki kinerja yang belum baik, padahal Dinas memiliki sumber daya keuangan, material, manusia dan regulasi yang cukup memadai. Panitia penyelenggara memilki struktur dan fungsi yang jelas dalam bertugas, namun masih ditemukan banyak masalah dalam pengelolaan sumber daya dan komitmen panitia penyelennggara dalam melaksanakan pelayanan. Manfaat dari pelayanan pendidikan PPDB Online tahun 2015 belum terasa signifikan bagi para stakeholder yang terlibat.


This study discusses the educational services in Bekasi City Department of Education in the implementation of Admission Students New (PPDB) Online service at vocational high school in 2015. This study used qualitative approach and the post-positivist paradigm. Data was collected through in-depth interviews and literatures study. The results showed that educational services are carried out by the Bekasi City Department of Education has not been good, yet, the Department has the financial resources, materials, human and adequate regulation. Departement have the effective structure and clear function, but still found many problems in the resources management and the committee commitment in carrying out the service. Benefit from educational services PPDB Online 2015 has not felt significant for stakeholders involved.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sara Adiza Nursyahbani
"Siswa SMK di Indonesia cenderung memiliki minat berwirausaha rendah yang berakibat Tingkat Pengangguran Tertinggi (TPT) didominasi oleh lulusan SMK. Walaupun Indonesia telah mencapai standar nasional di jumlah rasio wirausaha, namun hanya tiga persen pemuda Indonesia yang menggeluti wirausaha. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat dukungan sosial keluarga, tingkat pendidikan kewirausahaan, dan tingkat literasi digital dengan tingkat minat berwirausaha online. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukan bahwa minat berwirausaha lebih banyak dijelaskan melalui peran lingkungan keluarga, efikasi diri, dan pendidikan kewirausahaan. Untuk memperkaya studi sebelumnya, peneliti memfokuskan permasalahan terkait minat berwirausaha online pada siswa SMK yang dipengaruhi faktor dukungan sosial keluarga, pendidikan kewirausahaan, dan literasi digital. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data survei pada siswa jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 41 Jakarta. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan proportionate stratified random sampling dengan jumlah responden sebanyak 102 siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat dukungan sosial keluarga, pendidikan kewirausahaan, dan literasi digital memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat minat berwirausaha online siswa. Dukungan sosial keluarga merefleksikan tingkat dukungan keluarga pada siswa saat berminat berwirausaha. Sebelum menumbuhkan minat berwirausaha pada siswa dibutuhkan keinginan, kompetensi, dan kesadaran berwirausaha, sehingga pendidikan kewirausahaan berperan penting. Selain itu, memiliki kompetensi digital juga berperan dalam menunjang kegiatan wirausaha online.

Vocational high school students in Indonesia have a low interest in entrepreneurship which results in the Highest Unemployment Rate (TPT) being dominated by SMK graduates. Although Indonesia has achieved the national standard in the entrepreneurial ratio, only three percent of youth in Indonesia are entrepreneurs. This study aims to analyze the relationship between the level of family social support, the level of entrepreneurship education, and the level of digital literacy with the level of interest in online entrepreneurship. Previous studies have shown that interest in entrepreneurship is mostly explained through the role of the family environment, self-efficacy, and entrepreneurship education. To enrich the previous study, this research focuses on the issue of interest in online entrepreneurship in vocational students which is influenced by factors of family social support, entrepreneurship education, and digital literacy. This study uses quantitative methods with survey data collection techniques on students majoring in Online Business and Marketing at 41 State Vocational High School Jakarta. The sampling technique in this study used proportionate stratified random sampling with a total of 102 students as respondents. The results of this study indicate that the level of family social support, entrepreneurship education, and digital literacy have a significant relationship with the level of student interest in online entrepreneurship. Family social support reflects the level of family support for students when they are interested in entrepreneurship. Before growing interest in entrepreneurship in students, it takes desire, competence, and awareness of entrepreneurship, so entrepreneurship education plays an important role. Furthermore, having digital competence also plays a role in supporting online entrepreneurial activities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ali Akbar Velayatie
"Sekolah nonformal muncul sebagai alternatif bagi individu untuk mengisi kekurangan yang dimiliki oleh sekolah formal. Sekolah nonformal dianggap dapat melengkapi kebutuhan individu dalam mengenyam pendidikan. Namun, pendidikan nonformal juga dianggap menjadi alternatif bagi masyarakat kelas bawah yang tidak mendapatkan akses terhadap pendidikan formal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Sekolah Nonformal yang didirikan oleh Sahabat Anak yang ditujukan untuk anak jalanan yaitu Pusat Kegiatan Anak Sahabat Anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan wawancara mendalam serta menggunakan model analisis SWOT, Main Analytical Categories dan juga Means-end Analysis dalam menganalisis kegiatan di dalam program sekolah nonformal ini. Penggunaan model SWOT dipilih karena peneliti ingin melihat dari aspek internal program Pusat Kegiatan Anak. Model analisis SWOT dirasa oleh peneliti sebagai model yang pas dalam menilai kekuatan dan juga kelemahan dari suatu program dari dalam komunitas tersebut. Untuk model analisis Main Analytical Categories dipilih karena peneliti ingin melihat bagaimana program PKA Sahabat Anak ini memiliki dampak dan juga efektivitas dalam menjalankan programnya. Sedangkan, untuk mean-ends analysis digunakan untuk membuat mapping dari program PKA ini mulai dari input sampai impact.

