Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186594 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rinda Hikmanurina
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai
hubungan antara keberfungsian keluarga dan optimisme pada ibu yang memiliki anak
dengan gangguan spektrum autistik. Penelitian ini dilakukan dengan metode
kuantitatif kepada 37 orang ibu yang memiliki anak dengan gangguan spektrum
autistik. Keberfungsian keluarga diukur dengan menggunakan alat ukur Family
Assessment Device (FAD) yang dibuat berdasarkan teori The McMaster Model of
Family Functioning. Terdapat enam dimensi yang mengukur keberfungsian keluarga,
yaitu dimensi penyelesaian masalah, komunikasi, peran, responsivitas afektif,
keterlibatan afektif, dan kontrol perilaku (Epstein, dkk., 2003). Sedangkan variabel
Optimisme diukur dengan menggunakan alat ukur Life Orientation Test-Revised
(LOT-R) yang dikembangkan oleh Scheier, Carver, dan Bridges (1994). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga tidak memiliki hubungan
yang signifikan dengan optimisme pada ibu yang memiliki anak dengan gangguan
spektum autistik. Artinya, keberfungsian keluarga yang efektif tidak selalu diikuti
oleh tingginga optimisme pada Ibu yang memiliki anak dengan gangguan spektrum
autistik.

Abstract
This research was conducted to find the correlation between family functioning and
optimism among mothers with autistic spectrum disorder?s child. This research was
conducted by quantitative methods to 37 mothers with autistic spectrum disorder?s
child. Family functioning measured using modification instrument named family
assessment device (FAD) which is made based on The McMaster Model of Family
Functioning. There are 6 dimensions that measure family functioning, the
dimensions are: problem solving, communication, roles, affective responsiveness,
affective involvement, and behavior control (Epstein, dkk., 2003). Optimism was
measured using modification instrument named life orientation test revised (LOT)
which has been developed by Scheier, Carver, and Bridges (1994). The result of this
research show that there is no significant correlation between family functioning and
optimism among mothers with autism spectrum disorder?s child. The result means
that the higher effectiveness of family functioning not always followed by higher
optimism among mothers with autistic spectrum disorder?s child."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Awaliyah Mardiani
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara keberfungsian keluarga dan resiliensi pada ibu yang memiliki anak Autistic Spectrum Disorder. Pengukuran keberfungsian keluarga menggunakan alat ukur family assessment device (Epstein, Bishop, & Levin, 1978) dan pengukuran resiliensi menggunakan alat ukur resiliet quotient (Reivich & Shatte, 2002). Partisipan berjumlah 40 ibu yang memiliki karakteristik sebagai ibu yang memiliki anak ASD.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara keberfungsian keluarga dan resiliensi pada ibu yang memiliki anak ASD (r = 0.507; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi keberfungsian keluarga, maka semakin tinggi resiliensi pada ibu yang memiliki anak ASD. Berdasarkan hasil tersebut, maka dukungan dari keluarga untuk ibu yang memiliki anak ASD sangat penting agar dapat meningkatkan kapasitas resiliensinya sehingga mampu bangkit dari trauma yang dialaminya dan mampu menghadapi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

This research was conducted to find the correlation between family functioning and reseiliece on mother who have children with Autistic Spectrum Disorder (ASD). Family functioning was measured using a modification instrument named family assessment device (Epstein, Bishop, & Levin, 1978) and resilience was measured using a modification instrument named reseilient quotient (Reivich & Shatte, 2002). The participants of this research are 40 mother who have children with ASD.
The main results of this research show that family functioning positively correlated significantly with resilience (r = 0.507; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher family functioning, the higher showing resilience. Based on these results, the support of the family for mothers of children with autistic spectrum disorder is important in order to increase her resiliece capacity so as able to rise from the trauma and able to face difficulties in everyday life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Oktiara Giwizadany
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping stress dan parenting self-efficacy. Partisipan penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autistik, sebanyak 66 orang. Pengukuran coping stress menggunakan alat ukur Brief COPE yang dikembangkan oleh Carver (1997) dan telah diadaptasi oleh Amanda (2014). Parenting self-efficacy diukur menggunakan subskala efficacy pada PSOC Scale yang dikembangkan oleh Johnston dan Mash (1989) dan telah diadaptasi oleh Puspitarani (2010). Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Pearson Correlation diperoleh hasil koefisien korelasi antara coping stress dan parenting self-efficacy sebesar -0.054 dengan nilai signifikansi sebesar 0.668 (p>0.01). Hal ini berarti bahwa, tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara coping stress dan parenting self-efficacy. Penelitian ini menemukan terdapat perbedaan skor kemampuan coping stress antara ayah dan ibu.

The objective of this research was to find the correlation between coping stress and parenting self-efficacy. The participants of this research were 66 parents of children with autistic spectrum disorder. Coping stress was measured with Brief COPE, constructed by Carver (1997) and had been adapted by Amanda (2014). Parenting self-efficacy was measured by measurement tools efficacy subscale of PSOC Scale, constructed by Johnston and Mash (1989) and had been adapted by Puspitarani (2010). The coefficient of Pearson correlation between coping stress and parenting self-efficacy was -0.054 with significance value 0.668 (p>0.01). It indicated that there were negative and no significant correlation between coping stress and parenting self-efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Nur Edwina
"ABSTRAK
Dengan menggunakan desain penelitian mixed-method, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi ibu-anak dan kemampuan joint attention (JA) pada anak dengan autism spectrum disorder (ASD), khususnya anak dengan ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim. Metode observasi terstruktur adalah metode pengambilan data utama yang digunakan dalam penelitian. Alat ukur Marschak Interaction Method Rating System (MIMRS) digunakan untuk mengukur kualitas interaksi ibu-anak, sedangkan alat ukur Early Social Communication Scale digunakan untuk mengukur kemampuan JA. Tujuh pasang partisipan ibu dan anak dengan ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim ikut serta dalam penelitian. Berdasarkan hasil analisis data secara kuantitatif dan kualitatif, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hasil yang tidak sejalan terkait hubungan antara interaksi ibu-anak dan kemampuan JA pada anak dengan ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dengan menggunakan uji non-parametrik Korelasi Spearman, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi ibu-anak dan kedua kemampuan JA, yaitu kemampuan responding joint attention (RJA), rs = -.060, dan kemampuan initiating joint attention (IJA), rs = .082 (seluruh p > 0.5) pada anak dengan ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim. Sementara itu, hasil analisis data secara kualitatif menunjukkan bahwa perilaku dan afek dari dimensi engagement terlihat dapat memunculkan kemampuan RJA dan IJA pada anak ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim.

ABSTRACT
Using a mixed method research design, this study aims to explore the correlation between mother-child interaction and joint attention skill in children with autism spectrum disorder (ASD), specifically minimally verbal school-aged children with ASD. This study used structured observation method in collecting the data. The Marschak Interaction Method Rating System (MIMRS) is used to measure quality of mother-child interaction, as The Early Social Communication Scale is used to quantify joint attention skill. Seven couples of mothers and children with ASD participated in this study. The result shows there is a differences between the quantitative and qualitative analysis of correlation of mother-child interaction and joint attention skill in minimally verbal school-aged children with ASD. Based on quantitative analysis, using a non-parametric Spearman Correlation, result shows that there is no significant correlation between mother-child interaction and both of types of JA, which is responding joint attention (RJA) and initiating joint attention (IJA), rs = .082 (seluruh p > 0.5), in minimally verbal school-aged children with ASD. Meanwhile, result from content analysis shows that mother's affect and behaviors in engagement dimension are able to elicit RJA dan IJA in minimally verbal school-aged children with ASD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52614