Non-formal schools emerged as an alternative for individuals to fill the gaps possessed by formal schools. Non-formal schools are considered to be able to complete the needs of individuals in receiving education. However, non-formal education is also considered to be an alternative for the lower class people who do not have access to formal education. This study aims to evaluate the Non-formal School program established by Sahabat Anak aimed at street children, namely the Sahabat Anak Child Activity Center. This study uses qualitative methods and in-depth interviews and uses a SWOT analysis model, Main Analytical Categories and also Means-end Analysis in analyzing activities in this non-formal school program. The use of the SWOT model was chosen because the researcher wanted to see from the internal aspects of the Children's Activity Center program. The SWOT analysis model is considered by researchers as the right model in assessing the strengths and weaknesses of a program from within the community. The Analysis model was Main Analytical Categories chosen because the researcher wanted to see how the Sahabat Anak PKA program had an impact and also the effectiveness in running the program. Meanwhile, the mean-ends analysis is used to create a mapping of the PKA program from input to impact."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
A.P. Widiastuti
"Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kuaiilas sumber daya manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu negara. Negara yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat pula. Oleh karena itulah pendidikan merupakan nvestasi dalam sumber daya manusia yang sangat penting.
Di negara kita selama ini pendidikan tidak pernah dianggap sebagai suatu masalah yang kuat, seperti masalah ekonomi dan politik yang mampu mempengaruhi banyak hal. Akibatnya alokasi dana pemerinlah untuk anggaran pendidikan relatif tidak besar. Untuk tahun 2001 misalnva, alokasi dana APBN untuk sektor pendidikan hanyalah Rp 2,8 triliun. Dari keseluruhan jumlah anggaran tersebut separuh lebih (Rp 5,4 triliun) digunakan untuk belanja rutin dan sisanya untuk belanja pembangunan. Dana yang kecil ini, terutama untuk belanja rutin, diperuntukkan hanya unluk membayar gaji guru yang jumlahnya sangat besar dan tersebar di seluruh Indonesia. Maka dapat dibayangkan berapa besar dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan sarana dan prasarana pendidikan di setiap sekolah.
Di era otonomi dan desentralisasi saat ini, melalui PP No. 105 tahun 2000, telah menggariskan perlunya Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mengetahui besarnya biaya dari kegiatan-kegiatan pelayanan yang akan dilakukannya (termasuk biaya di bidang pendidikan). Pengetahuan ini merupakan langkah awal untuk Pemda agar dapat menyusun anggaran kinerja, sebagaimana yang oleh PP tersebut dikatakan mesti disusun oeh Pemda. Oleh karena itu, tesis ini mencoba melakukan perhitungan terhadap biaya penyelenegaraan pendidikan melalui perhitungan terhadap total dan unit cost kegiatan pendidikan. Selain itu penelitian ini mencoba untuk menghitung besarnya subsidi pendidikan yang layak diberikan ke suatu sekolah berdasarkan hasil perhitungan total dan unit cost tersebut.
Karena keterbatasan waktu dan biaya, maka penelitian ini dibuat sebagai suatu studi kasus yang memfokuskan kajiannya pada sekolah menengah kejuruan (SMK), dengan mengambil sampel SMKN 10 dan SMK Cahaya Sakti di Jakarta. Sedangkan keseluruhan informasi yang dijadikan sandaran penelitian ini adalah selama tahun kalender 2001 (mulai bulan Januari sampai Desember 2001).
Untuk melakukan perhitungan total dan unit cost banyak sekali metode yang dapat digunakan. Penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu metode double distribution untuk SMKN 10 Jakarta dan metode tradisional untuk SMK Cahaya Sakti Jakarta.
Dari hasil penelitian ini dengan metode tersebut di atas, maka didapatkan-bahwa total cost penyelenggaraan pendidikan di SMK membutuhkan dana besar. Unit cost di SMK yang dijadikan sampel dalam penelitian ini iuga sangat besar jumlahnya. Sementara di sisi lain penermaan yang didapatkan SMK tidak sebanding dengan pengeluaran yang harus dikeluarkan sekolah untuk membiayai kegiatan pendidikannya. Sehingga SMK selalu mempunyai masalah defisit pada keuangannya. Hal ini sangatlah mengganggu kelancaran proses pengajaran di SMK.