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Nasyaa Auraliesa
"Keluarga dengan anak berkebutuhan khusus seperti Gangguan Spektrum Autisme, sering dikaitkan dengan peran keluarga yang besar dalam menjaga tumbuh kembang mereka, termasuk membantu anak berkomunikasi, berinteraksi, serta melakukan aktivitas sehari-hari. Tentunya dalam membantu anak dengan spektrum autisme untuk tumbuh dan berkembang tidaklah mudah, orang tua sebagai pengasuh utama sering dikaitkan dengan kondisi psikologis yang lebih buruk dibandingkan dengan orang tua dengan anak yang normal. Saudara kandung sebagai anggota keluarga juga mengalami tingkat stress yang tinggi dalam menghadapi aktivitas sehari-hari dan juga menghadapi tekanan lingkungan sosial ketika mereka bersama saudara kandung dengan spektrum autisme. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan keberfungsian keluarga dengan distres psikologis pada saudara kandung dari anak dengan spektrum autisme. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dan menggunaka Teknik nonprobability sampling yang berhasil menyaring 136 partisipan penelitian. Keberfungsian keluarga diukur dengan Family Assessment Device (FAD) yang terdiri dari 60. Sementara distress psikologis diukur dengan General Health Questionnaire (GHQ-12) yang terdiri dari 12 item. Partisipan penelitian ini adalah 136 partisipan dengan rentang usia 18-35. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi dimensi Penyelesaian Masalah, dimensi Komunikasi dimensi Peran, dimensi Responsivitas Afektif,dan dimensi Keberfungsian Keluarga secara Umum berkorelasi negatif secara signifikan dengan  distres psikologis. Sedangkan dimensi Kontrol perilaku tidak berkorelasi dengan Distres Psikologis.

Families with children with special needs, such as Autism Spectrum Disorder, are often associated with a large family role in maintaining their growth and development, including helping children communicate, interact, and perform daily activities. Of course, helping children with the autism spectrum to grow and develop is not easy, parents as primary caregivers are often associated with worse psychological conditions than parents with normal children. Siblings as family members also experience high levels of stress in dealing with daily activities and also face pressure from the social environment when they are with siblings on the autism spectrum. Therefore, this study aimed to examine the relationship between family functioning and psychological distress in siblings of children with autism spectrum. This study used a quantitative design and used a non-probability sampling technique that successfully screened 136 participants. Family functioning was measured by the Family Assessment Device (FAD), which consisted of 60. Meanwhile, psychological distress was measured by the General Health Questionnaire (GHQ-12) which consisted of 12 items. The participants of this study were 136 participants with an age range of 18-35. The results of this study indicate that the dimensions of Problem Solving, Communication dimensions, Role dimensions, Affective Responsiveness dimensions, Affective Involvement dimensions, and Family Functioning dimensions in general have a significant negative correlation with psychological distress. While the behavioral control dimension is not correlated with Psychological Distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakiah Rachmi Jufrie
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kesehatan mental pada single mother. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan subjek penelitian sebanyak 47 single mother, yaitu perempuan yang sudah bercerai, baik cerai hidup ataupun mati dan masih mempunyai tanggungan anak. Keberfungsian keluarga diukur dengan Family Assessment Device, sementara kesehatan mental diukur dengan Mental Health Inventory. Desain penelitian ini adalah studi lapangan dengan menggunakan teknik non-probability sampling sebagai metode pengambilan sampel. Hasil pengolahan data menunjukan adanya hubungan yang negatif antara keberfungsian keluarga dan psychological distress pada single mother, dan hubungan positif antara keberfungsian keluarga dan psychological well-being pada single mother.