Untuk itulah maka subsidi pemerintah untuk SMK sangat dibutuhkan. Tetapi seperti telah diketahui bersama, alokasi dana pemerintah untuk sektor pendidikan tidaklah besar. Oleh karena itu subsidi yang seharusnya diberikan pemerintahpun sangatlah terbatas. Padahal SMK membutuhkan dana yang tidak sedikit terutama untuk melakukan kegiatan praktek bagi siswa/i-nya. Bagi SMK negeri maupun swasta yang dijadikan sampel penelitian ini, subsidi mutlak diperlukan. Tetapi sampai saat ini, baru SMK negeri saja yang mendapatkan prioritas bantuan dari pemerintah. Sedangkan SMK swasta lebih banyak mencari jalan keluar sendiri untuk memecahkan masalah ini. Disini terjadi ketimpangan yang men}buat SMK swasta merasa dianaktirikan oleh pemerintah. Padahal bagaimanapun juga keterlibatan swasta dalam menyediakan pendidikan di negara kita sangat dibutuhkan dan sangat memberikan kontribusi yang besar. Jadi sebaiknya pemerintah harus lebih arif dalam memberikan perhatiannya (terutama masalah pembagian dana bantuan) kepada SMK negeri maupun kepada SMK swasta."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T9919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enny Zuliatie
"Data tentang pelaksanaan program konseling kesehatan reproduksi remaja di SLTA (YPI, 2002) memperlihatkan bahwa ada sekolah yang layanan konselingnya berjalan efektif dan ada yang tidak efektif, sehingga pemanfaatannya pun menjadi berbeda. Satu sekolah dapat menjaring kasus-kasus kesehatan reproduksi dan mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan pemberian informasi, satu sekolah lainnya tidak ada kasus dan kurang kegiatan pemberian informasi. Padahal dibawah PROPAS YPI, sekolah tersebut mempunyai program yang lama, yaitu konseling kesehatan reproduksi remaja di SLTA.
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang pemanfaatan layanan konseling kesehatan reproduksi remaja oleh siswa pada 2 SMK di Jakarta Selatan. Pengumpulan data melalui FGD, WM dan observasi pada bulan September - Nopember 2003 di SMK Negeri X dan SMK Swasta Y. Staf YPI, konselor formal, konselor non formal dan kepala sekolah sebagai informan lanjutan setelah siswa sebagai informan utama.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa siswa kelas III paling banyak memanfaatkan karena mereka sudah lebih lama berada di sekolah dan kebutuhan akan informasi lebih banyak dibandingkan kelas I dan II. Informan SMK Negeri X ternyata lebih banyak pengetahuan dan memberikan jawaban yang benar tentang materi kesehatan reproduksi dan keberadaan layanan dibandingkan dengan SMK Swasta Y. Justru hal ini yang membuat informan SMK Negeri X lebih memanfaatkan layanan konseling karena ingin tahu lebih banyak lagi. Sikap informan SMK Negeri X dan SMK Swasta Y terhadap ketrampilan konselor yang tidak bisa menjaga kerahasiaan membuat informan enggan konsultasi langsung dengan konselor formal, melainkan konsultasi dengan konselor non formal, yang dalam hal ini adalah pembina OSIS dan paling banyak konsultasi dengan teman. Semua informan siswa SMK Negeri X berpendapat bahwa konselor menyediakan waktu kapan saja untuk konsultasi, sedangkan konselor SMK Swasta Y hanya 2 hari seminggu, akibatnya informan siswa SMK Swasta Y sedikit yang konsultasi dan konselor.
Fasilitas, khususnya ruangan di 2 SMK kurang disenangi, karena dianggap tidak nyaman untuk konsultasi, sempit, dirancang seperti puskesmas. Akhirnya mereka konsultasi di taman, pinggir lapangan atau di kelas. Sebagian besar informan siswa SMK Negeri X dan SMK Swasta Y juga tidak diajak berpartisipasi memikirkan bentuk layanan dan disain di sekolah. Untuk itu agar ada perbaikan program dimasa mendatang disarankan agar membentuk konselor sebaya yang lebih mudah dekat dan terbuka dengan informan. Konselor sebaya ini harus dilibatkan dalam mendisain program, karena mereka yang lebih banyak tahu tentang kondisi sekolah dan kebutuhan temannya. Sekolah juga memberikan dukungan bagi konselor formal maupun non formal dan konselor sebaya untuk mengadakan kegiatan di sekolah. Depkes dan Depdiknas sebaiknya memikirkan strategi pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di SLTA, khususnya SMK. Juga peran LSM pelaksana dalam melakukan monitoring program secara rutin hendaknya lebih ditingkatkan agar kendala cepat diketahui dan permasalahan cepat teratasi.

The data on the implementation of Teenage reproductive health counseling program in High schools (YPI, 2000) show that some schools conduct the program effectively, while some others don't, and these cause the differences in the usage. One school can collect the cases on reproductive health and conduct some activities related to information dissemination, while there's also another school that has no cases and tacitness in information dissemination. This difference is surprising, considering that under YPI's School Based Program, those schools have the same opportunity to implement the Teenage Reproductive Health Counselling Service in Highschools.
A Survey was conducted to get an illustration on the usage of Teenage Reproductive Health Counselling Service by the students of Two Vcational Highschools in south Jakarta. Data collectings were conducted through FGD, WM and observation during September - November 2003 in a State Vocational Highschool (X) and a Private Vocational H'ighschool (Y). YPI's staffs, formal counsellors,.non formal counsellors and principals are considered as advanced informants after the highschool students as the main informants.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T-11356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>