This research is aimed to examine the relationship between family functioning and mental health of single mother. This quantitative study assessed 47 women who were divorce and have a dependent children. Family Assessment Device is used to measure family functioning while another instrument, namely Mental Health Inventory is used to measure mental health. The research design is field study, with non-probability sampling technique. Data analysis shown that there is a negative relationship between family functioning and psychological distress in single mother, and a positive relationship between family functioning and psychological well-being in single mother."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuristie Lamsinar
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara religious coping dan resiliensi. Partisipan penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autistik, sebanyak 145 orang. Religious coping yang diukur meliputi pola positif dan negatif. Pengukuran religious coping tersebut menggunakan alat ukur Brief RCOPE yang dikembangkan oleh Pargament (1998). Resiliensi diukur menggunakan alat ukur Connor-Davidson Resilience Scale 10 (CD-RISC 10) yang dikembangkan berdasarkan CD-RISC (CDRISC 25) oleh Campbell-Sills dan Stein (2007). Berdasarkan hasil penghitungan korelasi Pearson product moment diperoleh koefisien korelasi antara religious coping positif dan resiliensi sebesar 0.292 dengan nilai signifikansi sebesar 0.00 (p<0.01). Artinya, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara religious coping positif dan resiliensi. Selain itu, diperoleh pula hasil korelasi antara religious coping negatif dan resiliensi sebesar -0.138 dengan nilai signifikansi 0.097 (p>0.05). Artinya, tidak terdapat hubungan antara religious coping negatif dan resiliensi.
The objective of this research was to find the relationship between religious coping and resiliency. The participants of this research were 145 parents of children with autistic spectrum disorder. The measurement of religious coping includes the positive and negative pattem. Religious coping was measured with Brief RCOPE, constructed by Pargament (1998). Resiliency was measured with Connor-Davidson Resilience Scale 10 (CD-RISC 10), which was developed based on CD-RISC (CD-RISC 25) by Campbel-Sills and Stein (2007). The coefficient of Pearson product moment correlation between positive religious coping and resiliency was 0.292 with significance value 0.00 (p<0.01). It indicated that there were positive and significant correlation between positive religious coping and resiliency. The coefficient of Pearson product moment correlation between negative religious coping and resiliency was -0.138 with significance value 0.097 (p>0.05). It indicated that there were no significant correlation between negative religious coping and resiliency."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amatul Firdausa Nasa
"Keyakinan memengaruhi pemahaman dan reaksi keluarga terhadap kesulitan yang dihadapi dan kemampuan mereka untuk mengatasinya (Patterson, 2002). Salah satu keyakinan yang ada dalam keluarga adalah optimisme (Warter, 2009). Menurut Taylor dkk (2010), optimisme merupakan sumber psikologis bagi keluarga dalam menghadapi kesulitan, terutama keluarga yang menghadapi kemiskinan. Optimisme dipandang sebagai karakteristik yang dapat meningkatkan fungsi resiliensi (Taylor dkk, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara resiliensi keluarga dan optimisme pada mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin. Penelitian ini melibatkan sebanyak 247 mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi dengan mengisi kuesioner resiliensi keluarga dan optimisme. Resiliensi keluarga diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Walsh (2012) yaitu Walsh Family Resiliensce-Questionnaire (WFRQ). Sedangkan optimisme diukur dengan menggunakan alat ukur Life Orientation Test-Revised (LOT-R) yang dikembangkan oleh Scheier, Carver dan Bridges (1994). Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi keluarga dan optimisme mempunyai korelasi positif yang signifikan (r = 0.331, p = 0.000). Selain itu, melalui hasil analisis tambahan juga ditemukan perbedaan mean resiliensi keluarga yang signifikan pada struktur keluarga (orangtua lengkap dan orangtua tunggal) dan juga perbedaan mean optimisme yang signifikan pada aspek pekerjaan ibu.

Belief are thougt to impact how family understands and respond to exposure the risk of adversity and ability to protect themselves (Patterson, 2002). Optimism is one of belief in family (Warter, 2009). According to Taylor et al (2010), optimism is a psychological resource for families faced adversity, especially families living in poverty. Optimism is a characteristic that may promote resilient functioning (Taylor dkk, 2010). This research was conducted to investigate the correlation between family resilience and optimism among college students from families living in poverty. This study involved 247 Bidikmisi scholarship students by filling out the questionnaire family resilience and optimism. Family resilience was measured by Walsh Family Resilience-Questionnaire (WFRQ) constructed by Walsh (2012). While optimism was measured by Life Orientation Test-Revised (LOT-R) constructed by Scheier, Carver and Bridges (1994). The results showed that family resilience and optimism has a significant positive correlation (r = 0.331, p = 0.000). In addition, through the results of additional analysis also found that were significant mean differences of family resilience on family structure (two parents and single parents) and also significant mean differences of optimism on maternal occupation aspect."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Nuraini Zulfickry
"Kecerdasan emosional merupakan salah satu keterampilan penting yang dimiliki individu karena dapat membantu seseorang berfungsi dengan baik pada lingkup personal, sosial, dan profesional. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan dan tingkat kecerdasan emosional individu adalah keluarga, yang merupakan tempat pertama individu mempelajari berbagai interaksi sosial. Keberadaan anak dengan spektrum autisme (SA) dalam keluarga dapat memberikan pengaruh pada interaksi antar anggota keluarga yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kecerdasan emosional individu. Studi ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan strategi noneksperimental yang menggunakan alat ukur Family Assesment Device (FAD) untuk mengukur keberfungsian keluarga dan alat ukur Trait Emotional Intelligence Short-Form (TEIQue-SF) untuk mengukur kecerdasan emosional. Kedua alat ukur disebarkan melalui google form dan menggunakan teknik convenience sampling untuk memperoleh partisipan. Total partisipan penelitian adalah 136 remaja akhir dan dewasa muda yang memiliki rentang umur antara 18 – 35 tahun. Berdasarkan hasil ANOVA, diperoleh hasil bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA (R 2=0,372, p<0,05). Namun demikian, berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linear berganda, ditemukan bahwa hanya ada satu dari keenam dimensi keberfungsian keluarga yang secara signifikan dapat memprediksi tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kondisi intrapersonal saudara kandung, keluarga dapat menerapkan strategi komunikasi terbuka dan efektif untuk dapat meningkatkan tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA.

Emotional intelligence is one of the most important components that one should have as it can affect many areas of someone’s personal, social, and professional life. Family situations and climate, acting as the first environment for the children to learn social situations, have a significant role of the development of one’s emotional and social intelligence. The existence of a child with autism spectrum disorder (ASD) can have many effects on the family interaction and communication, and later on affecting one’s level of emotional intelligence. Due to that, this quantitative study explored the role of family functioning in predicting emotional intelligence in 136 siblings of children with ASD between the age of 18 – 35 years from Indonesia. The questionnaires used on assessing family functioning is Family Functioning Device (FAD) and Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form to measure emotional intelligence, which were distributed via google form and used the technique of convenience sampling to gain the participants. Multiple linear regression analysis revealed a significant relationship between family functioning and emotional intelligence (R2= 0,372, p<0,05) where only one of the family functioning dimensions, which is communication, significantly predicts the level of emotional intelligence in siblings of children with ASD. The higher the family functioning, the higher the emotional intelligence among siblings of children with ASD. The findings disclose deeper understanding of family functioning and the sibling’s intrapersonal condition, which is emotional intelligence, and have implications for parents to administer open and strategic communication within the family to furtherly heightened the sibling’s emotional intelligence level."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Kurnia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang pengasuhan dengan keberfungsian keluarga pada remaja yang ibunya bekerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Persepsi tentang pengasuhan diukur dengan Child PARQ versi singkat, sementara keberfungsian keluarga diukur dengan FAD. Desain penelitian ini adalah studi lapangan dengan menggunakan teknik accidental sampling sebagai metode pengambilan sampel Hasil penelitian yang dilakukan pada 88 partisipan menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara persepsi tentang pengasuhan dan keberfungsian keluarga pada remaja yang ibunya bekerja.
This research is aimed to examine the relationship between perceived parenting and family functioning in adolescence with working mother. Quantitative method is applied in this research, using Child PARQ short version to measure perceived parenting while another instrument, namely FAD is used to measure family functioning. The research design is field study, with accidental sampling technique. Result from 88 participants shows that there is a negative relationship between perceived parenting and family functioning in adolescence with working mother."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>